Anda di halaman 1dari 33

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan
karunia-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Busana
Daerah DKI Jakarta dan Jawa Barat”. Namun penulis menyadari makalah ini belum
dapat dikatakan sempurna karena mungkin masih banyak kesalahan-kesalahan.

Makalah ini penulis susun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Busana Daerah,
dalam makalah ini penulis membahas mengenai “Busana Daerah DKI Jakarta dan
Jawa Barat”.Dengan makalah ini penulis mengharapkan agar dapat membantu sistem
pembelajaran. Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini.

1. Kepada Dosen Mata Kuliah Busana DaerahIbu Dra. Ernawati Nazar,


M.Pdyang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan
makalah ini.
2. Kepada orang tua yang telah memberikan motivasi dan dukungan kepada
penulis baik secara moral maupun material.
3. Kepada teman-teman yang telah memberi dorongan dan membantu dalam
menyelesaikan makalah ini.

Akhir kata penulis ucapkan terimakasih atas segala perhatiannya.

Padang,29 September 2015

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i

DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG .............................................................................. 1


B. RUMUSAN MASALAH .......................................................................... 1
C. TUJUAN ................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. BUSANA DAERAH DKI JAKARTA


1) SEJARAH PROVINSI DKI JAKARTA ...................................... 3
2) UPACARA PERKAWINAN ADAT PROVINSI DKI JAKARTA 4
B. BUSANA DAERAH JAWA BARAT
1) SEJARAH PROVINSI JAWA BARAT ....................................... 10
2) UPACARA PERKAWINAN ADAT PROVINSI JAWA BARAT 11

BAB IV PENUTUP

A. KESIMPULAN ......................................................................................... 21
B. SARAN ..................................................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 22

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Busana daerah adalah yaitu suatu busana daerah yang telah dipakai secara
turun temurun,yang merupakan salah satu identitas dan dapat dibanggakan oleh
sebagian besar pendukung kebudayaam tertentu. (CY Thambun Auyang,1990:2).
Indonesia memiliki berbagai ragam suku bangsa adat dan agama, oleh karena itu
busana daerah di Indonesia banyak sekali ,tersebar dari Indonesia bagian Barat
sampai ke Indonesia bagian Timur,dengan ciri khas masing-masing daerah.

Salah satu busana daerah dari pulau Jawa yang memiliki ciri khas unik
yaitu busana dari daerah DKI Jakarta dan Jawa Barat.Secara umum busana
penganten pada setiap daerah memiliki lambang dan makna yang sama, yang
membedakan hanya nama saja untuk tiap-tiap daerah.Simbol-simbol yang ada
pada busana adat pengantin diantaranya :

a. Pelengkap kepala
Sunting untuk pengantin wanita ,dan destar untuk pengantin laki-laki.
Mempunyai makna bahwa kehidupan pengantin setelah menikah harus
bisa menjunjung tinggi adat istiadat kebudayaan setempat.
b. Selendang,tokah,kalung besar
Mempunyai makna bahwa seorang wanita yang telah menikah harus
memiliki hati yang sabar ,tidak gegabah didalam mengambil keputusan.
c. Gelang
Melambangkan bahwa seorang wanita harus bisa membawa diri
d. Selop
Melambangkan bahwa pengantin tersebut harus melangkah penuh dengan
kehati-hatian.

4
Kebudayaan DKI Jakarta sangat beragam.Sejak jaman dulu,Jakarta
memang telah menjadi wadah pertemuan antar budaya (melting pot). Demikian
pula sukubangsa Betawi yang merupakan “penduduk asli” Jakarta, hidup dan
berkembang dengan menerima pengaruh berbagai kebudayaan lainya.Di antara
banyak keunikan yang dimiliki,busana dan tata rias pengantin Betawi sangat
kaya akan pengaruh budaya lain, baik budaya asing maupun beberapa
sukubangsa yang ada di indonesia. Pengaruh budaya asing yang cukup kental
terlihat adalah Arab (Islam), Cina , India ,dan Barat (Belanda). Adapun
pengaruh kebudayaan sukubangsa lain yang cukup menonjol adalah Sumatera
atau Melayu, Jawa, Sunda, dan Bali. Oleh karena itu , masyarakat Betawi
mengenal tidak kurang dari 6 (enam) pakaiaan adat pengantin Betawi, yaitu: (1)
Cara dandanan Haji ( Arab); (2) Cara model India; (3) Cara model Barat
(Belanda); (4) Cara model Jawa; (5) Cara model Sunda (Srimpi) dan (6) cara
model Melayu (Sumatera).

