PROPOSAL PENELITIAN
OLEH
Dosen Pembimbing :
FAKULTAS TEKNIK
Mei 2021
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................... 2
C. Tujuan Pengembangan ................................................................................... 2
D. Spesifikasi Produk yang Diharapkan ............................................................ 3
E. Pentingnya Pengembangan ............................................................................ 3
F. Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan ................................................... 3
G. Definisi Istilah .................................................................................................. 4
BAB II KAJIAN PUSTAKA ...................................................................................... 5
A. Kajian Teori ..................................................................................................... 5
1. Gaun .......................................................................................................... 5
2. Teknik Zerowaste Pattern Cutting ........................................................... 8
3. Kain Batik Eco Print ................................................................................ 9
4. Peluang Produk Fashion .......................................................................... 9
5. Standar Mutu Jahit ................................................................................ 10
6. Proses Pembuatan Gaun Zero waste ..................................................... 19
B. Penelitian Yang Relevan ............................................................................... 26
C. Kerangka Berpikir ........................................................................................ 27
D. Rancangan Model .......................................................................................... 28
BAB III METODE PENELITIAN .......................................................................... 29
A. Jenis Penelitian .............................................................................................. 29
B. Prosedur Penelitian dan Pengembangan .................................................... 30
1. Tahap I : Studi Pendahuluan ................................................................. 30
2.Tahap II : Tahap Pengembangan Model ................................................ 31
3.Tahap III : Tahap Evaluasi / Pengujian Model ....................................... 40
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................42
2
BAB I
PENDAHULUAN
Gaun adalah salah satu produk fashion yang sering dibeli dan dipakai oleh
kaum perempuan. Produk fashion jenis ini sudah banyak bertebaran di pasaran. Mulai
dari gaun berharga ramah dikantong sampai keluaran designer dengan harga
mencengangkan. Sebagai produk fashion, gaun haruslah memiliki kualitas mutu yang
memadai agar memuaskan pelanggan dan layak untuk dipasarkan. Oleh karena itu,
dalam menghasilkan produk fashion berupa gaun, harus memenuhi kualitas yang
sesuai dengan standar mutu jahit.
Kain batik eco print menjadi solusi bertema sustainable fashion yang ramah
terhadap lingkungan. Hal ini berbanding lurus dengan penerapan teknik zero waste
pattern cutting yang juga ramah terhadap lingkungan. Kain batik eco print ini adalah
salah satu jenis batik yang dibuat dengan cara mereplika tumbuhan kedalam kain
untuk menciptakan warna serta pola motif yang menarik. Dalam praktiknya, terdapat
banyak UMKM yang telah menghasilkan kain batik eco print ramah lingkungan ini,
khususnya di daerah Malang. Sebut saja seperti De Daunan Galery milik Sri Isnawati,
Danita Batik, dan Banita Batik milik Puji Astutik.
1
Pembuatan gaun berbahan kain batik eco print dengan menerapkan teknik
zero waste pattern cutting ini menjadi solusi bagi permasalahan yang timbul akibat
limbah kain sisa (perca) dan limbah sisa zat pewarnaan serta tidak menimbulkan
pencemaran lingkungan air, tanah atau udara. Menurut data dari Ellen MacArthur
Foundation, limbah bisnis busana didunia mencapai US$500 miliar per tahun atau
setara Rp7,1 triliun. Joanna Elizabeth Samuel, seorang Marketing Manager Fabric
Care PT Sayap Mas Utama (Wings Group) di Jakarta pada jum’at 16 Agustus 2019,
memaparkan bahwa 15% kain perca (limbah sisa kain) terbuang saat pemotongan.
Hal ini dapat dimaknai bahwa dari setiap produksi pakaian akan menghasilkan limbah
sisa kain sebesar 15% yang telah menimbulkan banyak permasalahan. Salah satunya
adalah mencemari lingkungan serta apabila terjadi pembakaran akan menimbulkan
asap dan gas beracun.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah secara umum
adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah desain gaun teknik zero waste pattern cutting berbahan batik
eco print?
