Anda di halaman 1dari 14

PAKAIAN ADAT SUKU JAWA, SUNDA, BATAK, MADURA, BETAWI,

DAN BUGIS

Dalam Wikipedia bebas menjelaskan bahwa,”Pakaian adat, (pakaian rakyat,


busana daerah, busana nasional, atau pakaian tradisional) adalah kostum yang
mengekspresikan identitas, yang biasanya dikaitkan dengan wilayah geografis
atau periode waktu dalam sejarah. Pakaian adat juga dapat menunjukkan status
sosial, perkawinan, atau agama”.

Selanjutnya Ngatinah (Widyastuti, 2015: 2) mengemukakan bahwa,”busana


adat adalah busana yang secara turun temurun dipakai oleh kelompok masyarakat
pada zamannya dengan ciri-ciri yang menunjukan lokal budaya diciptakannya
busana adat tersebut”. Berdasarkan penjelasan di atas bahwa busana adat yakni
pakaian yang menekankan kepada ciri identitas lokal pada setiap daerah yang
menempatinya sehingga corak dan motifnya akan tergantung kepada letak
geografis.

1. Pakaian adat sunda


Keanekaragaman busana tradisional di wilayah Sunda disebabkan
oleh faktor geografis, latar belakang sejarah dan kehidupan sosial, budaya,
maupun ekonomi masyarakatnya serta transformasi budaya yang terjadi
selama berabad-abad. Akan tetapi keanekaragaman itu memberikan suatu
ciri khas budaya yang tertuang dalam desain kebaya Sunda.
Disebut kebaya Sunda karena pakaian tersebut memiliki ciri khas
serta dikenakan secara umum oleh penduduk yang berdomisili di wilayah
Sunda yakni, wilayah di Jawa Barat yang dibatasi oleh sungai Cilosari dan
Citanduy. Kebaya Sunda adalah busana tradisional yang dipakai oleh
wanita Sunda pada bagian atas yang mempunyai desain tertentu dan
biasanya dipadukan dengan pemakaian kain panjang pada bagian
bawahnya.
Pada wilayah Sunda bagian tengah seperti Bandung, Sumedang,
Garut, Tasikmalaya kebudayaanya cenderung dipengaruhi oleh budaya
Hindu, Jawa Mataram, Islam. Bersintesanya kebudayaan tersebut dengan
budaya lokal sangat mempengaruhi desain kebaya yang dikenakan oleh
masyarakat pada daerah tersebut. Selain itu pengaruh kebudayaan
Kolonial tidak kalah besarnya dalam perkembangan kebaya Sunda.
Di wilayah Sunda bagian pesisir seperti Banten, Sukabumi,
Cianjur, Cirebon merupakan pintu gerbang pengaruh Jawa Demak yang
merupakan wilayah utara Jawa Tengah. Pengaruh bangsa Cina, Arab serta
Melayu baik yang migrasi kemudian menetap maupun yang menjalin kerja
sama di bidang perdagangan dengan masyarakat Sunda secara tidak
langsung juga mempengaruhi perkembangan pakaian diderah tersebut.
Pengaruh tersebut berupa agama, serta kebudayaan yang berakulturasi
dalam kebaya Sunda.
Bagian-Bagian Kebaya
a) Neckline, yakni bentuk line yang terdapat pada bagian leher. Line ini
dapat diklasifikasikan menjadi dua gaya pada kebaya Sunda, yakni:
(V neckline) serta variasi neckline (bentuk U, square dan sweet
heart)
b) Krah, yang digunakan pada kebaya Sunda adalah tipe krah
shawl/krah setali (krah yang menyatu dengan leher dengan potongan
terdapat pada tengah leher belakang). Ada dua macam bentuk krah
shawl pada kebaya Sunda yakni, samleh kecil sebatas neckline dan
samleh lebar sepanjang opening
c) Bef segitiga, adalah bentuk penutup/opening yang digunakan dalam
kebaya Sunda berupa sepotong bahan berbentuk segitiga dengan
menggunakan bahan yang sama maupun berbeda yang diletakkan
pada bagian dada.
d) Lengan, yang digunakan pada kebaya Sunda adalah lengan licin
dengan panjang ¾ maupun sepanjang lekuk ibujari. Sedangkan
shape lengan dapat diklasifikasikan menjadi 3 macam yakni, lengan
licin yang longgar serta agak melebar pada bagai pangkal lengan
