Anda di halaman 1dari 7

 SUKU BADUY

Sebutan "Baduy" merupakan sebutan yang diberikan oleh penduduk luar kepada
kelompok masyarakat tersebut, berawal dari sebutan para peneliti Belanda yang agaknya
mempersamakan mereka dengan kelompok Arab Badawi yang merupakan masyarakat yang
berpindah-pindah (nomaden). Kemungkinan lain adalah karena adanya Sungai Baduy dan
Gunung Baduy yang ada di bagian utara dari wilayah tersebut. Mereka sendiri lebih suka
menyebut diri sebagai urang Kanekes atau "orang Kanekes" sesuai dengan nama wilayah
mereka, atau sebutan yang mengacu kepada nama kampung mereka seperti Urang
Cibeo (Garna, 1993).
Keturunan ini yang sekarang bertempat tinggal di kampong cibeo (Baduy Dalam)
dengan ciri – ciri : berbaju putih hasil jahitan tangan (baju sangsang) ikat kepala putih,
memakai sarung biru tua (tenunan sendiri) sampai diatas lutut, dan sifat penampilannya
jarang bicara (seperlunya) tapi amanah, kuat terhadap hokum adat, tidak mudah terpengaruh,
berpendirian kuat tapi bijaksana.
Suku baduy berasal dari daerah di wilayah kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak
umumnya sewilayah Banten maka suku baduy berasal dari 3 tempat sehingga baik dari cara
berpakaian, penampilan serta sifatnyapun sangat berbeda. Sebutan bagi suku baduy terdiri
dari :
1. Suku baduy dalam yang artinya suku baduy yang berdomisili di Tiga Tangtu
(Kepuunan) yakni cibeo, cikeusik dan cikertawana.
2. Suku baduy panamping artinya suku baduy yang berdomisili di luar tangtu yang
menempel di 27 kampung di desa kanekes yang masih terikat oleh hokum adat
dibawah kepemimpinan puuan (kepala adat).
3. Suku baduy muslim yaitu suku baduy yang telah dimukimkan dan telah mengikuti
ajaran agama islam dan perilakunya telah mulai mengikuti masyarakat luar serta
sudah tidak mengikuti hokum adat.