2. Bagaimana proses pembuatan gaun teknik zero waste pattern cutting
berbahan batik eco print?
3. Bagaiman analisis kualitas gaun sebagai peluang produk fashion sesuai
standar mutu jahit?
C. Tujuan Pengembangan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan dari
penelitian dan pengembangan ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk dapat membuat dan mengetahui desain gaun teknik zero waste pattern
cutting berbahan batik eco-print.
2. Untuk dapat mengetahui proses pembuatan gaun teknik zero waste pattern
cutting berbahan batik eco print.
2
3. Untuk dapat mengetahui kualitas gaun teknik zero waste pattern cutting
berbahan batik eco print sebagai peluang produk fashion yang sesuai standar
mutu jahit.
1. Hasil dari sustainable fashion berupa penerapan teknik zero waste yang
menghasilkan nol limbah dalam proses produksinya.
2. Memiliki kualitas mutu jahit yang sesuai standar
3. Berpeluang untuk menjadi produk fashion yang layak diperjual belikan
4. Produk eksklusif dari penerapan sustainable fashion
E. Pentingnya Pengembangan
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Dapat menghasilkan produk fashion gaun dengan menggunakan konsep
sustainable fashion yang ramah terhadap lingkungan berupa teknik zero
waste pattern cutting berbahan batik eco print.
2. Dapat menghasilkan produk fashion berupa gaun yang berkualitas sesuai
standar mutu jahit.
3. Gaun berkualitas yang telah melewati standar mutu jahit diharapkan
berpotensi untuk dijadikan sebagai produk fashion yang berpeluang menjadi
bisnis atau usaha di masa depan.
3
G. Definisi Istilah
Definisi istilah-istilah yang khas digunakan dalam pengembangan produk ini adalah
sebagai berikut.
1. Zero waste
Konsep pengelolahan sampah dengan prinsip 3R antara lain yaitu : Reuse
(mengurangi), Reduce (memakai kembali), Recycle (mendaur ulang).
2. Teknik zero waste pattern cutting
Prinsip peletakkan pola yang diusahakan se-efektiv mungkin agar saat peng-
cutting-an tidak menghasilkan banyak limbah atau meminimalisir limbah
sisa kain (perca).
3. Eco print
Salah satu cara mengolah kain dengan memanfaatkan berbagai tetumbuhan
yang bisa mengeluarkan warna-warna alaminya.
4. Produk
Pemahaman subyektif dari produsen atas “sesuatu” yag bisa ditawarkan
sebagai usaha untuk mencapai tujuan organisasi melalui pemenuhan
kebutuhan dan keinginan konsumen, sesuai dengan kompetensi dan
kapasitas organisasi daya beli.
5. Produk fashion
Suatu bentuk barang berupa pakaian atau aksesoris yang dapat dijual belikan
atau ditawarkan.
4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Gaun
a) Pengertian Gaun
Gaun adalah busana berbentuk satu potong berupa bagian atas (blus)
disambung dengan bagian rok. Busana jenis ini dapat dibuat dengan
jahitan pinggang atau tanpa jahitan pinggang. Gaun menjadi salah satu
jenis busana yang cukup digandrungi dan hanya dikenakan oleh kaum
perempuan. Karena gaun didesain selain untuk melindungi tubuh, juga
untuk mempercantik dan memperindah sang pemakai.
b) Jenis Gaun
Dalam praktiknya, gaun memiliki aneka macam jenis. Berdasarkan
informasi yang dimuat pada shutterstock.com terdapat 29 jenis gaun
berdasarkan model atau bentuknya sebagai berikut.
5
1) Bodycon
Gaun ini adalah salah satu jenis gaun yang bentuknya mengikuti
bentuk tubuh sang penggunannya tanpa adanya kupnat.
2) Shift
Gaun ini adalah salah satu jenis gaun yang bentuknya siluet pas
badan bersifat semi formal dan memiliki panjang mencapai lutut.
3) Sheath
Gaun ini adalah salah satu jenis gaun yang bentuknya terusan dan
memiliki siluet pas badan dan berkupnat.