Lain halnya dengan busana DKI Jakarta,busana adat Jawa Barat memilki
ciri khas tersendiri,berada pada dataran tinggi dengan suku asli sunda membuat
masyarakat Jawa Barat hidup bercocok tanam ,kegiatan bercocok tanam ini
kebanyakan dilakukan oleh wanita . Pakaian yang digunakan saat bercocok
tanam adalah pakaian yang longgar serta nyaman saat dikenakan ,dari sinilah
inspirasi busana adat Jawa Barat dimana busana pengantin asli Jawa Barat
terkesan sederhana dengan kebaya yang membentuk tubuh .

Kebaya adalah blus tradisional yang dikenakan oleh wanita Indonesia


yang terbuat dari bahan tipis yang dikenakan dengan sarung, batik, atau pakaian
rajutan tradisional lainnya seperti songket dengan motif warna-warni.
Pakaian adat jawa barat di bagi menjadi beberapa golongan, seperti pakaian
rakyat biasa, pakaian golongan menengah, dan pakaian adat bangsawan yang
hanya dikenakan oleh kaum bangsawan.

5
Dengan mempelajar busana daerah ,khususnya busana daerah dari DKI
Jakarta dan Jawa Barat kita bisa menggali keunikan-keunikan yang ada pada
busana pengantin sehingga bisa menginspirasi banyak orang untuk melestarikan
dan mengembangkan busana daerah tersebut menjadi busana modifikasi yang
dapat dipakai oleh generasi muda dan banyak diminati.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu busana Daerah ?
2. Bagaimana sejarah dari busana pengantin DKI Jakarta dan Jawa Barat ?
3. Apa saja detail/simbol/makna yang ada pada busana DKI Jakarta dan
Jawa Barat
4. Apa saja bentuk busana daerah pengantin dari dari setiap provinsi
,kabupaten,kota madya ?

C. TUJUAN
1. Menggali nilai-nilai sejarah pada busana daerah
2. Menemukan keunikan-keunikan yang ada pada busana daerah
3. Melestarikan kebudayaan daerah khususnya daerah DKI Jakarta dan Jawa
barat
4. Mengajak generasi muda menjadi tonggak penerus warisan leluhur

D. MANFAAT
1. Menambah wawasan generasi muda akan kebudayaan indonesia khusunya
daerah DKI Jakarta dan Jawa Barat
2. Dapat memodifikasi busana daerah menjadi busana modren yang dapat
dinikmati berbagain kalangan
3. Memperkenalkan kekayaan busana daerah Indonesia kepada Masyarakat
umum

6
BAB II
PEMBAHASAN

1. DKI JAKARTA
A. SEJARAH PROVINSI DKI JAKARTA
Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta) adalah ibu kota negara
Indonesia. Jakarta merupakan satu-satunya kota di Indonesia yang memiliki
status setingkat provinsi. Jakarta terletak di Tatar Pasundan, bagian barat laut
Pulau Jawa. Dahulu pernah dikenal dengan nama Sunda Kelapa (sebelum 1527),
Jayakarta (15271619), Batavia/Batauia, atau Jaccatra (1619-1942), Jakarta
Tokubetsu Shi (1942-1945) dan Djakarta (1945-1972). Di dunia internasional
Jakarta juga mempunyai julukan seperti J-Town,[7] atau lebih populer lagi The
Big Durian karena dianggap kota yang sebanding New York City (Big Apple) di
Indonesia.[1][8]

Jakarta memiliki luas sekitar 661,52 km² (lautan: 6.977,5 km²), dengan
penduduk berjumlah 10.187.595 jiwa (2011).[9] Wilayah metropolitan Jakarta
(Jabotabek) yang berpenduduk sekitar 28 juta jiwa,[6] merupakan metropolitan
terbesar di Asia Tenggara atau urutan kedua di dunia.

