PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan teknologi informasi saat ini sudah sangat pesat dan
telah merambah ke berbagai segi kehidupan manusia. Indonesia terkenal
memiliki keanekaragaman kebudayaan. Budaya adalah suatu cara hidup
yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan
diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur
yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa,
perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga
budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga
banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis.
Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang
berbeda
budaya
dan
menyesuaikan
perbedaan-perbedaannya,
Baduy adalah salah satu suku yang masih menjaga erat nilai dan
norma serta tradisi atau adat istiadat masyarakatnya. Suku baduy termasuk
salah satu suku yang terisolir yang ada di Indonesia, masyarakat baduy
sengaja mengasingkan diri, mereka hidup mandiri dengan tidak
mengharapkan bantuan dari orang luar, mereka mengasingkan diri dan
menutup diri dengan tujuan menghindar dari pengaruh budaya luar yang
akan masuk. Suku baduy sangat menjaga kelestarian alam yang mereka
huni, mereka selalu menjaga dan merawat alam supaya dapat terus
dikelola dengan baik, sehingga dapat memberikan hasil panen yang cukup
dan melimpah untuk menghidupi kebutuhan hidup mereka, mereka tidak
ingin merusak kelestarian alam yang ada.
Ditengah-tengah gempuran modernitas dan globalisasi saat ini,
suku baduy berusaha untuk menjaga nilai-nilai budaya dasar yang dimiliki
dan diyakininya. Kearifan lokal yang diterapkan dimasyarakat baduy
memberikan banyak pelajaran berharga untuk masyarakat kita yang sudah
banyak sekali termakan oleh modernitas, oleh karena itu banyak sekali
baik individu atau kelompok yang datang dan berkunjung ke suku baduy
baik untuk melihat keindahan alam, maupun belajar akan nilai-nilai
kearifan lokal yang ada dimasyarakat suku baduy. Hebatnya lagi adalah
kemampuan suku baduy untuk bisa mempertahankan kebudayaanya dari
kebudayaan-kebudayaan luar yang masuk melalui para pengunjung yang
datang.
Kondisi alam suku baduy terdiri dari bukit-bukit yang tersusun
berjajar, sehingga untuk berjalan dari satu desa ke desa lainya
membutuhkan waktu dan tenaga yang cukup banyak, apalagi jarak antara
desa satu dan desa yang lain jaraknya cukup jauh. Masyarakat suku Baduy
sangat mematuhi aturan adat mereka, mereka dilarang menggunakan
kendaraan dan menggunakan listrik, serta berbagai aturan-aturan adat
lainya, oleh karena itu, masyarakat baduy sangat menjunjung tinggi nilainilai kearifan lokal masyarakatnya.
B. Tujuan
Maksud dan tujuan observasi saya ke masyarakat yang masih asli
kesukuannya dalam hal ini masyarakat Baduy adalah agar saya
mengetahui :
1. Bagaimana masyarakat yang masih primitif atau masih asli itu menerapkan
sistem pemerintahannya dalam kehidupan sehari-harinya.
2. Sanksi apakah jika sistem pemerintahan seperti itu tidak dijalankan.
3. Mata pencaharian apa yang mereka lakukan untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari
4. Bagaimana dalam pernikahan masyarakat Baduy Dalam tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian Observasi Hukum Pidana Adat di Masyarakat
Baduy Dalam
Pada tanggal 23-24 Mei Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa berkunjung ke Masyarakat Baduy yang bertempat
tinggal diwilayah Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten
Lebak Provinsi Banten. Kelompok masyarakat Adat Sunda tersebut terdiri
dari Suku Baduy Luar dan Suku Baduy Dalam. Keduanya sama-sama
tinggal di desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar Provinsi Banten. Pada
pukul 11.00 saya bersama teman-teman tiba juga di Ciboleger. Ciboleger
adalah sebuah desa di Banten yang menjadi salah satu gerbang memasuki
bumi atau daerah di Suku Baduy. Tugu selamat datang sudah menyambut
saya dan teman-teman di Desa Ciboleger. Setelah tiba di Baduy luar,
pertama kali saya dan teman-teman wajib lapor ke pimpinan setempat.