hingga pergelangan tangan, lengan licin yang bentuknya lurus dari
bagian pangkal lengan hingga pergelangan tangan, serta lengan licin
yang bentuknya mengecil pada bagian pergelangan tangan.
e) Bagian Bawah Kebaya bentuk bagian bawah pada kebaya Sunda ada
2 macam yakni bentuk lurus dan sonday.
2) Pakaian adat Betawi
Pakaian yang merupakan kelengkapan diri bagi orang betawi atau
Jakarta disesuaikan dengan sistem kemasyarakatan. Sehingga dapat
dikelompokan berdasarkan umur yakni anak-anak, remaja, dewasa, dan
orang tua. Terdapat pula pakaian resmi yakni pakaian abang dan none
Jakarta, pakaian kerancang, dan pakaian Nyak dan Jung Soreng. Lalu
terdapat pula pakaian khusus yakni pakaian sunat, pakaian tukang sado,
dan pakaian centeng atau penjaga malam. Pakaian Betawi banyak
terpengaruh dari beberapa budaya di antaranya budaya Jawa, Sunda,
Minangkabau, Cina, Melayu dan Arab. Tetapi yang paling mempengaruhi
kebudayaan pakaian tradisional Betawi dari pengaruh Islam.
a. Pakaian Nona
Pakaian Nona terdiri dari pakaian kain kebaya yaitu berupa
blus berlengan panjang, terbelah di bagian dada, yang di pakai
bersama kain sarung. Pakaian wanita yang biasa di pakai dalam
pemilihan Nona Jakarta ini menjadi standard bagi ciri khas pakaian
remaja Jakarta, pakaian ini terdiri dari :
1. Kebaya yang bahannya berwarna polos (warna sebagian besar)
yang dipakai sebatas pinggul pemakainya: Pada lengannya
bermanset kancing.
2. Kain batik Jakarta yang dibuat dengan motif Pekalongan
Lasem atau Cirebon. Pada masa sebelum perang terdapat mode
batik yang dinamakan batik Van Zuylen. batik Pekalongan
yang dibuat oleh seorang Indo Belanda, dengan motif-motifnya
yang terkenal berbentuk buket bunga Eropa. Batik ini
merupakan suatu motif kebanggaan bagi pemiliknya. hingga
banyak pula batik beredar meniru batik.
3. Memakai kerudung voille/chiffon tipis, yang selalu menutupi
kepala bila berada di luar rumah.
4. Memakai alas kaki berupa selop.
5. Pelengkap pakaian sepeni umumnya pada masa itu memakai
konde cepol, jenis konde berbentuk bulat, yang letaknya diatas
tengkuk. Cepol berarti kepalan tangan. Pada konde biasanya
diberi melati ronce. Pengikat pinggang pada umumnya adalah
pending yang terbuat dari perak, kuningan bersepuh emas, atau
untuk kalangan yang mampu memakai pending emas, bertatah
berlian atau intan.
6. Perhiasan sebagai pengikat kepala mereka umumnya memakai
peniti corong, berbentuk tangkai bunga panjang yang pada
bagian kiri dan kanannya berbentuk daun, sedangkan bagian
atasnya berbentuk bunga bundar. Selain itu juga ada yang
memakai peniti sambung.
Setelah adanya pemilihan Nona Jakarta beberapa ciri khas pakaian
ini dibakukan dengan menampilkan·pakaian :
1. Pakaian kebaya terbuat dari bahan chiffon/toile berwarna
polos, berlengan panjang yang pada ujung lengan bermanset,
dengan kancing pada bagian bawahnya, batas pemakaiannya
sepanggul pemakai.
2. Sarungnya pada umumnya bertumpal atau berujung tombak
yang dipakai pada bagian muka. pada bagain pinggangnya
setelah dikat memakai pending.
3. Mengenakan kerudung tipis, dimanapun berada.
4. Konde Cepol
5. Berselop.
b. Pakaian Abang Jakarta.
Pakaian pria ini umumnya terdiri dari :
1. Jas tutup panjang berwarna krem atau kuning muda, bersaku
pada bagian atas leher tertutup .
2. Pantolan sewarna dengan jas.
3. Kepala memakai liskol (sejenis blangkon)
4. Memakai ikat pinggang sejenis selendang lakcon.
5. Sepatu pantopel atau sepatu selop.
6. Perlengkapan pakaian adat pada bagian pinggang disisipkan
batik kecil.