Kebudayaan Jakarta sangat beragam.Sejak jaman dulu,Jakarta memang


telah menjadi wadah pertemuan antar budaya (melting pot). Demikian pula
sukubangsa Betawi yang merupakan “penduduk asli” Jakarta, hidup dan
berkembang dengan menerima pengaruh berbagai kebudayaan lainya.Di antara
banyak keunikan yang dimiliki,busana dan tata rias pengantin Betawi sangat
kaya akan pengaruh budaya lain, baik budaya asing maupun beberapa
sukubangsa yang ada di indonesia. Pengaruh budaya asing yang cukup kental
terlihat adalah Arab (Islam), Cina , India ,dan Barat (Belanda). Adapun
pengaruh kebudayaan sukubangsa lain yang cukup menonjol adalah Sumatera
atau Melayu, Jawa, Sunda, dan Bali. Oleh karena itu ,masyarakat Betawi
mengenal tidak kurang dari 6 (enam) pakaiaan adat pengantin Betawi, yaitu:

7
a. Cara dandanan Haji ( Arab);
b. Cara model India;
c. Cara model Barat (Belanda);
d. Cara model Jawa;
e. Cara model Sunda (Srimpi) dan
f. cara model Melayu (Sumatera).

B. BUSANA DAERAH PROVINSI DKI JAKARTA


Pengantin Pria
 Pengantin laki-laki dengan dandanan cara haji,biasanya menggunakan
tutup kepala yang disebut alpia atau alpie. Topi pengantin laki-laki
yang berasal dari tanah suci mekah ini tingginya 15-20 cm dan dililit
dengan sorban kain,warna putih,gading,atau kadang-kadang
kuning.Ronje atau untaian bunga melati yang ujung bawahnya ditutup
bunga cempaka dan ujung atasnya diberi sekuntum mawar
merah,diletakkan sebanyak 3 (tiga) untai di pinggir kiri alpia.Terkadang
dibagian atas disematkan sepasang sepasang kembang goyang.
 Untuk tata rias wajah ,tidak ada yang khusus.Hanya sedikit bedak yang
ditaburkan diwajah agar terkesan rapi.Biasanya kumis dan cabang juga
dirapihkan agar tampak bersih.
 Busana yang dikenakan berupa jubah terbuka,yang agak longgar dan
besar.Bagian jubah ini,biasanya dihiasi dengan emas dan manik-manik
bermotif burung hong,bunga-bunga,kubah mesjid dan lain
sebagainya.Sebelum mengenakan jubah,biasanya seorang pengantin
laki-laki memakai gamis (baju dalam) polos bewarna muda yang
panjangnya kira-kira sampai mata kaki dan tidak boleh
melebihinya.Gamis lebih panjang sekitar 10 cm dari jubah.Sebuah
selempang berhiaskan mute sebagai tanda kebesaran dikenakan boleh
didalam maupun diluar jubah. Sebagai alas kaki biasanya digunakan
sepatu kulit dengan kaos kaki yang merupakan pengaruh Belanda sejak

8
abad ke 19.Namun masih ada pengantin yang mengenakan selop atau
terompah.
Pengantin wanita
Keterpaduan berbagai unsur budaya muncul dalam kekayaan busana
pengantin wanita Betawi yang terkesan meriah.Nama baju pengantin
wanitanya adalah Tuaki,syarat utama dari tuaki ini adalah bahanya yang
polos
 Tuaki
Adalah baju bagian atas (blus) yang dikenal memiliki 2 (dua) model ,
yaitu :
a) Model shianghai (cina)
Cirinya yaitu krahnya yang tertutup,lengan panjangnya diberi
benang karet pada pergelangan,model yang mengikuti bentuk badan
si pemakai,panjang baju sebatas panggul,biasanya di beri pemanis
dengan tambahan kain pada pinggiran bawah tuaki yang dirimpel
keliling.
b) Tuaki berbentuk baju kurung
Modelnya seperti baju kurung melayu pada umumnya.Panjang
lenganya agak longgar.Padanan Tuaki adalah kun yaitu rok yang
melebar kebawah dengan panjang sampai ke mata kaki.Kun juga
diberi hiasan benang tebar dengan kombinasi sesuai tatanan motif
pada tuaki. Warna yang terbuat dari bahan polos disesuaikan dengan
warna tuaki. Biasanya menggunakan warna-warna yang cerah baik
dari bahan satin ataupun beludru ,serta gemerlapan hiasan tuaki dan
kun melambangkan suka cita dan keceriaan keceriaan kedua
pengantin dan seluruh keluarganya.
 Model busana yang sangat sederhana pada busana adat pengantin
wanita Betawi ini ,tampil begitu meriah dengan perlengkapan yang
serba unik.
 Teratai yaitu perhiasan penutup dada dan bahu adalah ciri yang sangat
khas. Hiasab ini terbuat dari bahan beludru bertahtakan hiasan logam

