Anda di halaman 1dari 7

SOSIOLOGI

SUKU BADUY

Disusun Oleh:

3PA37

Kelompok 4:

Fania Ade Putri 10521523

Lutfia Ananda 10521784

Putri Balqis Fauziah 11521116

Siti Alpiah Fitriyani 11521389


FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS GUNADARMA
2023
A. Letak

Wilayah Kanekes terletak di kaki pegunungan Kendeng, di desa Kanekes, Kecamatan


Leuwidamar, Kabupaten Lebak-Rangkasbitung, Banten, Indonesia. Koordinat geografisnya
berada antara 6°27'27" - 6°30'0" Lintang Utara dan 108°3'9" - 106°4'55" Bujur Timur. Wilayah ini
terletak sekitar 40 km dari kota Rangkasbitung dan memiliki ketinggian antara 300 - 600 meter di
atas permukaan laut.

Wilayah Kanekes terletak di Pegunungan Kendeng dan memiliki topografi berbukit dan
bergelombang dengan kemiringan tanah rata-rata sekitar 45°. Tanah di wilayah ini terdiri dari tanah
vulkanik di bagian utara, tanah endapan di bagian tengah, dan tanah campuran di bagian selatan.
Suhu rata-rata di wilayah ini adalah sekitar 20°C.

Masyarakat Baduy, atau juga dikenal sebagai orang Kanekes, tinggal di perkampungan sekitar
aliran sungai Ciujung dan Cikanekes. Lokasi ini berjarak sekitar 172 km di sebelah barat Jakarta
dan 65 km di sebelah selatan Serang. Untuk mencapai Desa Kanekes, diperlukan waktu sekitar 9
jam perjalanan, baik dengan kendaraan maupun berjalan kaki. Desa Kanekes terletak jauh dari
pusat kota atau keramaian, menjadikannya tempat yang terpencil.

B. Asal Usul

Asal usul suku Baduy diperkirakan berasal dari masa Kerajaan Pajajaran sejak ratusan tahun lalu.
Suku Baduy dikenal dengan kehidupan yang tertutup dari modernisasi, mempertahankan adat dan
budaya leluhur.Suku Baduy, sebuah suku yang hidup di wilayah Banten, Jawa Barat.di wilayah
kabupaten Lebak terdapat Urang Kanekes yang memeluk kepercayaan animisme dan dinamisme.
Suku ini disebut dengan suku Baduy yang terdiri dari Baduy Luar dan Baduy Dalam. Suku Baduy
merupakan salah satu kelompok etnis Sunda yang memiliki kehidupan yang unik dan terisolasi
dari dunia luar.

Masih banyak perdebatan dari para ahli terkait asal usul Suku Baduy, salah satu pendapat
mengungkapkan bahwa Suku Baduy berasal dari penduduk yang melakukan pelarian dari Kerajaan
Pajajaran yang kalah perang. Kemudian mereka tinggal di kawasan pegunungan dan lembah di
daerah Banten hingga terdiri dari dua kelompok, yaitu Suku Baduy Dalam dan Suku Baduy Luar.

C. Masyarakat suku Baduy

Pada masa lalu, suku Baduy diduga sengaja mengisolasi diri mereka dari pertumbuhan dan
perkembangan masyarakat sekitar. Hal ini mungkin terkait dengan masa lalu mereka sebagai
anggota kelompok masyarakat Kerajaan Padjadjaran yang sedang dalam keadaan berbahaya.
Untuk melindungi komunitas Baduy dari musuh-musuh Kerajaan Padjadjaran, mereka
menyembunyikan identitas dan jati diri mereka.
D. Ciri Ciri Suku Baduy
1. Gemar Berjalan Kaki
Masyarakat Suku Baduy terkenal karena kegemarannya berjalan kaki tanpa alas kaki, bahkan
untuk perjalanan yang jaraknya cukup jauh. Mereka mengutamakan berjalan kaki dan tidak
menggunakan kendaraan sebagai bentuk menjaga keseimbangan dengan alam.

