Anda di halaman 1dari 19

Nama Anggota Kelompok :

1. Agastya Rahadyan Putra ( 02 )


2. Iqbal Rizky Kurniawan ( 11 )
3. Kharisma Dwi Jayanti ( 15 )
4. Muh. Iqbal Imdadurrohman ( 19 )
5. Oktavia Agustin ( 22 )
6. Rema Marninda Zahara ( 26 )
7. Risty Mustika Hardini ( 28 )
8. Septiana Panganggit ( 29 )
9. Venika Pramukti ( 32 )
 Corak Pengantin Paes Ageng
 Busana ini pada zaman dahulu dikenakan oleh putra dan
putri Sri Sultan pada upacara perkawinan di dalam
Keraton Ngayogyakarta yaitu pada saat upacara adat
Panggih , namun pada perkembangan nya, busana ini saat
ini boleh di pergunakan oleh masyarakat umum.
 Busana Pengantin Paes Ageng terdiri dari kain
dodot/kampuh yaitu kain dengan lebar 2 kali dari kain
biasa serta dengan panjang kurang lebih 3,5 meter.
 Tata Rias Paes Ageng memiliki ciri khas, yaitu di bagian
tepi cengkorongan diberi prada(serbuk emas), sanggul
yang dikenakan berupa gelung bokor yang terbuat dari
irisan daun pandan yang di tutup rangkaian melati. Pada
daun telinga diberi sumping daun papaya yang bagian
tengahnya di olesi pidih dan prada, namun daun papaya
ini bias di ganti dengan sumping dari emas imitasi.
 Corak Paes Ageng
Kanigaran
 Tata Rias serta busana
Pengantin Kanigaran sama
dengan Paes Ageng, yaitu
mengenakan kain dodot
namun jika pada Busana
dodot Paes Ageng pengantin
tidak mengenakan baju,
disini Pengantin
mengenakan beskap dan
kebaya beludru.
 Corak Pengantin Jangan Menir
 Dahulu, busana ini di kenakan
pada saat upacara Boyongan,
yaitu saat Pengantin Putri
boyongan ( pindah) ke kediaman
Pengantin Pria, biasa sehari
setelah Upacara Perkawinan di
lakukan.
 Riasan dari Jenis Busana ini sama
dengan riasan Paes Ageng.
Busana yang di kenakan berupa
Beskap dan Kebaya beludru di
lengkapi dengan perhiasan yang
khas dengan kain cinde merah
sebagai bawahan nya.
 Corak Pengantin Jogja
Putri
 Busana yang dikenakan
adalah sepasang busana
Beludru dengan kain
pengantin sebagai bawahan
nya, seperti motif
Sidomukti, Sidoasih,
Sidoluhur, Semen Romo,dll
 Tata Rias pengantin Wanita
pada corak Jogja Putri
memiliki ciri khas, sanggul
cemara, dengan di hias
bunga jebehan merah serta
perhiasan satu buah cunduk
mentul dan gunungan di
atas sanggul.
 Corak Kesatrian
Ageng
 Busana pada corak ini
hampir sama dengan
corak pengantin Jogja
Putri, namun untuk
busana Pengantin Pria
berupa Surjan yaitu
baju panjang yang
terbuat dari kain sutra
motif bunga polos.
 Busana Basahan Solo
Menurut tradisi Keraton Surakarta, busana yang digunakan
pada saat Upacara Pernikahan adalah Busana Kampuh /
dodot yaitu kain khusus sepanjang +/- 4,5 m yang dihiasi
taburan prada emas pada babaran kainnya, yaitu corak Alas
- Alasan berwarna hijau yaitu corak yang terdiri dari aneka
satwa dan tumbuhan yang ada di rimba / hutan seperti
garuda (maknanya dapat meninggikan kedudukan raja),
kura kura (perlambang dunia bawah/bumi), ular
(perlambang air dan bumi), burung (menggambarkan
bahwa manusia akan selalu kembali ke pencipta), ayam
jantan(symbol keberanian), gunung (symbol tempat
bersemayamnya para dewa), gajah (symbol kendaraan
raja), harimau (symbol kewibawaan), kawung 9 simbol
kesucian dan umur panjang). Secara keseluruhan, Motif
Alas - Alasan bermakna kemakmuran dan kewibawaan.
 Riasan Pengantin Wanita pada Busana Dodot Solo /
Basahan Solo
Sanggul pengantin Solo Basahan disebut sanggul bokor
mengkurep yang ditutup oleh rajut melati dan pada
sebelah kanan konde disematkan melati tibo dodo
dengan perhiasan kembang goyang diatas sanggul.
Berbeda dengan riasan Solo Putri bagian dahi pengantin
menggunakan paes warna hijau gelap.
 Busana dan Rias Pengantin Solo Putri