9
pada permungkaanya dengan motif bunga tanjung .Aslinya adalah
emas ,namun saat ini umumnya menggunakan mute.Teratai ini
berjumlah 8 (delapan) lembar kecil, yang kemudian dirangkai menjadi
delapan daun teratai yang simetris .
 Keunikan lainya terdapat pada tata rias di bagian kepala.Rambut
disanggul dengan model buatun atau konde cepol tanpa sasakan
.Caranya adalah dengan melilitkan secara berputar, sehingga
membentuk 3 (tiga) tingkat lingkaran,yang kemudian dipadatkan
dengan tusuk konde . Ketiga tingkat lingkaran ini melambangkan
siklus kehidupan yang dimulai dari kelahiran ,kehidupan,dan kematian
. Letak sanggul ditengah-tengah agak ke atas memperlihatkan tengkuk
pengantin. Bersih atau tidaknya tengkuk yang tampak, merupakan
pertanda apakah pengantin wanita mampu menjadi ibu rumah tangga
yang mampu memelihara kebersihan fisik dan rohani dalam
kehidupan berumah tangga atau tidak.
 Hiasan kepala yang digunakan cukup kompleks ,Salah satunya yang
unik adalah siangko bercadar yang melambangkan kesucian
seseorang gadis. Siangko bercadar selalu bewarna emas,karena aslinya
terbuat dari emas,atau bahan perak. Biasanya dihiasi batu-batu
permata bahkan yang bertahtakan intan berlian. Panjang cadarnya
30cm ,terbuat dari manik-manik. Saat ini banyak digunakan mate
pasir dengan gumpalan benang wol merah di ujungmya . Selain yang
bercadar ,siangko lainya dengan jumlah 3 buah ,dipakai dibelakang
sanggul sebagai penutup ikatan siangko bercadar . Siangko bercadar
yang berfungsi menutupi wajah pengantin wanita merupakan lambang
kesucianya ,yang disimbolkan dengan tidak boleh dilihatnya
mempelai putri oleh orang lain. Diatas siangko bercadar ini diletakkan
siagar atau mahkota dengan dengan motif bunga-bunga yang di
penuhi permata. Hiasan rambut lainya adalah tusuk paku atau
kembang paku yang berjumlah 10 buah atau lebih yang dimaksudkan
sebagai penolak bala . Tusuk bunga atau kembang lancep berjumlah 5

