Anda di halaman 1dari 10

PAKAIAN ADAT

YOGYAKARTA

RAYENDRA HP
RIDHO SAHPUTRA

KELAS 9-2
 Provinsi Yogyakarta memiliki banyak keunikan dan adat istiadat yang masih dilestarikan
sampai sekarang. Salah satunya adalah baju adat Yogyakarta yang terus dipakai oleh
masyarakat disana.

 Baju adat Yogyakarta ini memiliki berbagai jenis yang sesuai dengan kegunaan dan ciri
khasnya tersendiri. Jika dikelompokkan, kurang lebih ada 6 pakaian adat Yogyakarta yang
dipakai oleh berbagai kalangan. Disamping itu, biasanya dalam acara tertentu juga
memakai pakaian tradisional Yogyakarta tertentu.

Sebagai kota wisata, Yogyakarta juga memiliki pakaian adat yang menarik untuk Anda ketahui. Mulai
dari pakaian untuk pria, wanita sampai anak – anak beserta nama – nama pakaiannya. Semua
pakaian adat Yogyakarta yang ada mempunyai keunikan masing – masing, baik dari corak maupun
bentuk rupanya. Unsur seni begitu kendal didapatkan pada pakaian tradisional Yogyakarta. Ini yang
sebabkan kita harus bangga jadi orang Indonesia.
Pakaian Adat DI Yogyakarta Corak Kasatrian
Corak kasatrian dahulunya merupakan pakaian yang dikenakan putra-putri sultan pada perjamuan ramah tamah dengan para
tamu dan kerabat keraton. Sekarang jenis pakain ini dipakai dalam upacara midodareni dan upacara panggih.

Destar pengantin pria untuk corak kesatrian adalah model ngobis, seperti daun kubis yang lebar. Nama ngobis diperuntukkan bagi
sinthingan, yaitu bagian bawah destar berupa sayap di kiri kanan mondholan. Mondholan berasal dari kata mondhol yang berarti
bergantung di suatu tempat. Bentuknya seperti telur itik yang digantung. Mondholan inilah yang membedakan destar gaya Surakarta
yang tidak menggunakan mondholan tetapi rata atau trepes.

Untuk bros digunakan motif matahari, yang melambangkan kehidupan yang selalu bersinar dan kekal. Ada juga bros yang bermotif
bunga cengkih yang melambangkan keuletan dalam menghadapi hidup.

Pakaian yang dikenakan pengantin pria berupa surjan (baju jas laki-laki khas Jawa yang berkerah tegak dan berlengan panjang)
yang terbuat dari kain sutra, dilengkapi dengan karset, rantai jam, dan bros. Surjan bermotif bunga kembang batu atau polos. Keris
yang dipakai bercorak branggah atau ladrangan dengan oncen-oncen (rangkaian bunga) usus-ususan dari bunga melati.

Sabuk atau lontong yang dipakai pengantin pria memiliki lebar 13 cm dan dibuat dari kain tenunan khusus, pada bagian depan
dilapisi kain sutra. Pengantin pria memakai kain batik sama dengan pengantin putri. Misalnya bermotif sidoasih, sidoluhur, sidomukti,
parangkusumo, semen rama, truntun, dan udan riris. Sandal yang digunakan pengantin pria adalah selop yang bagian depannya
tertutup.

Rambut pengantin wanita dirias dengan model gelung tekuk pelik dengan hiasan berupa satu buah cunduk menthul (tusuk konde)
besar menghadap ke belakang. Sisir gunungan jebehan sri taman, ceplok, dan dua buah usus-ususan bunga melati dipasang vertikal
melingkar mengikuti bentuk sanggul, ditambah pelik (kerabu subang kecil) berjumlah sepuluh buah.

Kebaya pendek yang dikenakan pengantin wanita berbahan sutra kembang dengan warna biru tua, hijau tua, merah tua, atau
hitam. baju tidak memakai penutup dada atau kuthu baru. Motif kain yang dipakai sama dengan pengantin laki-laki dan tidak
dibordir atau diprada. Ditambahkan pula perhiasan seperti giwang, kalung, gelang, bros tiga buah, dan selop biasa tanpa bordir
warna hitam. Untuk gaya Yogyakarta, lipatan kain untuk wiru dan garis wiru harus kelihatan dan menghadap ke kanan untuk
membedakan dengan motif surakarta yang garis wirunya tidak kelihatan (sered).
Pakaian Adat DI Yogyakarta Corak Kesatrian Ageng
Busana kesatrian ageng digunakan di lingkungan keraton untuk acara perjamuan seperti
saat acara malam selikuran. Pengantin pria menggunakan kuluk kanigara (kopiah
kebesaran yang tinggi dan kaku) hitam berbentuk bulat dengan pucuk mengecil. Busana
tersebut dibuat menggunakan bahan beludru hitam, bergaris kuning tua dengan pelisir
(pita) dari benang berwarna keemasan, sisir gunungan, mentul sebuah, dan rambut ukel
(terlepas)