4) Strapless
Gaun ini adalah salah satu jenis gaun yang bentuknya tanpa tali di
bagian bahu yang dibuat pas badan dan diberikan penyangga agar
bentuknya stabil saat dikenakan.
5) Bouffont
Gaun ini adalah salah satu jenis gaun yang bentuknya pas badan
dengan bagian bawah atau bagian rok mengembang.
6) A-Line
Gaun ini adalah salah satu jenis gaun yang bentuknya bersiluet A dari
bagian atas kbagian bawah atau rok melebar membentuk huruf A.
7) Tent
Gaun ini adalah salah satu jenis gaun yang bentuknya cukup lebar
tanpa garis pinggang.
8) Blouson
Gaun ini adalah salah satu jenis gaun yang bentuknya melebar dan
memiliki garis pinggang, bisa berupa tali atau elastik.
9) Halter
Gaun ini adalah salah satu jenis gaun yang bentuk lehernya terun
membentuk v terbalik bertali di bagian bahu menuju leher belakang
tanpa lengan.
10) Slip
Gaun ini adalah salah satu jenis gaun yang bentuknya tanpa lengan
bertali di bagian pundak dengan siluet pas badan.
11) Shirt
Gaun ini adalah salah satu jenis gaun yang bentuknya merupakan
perpaduan dari kemeja berkerah dan berlengan, ditambah terusan
membentuk rok.
6
12) Wrap
Gaun ini adalah salah satu jenis gaun yang bentuknya berpotongan
draperi yang dilengkapi tali dibagian pinggang dan diikatkan kearah
belakang badan.
13) Peplum
Gaun ini adalah salah satu jenis gaun yang bentuknya pas badan
dibagian atas dan dibagian pinggang mekar ber- ruffle cantik.
14) Drop waist
Gaun ini adalah salah satu jenis gaun yang bentuknya pas badan
dengan bagian bawah atau rok disambung dengan ruffle.
15) One shoulder
Gaun ini adalah salah satu jenis gaun yang bentuk lengannya asimetri
yaitu salah satu bagian tanpa lengan dan slah satu bagian berlengan.
16) Ball gown
Gaun ini adalah salah satu jenis gaun yang bentuknya pas badan
dengan bagian bawah menjuntai atau melebar.
17) Empire
Gaun ini adalah salah satu jenis gaun yang bentuk pinggangnya
sangat tinggi, biasanya terletak pas dibawah dada.
18) Apron
Gaun ini adalah salah satu jenis gaun yang bentuknya pas badan
dengan bagian tali dibagian pundak lebar.
19) Peasant
Gaun ini adalah salah satu jenis gaun yang bentuk lengan dan bagian
bawahnya mengembang atau cukup besar.
20) Bubbin/balloon
Gaun ini adalah salah satu jenis gaun yang bentuk bagian atasnya pas
badan kemudian bagian bawah atau rok besar seperti balon dengan
ujung kelim mengecil.
21) Babydoll
Gaun ini adalah salah satu jenis gaun yang bentuknya mengikuti
bentuk tubuh tetapi tidak terlalu ketat dan sangat nyaman dipakai.
22) Jumper
Gaun ini adalah salah satu jenis gaun yang bentuknya tanpa kerah
dan lengannya memiliki potongan longgar pada bagian bawahnya.
23) Sun
Gaun ini adalah salah satu jenis gaun yang bentuknya tanpa lengan
dengan tali dibagian bahu dan tanpa lengan.
7
24) Yoke
Gaun ini adalah salah satu jenis gaun yang bentuk badannya lurus
dengan bagian atas dada berpotongan atau sambungan
25) Tunic
Gaun ini adalah salah satu jenis gaun yang bentuk badanya lurus atau
longgar
26) Princess
Gaun ini adalah salah satu jenis gaun yang memiliki kupnat princess
cantik dengan bagian badan pas badan dan rok melebar.
27) Trapezoid
Gaun ini adalah salah satu jenis gaun yang bentuknya seperti
trapesium melebar dibagian bawah dan tanpa garis pinggang.