10
buah yang melambangkan rukun islam,kewajiban yang harus
dijalankan oleh pengantin sebagai seorang muslim.
 Kembang goyang yang berjmlah 20 buah ,juga dikarenakan sebagai
hiasan rambut bersama dengan 2-4 buah kembang kelapa yang
dipasang pada bagian sisi kiri dan kanan sanggul. Kembang goyang
melambangkan pengakuan terhadap 20 sifat kebesaran Allah swt.yang
wajib diturunkan dan diajarkan pada anak keturunanya kelak. Maka
kembang kelapa merupakan simbol pengharapan agar perkawinan
yang dilakukan tetap kokoh,kuat seperti pohon kelapa.Sehingga akan
menjadi perkawinan yang langgeng,sejahtera dan bahagia.
 Hiasan burung Hong atau dikenal dengan kembang besar atau
kembang gede adalah hiasan lain yang tidak boleh ketinggalan .
Jumlahnya yang 4 buah melambangkan 4 sahabat Rasulullah . Nabi
besar Muhammad SAW. Sementara burung Hong dianggap sebagai
simbol burung surga yang melambangkan kebahagiaan kedua
pengantin. Letak burung hong juga memiliki tersendiri yaitu yang
berkaitan dengan kecocokan antara pihak keluarga kedua pengantin.
 Dari berbagai macam hiasan kepala pengantin wanita ,ada satu bentuk
perhiasan yang dipercaya memiliki kekuatan magis ,yaitu sunting atau
sumping telinga. Apabila sunting ini dipakai oleh seorang pengantin
yang tidak perawan atau gadis lagi,maka si pemakai akan pusing-
pusing atau bahkan pingsan. Selain sunting,sebagai pelengkap yang
menunjang keserasian ,biasanya telinga pengantin dihias dengan
sepasang kerabu .
 Kerabu merupakan perpaduan anting dan giwang yang dijadikan satu.
Tusuk konde berupa pasak berbentuk huruf lim (huruf arab)
merupakan simbol pengakuan akan keesaan Allah Swt,tusuk konde
ditusukkan diatas siangko kecil penutup simpul tali cadar . Sebelum
rerurub atau ruruban ,yaitu sebuah kerudung dari kain halus dan
tipis,ditutupkan ke seluruh riasan wajah pengantin wanita .
Dibeberapa daerah di atas dahi pengantin di beri tanda berbentuk

11
bulan sabit . Tanda bulan sabit bewarna merah ini merupakan
perlambang bahwa gadis tersebut telah menjadi pengantin.Sementara
ruruban merupakan tanda kesucianya.
 Selain perhiasan untuk kepala ,pengantin wanita juga menggunakan
perhiasan berupa kalung tebar yang dipakai melingkar pada leher
diatas teratai Betawi. Gelang listring dan gelang selendang
mayang.Serta cincin emas yang berhiaskan permata menjadi hiasan
lengan,pergelangan tangan dan jari pengantin wanita.
 Keunikan juga tampak pada alas kaki yang digunakan . Mempelai
wanita menggunakan selop perahu kolek , dengan ujung melengkung
keatas dan dihias dengan tatahan emas dan manik-manik ,atau mute.

Aslinya seluruh perhiasan yang dikenakan oleh pengantin wanita Betawi


terbuat dari emas dan dihiasi intan permata. Namun saat ini ,umumnya hanya
merupakan sepuhan warna emas ,sedangkan, hiasanya lebih banyak menggunakan
mute.

Variasi pakaian pengantin Betawi dapat ditemui di beberapa


daerah.Seperti di daerah pinggiran,pengantin laki-laki mengenakan stelan jas
lengkap dengan kopiah hitam dan kacamata hitam. Sementara pengantin wanita
memakai slayer dan sarung dan sarung tangan putih,yang juga dilengkapi dengan
mahkota dan kacamata.

Adapun pakaian yang kini dikenal dengan busana “Abang dan None
Jakarta” merupakan kombinasi dari busana pengantin rias bakal untuk pria,dengan
busana wanita Betawi sehari-hari. Busana pengantin rias bakal,bagi mempelai pria
terdiri dari jas tutup,celana panjang ,ikat pinggang dan liskol motif
lokcan.Perlengkapan busana ini adalah kuku macan,gelang bahar, pisau raut ,bros
dan untaian melati.

Mempelai putri menggunakan baju kurung tabur,sarung


songket,selendang dan celemek. Sementara hiasan kepalanya tidak serumit
dandanan rias besar putri .Busana ini biasanya dikenakan setelah akad nikah.

12
C. BENTUK BUSANA ADAT DKI JAKARTA DARI BERBAGAI KOTA

13
14
15
16
2. PROVINSI JAWA BARAT

A. SEJARAH PROVINSI JAWA BARAT

Sebagai salah satu provinsi di Indonesia Jawa Barat dengan luas sekitar
44.176 m² menyimpan banyak kekayaan budaya yang tersebar diberbagai daerah
wilayahnya. Keanekaragaman daerah yang adan di Jawa Barat melahirkan nilai
tradisi yang berbeda satu dengan yang lain. Hampir setiap daerah Jawa Barat
memiliki tradisi berbusana yang berkaitan erat dengan adat istiadat
setempat.Daerah dataran dan pinggiran secara tidak langsung membentuk budaya
berbusana yang berbeda sesuai dengan kebutuhannya.