Pemimpin ini mempunyai tugas sebagai penghubung antara suku baduy
dengan budaya luar. Dari sini saya bersama teman-teman masih harus
melanjutkan
perjalanan
agar
tiba
di Suku
Baduy
Dalam
yaitu
ini
untuk
mengetahui
bagaimana
kehidupan
terhadap
mengenakan pakaian dengan warna putih atau hitam atau hitam putih,
tidak ada warna lain. Dan mereka tidak diperbolehkan menggunakan alas
kaki sejauh apapun perjalanan itu. Yang lebih mencengangkan lagi, Baduy
Dalam juga menolak untuk naik kendaraan ketika melakukan perjalanan
Sepanjang perjalanan, pemandangan hijaunya pepohonan dan riak air
sungai menjadi primadona dengan udara segar memasuki setiap ruang
rongga pernafasan. Selama Perjalanan terus berlanjut, tidak hanya bukit
dan desa yang saya lewati tapi juga beberapa sungai yang harus saya
seberangi bersama teman-teman. Jembatannya dibuat dari kumpulan
bambu yang disusun sedemikian rupa sehingga kokoh menahan beban
yang lewat menyeberangi sungai. Bambu-bambu itu diikat dengan sejenis
ijuk dan saya perhatikan tidak ada paku yang tertancap disana. Satu
persatu saya menyeberangi sungai ini. Banyak sekali tempat penyimpanan
padi dan bahan makanan Baduy ini bisa ditemui di beberapa sisi jalan
menuju kampung Baduy Dalam. Banyak sekali yang saya tanyakan seperti
agama apa yang dianut oleh masyarakat baduy dalam tersebut, ternyata
Orang Baduy Dalam juga punya agama, Agama yang mereka anut yaitu
disebut Sunda Wiwitan. Mungkin bagi mereka agama dan budaya itu
masih satu kesatuan yang tak terpisahkan. Mereka juga berpuasa sama
seperti umat muslim, namun puasanya hanya sekali dalam sebulan dan
berlangsung dalam tiga bulan berturut-turut.
Kemudian saya pun menanyakan terkait pernikahan, mata
pencaharian dan hukum di tatanan masyarakat Baduy Dalam tersebut. Di
dalam proses pernikahan yang dilakukan oleh masyarakat Baduy hampir
serupa dengan masyarakat lainnya. Namun, pasangan yang akan menikah
selalu dijodohkan dan tidak ada yang namanya pacaran. Orang tua lakilaki
akan
bersilaturahmi
kepada
orang
tua
perempuan
dan
untuk
ukuran
kecukupan
kebutuhan
hidup
sehari-hari.
mereka
mengikuti
aturan-aturan
yang
ada
dimasyarakat,
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara penampilan, perbedaan Baduy Luar dan Baduy Dalam
sangat jelas terlihat. Baduy Dalam hanya mengenakan pakaian dengan
warna putih atau hitam atau hitam putih, tidak ada warna lain.
Agama yang mereka anut yaitu disebut Sunda Wiwitan. Mungkin
bagi mereka agama dan budaya itu masih satu kesatuan yang tak
terpisahkan. Mereka juga berpuasa sama seperti umat muslim, namun
puasanya hanya sekali dalam sebulan dan berlangsung dalam tiga bulan
berturut-turut.
hukum di tatanan
10
jika hampir bebas akan ditanya kembali apakah dirinya masih mau berada
di Baduy Dalam atau akan keluar dan menjadi warga Baduy Luar di
hadapan para Puun dan Jaro. Masyarakat Baduy Luar lebih longgar dalam
menerapkan aturan adat dan ketentuan Baduy.
B. Saran
Demi kesempurnaan makalah laporan hasil penelitian hukum
pidana adat ini kritik dan saran yang bersifat membangun sangat saya
harapkan, agar makalah laporan hasil penelitian ini dapat menjadikan
sumber pengetahuan dan informasi, memberikan wawasan terhadap para
pembaca. Penulis memohan maaf atas segala kekurangan dan kesalahan
dalam penyusun makalah laporan hasil penelitian ini, dikarenakan masih
dalam proses belajar.
11