Selain Busana Basahan Solo, juga ada Busana Pengantin


Solo Putri juga merupakan busana pengantin yang
digunakan oleh sebagian besar masyarakat umum di luar
Keraton. Pada Busana ini Pengantin Pria mengenakan
beskap Sikepan beludru warna Hitam dengan bordir
benang gim, Pengantin Wanita senada dengan Pengantin
Pria mengenakan kebaya panjang selutut terbuat dari
bahan beludru hitam. Kain batik yang digunakan adalah
kain batik Motif Sidomukti (yang bermakna agar pasangan
selalu bahagia dan disegani), motif Sido Asih(yang
bermakna agar pasangan saling mengasihi dan mencintai),
Sido Mulyo (agar menjadi pasangan yang dimuliakan oleh
lingkungan sekitar).
 Riasan pada Pengantin Solo Putri yaitu sanggul bokor
mengkurep yang ditutup oleh rajut melati dan tibo
dodo Bawang sebungkul, yaitu untaian melati yang
berbentuk seperti kumpulan bawang dengan paes
berwarna hitam.

Seiring dengan perubahan masa, saat ini busana


Pengantin Tradisional Solo Putri telah mengalami
perkembangan pada pemilihan warna dan jenis bahan
untuk busana. Pada tata rias, sanggul dan perhiasan
juga sedikit mengalami pergeseran dan penyesuaian
namun dengan tanpa meninggalkan pakem dan makna
filosofi yang terkandung seperti Paes, dan motif batik
yang selalu di pertahankan.
 Beskap Sikepan Ageng

Beskap ini merupakan


beskap yang di dalam nya
dilapisi oleh kemeja yang
memiliki kancing
berjumlah 9 yang biasa nya
berwarna emas / perak.

Beskap Sikepan Cekak

Beskap yang di dalam nya tidak


dilapisi kemeja dan memiliki
kancing yang menyamping dan
berjumlah 6.
 Beskap Langenharjan

Beskap yang menyerupai


bentuk Jas model barat,
di dalamnya dilapisi
kemeja serta rompi dan
menggunakan dasi kupu
kupu
Beskap Atela

Beskap tutup yang


memiliki kancing
yang lurus dari atas
ke bawah dan
berjumlah 9
 Tata rias busana pengantin Solo terinspirasi dari busana oleh
bangsama Keraton Kasunanan Surakarta, dan Istana
Mangkunegaran. Tata rias dan busanapengantin gaya Solo yang
pertama adalah Solo Putri. Dalam rata rias dan gaya busana
pengantin Solo Putri, pengantin pria mengenakan beskap
langenharjan dengan blangkon dan batik wiron bermotif
Sidoasih prada.
 Sedangkan mempelai wanita berkebaya beludru klasik panjang
klasik warna hitam dengan sulaman benang keemasan motif
bunga manggar. Untuk kainnya batik motif Sidoasih prada.
 Tata rias pengantin wanita Solo Putri adalah dengan riasan paes
hitam pekat dan rambut ukel besar seperti bokor mengkureh
(bokor tengkurap), serta hiasan ronce melati tibo dodo (untaian
bunga melati dari kepala hingga dada), kemudian cundhuk sisir
dan cundhuk mentul di bagian atas konde.
 Sedangkan tata rias busana basahan pengantin pria
terdiri dari dodot yang bermotif sama dengan
mempelai wanita, kuluk dengan hitam, biru, atau
merah, penutup kepala, stagen, sabuk timang, epek,
celana cinde sekar abrid, keris warangka ladrang,
buntal, kolong keris, selop dan perhiasan kalung ulur.
 Beberapa tata rias dan gaya busana pengantin Yogyakarta adalah
Paes Ageng, Paes Ageng Kanigaran, Jogja Putri, dan Kesatrian.
Dalam Paes Ageng, pengantin mengenakan dodot lengkap
dengan riasannya.Mempelai wanita berpaes hitam dengan
hiasan garis keemasan di sisinya.
 Rambut sanggul bokor dengan gajah ngolig yang menjuntai,
serta sumping dan aksesoris. Mempelai pria mengenakan kuluk
menghiasi kepala, ukel ngore (buntut rambut menjuntai)
dilengkapi sisir dan cundhuk mentul kecil.
 Ada juga tata rias dan gaya busana pengantin Jogja Putri.
Mempelai putri mengenakan sanggul tekuk berhias mentul
besar menghadap belakang dan pelat gunungan. Busananya
adalah kebaya beludru panjang dengan bordir keemasan,
sedangkan kainnya batik prada.
 http://gema-budaya.blogspot.co.id/2012/08/busana-
dan-rias-pengantin-adat-solo.html
 http://chandrarini.com/macam-kegunaan-busana-
dan-rias-pengantin-jogjakarta
 http://djurnal.com/tata-rias-dan-busana-pengantin-
solo-jogja-ini-bedanya/

Anda mungkin juga menyukai