Provinsi Jawa Barat yang ibukota Provinsi nya terletak di Bandung


mempunyai beberapa suku, diantaranya Suku Sunda sebagai suku mayoritas
dan suku Badui yang dibedakan menjadi Suku Badui Dalam dan Suku Badui
Luar. Beikut ini adalah informasi penting mengenai pakaian adat Jawa
Barat untuk pria dan wanita :

B. BUSANA PENGANTIN JAWA BARAT


Untuk baju pengantin adat Jawa Barat modelnya tidak jauh berbeda dengan
busana pengantin modern yang sering kita saksikan. Untuk pengantin pria
mengenakan baju tertutup dengan ikat pinggang, kain batik, tutup kepala yang
disebut bendo, dan keris sebagaimana yang ada pada perlengkapan pengantin pria
adat Jawa Tengah dan Timur.

PAKAIAN ADAT PRIA JAWA BARAT :

 Terdiri dari baju jas dengan kerah menutup leher yang biasa disebut
dengan JAS TAKWA.
 Kain batik atau lebih dikenal dengan nama KAIN DODOT dengan motif
bebas.
 Celana panjang yang sewarna dengan JAS TAKWA

17
 Penutup kepala / BENDO
 Kalung
 Sebilah keris yang terselip di belakang pinggang
 Alas kaki atau selop
 Rantai kuku macan atau jam rantai sebagai hiasan JAS TAKWA

PAKAIAN ADAT WANITA JAWA BARAT :

 Baju kebaya motif polos dengan hiasan sulam atau manik-manik


 Kain batik atau disebut juga KAIN KEBAT DILEPE.
 Ikat pinggang, biasa disebut BEUBEUR yang fungsinya untuk
mengancangkan kain KEBAT DILEPE
 Selendang, biasa disebut KAREMBONG yang berfungsi sebagai
pemanis.
 Beberapa hiasan kembang goyang yang menghiasi bagian atas kepala
serta rangkaian bunga melati yang menghiasi sanggul rambut
 kalung
 Alas kaki / selop yang warnanya sama dengan warna kebaya
 Pakaian khas suku sunda yang sering kita kenal yaitu kebaya. Kebaya
merupakan pakaian khas Jawa Barat yang sangat terkenal, sehingga kini
kebaya bukan hanya menjadi pakaian khas sunda saja tetapi sudah
menjadi pakaian adat nasinal. Itu merupakan suatu bukti bahwa
kebudayaan daerah merupakan bagian dari kebudayaan nasional.
 Kebaya adalah blus tradisional yang dikenakan oleh wanita Indonesia
yang terbuat dari bahan tipis yang dikenakan dengan sarung, batik, atau
pakaian rajutan tradisional lainnya seperti songket dengan motif warna-
warni.
 Pakaian adat jawa barat di bagi menjadi beberapa golongan, seperti
pakaian rakyat biasa, pakaian golongan menengah, dan pakaian adat
bangsawan yang hanya dikenakan oleh kaum bangsawan.

18
Pakaian adat Jawa khususnya pakaian adat Jawa Barat mempunyai ciri khas
yaitu penggunaan kebaya sebagai tanda kentalnya unsur budaya
tradisional.Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi besar di Indonesia
yang mempunyai beragam pakaian tradisional atau pakaian adat.

Pakaian adat jawa barat di bagi menjadi beberapa golongan, seperti pakaian
rakyat biasa, pakaian golongan menengah, dan pakaian adat bangsawan yang
hanya dikenakan oleh kaum bangsawan.

 Pakaian Mojang dan Jajaka. Pakaian tradisional daerah Jawa Barat yang sudah
dijadikan pakaian standar/baku dan sering dipakai pada acara resepsi oleh para
mojang (gadis) dan jajaka (jejaka) adalah :
 Pria : menggunakan jas tutup atau jas takwa dengan warna bebas, celana
panjang, kain dodot motif bebas, bendo sebagai penutup kepala, alas kaki
sepatu atau selop dan rantai kuku macan atau jam rantai sebagai hiasan
pada jas tutup.
 Wanita : menggunakan kebaya polos dihiasi sulaman atau manik- manik,
kain kebat dilepe, kutang (kamisol), beubeur (ikat pinggang) untuk
mengencangkan kain, alas kaki memakai selop yang sewarna dengan
kebaya, karembong (selendang) sebagai pemanis. Sebagai pelengkap
rambut disanggul rapi memakai hiasan bunga dan tusuk konde, perhiasan
gelang kalung, cincin, dan bros.