28) Pegged
Gaun ini adalah salah satu jenis gaun yang bentuknya pas badan
berkupnat, bergaris pinggang dengan bagian bawah menyempit.
29) V-Line
Gaun ini adalah salah satu jenis gaun yang bentuknya pas badan
berkupnat tanpa garis pinggang dengan bagian bawah menyempit.
8
3. Kain Batik Eco Print
Kain batik eco print merupakan kain yang ramah lingkungan mulai dari
bahan hingga proses pembuatan motif batik nya. Menurut Irianingsih (2018:4)
menjelaskan bahwa eco print adalah salah satu cara mengolah kain dengan
memanfaatkan berbagai tetumbuhan yang bisa mengeluarkan warna-warna
alaminya. Hal ini lah yang menjadikan kain batik eco print berbeda dan
memiliki keunikan tersendiri. Masih menurut Irianingsih (2018: 6), keunikan
dari eco print adalah warna yang muncul maupun bentukan jejak daun atau
bunga tidak bisa diduga meskipun sudah diatur sedemikian rupa peletakannya.
9
5. Standar Mutu Jahit
Menurut widiastuti (2006: 1) Kesesuaian terhadap permintaan, atau bisa
juga semua keistimewaan dari ciri-ciri yang dimiliki oleh suatu barang atau
jasa yang menyebabkan adanya kemampuan untuk memuaskan kebutuhan.
Sedangkan standar mutu memiliki arti mutu yang dibakukan. Jadi standar
mutu jahit adalah ukuran kesesuaian permintaan yang dapat memuaskan
kebutuhan pelanggan dan dibakukan untuk menentukan kualitas suatu produk
pakaian.
Standar mutu jahit ini dapat diukur dari tingkatan kecacatan pakaian.
Berdasarkan informasi yang dimuat pada situs GarmentEduTech tahun 2018,
secara umum, cacat pakaian dibedakan menjadi 3 kategori:
a. Critical defect
Cacat yang ada pada pakaian menyebabkan pakaian ditolak secara
langsung disebut cacat kritis. Jenis cacat semacam ini tidak diizinkan
untuk dikirim dan itu adalah cacat paling serius.
Contoh: lubang dalam pakaian, variasi warna pada kain pakaian.
Cacat ini meliputi:
1) Ada benda tajam pada produk tersebut
2) Fungsi dari bagian pakaian tersebut tidak aman (misal kancing baju
tidak cukup kuat sesuai standard dari buyer)
3) Nilai fungsi dari bagian pakaian tidak sesuai peruntukan atau tidak
bisa digunakan (misal resleting terbalik)
4) Ada bagian pakaian yg hilang atau tidak terpasang, keterangan pada
label tidak sesuai dengan keadaan garment tersebut (size pada
hangtag tidak sama dengan size label, size aktual pakaian tidak sama
dengan size label), accessories tidak sesuai (warna benang salah)
b. Major defect/cacat utama
Performance pakaian yang tidak sesuai standard buyer.
Cacat ini meliputi:
1) Cacat pakaian karena salah jahit seperti jebol, meleset, dll.
2) Tergantung pada persyaratan pembeli.
3) Jahitan berkerut,jahitan yang rusak, jahitan yang tidak tepat pada
garis jahit, adalah cacat utama.
c. Minor defect/ cacat kecil
Cacat yang ada dalam pakaian tidak dapat menyebabkan pakaian ditolak,
pakaian dapat diterima untuk pengiriman. Lebih dari 5% cacat kecil tidak
diperbolehkan tergantung pada persyaratan pembeli.
a. Cacat spot dan menjahit pada bagian bawah
10
b. Cacat minor biasanya akan dilihat oleh inspektur, tetapi mungkin
diabaikan oleh pelanggan.
c. Cacat yang dianggap tidak mengganggu pemakainya, misal ada
benang belum bersih, akan tetapi jika sudah mengganggu dan
menjadikan pembeli merasa tidak nyaman maka menjadi defect
major
11
d. Broken Stitch/ Jahitan putus
Di mana benang terlepas saat satu jahitan melewati jahitan lainnya.