3) Pakaian Adat Jawa


Pakaian adat jawa terdapat beberapa jenis pakaian yang
disesuaikan dengan kegiatan yang akan dijalankan. Pakaian adat Jawa
tengah memiliki berbagai macam jenis dan juga bahan yang
beranekaragam. Berikut macam macam pakaian adat yang ada di Jawa
Tengah:
1. Batik
Batik yang menjadi ikon negara Indonesia dan sorotan negara asing
merupakan asli pakaian adat Jawa Tengah. Bahkan Unesco sudah
menentukan bahwa batik merupakan warisan budaya Indonesia.
2. Jarik
Pakaian adat Jawa Tengah yang kedua yaitu jarik. Jarik merupakan
sebuah kain yang bermotifkan batik dengan berbagai corak. Jarik
sendiri mempunyai filosofi tersendiri yaitu sebuah tingkatan dalam
hidup. Batik dulunya dipakai untuk beraktivitas sehari hari oleh kaum
wanita baik muda maupun tua.
3. Surjan
Surjan adalah pakaian atasan resmi adat jawa yang diperuntukkan
untuk kaum pria. Bentuk surjan hampir seperti jas yang dulunya
didesain oleh bangsa Belanda. Untuk letak kantong kancing surjan
berbeda dengan pakaian atau jas sekarang yaitu berada disamping.
Pakaian adat surjan saat ini sudah sangat langka. Surjan ini biasanya
untuk sekarang digunakan untuk resepsi pernikahan di Jawa Tengah.
4. Keris
Keris memang bukan untuk dipakai dan bukan menjadi pakaian adat.
Tapi jangan salah, keris merupakan pelengkap utama pakaian surjan.
Serasa ada yang kurang jika mengenakan surjan tanpa ada hiasan keris
di punggungnya. Keris disini bukan merupakan keris yang asli dan
tajam. Hanya sepotong kayu yang diukir menyerupai keris sungguhan
dan dikemas dengan tempat keris sungguhan. Sungguh unik dan
langka sekali adat dari masyarakat jawa ini.
5. Kebaya
Pakaian adat yang berada di Jawa Tengah selanjutnya adalah kebaya.
Kebaya merupakan pakaian khas asli Jawa Tengah yang bahannya
tipis jika dipakai seringkali kelihatan kulitnya. Kebaya sendiri
merupakan busana khusus wanita. Biasanya seorang wanita
mengenakan kebaya dipakai saat menghadiri pesta pernikahan atupun
menghadiri adat lainya. Kebaya seringkali dipakai bersamaan dengan
jarik. Karena yang cocok dipakai bersamaan jarik adalah kebaya
sendiri.
6. Jawi Lengkap
Sebaliknya dengan kebaya, pakaian adat khas Jawa Tengah ini
dikhususkan untuk seorang pria. Jawi lengkap merupakan perpaduan
dari pakaian beskap bermotif kembang, dengan mengenakan blankon
di kepala. Jawi lengkap merupakan pakaian khas Jawa Tengah. Biasa
digunakan oleh abdi keraton dan seringkali dijadikan untuk resepsi
pernikahan. Seseorang yang menggunakan jawi lengkap untuk saat ini
terbilang sangat langka.
7. Blankon
Blankon merupakan tutup kepala yang terbuat dari kain diikat,
bercorak larik. Di bagian blankon yang belakang terdapat monjolan
dari kain yang dibundel. Blankon di Jawa Tengah terdapat dua ikatan
yang diibaratkan dengan dua kalimat syahadat. Ikatan pada bagian
belakang blankon diikat dengan kuat, karena menjadi filosofi tentang
pentingnya berteguh pada pendirian yang kuat. Blankon sendiri juga
berfungsi untuk menyembunyikan rambut yang panjang. Konon
rambut yang panjang adalah aib, maka kita harus selalu
menyembunyikan aib dengan blankon.
8. Kemben
Pakaian adat selanjutnya adalah kemben. Kemben merupakan penutup
dada seorang wanita terbuat dari kain panjang. Kain tersebut dililitkan
dari daerah dada hingga sampai bawah pinggul. Kemben sebenarnya
hanyalah sebuah pelengkap sebuah pakaian adat. Akan tetapi kemben
dari dulu hingga sekarang hanyalah digunakan oleh masyarakat Jawa
Tengah. Tentu kita harus tau meskipun pakaian ini tidak terlalu
penting karena tidak kelihatan.
9. Kuluk
Hampir sama dengan blankon, kuluk merupakan penutup kepala yang
kaku dan tinggi. Kuluk salah satu pakaian adat yang sering digunakan
untuk pernikahan. Saat menghadiri acara adat jawa kuluk ini juga
sering digunakan. Selain digunakan untuk pernikahan, kuluk juga
dipakai raja raja yang digunakan untuk upacara di masing masing
kerajaan. Kuluk memang dikhususkan untuk acara tertentu, serta tidak
semua orang bisa menggunakannya.
10. Stagen
Stagen merupakan sebuah kain yang panjang berbentuk gulungan.
Biasa yang digunakan untuk menahan jarik agar tidak melorot. Stagen
merupakan pakaian pelengkap yang dikenakan sebelum memakai
kebaya atau beskap. Stagen saat ini jarang sekali digunakan, hanya
beberapa yang masih mengenakan stagen. Selain barangnya sudah
langka, memakai stagen sangat ribet. Stagen biasanya juga digunakan
untuk terapi perut agar perut tidak terlalu besar.
11. Kain Tapih Pinjung
Kain tapih pinjung merupakan pakaian adat yang sering digunakan
dililitkan di pinggang. Dari kiri ke kanan untuk melilitkan ke perut
dan pinggang. Kain tapih pinjung terbuat dari jarik yang bermotif
batik. Tujuan utama mengenakan kain ini adalah agar menutupi stagen
yang sudah dikenakan. Kain tapih pinjung hanya dijadikan sebagai
penambah dari berpakaian adat khususnya Jawa Tengah. Tidak ada
salahnya jika kita tetap membudidayakan peninggalan nenek moyang
ini.
12. Sinjang Atau Dodot
Sinjang atau dodot merupakan kain katik panjang yang digunakan
untuk menutup badan yang bagian bawah. Termasuk pakaian adat
akan tetapi tidak menjadi baku seperti kebaya. Sinjang dibutuhkan
karena untuk menutup badan. Meskipun tidak terlalu penting akan
tetapi sinjang atau dodot juga diperlukan.

