Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap daerah memiliki jati diri, antara lain ditandai oleh gaya busana pengantin yang
mencerminkan suatu warisan budaya dengan ciri dan keunikan tersendiri. Menyebut nama
Jawa Timur tentunya memiliki alur benang merah pada berbagai dimensi masa, termasuk
diantaranya yakni masa kejayaan dinasti kerajaan Majapahit yang merupakan cikal bakal
dari berkembangnya peradaban seni dan budaya yang masih bisa kita nikmati jejak
sejarahnya di sejumlah daerah di Jawa Timur hingga kini.

Dalam makalah ini menjelaskan tentang busana pengantin yang berasal dari Kota Blitar
dan Malang. Antara keduanya mempunyai ciri khas masing-masing. Warisan tersebut
berasal nenek moyang yang dikembangkan menjadi adat busana pengantin dan tidak
menghilangkan unsur-unsur budayanya.

Secara geografis wilayah Kabupaten Blitar memang berbeda dengan Jogjakarta


(Yogya) maupun Surakarta (Solo). Namun kultur budayanya tidak bisa lepas dari
Mataram, cikal bakal budaya Yogya dan Solo, yang memang kenyataannya nenek moyang
orang Blitar berasal dari Mataram sebelum adanya perjanjian Gianti tahun 1755. Termasuk
para pejabat waktu itu, adipati, wedana, sampai demang adalah orang-orang keturunan
Mataram. Sebingga budaya mataraman sudah memasyarakat dan kental sekali dengan
kehidupan warga Kabupaten Blitar.

Blitar, upacara perkawinan merupakan peristiwa besar dan dianggap luar biasa, maka
wajarkan apabila acara perkawinan dirayakan dengan besar-besaran. Sekarang mungkin
akan lebih bangga, karena Blitar sudah mempunyai tata busana, tata rias, tata upacara adat,
lengkap dengan gending iringan milik sendiri. Yaitu Kartika Rukmi untuk pengantin
kerakyatan dan Kresnayana untuk pengantin kebesaran, bukan Solo Putri atau Solo
Basahan yang merupakan pinjaman milik daerah lain.
Malang, sebuah kotamadya dan kota kabupaten di provinsi Jawa Timur yang memiliki
jejak sejarah purba, serta menjadi cikal bakal seni dan budaya tradisional yang berkembang
di masyarakat hingga kini. Gaya pengantin Malang Keprabon merupakan suatu
rekonstruksi dan dirancang berdasarkan referensi ragam hias dan relief prasasti-prasasti
peninggalan Kerajaan Singasari yang terkenal dengan raja Kertanegara dan permaisuri
Ken Dedes yang cantik jelita, di mana sebagian besar situs bersejarahnya tersebar di
wilayah kabupaten Malang.

1.2 Rumusan Masalah


1.3 Tujuan Makalah
1.4 Manfaat Makalah
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Definisi Busana Pengantin


Kata busana berasal dari Bahasa Sansekerta, yaitu Bhusana yang kemudian diserap
menjadi kata Bahasa Indonesia. Busana adalah segala sesuatu yang kita pakai mulai mulai dari
ujung rambut sampai ke ujung kaki, mencakup busana pokok, pelengkap (milineris dan
aksesoris), serta tata riasnya. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, definisi dari
pengantin adalah orang yang sedang melangsungkan perkawinannya.
Gaun pengantin adalah pakaian yang dikenakan oleh pengantin wanita pada upacara
pernikahan. Warna, gaya dan berbagai kepentingan untuk proses upacaranya sangat penting,
tergantung pada agama, kepercayaan, dan kebudayaan kedua mempelai.
2.1 Karakteristik Masyarakat Malang
Sebagian besar penduduk Kota Malang berasal dari suku Jawa, dimana sebagian besar
suku Jawa di Malang memiliki temperamen yang sedikit lebih keras dan egaliter (bersama-
sama; sederajat) dibandingkan dengan masyarakat Suku Jawa lainnya (red: Jawa Tengah,
seperti Yogyakarta dan Solo). Salah satu penyebabnya adalah tipologi masyarakat Malang
yang terinspirasi oleh Ken Arok, yang diceritakan sebagai raja yang tegas dan lugasmeski
pun lebih mengarah pada keras. terdapat pula suku-suku minoritas, seperti Suku Madura dan
Suku Tionghoa. Namun, secara keseluruhan, etnik masyarakat Malang terkenal dengan
masyarakat yang religious, dinamis, bekerja keras, lugas, dan keras serta bangga terhadap
identitasnya sebagai AREMA atau arek Malang.
Bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi di Kota Malang. namun, bahasa Jawa dengan
dialek Jawa Timuran merupakan bahasa sehari-hari masyarakat Malang. sedangkan kalangan
minoritas, seperti Suku Madura, menuturkan bahasa asalnya sendiri, yaitu Bahasa Madura.
Malang juga dikenal memiliki dialek khas yang disebut boso walikan atau osob kiwalan.
Gaya bahasa masyarakat Malang terkenal egaliter dan blak-blakan yang menunjukkan sikap
masyarakatnya yang tegas, lugas dan tidak mengenal basa-basi. Menurut masyarakat, awal
adanya bahasa khas ini adalah karena pada masa zaman penjajahan dahulu, para pahlawan
penentang penjajah menggunakan bahasa ini saat berbicara di dekat para tantara koloni agar
tantara koloni tak mengerti apa yang sedang mereka perbincangkan, dan hingga saat ini masih
banyak masyarakat yang terus menggunakan bahasa ini dalam kehidupan sehari-hari. Contoh
gaya dialek boso walikan, antara lain adalah rek menjadi ker; mas menjadi sam,
Malang menjadi Ngalam, dan lain sebagainya.
2.2 Busana Pengantin Malang
2.2.1 Busana Pengantin Malang Keprabon

