Anda di halaman 1dari 4

BAJU BODO – BUSANA DAERAH SULAWESI SELATAN

Oleh : Fitria Rizqi Yuanawati_1802110026_Universitas PGRI Madiun

Indonesia adalah Negara yang sangat kaya akan keragaman budaya di tiap daerahnya.
Setiap daerah tersebut mempunyai budaya yang berbeda antara satu dengan lainnya, akan
tetapi juga tidak menutup kemungkinan adanya kesamaan antar budaya tersebut.
Perkembangan busana daerah dari waktu ke waktu selalu terjadi. Hal itu tidak terlepas dari
perkembangan trend mode yang ada di masyarakat. Bentuk, fungsi, model, warna dan bahan
yang digunakan adalah beberapa hal yang mengalami perkembangan tersebut. Akan tetapi,
ciri khas dasar dan identitas asli busana daerah tersebut tetap akan melekat sebagai budaya
asli khas nusantara.
Salah satu busana daerah yang menjadi keragaman budaya Indonesia adalah Baju
Bodo. Baju Bodo adalah busana khas wanita di daerah Makasar, Mandar, dan Bugis di
provinsi Sulawesi Selatan. Baju Bodo disebut pula Bodo Gesung atau baju yang berlengan
pendek dan menggelembung karena pada bagian punggungnya menggelembung. Busana adat
ini biasa dipakai pada upacara-upacara adat.
Busana adat ini terdiri dari blus sebagai busana bagian atas dan sarung sebagai busana
bagian bawahnya. Sementara blusnya terdiri dari jenis Baju Bodo dan Baju Labbu. Baju Bodo
(baju pendek) adalah penamaan Makassar, dalam bahasa Bugis disebut Waju Ponco.
Pengertian dari baju pendek adalah lengan baju yang setali dengan bagian badan dan
berlengan pendek, pada bawah lengan biasanaya dililit dengan sima taiya, sehingga
membentuk lengan baju yang berkembang. Baju Bodo disebut juga dengan baju tokko, karena
sebelum dipakai harus ditokko (dikanji kemudian dibentuk). Sedangkan baju Labbu adalah
baju Bodo berlengan panjang.

Baju Bodo Pendek Baju Bodo Panjang


Sumber : Google Sumber : Google
Serat-serat nanas adalah bahan utama untuk membuat baju Bodo. Baju ini dicuci
dengan cara khusus, tidak disikat, dan tidak boleh dicuci dengan menggunakan mesin cuci.
Ketentuan atau tata cara berbusana pada masyarakat Sulawesi telah diatur dalam sebuah kitab
suci yaitu Patuntung atau tuntunan yang merupakan pedoman dalam menjalankan kaidah
kerohanian. Selain itu kitab suci tersebut berisi mantera untuk pengobatan, mandi, dan
pernikahan. Kita subi tersebut berasal dari warisan kepercayaan asli atau animisme dan
dinamisme sebagai sistem religi dan agama serta kepercayaan yang benar yang terbagi
kedalam Toani Toloatang, Patuntung, dan Aluk Todolo.
Pada awalnya baju ini terbuat dari kain kasa merah atau hitam rangkap dua dan
dikanji. Panjangnya hingga ke tanah, sehingga merupakan 2x panjang busana dengan lebar ±
1 meter. Kain itu kemudian dilipat menurut panjangnya. Kedua sisanya dijahit, lalu disisakan
12 cm sebagai lubang lengan. Bagian lubang lengan, waktu memakainya agak disingsingkan
sehingga lengan menggelembung. Sarung tidak diikat pada pinggang namun hanya dipegang
saja dengan tangan kiri.

Sumber : Google
Ciri khas baju Bodo adalah berbentuk segiempat, tidsk berlengan, sisi samping blus
diajhit, bentuk bagian badan blus menggelembung, bagian atas dilubangi untuk memasukkan
kepala yang sekaligus juga merupakan garis untuk lubang leher, dan tidak memiliki
sambungan jahitan pada bagian blus.
Warna pada baju Bodo cukup beragam dan mempunyai arti tersendiri, seperti berikut :
No. Pemakai Warna baju Bodo
1 Wanita yang sudah bersuami Merah tua (baju Bodo panjang)
2 Wanita puteri keraton Merah jambu (baju Bodo pendek)
3 Gadis di lingkungan keratin Hijau muda (baju Bodo pendek)
4 Gadis dari kalangan biasa Kuning (baju Bodo pendek)
5 Ibu mempelai wanita Hitam (baju Bodo panjang)
6 Pengantin wanita Merah darah (baju Bodo pendek)
7 Ibu pengasuh puteri keraton Putih (baju Bodo pendek)

Sumber : Google
Adanya pembagian warna ini karena pada mulanya penduduk Sulawesi merupakan
campuran dari berbagai ras, maka dalam perkembangannya terdapat sejumlah kesatuan
sosial. Secara horizontal ditandai dengan adanya perbedaan suku dan masing-masing
memiliki kebudayaan sendiri dan kepercayaan keagamaan yang bermacam-macam seperti
kepercayaan asli yaitu animisme dan dinamisme, Islam dan Kristen
Kelengkapan busana yang biasa dipakai untuk baju Bodo sebagai aksesoris adalah
selendang tipis dengan ujung-ujungnya dihiasi bundaran emas atau perak, tali ikat untuk
mengencangkan lilitan sarung, ikat pinggang emas dengan pendingnya yang penuh dengan
perhiasan, kipas, berbagai perhiasan emas seperti sanggul berhiaskan bunga dengan
tangkainya (pinang goyang), anting panjang (bangkarak), kalung berantai (geno ma’bule),
kalung panjang (rantekote), dan kalung besar (geno sibatu), serta alas kaki berupa selop atau
sepatu pantofel warna hitam.
Tata rias rambut yang biasa dipergunakan sebagai kelengkapan berbusan baju Bodo
adalah sanggul yang letaknya rendah dengan hiasan tusuk sanggul emas besar berupa kuntum
bunga palsu dari kain dan kembang goyang berupa bando yang berbentuk setengah lingkaran
dipakai membujur dihiasi bunga emas, model sasak sedikit tinggi (sigara), dan sanggul agak
rendah dan diletakkan agak ke sebelah kanan, berhias tusuk konde dan di bagian pelipis
kanan dan kiri diselipkan kembang goyang emas dan sederet bunga serempa serta bunga
seruni menghiasi seputar sanggul.
Baju Bodo di masa sekarang tidak hanya menjadi busana yang dipakai oleh
masyarakat Sulawesi saja, akan tetapi di daerah lain juga ada yang menggunakan baju ini
pada acara tertentu. Perkembangan baju ini baik pemakaiannya di masyarakat luas maupun
bentuk dan modelnya tidak terlepas dari kreativitas anak bangsa yang sekaligus juga
merupakan cara mempertahankan dan melestarikan budaya nasional.

Sumber : Google

Sumber Pustaka :
Hariana. (2010). Tinjauan Pakaian Adat Sulawesi Selatan (Studi Komparatif Baju Bodo Suku
Bugis-Makassar-Mandar. Buletin Sibermas Vol. 4 No. 4 , 76-95.
Suciati. (2012). Analisa Morfologi Baju Bodo Sebagai Busana Daerah Sulawesi Selatan.
Direktori File UPI , 1-17.

Anda mungkin juga menyukai