4) Pakaian Adat Batak


Keselarasan budaya erat kaitannya dengan suku yang ada di sebuah
daerah. Suku Batak menjadi suku khas daerah Sumatra Utara. Kita pasti
sudah tak asing mendengar kata kain ulos. Sepertinya, sebagian besar suku
Batak menggunakan ulos sebagai kain sakral pada upacara adat atau pesta.
Tetapi, penggunaan, kombinasi, dan sebutan kain ulos ternyata berbeda-
beda pada setiap suku Batak yang ada di Sumatra Utara.
1. Pakaian adat Suku Batak Toba
Di pakaian adat suku Batak toba, kain ulos yang digunakan oleh laki-
laki disebut Hande-Hande untuk bagian atasnya dan Singkot untuk
bagian bawahnya. Sedangkan untuk bagian kepala disebut Bulang-
Bulang, Detat, atau Tali-Tali. Pada acara adat, biasanya orang Batak
Toba menggunakan ulos dan menjadikannya selendang. Ulos yang
digunakan biasanya disebut Ukia Ragihotang, Sadum, Jugjaragidup,
dan Runjat.
2. Pakaian adat Suku Batak Mandailing
Kain ulos pada pakaian adat suku Batak Mandailing di padupadankan
beberapa aksesoris. Perempuan Mandailing menggunakan bulang di
keningnya. Bulang memiliki makna lambang kemuliaan dan simbol
struktur kemasyarakatan. Sedangkan, laki-laki Mandailing
menggunakan penutup kepala yang disebut Ampu. Warna hitam yang
pada Ampu memiliki fungsi magis sedangkan warna emas
menunjukkan simbol kebesaran.
3. Pakaian adat Suku Batak Karo
Pakaian adat suku Batak Karo terbuat dari pintalan kapas yang disebut
dengan Uis Gara yang berarti kain merah. Disebut demikian lantaran
dibuat menggunakan benang berwarna merah. Suku Karo memadukan
kain Uis Gara dengan warna lain yaitu hitam, putih, emas dan juga
perak sehingga memberikan kesan elegan yang khas.

