Suku Baduy
Suku Baduy – Berbicara tentang Budaya Indonesia memang tidak ada habisnya.
Kebudayaan Indonesia memang beragam, hal ini dikarenakan Indonesia memiliki lebih dari
seribu suku bangsa. Suku-suku tersebut tersebar dari Sabang hingga Marauke.
Salah satu suku yang terkenal adalah Suku Baduy Dalam yang terletak di daerah Banten,
tepatnya Kabupaten Lebak Banten. Nama Baduy Dalam berawal dari sebutan yang diberikan
oleh para peneliti Belanda yang agaknya mempersamakan masyarakat yang hidup secara
nomaden tersebut dengan kelompok masyarakat Arab “Badawi”.
Kemungkinan lain adalah karena di wilayah bagian utara suku ini terdapat sungai yang
disebut sungai Baduy Dalam. Sementara mereka sendiri lebih suku menyebut diri sebagai
“orang kenekeas” sesuai dengan nama wilayah mereka. Terdapat dua versi yang berbeda
mengenai asal usul suku baduy.
Menurut kepercayaan yang mereka anut, orang kenekeas adalah keturunan Batara Cikal yang
merupakan salah satu dewa atau batara yang turun ke bumi. Asal usul tersebut juga sering
dikait-kaitkan dengan Nabi Adam sebagai nenek moyang pertama manusia.
1. Pu’un
Setiap kelompok memiliki pimpinan atau tokoh yang menjadi panutan dalam mengambil
petunjuk dan keputusan terhadap permasalahan sosial di masyarakat tersebut. Begitu juga
dengan masyarakat Baduy Dalam, tokoh masyarakat di suku Baduy Dalam disebut
dengan Pu’un.
Suku Bali
Berbeda dengan kebanyakan masyarakat di daerah lain di Indonesia yang sudah banyak
meninggalkan budaya gotong royong , masyarakat badui masih memegang teguh semangat
bergotong royong.Mereka biasanya bergotong royong saat berpindah lahan pertanian ke
tempat yang lebih subur.
Berbeda dengan masyarakat modern yang hidup di perkotaan yang umumnya kekayaan
ditunjukkan dengan rumah yang besar dan mewah. Suku baduy Baduy Dalam Dalam yang
kaya tidak akan memiliki rumah yang besar dan mewah, karena seluruh penduduk di
perkampungan Baduy Dalam memiliki besar dan bentuk rumah yang sama. Kekayaan orang
Baduy Dalam justru dilihat dari kepemilikan benda lain, seperti tembikar.
Yang membedakan masyarakat yang kaya di Suku Baduy Dalam adalah kepemilikan
tembikar yang terbuat dari kuningan. Bagi orang Baduy Dalam yang kaya dapat memiliki
beberapa tembikar.Semakin banyak jumlah tembikar Suku Baduy Dalam, semakin tinggi
derajat orang tersebut.
Jika anda berkunjung ke perkampungan suku Baduy Dalam, jangan harap anda akan
menemukan ada masyarakat yang menggunakan sabun, shampo atau pasta gigi saat mandi.
Masyarakat lebih memilih menggunakan bahan-bahan yang tersedia di alam untuk
membersihkan diri mereka.
Suku Indian
Orang Baduy Dalam menggunakan batu yang kemudian di gosok-gosokan ke tubuh mereka
sebagai pengganti sabun mandi yang berbahan kimia. Sementara, untuk membersihkan gigi,
mereka menggunakan serabut kelapa. Suku Baduy Dalam memang sangat menghargai alam
mereka, mereka tidak ingin menggunakan peralatan yang mengandung bahan kimia dan
sampah plastik.
Perjodohan memang sudah tidak lazim bagi masyarakat modern. Dalam kehidupan
masyarakat modern, urusan jodoh memang diserahkan sepenuhnya kepada sang anak, orang
tua hanya memberi restu. Namun, hal itu tidak berlaku bagi Suku baduy Baduy Dalam
Dalam.
Seorang gadis yang berusia 14 tahun akan dijodohkan dengan laki-laki yang berasal dari suku
Baduy Dalam .Selama proses perjodohan orang tua laki-laki bebas memilih wanita yang
ingin dijodohkan dengan anaknya. Namun, jika belum ada yang cocok, laki-laki maupun
perempuan harus rela menerima pilihan orang tuanya atau pilihan Pu’un.
Suku Baduy Dalam memang bukan penganut agama islam, namun mereka miliki tradisi
berpuasa yang dilakukan selama 3 bulan berturut-turut.Kegiatan berpuasa ini oleh Suku
Baduy disebut “Kawulu”. Saat mereka melakukan tradisi Kawulu, penduduk luar dilarang
berkunjung ke Baduy Dalam .Jika ingin berkunjung ke sana, hanya di perbolehkan
berkunjung ke perkampungan Baduy Luar tetapi tidak boleh menginap.
Orang Baduy menganggap bahwa Kawulu adalah kegiatan sakral dan tidak boleh diganggu
oleh masyarakat luar.Selama masa Kawulu mereka memanjatkan doa kepada nenek moyang
agar selalu diberi keselamatan dan diberi panen yang berlimpah.
Suku Asmat
Suku Baduy tidak menggunakan pakaian bermotif seperti masyarakat modern.Bagi anda yang
kebingungan membedakan orang suku Baduy Luar dan Baduy Dalam, anda dapat
membedakannya berdasarkan warna pakaiannya. Orang Baduy Luar memakai pakaian hitam
polos sementara orang Baduy Dalam memakai pakaian putih polos dan ikat kepala putih.
Tidak seperti orang jepang, orang Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang malas berjalan
kaki. Hal inilah yang kemudian menyebabkan penumpukan kendaraan di perkotaan. Hal
tersebut tidak berlaku bagi suku Baduy.
Orang Baduy gemar berjalan kaki saat bepergian kemana saja. Mereka kan tetap berjalan kaki
saat mengunjungi keluarga mereka di kota atau sekedar ke kota untuk menjual hasil panen.
Tidak heran jika kondisi alam disasan masih sangat terjaga dan orang-orang Baduy juga
sehat-sehat.
Suku Baduy memiliki cara mereka sendiri untuk menikmati hidup. Mereka hidup bersahaja
dengan alam, tidak perlu peralatan yang canggih dan mewah atau baju-baju beremerek.
Budaya orang Baduy menggambarkan bahwa bahagia itu sederhana.
Bagi anda yang berkunjung kesana, jagalah kerukunan disana dan jangan pernah untuk
melangar aturan-aturan adat yang telah mereka buat. Jagalah kebersihan perkampungan
disana dengan tidak membuang sampah sembarangan.