 LOKASI DAN TEMPAT DEMOGRAFI


Wilayah baduy itu berdasarkan lokasi geografisnya terletak pasa 60 270 270 – 60 300 LU
dan 1080 30 90 – 1060 40 550 BT, wilayahnya berbukit – bukit dengan rata – rata terletak
pada ketinggian 250 m di atas permukaan laut.
1. Asal muasal sejarah tempat
Mengenai asal usul orang baduy, jawaban yang akan di peroleh adalah mereka
keturunan dari batara cikal, salah satu dari tujuh dewa atau batara yang di utus ke bumi.
Asal usul tersebut sering pula dihubungkan dengan Nabi Adam sebagai nenek moyang
pertama. Menurut kepercayaan mereka, Adam dan keturunannya, termasuk warga
Baduy mempunyai tugas bertapa atau asketik (mandita) untuk menjaga harmoni dunia.
Mereka juga beranggapan bahwasuku Baduy merupakan peradaban masyarakat yang
pertama kali ada di dunia.
2. Bahasa
Bahasa yang mereka gunakan adalah Bahasa Sunda dialek Sunda-Banten. Untuk
berkomunikasi dengan penduduk luar mereka lancer menggunakan Bahasa Indonesia,
Walaupun mereka tidak mendapatkan pengetahuan tersebut dari sekolah. Orang kanekes
‘dalam’ tidak mengenal budaya tulis, sehingga adat istiadat, kepercayaan/agama, dan
cerita nenek moyang hanya tersimpan di dalam tuturan lisan saja.
 KELOMPOK MASYARAKAT SUKU BADUY
1. Struktur pemerintahan
Masyarakat kanekes mengenal system pemerintahan, yaitu system nasional, yang
mengikuti aturan Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan system adat yang mengikuti
adat istiadat yang di percaya masyarakat. Kedua system tersebut digabungkan atau
diakulturasikan sedemikian rupa sehingga tidak terjadi perbenturan. Secara nasional
penduduk kanekes dipimpin oleh kepala desa yang disebut sebagai jaro pamarentah,
yang ada dibawah camat, sedangkan secara adat tunduk pada pemimpin adat kanekes
yang tertinggi, yaitu “puun” struktur pemerintahan secara adat kanekes adalah sebagai
mana tertera.
2. Sistem pemerintahan
Ada 3 pemukiman di Tangtu ( daerah bagian dalam), yaitu Cibeo, Cikeusek dan
Cikartawana).
Berikut ini akan diuraikan masing – masing jabatan dalam lembaga kapuun tersebut.
Puun
Puun merupakan jabatan tertinggi dalam wilayah tangtu. Menurut pikukuh
“peraturan adat” jabatan puun berlangsung turun temurun, kecuali bila ada hal yang
tidak memungkinkan.
Girang Seurat
Girang Seurat atau kadang di sebut Seurat merupakan jabatan tertinggi kedua
setelah puun yang melaksanakan tugas sebagai “sekertaris” puun atau pemangku adat,
juga bertugass mengurus huma serang “lading bersama” dan menjadi penghubung dan
pembantu utama puun.
Baresan
Baresan adalah semacam petugas keamanan kampung yang bertugas dan
bertanggung jawab dalam bidang keamanan dan ketertiban.
Jaro
Jaro merupakan pelaksana harian urusan pemerintah kapuun. Tugas jaro sangat
berat karena meliputi segala macam urusan.
Palarawi
Palarawi merupakan kelompok khusus semacam panitia tetap yang bertugas
sebagai pembantu, pesuruh dan perentara dalam berbagai kegiatan upacara adat.
Tangkesan
Tangkesan merupakan “mentri kesehatan” atau kepala dukun dan sebagai atasan
dari semua dukun yang ada di Baduy. Ia juga merupakan juru ramal bagi segala aspek
kehidupan orang Baduy.
Ada beberapa sebutan pada masyarakat baduy, yakni paraji (dukun beranak),
panghulu (dukun khusus mengurus orang yang meninggal), bengkong julu (dukun sunat
untuk pria), dan bengkong bikang (dukun sunat untuk wanita).

 KEBUDAYAAN SUKU BADUY


1. Masyarakat dan kebudayaan “suku Badui” di Banten
2. Bulan Puasa/Kawalu
3. Pernikahan

 HUKUM DI TATANAN MASYARAKAT BADUY


Menurut keterangan Bapak Mursyid, wakil Jaro baduy Dalam, Beliau mengatakan bahwa
dilingkungan masyarakat Baduy, jarang sekali terjadi pelanggaran ketentuan adat oleh anggota
masyarakat.
Sebagai peraturan yang dianut oleh suku kanekes Dalam antara lain :
 Tidak diperkenankan menggunakan kendaraan untuk suatu transportasi
 Tidak diperkenankan mengunakan alas kaki
 Pintu rumah harus menghadap ke utara/selatan(kecuali rumah sang pu’un atau ketua
adat)
 Larangan menggunakan alat elektronik (teknologi)
 Menggunaan kain berwarna hitam/putih sebagai pakaian yang ditenun dan dijahit
sendiri serta tidak diperbolehkan menggunakan pakaian modern. Kelompok
masyarakat kedua yang disebu panamping adalah mereka yang dikenal sebagai
kanekes luar (baduy luar), yang tinggal di berbagai kampung yang tersebar
mengelilingi wilayah kanekes dalam, seperti cikadu, kaduketuk, kadukolot, gajeboh,
cisagu, dan lain sebagainya. Masyarakat kanekes luar berciri khas menggunakan
pakaian dan ikat kepala berwarna hitam.
Kanekes luar merupakan orang – orang yang telah keluar dari adat dan wilayah Kanekes
dalam. Ada beberapa hal yang menyebabkan dikeluarkannya warga kanekes dalam ke
kanekes luar.
 Mereka telah melanggar adat masyarakat kanekes dalam.
 Berkeinginan untuk keluar dari kanekes dalam.
 Menikah dengan anggota kanekes luar.
Ciri – ciri masyarakat orang kanekes luar
 Mereka telah mengenal teknologi seperti peralatan elektronik
 Proses pembangunan rumah penduduk kanekes luar telah menggunakan alat – alat
bantu, seperti gergaji, palu, paku dll yang sebelumnya dilarang oleh adat kanekes
dalam.
 Menggunakan pakaian adat dengan warna hitam atau biru tua (untuk laki – laki_
yang menandakan bahwa mereka tidak suci. Kadang menggunakan pakaian modern
seperti kaos oblong dan celana jeans.
 Menggunakan peralatan rumah tangga modern, seperti kasur, bantal, piring & gelas
kaca & plastic.
 Mereka tinggal di luar wilayah kanekes dalam.
 Sebagian di antara mereka telah terpengaruh dan berpindah agama menjadi seorang
muslim dalam jumlah cukup signifikan.