5) Pakaian Adat Bugis


Baju Bodo adalah pakaian adat suku Bugis-Makassar dan
diperkirakan sebagai salah satu busana tertua di dunia. Perkiraan itu
didukung oleh sejarah kain Muslim yang menjadi bahan dasar baju bodo.
Jenis kain yang dikenal dengan sebutan kain Muslin (Eropa), Maisolos
(Yunani Kuno), Masalia (India Timur), atau Ruhm (Arab) pertama kali
diperdagangkan di kota Dhaka, Bangladesh. Hal ini merujuk pada catatan
seorang pedagang Arab bernama Sulaiman pada abad ke-19. Sementara
pada tahun 1298, dalam buku yang berjudul “The Travel of Marco Polo”,
Marco Polo menggambarkan kalau kain Muslin dibuat di Mosul (Irak) dan
diperdagangkan oleh pedagang yang disebut Musolini.
Namun kain yang ditenun dari pilinan kapas yang dijalin dengan
benang katun ini sudah lebih dahulu dikenal oleh masyarakat Sulawesi
Selatan, yakni pada pertengahan abad ke-9, jauh sebelum masyarakat
Eropa yang baru mengenalnya pada abad ke-17, dan populer di Perancis
pada abad ke-18. Kain Muslin memiliki rongga-rongga dan jarak benang-
benangnya yang renggang membuatnya terlihat transparan dan cocok
dipakai di daerah tropis dan daerah-daerah yang beriklim panas.
Sesuai dengan namanya “bodo” yang berarti pendek, baju ini
memang berlengan pendek. Dahulu Baju Bodo dipakai tanpa baju dalaman
sehingga memperlihatkan payudara dan lekuk-lekuk dada pemakainya,
dan dipadukan dengan sehelai sarung yang menutupi bagian pinggang ke
bawah badan. Namun seiring dengan masuknya pengaruh Islam di daerah
ini, baju yang tadinya memperlihatkan aurat pun mengalami perubahan.
Busana transparan ini kemudian dipasangkan dengan baju dalaman
berwarna sama, namun lebih terang. Sedangkan busana bagian bawahnya
berupa sarung sutera berwarna senada.
Baju Bodo memang pakaian tradisional khusus untuk perempuan yang
dalam penggunaannya memiliki aturan berdasarkan warna yang
melambangkan tingkat usia dan kasta perempuan pemakainya.
Warna jingga untuk perempuan berusia 10 tahun, jingga dan merah
darah untuk perempuan berusia 10 sampai 14 tahun, merah darah untuk
perempuan berusia 17 sampai 25 tahun, warna putih dipakai para inang
dan dukun, warna hijau khusus dipakai para puteri bangsawan, dan warna
ungu dipakai oleh para janda.
Pakaian tradisional ini sering dipakai untuk acara adat, seperti
upacara pernikahan. Tetapi sekarang, penggunaan Baju Bodo mulai
meluas untuk berbagai kegiatan, misalnya lomba menari atau upacara
penyambutan tamu-tamu kehormatan. Meski belakangan ini semakin
terpinggirkan akibat pengaruh busana-busana modern, tetapi di kampung-
kampung Bugis yang jauh dari perkembangan dan tren mode busana, Baju
Bodo masih dikenakan oleh para pengantin perempuan saat upacara akad
nikah dan resepsi pernikahan, begitu juga dengan ibu pengantin,
pendamping mempelai, dan para pagar ayu.