2. Sistem Kekerabatan Berdasarkan Wilayah


Suku Baduy memiliki sistem kekerabatan yang berbasis wilayah tempat tinggal. Ada tiga sisi
utama yang menjadi acuan dalam hubungan kekerabatan, yaitu Kampung Tangtu, Kampung
Panamping, dan Pajaroan. Seluruh wilayah Desa Baduy dianggap sebagai satu keluarga yang
berasal dari nenek moyang yang sama. Perbedaan terletak pada generasi tua dan muda, di mana
orang Cikeusik dianggap paling tua, diikuti oleh Cikertawana, dan Cibeo sebagai yang termuda.

3. Sistem Kekerabatan dengan Menggunakan Nama Ibu


Suku Baduy memiliki keunikan dalam penamaan anak dengan mengambil suku kata awal dari
nama orang tua mereka. Anak perempuan biasanya mengambil nama ayah, sementara anak laki-
laki mengambil nama ibu. Contohnya, jika ibu bernama Arsunah, anak laki-laki akan diberi
nama Ardi atau Arsani. Namun, dalam panggilan sehari-hari, masyarakat Baduy lebih sering
menggunakan panggilan dengan nama anak. Sebagai contoh, seorang ayah yang memiliki
seorang anak laki-laki bernama Asep akan dipanggil "Ayah Asep" meskipun nama aslinya
adalah Ujang. Penggunaan panggilan ini secara terus-menerus membuat beberapa orang tua
lupa dengan nama asli mereka sendiri.
E. Adat Istiadat

Suku Baduy dalam sehari-hari menggunakan baju berwarna putih yang melambangkan kesucian.
Sedangkan pakaian suku Baduy luar adalah serba hitam. Suku Baduy dalam diketahui tinggal di
tiga kampung, yaitu Kampung Cikeusik, Cikertawana, dan Cibeo, yang dipimpin oleh ketua adat
disebut Pu'un. Suku Baduy luar tinggal di 50 kampung berbeda di kawasan Pegunungan Kendeng.
Mereka berbicara menggunakan bahasa Sunda dialek Baduy. Di samping itu, suku Baduy memiliki
aturan yang masih terus dipatuhi sampai saat ini, khususnya oleh suku Baduy dalam, yaitu:

 Tidak boleh menggunakan kendaraan sebagai transportasi


 Tidak boleh menggunakan alas kaki
 Pintu rumah harus menghadap utara atau selatan, kecuali rumah ketua adat
 Dilarang menggunakan alat elektronik
 Harus menggunakan pakaian serba hitam atau putih yang ditenun dan dijahit sendiri
 Tidak boleh menggunakan pakaian modern
F. Agama

Agama yang dianut oleh suku Baduy adalah Sunda Wiwitan, yang merupakan kepercayaan
terhadap kekuatan alam dan leluhur yang menyatu dengan alam. Ajaran agama Sunda Wiwitan
terdapat dalam Kitab Sanghyang Siksa Kandang Karesian, yang berasal dari zaman Kerajaan
Sunda, dan berisi ajaran keagamaan dan pedoman moral. Suku Baduy mempercayai tiga macam
alam dalam Sunda Wiwitan, yaitu Buana Nyungcung (tempat Sang Hyang Kersa bersemayam),
Buana Panca Tengah (tempat manusia tinggal), dan Buana Larang (neraka).

Doa dalam Sunda Wiwitan biasanya dilakukan melalui nyanyian pantun dan kidung yang disertai
gerakan tarian. Tradisi keagamaan mereka terlihat dalam upacara syukuran panen padi yang
disebut Perayaan Seren Taun. Tempat ibadah bagi penganut Sunda Wiwitan adalah pamunjungan
atau kabuyutan, yaitu punden berundak yang sering terletak di bukit.