Gaya pengantin Malang Keprabon, yang menggunakan warna hijau, kuning dan oranye
sebagai warna dominan, merupakan suatu rekontruksi dan dirancang berdasarkan referensi
ragam hias dan relief yang berada para prasasti-prasasti peninggalan Kerajaan Singasari yang
berada di puncak masa kejayaan dibawah naungan Raja Kertanegara dan permaisuri Ken Dedes
yang cantic jelita, dimana sebagian besar situ bersejarah (yang berisikan cerita mengenai
mereka) tersebar di wilayah Kabupaten Malang. Sesuai dengan penulusuran sejarah, gaya
busana pengantin Malang Keprabon merupakan sebuah replika perpaduan dari berbagai
elemen karya seni Hindu, Budha, dan Jawa, yang kemudian seiringnya waktu juga dibumbuhi
dengan adat dan budaya Islam.
Busana pengantin mempelai wanita berupa kain pangjang yang disebut Nyamping
Tumpal dan kain dodot motif Taman Sari. Pelengkap busana (baik berbentuk aksesoris atau
milineris), antara lain adalah pending emas di bagian pinggang, kelat bahu (kanan dan kiri),
gelang kono di kedua tangan serta buntal (rangkaian irisan daun pandang dan ronce melati
dipasang menggantung pada pinggang. Sedangkan ada pula aksesoris mempelai wanita ialah
Kembang Goyang Padma (teratai), Jamaus Urna (dipasang di rambut), subang Kundala di
telinga, dan kalung Hara yang dipasangkan melingkari leher hingga sebatas dada. Pada bagian
belakang menggunakan persiasan berupa Penetep Puspa Padma, dipasang di tengah sanggul
dan Sekar Tanjung. Selain itu, mempelai wanita dalam busana pengantin Malang Keprabon
menggunakan sanggul Ukel Keprabon.

Busana pengantin pria berupa celana panjang motif Tumpal Malangan sesuai dengan
pengantin putri. Menggunakan dodot Taman Sari dibentuk menjadi busana pengantin pria
yang disebut Projo Gumelar. Perhiasan pengantin pria yakni sumping permata di atas kedua
telinga, kalung kece, kalung sulur, sabuk tiumang segi empat, boro-boro, kelat bahu,
gelang, binggel di kedua kaki, buntal soka, keris, serta kuluk makutho warna hitam sebagai
penutup kepala.
2.1.2 Busana Pengantin Malang Keputren