6) Pakaian Adat Madura


1. Pakaian Adat Madura Pria
Nama pakaian adat Madura adalah baju pesa’an. Baju ini
sebetulnya adalah baju sederhana yang dikenakan sehari-hari oleh
orang-orang suku Madura di masa silam, baik untuk melaut,
berladang, maupun untuk menghadiri upacara adat. Penggunaannya
pun tidak terbatas baik untuk usia, jenis kelamin, maupun status sosial
bagi orang yang mengenakannya.
Baju pesa’an adalah baju hitam yang serba longgar dengan
dalaman berupa kaos belang merah putih atau merah hitam. Baju ini
dikenakan bersama celana gomboran, yaitu celana kain hitam yang
panjangnya tanggung antara lutut dan mata kaki. Penggunaannya
dilengkapi pula oleh odeng atau penutup kepala sederhana dari
balutan kain, sarung kotak-kotak dan sabuk katemang, tropa atau alas
kaki, serta senjata Tradisional Madura yang berupa celurit.
Secara filosofis, longgarnya pakaian adat Madura ini memiliki arti
bahwa suku Madura adalah suku yang menghargai kebebasan. Kaos
dengan warna belang yang kontras menunjukan bahwa masyarakat
Madura adalah masyarakat dengan mental pejuang, tegas dan
pemberani. Penggunaan odheng atau ikat kepala juga sarat akan nilai-
nilai filosofis. Semakin tegak kelopak odheng dikenakan, maka
semakin tinggi pula derajat kebangsawanan si pemakainya. Untuk
orang sepuh, odheng digunakan dengan ujung dipilin, sementara untuk
yang masih muda, ujungnya dibiarkan tetap terbeber.
Odheng ada beberapa ukuran dan memiliki beberapa motif.
Berdasarkan bentuknya, ada odheng peredhan (besar) dan odheng
tongkosan (kecil), sementara berdasarkan motifnya ada odheng motif
modang, garik atau jingga, dul-cendul, storjan, bere` songay atau toh
biru. Ikatan odheng yang dikenakan dalam pakaian adat Madura juga
memiliki makna tersendiri.
Pada odheng peredhan misalnya, ujung simpul bagian belakang
dipelintri tegak lurus ke atas untuk melambangkan huruf alif. Huruf
alif adalah huruf pertama dalam aksara Hijaiyah (Arab). Sementara
pada odheng tongkosan kota, simpul di bagian belakang dibentuk
seperti huruf lam alif. Kedua bentuk simpul odheng ini melambangkan
pengakuan atas keesaan Alloh, mengingat masyarakat suku Madura
merupakan masyarakat penganut Islam yang taat.
2. Pakaian Adat Madura Perempuan
Sama seperti pakaian pria, pakaian adat Madura untuk perempuan
pun memiliki desain dan motif yang sederhana. Nama pakaian untuk
perempuannya adalah kebaya tanpa kutu baru dan kebaya rancongan.
Kebaya ini digunakan dengan dalaman berupa bh warna kontras,
seperti hijau, merah atau biru yang ukurannya ketat pas badan. Bahan
kebaya yang menerawang dan dipadupadankan dengan bh berwarna
kontras membuat perempuan madura tampak molek.
Penggunaan kebaya ini memiliki nilai filosofis bahwa wanita
Madura memang sangat menghargai kecantikan dan keindahan bentuk
tubuh. Hal lain yang membuktikan filosofi ini adalah bahwa sejak
remaja, gadis madura akan mulai diberi jamu-jamu khusus yang
menunjang kecantikan dan kemolekannya, lengkap dengan berbagai
pantangan makanan yang anjuran-anjuran lain seperti penggunaan
penggel untuk membentuk tubuh yang padat dan indah.
Kebaya sebagai atasan akan dipadukan dengan sarung batik dengan
motif tertentu sebagai bawahan. Motif sarung yang biasa digunakan
misalnya motif tabiruan, storjan, atau lasem. Penggunaan kebaya dan
sarung juga dipadukan dengan stagen Jawa (Odhet) yang panjang dan
lebarnya masing-masing 1,5 m dan 15 cm diikatkan di perut.
Dalam mengenakan pakaian adat Madura ini, para wanita
umumnya juga akan menggunakan berbagai pernik aksesoris sebagai
riasan kecantikannya mulai dari ujung kepala hingga ke ujung kaki.
Beberapa aksesoris tersebut antara lain: Cucuk sisir dan cucuk dinar
adalah hiasan rambut yang terbuat dari logam emas yang bentuknya
seperti busur dengan untaian kepingan uang.
Cucuk sisir dan cucuk dinar di cucukan ke dalam gelungan rambut
yang dibuat bulat penuh. Leng oleng adalah tutup kepala yang terbuat
dari kain tebal. Anteng atau shentar penthol adalah giwang emas yang
dikenakan pada telinga.
Kalung brondong adalah kalung emas dengan rentangan berbentuk
biji jagung yang dilengkapi dengan liontin bermotif uang logam atau
bunga matahari. Gelang dan cincin emas bermotif keratan tebu (tebu
saeres). Penggel adalah hiasan pergelangan kaki yang terbuat dari
emas atau perak. Selop tutup sebagai alas kaki.