G. Pakaian Adat

Suku Baduy terdiri dari beberapa kelompok masyarakat yang memiliki keyakinan, tingkah laku,
cita-cita, dan busana yang serupa. Perbedaan dalam busana mereka terletak pada bahan dasar,
model, dan warna. Suku Baduy Dalam adalah kelompok masyarakat yang mempertahankan nilai-
nilai budaya mereka dengan kuat dan tidak terpengaruh oleh budaya luar. Mereka memakai baju
lengan panjang yang disebut jamang sangsang, berwarna serba putih, dan tidak menggunakan
celana. Pakaian wanita Baduy Dalam mirip dengan sarung berwarna putih, dengan perbedaan
bahwa wanita yang sudah menikah membiarkan dadanya terbuka sedangkan para gadis harus
menutup dadanya. Semua busana Baduy Dalam dibuat secara tradisional menggunakan tangan dan
bahan dasar dari kapas asli yang ditenun sendiri.

Baduy Dalam

Suku Baduy terdiri dari beberapa kelompok masyarakat yang memiliki keyakinan, tingkah laku,
cita-cita, dan busana yang serupa. Perbedaan dalam busana mereka terletak pada bahan dasar, model,
dan warna. Suku Baduy Dalam adalah kelompok masyarakat yang mempertahankan nilai-nilai
budaya mereka dengan kuat dan tidak terpengaruh oleh budaya luar. Mereka memakai baju lengan
panjang yang disebut jamang sangsang, berwarna serba putih, dan tidak menggunakan celana.
Pakaian wanita Baduy Dalam mirip dengan sarung berwarna putih, dengan perbedaan bahwa wanita
yang sudah menikah membiarkan dadanya terbuka sedangkan para gadis harus menutup dadanya.
Semua busana Baduy Dalam dibuat secara tradisional menggunakan tangan dan bahan dasar dari
kapas asli yang ditenun sendiri.

Baduy Luar
Di sisi lain, suku Baduy Luar mulai terpengaruh oleh budaya luar. Pria Baduy Luar mengenakan
baju kampret berwarna hitam dengan desain yang mirip dengan baju biasa yang digunakan oleh
orang-orang pada umumnya. Wanita Baduy Luar mengenakan sarung berwarna biru kehitam-
hitaman. Pakaian wanita Baduy Luar saat bepergian mirip dengan pakaian wanita Baduy Dalam,
namun menggunakan bahan dan warna yang berbeda.

Perbedaan dalam busana Baduy Dalam dan Baduy Luar juga mencerminkan perbedaan status sosial,
tingkat umur, dan fungsinya. Baduy Dalam mempertahankan tradisi dan aturan dengan ketat,
sedangkan Baduy Luar memiliki sedikit kelonggaran dalam cara berpakaian mereka. Perbedaan ini
menunjukkan bahwa Baduy Luar sudah terpengaruh oleh budaya luar, sementara Baduy Dalam tetap
mempertahankan keaslian budaya mereka.
DAFTAR PUSTAKA

Adryamarthanino, V. & Ningsih, W. L. (2022, Juni 15). Suku baduy: sejarah, adat, dan agama. Kompas.

https://www.kompas.com/stori/read/2022/06/15/120000379/suku-baduy--sejarah-adat-dan-
agama?page=all&_gl=1*1un70bf*_ga*YW1wLWpKNUlzWS11X2Q5Nl9GSFlyYURkYlE._ga
_77DJNQ0227*MTY5ODI5NTA5MS4yLjEuMTY5ODI5NTU2OS4wLjAuMA.._ga_7KGEC8E
BBM*MTY5ODI5NTA5MS4yLjEuMTY5ODI5NTU2OS4wLjAuMA..#page2

Setyaningrum, P. (2022, Agustus 25). Mengenal suku baduy, dari asal usul hingga tradisi. Regional
Kompas.

https://regional.kompas.com/read/2022/08/25/211002178/mengenal-suku-baduy-dari-asal-usul-
hingga-tradisi?page=all#page3

Putri, S. D. V. & Fatoni, A. (2015). Suku baduy. [Makalah]

Anda mungkin juga menyukai