Selain busana pengantin Malang Keprabon, kota Malang juga memiliki busana
pengantian lain yang juga kerap digunakan oleh masyarakat malang. Nama busana itu
adalah pengantin tersebut adalah Busana Pengantin Malang Keputren.
Dalam busana ini, mempelai wanita menggunakan hiasan kepala berupa Kembang
Goyang bunga Padma/cunduk mentul tujuh buah. Mempelai wanita juga menggunakan
kalung permata, Gorda kencana atau kelat bahu, giwang dan cincin permata, serta gelang
Sigar Menjalin. Sedangkan mempelai pria menggunakan Jamang Padma Kumala untuk
aksesoris kepala. Kedua mempelai juga menggunakan alas kaki berupa selop tertutup
bersulamkan benang emas, ikat pinggang Pending Pitaloka, serta ronce bunga Tibodada
Pitaloka.
Selain aksesoris yang digunakan, perbedaan antara busana pengantin Malang
Keprabon dengan busana pengantin Malang Keputren adalah pakaian yang dikenakan,
dimana kedua mempelai pada busana pengantin Malang Keprabon menggunakan Dodot
Taman Sari dan Kain nyamping Tumpul Malangan, sedangkan kedua mempelai dengan
busana pengantin Malang Keputren menggunakan baju beludru hitam dengan corak bunga
Padma, selendang Nawang panjang untuk di bagian atas dan Jarit Gringsing Bang untuk
bagian bawahnya.
Busana penantin Malang Keputren merupakan busana pengantin modifikasi, namun
tetap mengacu pada referensi peninggalan sejarah Kerajaan Singosari, yaitu arca, relief, dan
catatan sejarah yang berkaitan dengan perkembangan peradaban dan budaya semasa
kerajaan Singosari. Peciptaam ragam motif kain busana, pelengkap busana, dan aksesoris
serta tat acara adat prosesi pengantin Malang Keputren disesuaikan dengan potensi dan
budaya yang berkembang dalam masyarakat, sehinga busana ini tetap dapat diterapkan
untuk masa sekarang hingga mendatang.
2.3 Detail Busana Pengantin Malang Keprabon

A. Aksesoris kepala mempelai wanita


busana pengantin Malang Keprabon
1. Kembang Goyang Padma;
2. Jamus Makutho Keprabon;
3. Urna (Mata hari atau Batin);
4. Subang Kundala;
5. Kalung Hara besar dan kecil;
6. Sekar Tanjung
7. Bunga Cempaka

6 6
7
3
B. Detail Busana Pengantin keprabon
Mempelai Wanita
1a. Kalung sulur (atas);
1b. Kalung sulur sanggabuana;
2a. Kelat Bahu Kayura Padma;
2b. Kelat Bahu Kayura Padma
menggunakan sulur;
3. Pending Padma Pitaloka;
4. Gelang Kono;
5. Uncal Tribuana;
6. Cincin;
7. Boro-Boro Sulur Sakembaran;
8. Benggel
C. Detail Busana Pengantin keprabon
Mempelai Pria
1. Kuluk Makhuto 3 Tingkat;
2. Sumping Permata;
3. Kalung Kace;
4a. Kalung Sulur;
4b. Kalur Sulur Sanggabuana;
5. Kelat Bahu Keyura Padma;
6. Sabuk Timang;
7. Gelang Kono;
8. Uncal Tribuana;
9. Boro-Boro Sulur Sakembaran;
10. Binggel
2.4 Makna Busana dan Aksesoris Busana Pengantin Malang Keprabon
2.4.1 Makna Busana dan Aksesoris Busana Pengantin Malang Keprabon Mempelai
Wanita
Menurut Faidah, Mutimmatul dan Ningtyas, Asmaus Salma Suwita (2013:47),
busana pengantin Malang Keprabon mempelai wanita, yaitu:
No. Bentuk Makna Keterangan
Tata Rias
1. Bedak warna kuning Sifat lemah lembut, dan
langsat, alis keanggunan secantik
melengkung indah, putri keraton -
lipstick dan blush-on
merah cerah
2. Eye shadow warna Kemakmuran dan
cokelat, oranye, dan kehangatan -
kuning
3. Ati-ati Kuku Macan Kekuatan -
Tata Rambut
1. Ukel Keprabon, dihias Kelembutan dan
dengan ronce melati kehangatan bulan
Purnama Sidhi

2. Jamus Makhuto Kekuasaan, kemegahan,


Keprabon dengan urna mata batin, dan
keseimbangan hidup
3. Kembang Goyang Selalu mengingat Sang
Padma Pencipta

4. Sekar Tanjung Kesucian hati dan


fikiran

5. Bunga cempaka pada Kemulian


ronce pengasih dan
tibodada
6. Pengasih Permohonan untuk
keturunan yang
sholeh/sholehah

Tata Busana
1. Kain Dodot motif Keindahan dari taman
Taman Sari Kerajaan Singosari

2. Dodot Tirto Sumilak Tetap kokoh walaupun


gelombang cobaan
sangat dahsyat

3. Kain Nyamping Tumpal Keyakinan sebagai


Malangan dasar membangun
sebuah keluarga
Aksesoris dan
Roncean melati
1. Klat Bahu Keyura Saling melengkapi
Padma dengan Sulur sebagai pasangan

2. Buntal Suko Penolak bala (kesialan)


Manunggal

3. Semua aksesoris lain Senjata perlindungan


dan berwarna emas diri, kemakmuran dan -
(terbuat dari emas) kejayaan

Anda mungkin juga menyukai