Solusi:
1) Ketebalan benang sesuaikan dengan kain Keseimbangan jahitan akan
tepat.
2) Titik jarum harus diatur sesuai dengan permintaan kain.
3) Pilih jarum yang sesuai memonitor operator jahit untuk sistem
penanganan material yang akurat.
e. Double Crease/Lipatan Ganda/Melipat Tidak Rata
Double lipatan adalah di mana kelim melilit, sehingga penampilan kelim
tidak berbaring rata.
Solusi yang disarankan:
1) Sebelum memulai, operator jahitan harus mengecek apakah sudah
dimulai dengan benar di folder atau tidak.
2) Jangan menahan kain, saat menjahit sedang berlangsung.
3) Berikan sedikit tekanan pada presser foot/sepatu mesin jahit
f. Excess Fabric on Stitch/Kelebihan Kain pada Jahitan
Di mana kampuh berlebih setelah menjahit
Solusi yang disarankan:
1) Pastikan mesin memberi dalam keadaan akurat
2) Gunakan teknik menjahit yang benar.
3) Operator menjahit harus melipat kain dengan kelonggaran yang sama
g. Elastic Uneven/ Elastis Tidak Merata
Elastis memiliki jahitan yang tidak rata.
Solusi yang disarankan:
1) Gunakan pola tanda untuk menandai elastis sebelum dijahit
2) Pastikan operator mengikuti tanda jahitan
h. Fraying/Tepi kain bertiras
Jika pada bagian tertentu kain (jahitan/obras) terdapat tiras kain.
Solusi yang disarankan: .
1) Jahitan jangan terlalu ke tepi.
2) Ketegangan pada jarum tidak terlalu longgar.
3) Operator harus memegang kain dengan benar.
4) Pisau tidak boleh tumpul.
5) Pisau diatur dengan benar.
6) Pilihan benang yang tepat untuk kain.
i. High Low/ Ketepatan posisi (tinggi rendah) pemasangan saku
Pemasangan/ukuran tinggi rendah saku dari atas, tidak sama
Solusi yang disarankan:
12
1) Pola tanda harus akurat.
2) Gunakan metode penandaan yang tepat.
3) Amati teknik menjahit yang akurat saat saku belakang bergabung.
4) Gunakan tekanan minimum selama menjahit.
j. Joint stich/jahitan bertumpuk
Ketika jahitan disambung satu sama lain, buatlah jahitan sejajar/
bertumpuk.
Solusi yang disarankan:
1) Memerlukan benang jahit kualitas unggul.
2) Mesin jahit dan penyesuaian mesin yang tepat.
3) Amati operator menjahit untuk teknik penanganan material yang
benar.
k. Joint stich/jahitan bertumpuk
Ketika jahitan disambung satu sama lain, buatlah jahitan sejajar/
bertumpuk.
Solusi yang disarankan:
1) Memerlukan benang jahit kualitas unggul.
2) Mesin jahit dan penyesuaian mesin yang tepat.
3) Amati operator menjahit untuk teknik penanganan material yang
benar.
l. Stitch Breakage(jahitan yang rusak/putus)
Kerusakan benang; jarum dan kumparan atau gigi mesin jahit pecah,
terutama karena permukaan logam terkelupas atau rusak. Menyebabkan
kerusakan pada benang. Benang yang terputus merupakan masalah yang
menghabiskan waktu dalam produktivitas.
m. Needle Mark /tanda jarum
Terdapat lubang/ tanda bekas lubang jarum muncul di sepanjang garis
jahitan.
Solusi yang disarankan:
1) Tidak ada jarum yang tumpul, tertekuk atau diatur dengan benar.
2) Jenis jarum dan kain harus seimbang.
3) Jarum harus diganti secara berkala pada operasi.
n. Oil Mark /tanda bekas oli
Tempat/kain yang terkena bercak minyak muncul saat menjahit kain.
