ANANDA DELTA DINDA ANI KUSUMAWATI DELLA HERLIANA SINTA Suku Baduy salah satu suku asli Banten. Jumlah penduduknya sekitar 5.000-8.000 orang. Lokasi suku Baduy berada dikaki pegunungan Kendeng di desa Kanekes . Keacamatan Leuwidamar, kabupaten Lebak-Rangkas bitung, Banten berjarak sekitar 40 km dari kota Rangkasbitung Wilayah suku Baduy terbagi dalam 2 daerah yaitu Baduy Dalam dan Baduy Luar. Suku Baduy Dalam merupakan suku baduy yang masih mempertahankan pikukuhnya, sedangkan suku Baduy Luar merupakan suku Baduy yang sudah terbaur dengan masyarakat sekitarnya. Keadaan geografis wilayah suku Baduy berbukit dan bertanah miring yang dipakai sebagai lahan pertanian. BAHASA
Bahasa yang digunakan suku Baduy adalah bahasa Sunda
dialek Sunda-Banten. Untuk berkomunikasi dengan penduduk luar mereka menggunakan Bahasa Indonesia. Mereka tidak mengenal budaya tulis,sehingga adat istiadat dan kepercayaan/ agama , serta cerita nenek moyang yang tersimpan dalam dalam tutur lisan. PENDIDIKAN & KEPERCAYAAN
Penduduk suku Baduy tidak mengenal sekolah, karena
dianggap berlawanan dengan adat istiadat mereka. Bahkan mereka menolak usulan pemerintah untuk membangun fasilitas sekolah di desa. Akibatnya mayoritas penduduk suku Baduy tidak dapat membaca maupun menulis. Suku Baduy dalam memiliki kepercayaan yang dikenal Sunda Wiwitan (Sunda: berasal dari suku Sunda, Wiwitan: Asli). Kepercayaan ini memuja arwah nenek moyang (animisme) yang banyak dipengaruhi dari agama Budha dan Hindu. TRANSPORTASI
Penduduk suku Baduy
tidak mengenal transportasi seperti pada umumnya, mereka hanya berjalan kaki. Hanya jembatan yang mereka buat agar bisa berkomunikasi dengan penduduk luar. Jembatan suku Baduy Dalam terbuat dari tali ijuk berwarna hitam, sedangkan suku Baduy Luar tali ijuk berwarna hitam dan putih PAKAIAN
Ciri khas pakaian penduduk suku
Baduy Dalam yaitu pakaian yang berwarna putih alami dan biru tua serta memakai ikat kepala berwarna putih. Setiap bepergian mereka tidak memakai alas kaki. KEPEMIMPINAN DAN PERATURAN
Kepemimpinan suku Baduy terdiri dari dua , yang pertama dari
pemerintahan, biasanya pimpin oleh Jaro Pamarentah. Dan pemimpin dari lingkungan mereka sendiri/ Pu’un. Pu’un adalah pemimpin adat tertinggi di Baduy dan terbagi menjadi tiga kampung suku Baduy Dalam. Jabatan Pu’un bersifat turun temurun, tidak berjangka waktu dan tergantung kemampuan memangku jabatan. Peraturan yang dibuat Pu’un diantaranya: • Tidak diperbolehkan menggunakan sarana transportasi •Tidak boleh menggunakan alas kaki •Pintu rumah harus menghadap ke utara/selatan •Dilarang menggunakan alat elektronik •Tidak diperkenankan menggunakan pakaian modern
. PERNIKAHAN
Pasangan suku Baduy selalu
dijodohkan untuk menikah. Ada tiga tahapan proses lamaran, pertama orang tua laki-laki harus melapor ke Jaro dengan membawa daun sirih,pinang dan gambir, selanjutnya membawa mas kawin berupa cincin dari baja putih, dan yang terakhir membawa seserahan berupa kebutuhan rumah tangga serta baju. KEMATIAN SUKU BADUY
Dalam upacara kematian,suku baduy memasukkan jenazah
nya kedalam tanah ,namun tidak membuat punggungan tanah diatasnya. Hanya mereka tandai dengan daun najwang. Setelah dikubur ,keluarga yang ditinggalkan mengadakan selamatan 7 hari dari waktu meninggal dengan membuka pintu rumah lebar –lebar dan membiarkan warga lainnya berkunjung untukmakan bersama. DAFTAR PUSTAKA