 Pakaian Pengantin.
Pakaian Pengantin Sukapura :
 Pria : menggunakan kain rereng, baju jas tutup warna putih dengan ikat
pingga warna putih, tutup kepala bendo motif rereng, dan selop warna
putih. Sebagai hiasan kalung panjang, kalung bunga dan memakai keris.
 Wanita: menggunakan kain rereng eneng, kebaya brukat putih dengan
memakai ikat pinggang atau benten warna emas, dan selop warna putih,
sedangkan rambut disanggul memakai siger subadra, tujuh buah kembang

19
goyang, lima untaian mangle (bunga sedap malam). Sebagai pelengkap
perhiasan, lengan memakai kilat bahu, gelang, kalung panjang, bros,
giwang dan cincin.

 Pakaian Pengantin Cirebon.


 Pria : menggunakan baju oblong warna krem dilengkapi terataian, celana
panjang beludru hijau, kain dodot batik cirebonan, ikat pinggang, memakai
keris dan kilat bahu.dan gelang kono. Kepalanya menggunakan mahkota
Prabu Kresna, memakai selop warna hijau dengan perhiasan menggunakan
gelang kono dan gelang kaki.
 Wanita : menggunakan kemben beludru warna hijau, terataian, kain batik
cirebonan, pending dan selop warna hijau. Memakai siger mahkota suri,
untaian melati bawang sebungkus, kalung tiga susun, kilat bahu dan gelang
kono.

20
C. BENTUK BUSANA ADAT PENGANTIN JAWA BARAT

21
22
23
24
25
26
27
28
29
BAB III

30
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Busana daerah adalah yaitu suatu busana daerah yang telah dipakai secara
turun temurun,yang merupakan salah satu identitas dan dapat dibanggakan oleh
sebagian besar pendukung kebudayaam tertentu.

3 faktor pendukung keberterimaan bahasa Melayu menjadi bahasa


Indonesia pada Sumpah Pemuda 1928 sebagai berikut :

1) Faktor Luasnya Pemakaian Bahasa Melayu


2) Faktor Berterimanya Penggunaan Bahasa Melayu dalam Sastra
3) Faktor Penggunaan Bahasa Melayu dalam Persuratkabaran

Fungsi kedudukan Bahasa Indonesia :

1) Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional


2) Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Negara

Ragam-ragam bahasa Indonesia dapat dijelaskan berikut:

1) Berdasarkan Daerah Asal Penutur


2) Berdasarkan Pendidikan Penutur
3) Berdasarkan Sikap Penutur
4) Berdasarkan Pokok Persoalan
5) Berdasarkan Sarana
6) Berdasarkan Gangguan Percampuran

Dengan mempelajar busana daerah ,khususnya busana daerah dari DKI


Jakarta dan Jawa Barat kita bisa menggali keunikan-keunikan yang ada pada
busana pengantin sehingga bisa menginspirasi banyak orang untuk melestarikan
dan mengembangkan busana daerah tersebut menjadi busana modifikasi yang
dapat dipakai oleh generasi muda dan banyak diminati.

31
B. SARAN
Dalam pembuatan makalah ini tidak luput dari kesalahan sehingga kami
membutuhkan saran dari pembaca.Dari makalah yang telah dibuat, diharapkan
pembaca mampu menyerap informasi dan isi dari makalah ini. Apabila pembaca
menemukan kesalahandankekurangan,makakamisarankanuntukmencari referensi
yang lain yang relevan dengan materi sebagai pembanding.

32
DAFTAR PUSTAKA

Buku Indonesia Indah “Busana Tradisional”

Santoso, Tien. 2010. Tata Rias dan Busana Pengantin Seluruh Indonesia.Jakarta :
PT Gramedia Pustaka Utama.

33

Anda mungkin juga menyukai