Solusi yang disarankan:
1) Gunakan mesin & penyesuaian mesin yang tepat.
2) Hindari mesin yang rusak
13
o. Over Stitch /jahitan menumpuk
Jika garis jahitan tidak sesuai dengan arah jahit dan jahitan menutupi
kain/jahitan lainnya.
Solusi yang disarankan:
1) Gunakan teknik penanganan bahan jahit yang tepat.
2) Pastikan pola / panduan telah dirancang dengan benar.
3) Harus mengikuti panduan saat menjahit.
p. Pleat/ lipit
Ketika kain terlipat setelah dijahit, sehingga terbentuk lipit.
Solusi yang disarankan:
1) Mesin harus bersih.
2) Gunakan ketegangan yang tepat di bobbin & looper.
3) Jarum tidak boleh terlalu kecil atau salah.
4) Buat panjang jahitan yang sesuai.
5) Ketegangan benang tidak terlalu ketat.
6) Benang harus bergerak dengan lancar.
q. Poor Pressing/i yang kurang baik
Pressing/menyetrika tidak dilakukan dengan cara yang benar.
Solusi yang disarankan:
1) Kontrol suhu diatur dengan benar.
2) Setrika harus benar-benar panas sebelum menekan.
3) Tidak ada kontrol uap yang tidak berfungsi.
r. Poor Pressing/i yang kurang baik
Pressing/menyetrika tidak dilakukan dengan cara yang benar.
Solusi yang disarankan:
1) Kontrol suhu diatur dengan benar.
2) Setrika harus benar-benar panas sebelum menekan.
3) Tidak ada kontrol uap yang tidak berfungsi.
s. Puckering/kerutan
Jahitan tidak rata dan tidak halus di sepanjang garis jahitan.
Solusi yang disarankan:
1) Jahitan lurus dengan serat
2) Kain harus dipegang dengan benar.
3) Gunakan tegangan benang minimum.
4) Jarum perlu diganti.
5) Gunakan benang yang tepat untuk kumparan & jarum.
6) Pilihan jahitan yang akurat untuk material.
14
t. Ragged/Inconsistent Edge (tepi tidak rapi/ kasar)
Tepi kain berubah sangat kasar atau menggulung di dalam benang
looper/sengkelit obras.
Solusi yang disarankan:
1) Gunakan pisau tajam dan sering diganti.
2) Pisau harus disesuaikan dengan tepat.
3) Looper harus diatur dengan benar.
4) Hubungan jarum dengan looper harus benar.
5) Pisau tidak boleh tumpul.
6) Pilihan benang yang tepat untuk kain.
u. Rawedge/tepi kain tidak rata
Pinggir/tepi kain yang belum terselesaikan secara rapi
Solusi yang disarankan:
1) Sepatu mesin jahit harus benar.
2) Bagian garmen harus memiliki panjang yang sama.
3) Gunakan sepatu mesin jahit pada ketinggian yang benar.
4) Piring jarum yang tepat.
5) Operator harus dengan benar.
v. Run of Stitch/ Alur Jahitan
Jahitan tetap berkelanjutan, namum ada bagian yang tidak
semestinya/tidak berkelanjutan.
Solusi yang disarankan:
1) Operator tidak boleh menarik kain saat menjahit.
2) Gunakan prosedur menjahit yang akurat.
15
1) Operator tidak memegang/menarik saku secara berlebihan.
2) Pastikan pakaian dan saku dibentuk dengan benar dan kain tambahan
tidak dimasukkan ke dalam saat menjahit.
3) Saku harus dipotong sesuai pola dan tidak terlalu dalam.
4) Gunakan penguat saku di dalamnya (interfacing dll)
y. Shining Mark/ Tanda mengkilat
Over iron/panas berlebihan pada setrika yang dapat melelehkan serat
kain yang menciptakan tanda yang mengkilat.
Solusi yang disarankan:
1) Gunakan suhu yang tepat selama menyetrika.
2) Setrika harus benar-benar panas sebelum digunakan.