1. Pakaian suku baduy


2. Kepercayaan suku baduy
Kepercayaan suku abduy atau masyarakat kanekes sendiri sering disebut dengan
Sunda Wiwitan yang berdasarkan pada pemujaan nenek moyang (animise), namun semakin
berkembang dan dipengaruhi oleh agama lainnya seperti agama islam, budha dan hindu.
3. Mata pencaharian suku badui
Mata pencaharian masyarakat suku baduy adalah bertani dan menjual buah-buahan
yang mereka dapatkan dari hutan.
Secara tradisional masyarakat baduy membedakan enam jenis perladangan atau huma
berdasarkan fungsi, pemilikan dan proses mengerjakannya (garna, 1993). Keenam huma
tersebut adalah :
1) Huma serang, yaitu ladang yang dianggap suci yang ada diwilayah baduy dalm, yang
hasilnya digunakan untuk kepentingan upacara adat.
2) Huma puun, yaitu ladang khusus milik puun di baduy dalam.
3) Huma tangtu, ladang yang di garap warga baduy dalam.
4) Huma tuladan, yaitu ladang komunaldi baduy luar yang hasilnya untuk keperluan desa.
5) Huma panampiang, ladang warga masyarakat baduy luar.
6) Huma urang baduy, yaitu ladang di luar wilayah baduy yang dikerjakan orang baduy
dan hasilnya diambil untuk kepentingan keluarga masing-masing.
Tahapan pengolahan ladang tersebut adalah sebagai berikut :
 Narawas
Narawas adalah merintis, memilih lahan untuk dikerjakan menjadi huma
pada tahun tersebut, oleh setiap kepala keluarga.
 Nyacar
Nyacar Berarti menebas rumput, semak belukar, dan pepohonan kecil yang
tumbuh tanpa ditanam, serta memotong beberapa dahan pohon besar agar lahan
mendapatkan sinar matahari yang cukup.
 Nukuh
Nukuh berarti mengeringkan rerumputan atau dedaunan hasil tebangan pada
proses sebelumnya (Nyacar).
 Ngaduruk
Ngaduruk atau Ngahuru adalah proses membakar sisa daun dan ranting
pepohonan yang dibersihkan pada saat nyacar dan dikumpulkan pada saat nukuh.
 Nyoo Binih
Tahap penanaman dan pemeliharaan huma diawali dengan kegiatan nyoo
binih, ngaseuk, ngirab sawah dan ngored.
Nyoo binih adalah kegiatan mempersiapkan benih yang dilakukan 1 hari
sebelum penanaman atau ngaseuk. Kegiatan menurunkan benih dari lumbung, yang
dipimpin oleh istri girang Seurat, dimaknai sebagai membangunkan Nyi Pohaci,
yaitu dewi pelindung pertanian dari tidurnya.
 Ngaseuk
Kata ngaseuk berarti menugal atau menanam dengan nugel, yaitu dengan
cara membuat lubang kecil dengan sepotong kayu atau bamboo yang diruncingkan
ujungnya, dan menanam benih padi ke dalamnya.
 Ngirab sawan
Arti ngirah sawan secara harafiah adalah membuang sampah atau penyakit.
Dalam kegiatan tersebut dilakukan pembersihan ranting dari daun dan tanaman lain
(gulma).
 Ngored dan Meuting
Ngored adalah membersihkan atau menyiangi rumput dan gulma lain yang
tumbuh di antara padi, 2 sampai 4 kali setiap bulan selama pertumbuhan padi.
Adapun meuting adalah kegiatan menginap di saung huma atau gubug yang
dibangun di huma dengan jangka waktu tertentu dalam rangka mengurus dan
memelihara tanaman.
 Mipit
Mipit adalah kegiatan panen padi yang pertama kali dalam suatu musim,
dan dilakukan di huma serang.
 Dibuat
Istilah dibuat dalam pertanian Baduy adalah memotong dan memanen padi
dengan mempergunakan etem atau ani – ani, yang biasanya dilakukan oleh kaum
wanita.
 Ngunjal
Ngunjal adalah mengangkut hasil panen padi dari huma ke kampung untuk
kemudian disimpan dalam leuit atau lumbung.
 Nganyaran
Ngayaran adalah kegiatan upacara memakan dan mencicipi nasi baru atau
nasi pertama kali hasil dibuat di huma serang.