Kuluk kanigaran dahulu merupakan busana keprabonan untuk para tumenggung dan
adipati pada upacara resmi. Kuluk yang digunakan para tumenggung dan adipati pada
upacara resmi biasa disebut kuluk tedak loji, sebab dulu jenis penutup kepala seperti ini
dipakai oleh para bupati ke kantor gubernur Belanda di loji (gedung besar) gubernuran. Di
wilayah pesisir, kuluk ini disebut kuluk jangan menir. kanigaran berasal dari bahasa
Sansekerta yang berarti bunga metahari. Demikian juga untuk pakaian adat pengantin
perempuan juga sama dengan corak kesatrian.
Pakaian Adat DI Yogyakarta Corak Yogya Putri
PAKAIAN ADAT CORAK YOGYA PUTRI DISEBUT JUGA BUSANA AGUSTUSAN. PAKAIAN INI DIPAKAI
PARA SULTAN YANG AKAN MENGHADAP GUBERNUR JENDERAL BELANDA WAKTU ITU YANG
DIADAKAN SETIAP BULAN AGUSTUS.

TATA RIAS RAMBUT SAMA DENGAN KASATRIAN AGENG, YAITU MEMAKAI KULUK KANIGARAN HITAM
BERPELISIR BENANG KEEMASAN DIPASANG AGAK MIRING KE DEPAN, SISIR, MENTUL SEBUAH, UKEL,
SUMPING BERBENTUK DAUN, DAN ONCEN SRI TAMAN ATAU BUNGA SURENGPATI.

SUMPING YANG DIPASANG DI TELINGA MELAMBANGKAN KEAGUNGAN DAN KEBESARAN. ADAPUN


BUNGA SRITAMAN DIGUNAKAN UNTUK MEMBERIKAN KESEIMBANGAN BENTUK SEHINGGA KULUK
KELIHATAN TIDAK TERLALU TINGGI.

BAGI PENGANTIN WANITA, RAMBUTNYA DIRIAS DENGAN MODEL SANGGUL GELUNG TEKUK PELIK.
TATA RIAS RAMBUT WANITA DISEBUT MODEL SANGGUL GELUNG TEKUK PELIK KARENA PENGANTIN
WANITA MENGGUNAKAN HIASAN DARI PELIK ATAU PLASTIK PUTIH BERBENTUK BINTANG SEBANYAK 10
BUAH. HIASAN TERSEBUT DITAMBAH DENGAN CUNDUK MENTUL BESAR SEBUAH, SISIR GUNUNGAN,
JEBEHAN SRITAMAN, DAN CEPLOK (BULAT BERWARNA UNTUK HIASAN).

KEBAYA YANG DIPAKAI PENGANTIN WANITA BERSULAM BENANG EMAS (BLENGGEN) PANJANG DARI
BELUDRU BERWARNA MERAH, BIRU TUA, HIJAU TUA, DISESUAIKAN DENGAN PENGANTIN PRIA. KAIN
YANG DIPAKAI BERMOTIF SIDOASIH, SIDOMUKTI, SEMEN RAMA, UDAN RIRIS, PARANGKUSUMO, ATAU
NITIK. KAIN PRADAN PENGANTIN WANITA SAMA DENGAN PENGANTIN PRIA. KEBAYA SEPERTI INI
MENGGAMBARKAN PUTRI RAJA YANG SEDANG BERDANDAN DENGAN KESAN KEAGUNGAN.
PAKAIAN ADAT DI YOGYAKARTA SURJAN DAN
JARIK

Merupakan pakaian adat Yogyakarta yang


dikenakan pria atau laki – laki dewasa. Surjan adalah
baju adat dan Jarik adalah kebawahan berupa kain
batik.
Penggunaan Blankon (penutup kepala) juga
menjadi keharusan pada saat penggunaan pakaian
/ baju surjan. Selain blankon, lelaki dewasa
Yogyakarta juga menggunakan alas kaki berupa
sendal / selop.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai