Anda di halaman 1dari 7

Tugas Menganalisis Cerpen Bahasa Bali

Nama Kelompok :

1. Bertha Dewi S / 09
2. Cahya Mutya A / 10
3. Intan Alya P / 18
4. Siti Aisyah / 32

Pangeger

A. Unsur Intrinsik :

1). Tema

Dalam cerpen Pangeger memiliki tema tentang perselingkuhan dan tenggelam dalam
kegelapan ilmu hitam.

2). Alur/plot

Dalam cerpen pangégér diawali dengan perkenalan tokoh Luh Manik yang mencari
pangégér yang kemudian ada konflik antara suami Luh Manik dengan kakaknya,
selanjutnya akibat Luh Manik melanggar pantangan Biang Lingsir Kulit Luh Manik
melepuh seperti luka tahunan, dan akhirnya penyelesaian, penyelesaian dengan Luh Manik
datang ke rumah Biang Lingsir namun Biang Lingsir sudah tidak bisa mengobati luka Luh
Manik.

3) Tokoh dan penokohan

• Luh Manik : wanita yang sombong, senang berfoya-foya, memakai ilmu hitam dan suka
selingkuh.

• Nyoman Subrata : polos, lugu, selalu percaya dengan istrinya

• Kakak Nyoman Subrata: kakak yang peduli terhadap adiknya yang dihianati oleh istrinya

• Biang Lingsir : tempat orang-orang mencari ketenangan atau sedang menghadapi masalah
yang tidak bisa diselesaikan secara akal sehat dan yang lainnya.

• Gede Bayu: mau-mau saja di jadikan selingkuhan


4) Setting (latar)

[1] Latar Waktu : Malam hari

[2] Latar Tempat: Latar tempat yang digunakan dalam cerpen ini adalah di rumah Biang
Lingsir dan di rumah Luh Manik sendiri.

[3] Latar suasana: menegangkan, menyedihkan

5) Amanat

Pesan yang ingin disampaikan pengarang lewat cerpen ini yaitu: Apabila ingin menjadi
seorang wanita yang cantik, yang mempesona bagi setiap pria atau laki-laki jangan sekali-
sekali menggunakan cara yang tidak dibenarkan misalnya seperti yang dilakukan tokoh
dalan cerpen diatas Luh Manik, namun menjadilah seorang wanita yang cantik dari dalam
yaitu kepribadiannya. Apabila menggunakan cara yang tidak benar seperti yang dilakukan
Luh Manik maka dapat menyakiti diri sendiri pada akhirnya dan menyebabkan penyesalan
dikemudian hari. Dari kutipan diatas tampak jelas bahwa setiap perbuatan pasti akan ada
karmanya yang harus kita terima. Baik yang kita perbuat maka baik pula yang kita terima,
jelek yang kita perbuat maka jelek pula yang kita terima. Kita harus mengambil hikmah dari
semua yang terjadi baik pada diri kita sendiri maupun orang lain.

B. Unsur Ekstrinsik :

1). Latar belakang pengarang

Dalam cerpen Pangeger nama pengarangnya yaitu Maria Susy Berindra

2). Latar belakang Masyarakat

Dalam cerpen ini membuat kita harus lebih berhati-hati untuk tidak terlibat dengan ilmu
hitam meskipun tawarannya menarik ada baiknya kita tidak tergiur karena balasan yang kita
dapat lebih buruk dari pada saat menggunakan ilmu hitam tersebut.

3). Nilai-nilai yang terkandung

[A] Nilai agama : Perbuatan yang dilakukan Luh Manik dalam cerpen diatas adalah
perbuatan yang dilarang agama yang menggunakan ilmu hitam untuk menarik perhatian dan
kasih sayang dari suami taupun orang- orang terdekatnya. Ajaran agama ini sangat meresap
dan mengakar dalam setiap pribadi manusia, sehingga tidak jarang ajaran agama ini juga
menjadi suatu inspirasi untuk melahirkan sebuah karya sastra.

[B] Nilai sosial : Dalam cerpen pangégér ini, kakak Nyoman Subrata sangat peduli dengan
adiknya, karena adiknya sudah terkena pengaruh istrinya sehingga ia tidak bisa melihat yang
baik dan yang buruk serta benar atau salah tingkah laku istrinya itu

[C] Nilai moral yang di dapati dari cerpen tersebut adalah Apabila ingin menjadi seorang
wanita yang cantik, yang mempesona bagi setiap pria atau laki-laki jangan sekali-sekali
menggunakan cara yang tidak dibenarkan misalnya seperti yang dilakukan tokoh dalan
cerpen diatas Luh Manik, namun menjadilah seorang wanita yang cantik dari dalam yaitu
kepribadiannya. Apabila menggunakan cara yang tidak benar seperti yang dilakukan Luh
Manik maka dapat menyakiti diri sendiri pada akhirnya dan menyebabkan penyesalan
dikemudian hari. Dari kutipan diatas tampak jelas bahwa setiap perbuatan pasti akan ada
karmanya yang harus kita terima. Baik yang kita perbuat maka baik pula yang kita terima,
jelek yang kita perbuat maka jelek pula yang kita terima. Kita harus mengambil hikmah dari
semua yang terjadi baik pada diri kita sendiri maupun orang lain.

[D] Nilai budaya : Apabila ingin menjadi seorang wanita yang cantik, yang mempesona bagi
setiap pria atau laki-laki jangan sekali-sekali menggunakan cara yang tidak dibenarkan
misalnya seperti yang dilakukan tokoh dalan cerpen diatas Luh Manik, namun menjadilah
seorang wanita yang cantik dari dalam yaitu kepribadiannya. Apabila menggunakan cara
yang tidak benar seperti yang dilakukan Luh Manik maka dapat menyakiti diri sendiri pada
akhirnya dan menyebabkan penyesalan dikemudian hari. Dari kutipan diatas tampak jelas
bahwa setiap perbuatan pasti akan ada karmanya yang harus kita terima. Baik yang kita
perbuat maka baik pula yang kita terima, jelek yang kita perbuat maka jelek pula yang kita
terima. Kita harus mengambil hikmah dari semua yang terjadi baik pada diri kita sendiri
maupun orang lain.
Ulian Tukad

A. Unsur Intrinsik :

1). Tema

Dalam cerpen Ulian Tukad memiliki tema tentang percintaan, perjodohan, dan
perpisahan karena dalam ceritanya menjelaskan tentang pertemuan keduanya dimasa
sekolah dan jatuh cinta, namun takdir tidak berpihak karena salah satu dari mereka
dijodohkan.

2). Alur / plot

Dalam cerpen Ulian Tukad ini menggunakan alur maju mundur dimana dibuktikan pada
paragraf 5 pada kalimat ( ger gek ane dugas ane ne nulungin tiyang dini yang putu semar,
makasih suba nulungin dugas ento. Dadi kenalan kenalan?). Putu Semar langsung matakon
tekan anak eluh ento, menjelaskan bahwa mereka tidak sengaja bertemu di satu sekolah
yang sama, setelah itu Putu Semar di tolongkan oleh Made Santi di sungai dan pada
paragraf ke 12 menjelaskan 5 tahun kemudian serta masa lalu mereka disekolah, yaitu
dimana Made Santi sudah mencapai cita citanya menjadi dosen matematika, namun
kembali ke masa lalu dimana Made Santi belum menjawab pernyataan pacaran dari Putu
Semar, lalu pada kalimat ke 18 mereka tidak sengaja bertemu kembali setelah 5 tahun dan
Putu Semar menagih janji tersebut.

3). Tokoh dan Penokohan

a. Made Santi : suka menolong, rendah hati, sabar

b. Putu Semar : bertanggung jawab, perhatian, sabar

c. Ibu kantin : baik, ramah

d. Made Tapak : tidak bisa dibantah (keras kepala), kurang pengertian

e. Biang Ketut : ramah

f. Biang Malih : ramah


4). Setting (latar)

a. Latar waktu

Menggambarkan waktu kejadian pada paragraf ke 6 yaitu jam setengah tujuh, suatu hari
pada paragraf 9, 1 tahun pada paragraf 10, 5 tahun pada paragraf ke 12, masa lalu pada
paragraf 12 kalimat 12, dan besok pada paragraf ke 13 kalimat 8.

b. Latar tempat

Di Desa Dengan di dominasi di sekolah, perpustakaan, dan kantin sekolah.

c. Latar suasana

Campuran seperti bahagia, sedih, menegangkan.

5). Sudut pandang

Sudut pandang ketiga karena dalam cerpen tersebut terdapat menyebutkan nama tokoh
yang berperan dalam cerita tersebut.

6). Gaya bahasa

Bahasa yang digunakan dalam cerpen tersebut adalah bahasa sehari hari, logatnya masih
kental sehingga bahasanya pun tergolong mudah di mengerti oleh pembaca.

7). Amanat

Dalam cerpen tersebut terdapat pesan moral yang bermanfaat dalam kehidupan. Pesan
moral yang terkandung yakni tidak semua sesuatu bisa dipaksakan dengan kemauan kita
adakala nya kita harus merelakan sesuatu yang kita inginkan demi kebaikan bersama, dan
semua akan digantikan dengan yang jauh lebih baik lagi.
B. Unsur Ekstrinsik :

Adapun unsur ekstrinsik dalam cerpen ini karya I Gusti Ayu Arini Laksemi yang diterbitkan
oleh beliau melewati website.

1). Latar belakang pengarang

Pengarang dalam cerpen yang berjudul “Ulian Tukad” karya I Gusti Ayu Ariani Laksemi,
berlatar belakang berasal dari Bali Indonesia. Beliau masih berstatus mahasiswa disalah satu
perguruan tinggi di Bali.

2). Latar belakang masyarakat

Pengarang membuat cerita ini karena pengarang mengetahui adanya perjodohan dimasa
lalu sehingga cerpen ini dibuat untuk memberikan pesan tersirat bahwa tidak harus menuruti
permintaan orangtua, adakalanya kita boleh berbeda pendapat dengan orangtua, seperti Putu
Semar yang menolak perjodohan dia dengan anak dari teman ayahnya. Karena dia ingin
memperjuangkan diri nya dengan Made Santi, sayangnya Made Santi merelakan Putu
Semar.

3). Nilai yang terkandung dalam cerpen

Adapun nilai – nilai yang terkandung dalam cerpen “ Ulian Tukad “ karya I Gusti Ayu
Ariani Laksemi yaitu :

a. Nilai agama : dalam cerpen tersebut sebagai pembaca kurang mengetahui letak nilai
agamanya.
b. Nilai sosial : nilai sosial dalam cerpen ini terletak pada Made Santi yaitu dimana
tidak memaksakan hubungan dia dengan Putu Semar karena Putu Semar dijodohkan.
c. Nilai moral : nilai moral yang disiratkan dalam cerpen tersebut yaitu tidak semua
sesuatu bisa dipaksakan dengan kemauan kita, adakala nya kita harus merelakan
sesuatu yang kita inginkan demi kebaikan bersama, dan semua akan digantikan
dengan yang jauh lebih baik.
d. Nilai budaya : nilai budaya dalam cerpen yakni tidak ada, karena pada cerpen tidak
disebutkan tentang kegiatan bersama, dll.

Anda mungkin juga menyukai