 Kelahiran yang dilakukan melalui urutan kegiatan yaitu :


1) Kendit yaitu upacara 7 bulanan ibu yang sedang hamil
2) Saat bayi itu lahir akan dibawa ke dukun atau paraji untuk dijampi – jampi
3) Setelah 7 hari setelah kelahiran maka akan diadakan acara perehan atau selamatan
4) Upacara Angiran yang dilakukan pada hari ke – 40 setelah kelahiran.
5) Akikah yaitu dilakukannya cukuran, khitanan.

 Faktor yang mempengaruhi perubahan social


a. Faktor penghambat perubahan social
1) Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain
Suku baduy dalam hidup dengan mengandalkan aturan adat. Kehidupan mereka yang
terasing membuat mereka tidak mengetahui perkembangan – perkembangan yang
telah terjadi. Sehingga pola piker mereka masih statis.
2) Terlambatnya perkembangan ilmu pengetahuan
Karena tidak adanya alat atau sumber informasi, mereka sangat terbatas dalam hal
pengetahuan. Bahkan mereka menolak program pemerintah mendirikan instansi
pendidikan di sekitar Baduy Dalam. Mereka mengaku bahwa nenek moyang mereka
tidak mengenal pendidikan formal, sehingga hal itu termasuk larangan adat.
3) Sikap masyarakat yang masih sangat tradisional dan adat istiadat yang
mengukur
Pada masyarakat baduy terdapat para tetua yang masih suka mengagung – agungkan
tradisi dan masa lampau dapat membuat terlena dan sulit menerima kemajuan dan
perubahan zaman. Adat atau kebiasaan merupakan pola – pola perilaku bagi anggota
masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Adakalanya adat dan kebiasaan
begitu kuatnya sehingga sulit untuk diubah.
b. Faktor Pendorong
1) Adanya kontak dengan kebudayaan lain
Seiring berjalannya waktu banyak wisatawan baik dalam maupun luar negeri yang
dating mengunjungi suku baduy dengan membawa pengaruh yang bermacam –
macam yang jelas berbeda dengan adat suku baduy.
Walaupun demikian perubahan dapat terjadi tanpa melanggar pikukuh, karena
memang perbuatan tersebut dikehendaki atau keadaan yang memaksa sehingga
perubahan terjadi diluar kehendak mereka, sehingga mucul toleransi dari pemuka
adat terhadap hal itu.
2) Sistem terbuka dari Suku Baduy (Open Stratification)
Masyarakat Baduy saat ini jauh lebih terbuka dan lebih bisa diajak bergaul
ketimbang masyarakat baduy yang terdahulu, sehingga memudahkan mereka
menerima kebudayaan baru walaupun hal itu sangat dilarang keras oleh tetua / puun
mereka
3) Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang – bidang tertentu
Pergaulan dnegan dunia luar membuat masyarakat Baduy bersentuhan dengan
teknologi modern yang selama ratusan tahun dilarang oleh adat. Seperti masyarakat
lain, mereka saat ini menonton televise, menggunakan jam tangan dan bahkan
memiliki radio. Sehingga mau tidak mau mereka berfikir untuk bisa mengikuti tren
saat ini dan menunjukkan bahwa mereka juga merasa kurang puas dengan teknologi
yang mereka punya selama ini.

Anda mungkin juga menyukai