7) Pakaian Adat Suku Dayak


a. Pakaian Laki-laki
1. Bluko' (Topi Pelindung): Biasanya topi ini terbuat dari rotan yang
kuat dan tahan benturan, kemudian topi ini dihiasi dengan taring
macan dan harimau, diberi manik-manik dan bulu kambing di atas
nya warna putih dan merah. Lalu pada bagian belakang topi ini
diberi hiasan juga seperti bulu enggang (tebengang), dan bulu
pegun (sejenis enggang namun gading nya pendek dan bulu
ekornya sangat panjang). Pada jaman dahulu Topi Bluko' ini
mempunyai dan memiliki unsur magis dan religius, pada masa
lampau Topi Bluko' nerupakan benda yang diyakini memiliki
kekuatan supranatural dan dapat mempengaruhi sugesti si
pemakainya.
2. Leko' Lengen (Gelang Tangan): Biasanya Gelang ini digunakan
di bagian lengan, agar tangan tidak mudah keram pada saat
berperang dengan waktu lama.
3. Besunung (Baju Perang): Baju perang wajib digunakan pada saat
ingin berperang, baju ini selain untuk berperang bisa digunakan
dalam rapat maupun upacara adat, Besunung ini terbuat dari Kulit
Binatang seperti: (Beruang), (Kancil), (Harimau), (Macan),
(Kambing). Mengapa dibuat sedemikian rupa, agar tidak tembus
mandau saat berperang.
4. Avet (Cawat): Kain yang di buat untuk melindungi alat vital. Dan
kemudian dibelakabg cawat ada Tabit (Alas Duduk): Biasanya
dipakai di pinggang belakang nenutupi bagian belakang pada saat
duduk agar tidak kotor pada avet (cawat), maupun bokong. Tabit
terbuat dari daun kipas (sang), manik, dan rotan.
5. Leko' Bate (Gelang Betis): Gelang ini terletak di betis, agar pada
saat berperang kaki tidak mudah keram.
6. Klempit (Perisai): Berfungsi menangkal dan melindungi serangan
dari musuh.
7. Baing (Mandau): Senjata tradisional dalam menjaga diri.
b. Pakaian Perempuan
1. Bluko' (Topi Pelindung): Biasanya topi ini terbuat dari rotan yang
kuat dan tahan benturan, kemudian topi ini dihiasi dengan taring
macan dan harimau, diberi manik-manik dan bulu kambing di atas
nya warna putih dan merah. Lalu pada bagian belakang topi ini
diberi hiasan juga seperti bulu enggang (tebengang), dan bulu
pegun (sejenis enggang namun gading nya pendek dan bulu
ekornya sangat panjang). Pada jaman dahulu Topi Bluko' ini
mempunyai dan memiliki unsur magis dan religius, pada masa
lampau Topi Bluko' nerupakan benda yang diyakini memiliki
kekuatan supranatural dan dapat mempengaruhi sugesti si
pemakainya.
2. Uleng (Kalung): Kalung dari manik batu memiliki warna yang
cantik menghiasi leher wanita Dayak Kenyah.
3. Sapai dan Ta'a Inu' (Pakaian Manik): Pakaian manik yang
memiliki motif sesuai strata sosial.
4. Beteng (Ikat piggang): Terbuat dari manik batu yang digunakan
wanita Dayak Kenyah.
5. Kirip: adalah Bulu burung enggang yang dibuat melingkar dan
diletakan di jari wanita Dayak Kenyah.
6. Leko' Lengen (Gelang Tangan): Gelang tangan ini selalu
digunakan perempuan Dayak Kenyah, agar menambah
kecantikan.

DAFTAR PUSTAKA
Depdikbud. 1990. Pakaian Adat Tradisional Daerah Istimewa Yogyakarta.
Jakarta: Depdikbud.

Depdikbud. 1996. Pakaian Adat Tradisional Daerah Provinsi Daerah Khusus


Ibukota Jakarta. Jakarta: Depdikbud.

Russanti, Irma, 2007. Desain Kebaya Sunda Abad Ke-20 Studi Kasus di Bandung
Tahun 1910-1980. Bandung: ITB. Jurnal ITB, J. Vis. Art. Vol. 1 D, No.
2, 2007, 196-210. [Online] Tersedia :
https://www.researchgate.net/publication/307851744_Desain_Kebaya_S
unda_Abad_Ke-20_Studi_Kasus_di_Bandung_Tahun_1910-1980.

Wikipedia. (2019). Pakaian Adat Suku Kenyah/Dayak Kayan.


https://id.wikipedia.org/wiki/Pakaian_Adat_Suku_Kenyah/Dayak_Kayan.
Diakses pada 27 Januari 2019

Anda mungkin juga menyukai