3) Pengaturan suhu sesuai dengan jenis kain
z. Skip Stitch/jahitan loncat
Ketika benang jarum tidak dapat menangkap/mengkait benang looper
cenderung melompati jahitan. Sebagian besar terjadi tepat sebelum atau
tepat setelah ketebalan kain.
Solusi yang disarankan:
1) Meminimalkan tegangan benang pada bagian tempat spun/bobbin
case, serta bagian tegangan benang atas.
2) Tidak berhenti pada bagian kain yang tebal.
3) Mengatur kaki sepatu mesin
4) Mesin harus bersih.
5) Penggunaan jarum yang tepat (lubang tidak terlalu besar atau
pendek).
6) Pengaturan mesin perlu penyesuaian yang tepat.
7) Kain harus dipegang dengan benar.
aa. Unbalance stitch/jahitan tidak seimbang
Jahitan tidak seimbang, ketegangan benang umumnya menyebabkan
jahitan tidak simbang dan memberikan tampilan yang tidak rapi
bb. Slanted/Miring
Posisi elemen busana yang miring, yang diatur/diukur pada sudut di
bagian atas setiap pakaian.
Solusi yang disarankan:
1) Pola harus akurat.
2) Pertahankan prosedur penandaan yang benar.
3) Tekanan sepatu mesin jahit yang tepat.
4) Perhatikan operator jahit untuk teknik penanganan bahan yang benar.
cc. SPI (Stitches Per Inch)
16
SPI berarti Jahitan Per Inch. Ini berarti jumlah jahitan yang terbentuk
dalam satu jahitan panjang satu inci. Umumnya pembeli menyebutkan
SPI. penjahit seharusnya mengikuti SPI dalam sampel garmen dan produk
massal.
SPI standar untuk berbagai jenis mesin:
1) Mesin Lockstitch Jarum Tunggal / Multi- 7-10
2) Blind Stitch Machine- 13-14
3) Flat Lock Machine- 12-13
4) Over Lock Machine- 10-13
5) Button Hole Machine- 56
6) Chainstitch Machine- 8- 10
7) Mesin Zig Zag- 13-15
8) Mesin Coverstitch- 13
9) Mesin Bartack- 56
10) Mesin Arm of Feed (FOA )- 7-9
11) Mesin Lubang Let Mata- 56
dd. Twisting/ Melintir
Sisi pakaian bisa berputar kedepan atau ke atas dan mengubah
penampilan pakaian.
Solusi yang disarankan:
1) Penyesuaian depan dan belakang dengan benar sebelum menjahit.
ee. Uneven Shape/Bentuk Tidak Rata
Di mana bentuk pakaian tidak merata.
Solusi yang disarankan:
1) Melipat pakaian dengan cara yang benar untuk mencegah bentuk
yang tidak merata.
2) Gunakan tekanan minimum pada Feed Dog (Gigi Mesin Jahit)
3) Operator tidak boleh menarik kain saat menjahit.
ff. Uneven Stitch/Jahitan Tidak Merata
Di mana garis jahitan tidak merata.
Solusi yang disarankan:
1) Aliran benang harus dengan lancar.
2) Tegangan benang atas dan bawah harus seimbang/benar
3) Gunakan tekanan minimum.
4) Pastikan mata jarum, bed slide plate (plat geser), dan yang lainnya
tidak cacat/sobek
5) Operator pastikan memegang/mengatur kain dengan benar.
17
gg. Untrimmed Threads/ Benang yang Belum Terpotong
Meskipun benang yang tidak terpotong umumnya dianggap sebagai cacat
kecil, namun dapat menjadi masalah yang lebih serius jika terbukti dalam
sebagian besar pesanan masih tyerdapat hal tersebut.
Solusi yang disarankan:
1) Ujung benang seharusnya pendek.
2) Thread Take-Up Spring (Tuas Pengangkat Benang) usahakan posisi
selalu di atas Ujung benang harus dipegang pada awal jahitan.
3) Ujung benang harus dipegang/dipotong pada akhir jahitan.
hh. Unraveling Buttons/Kancing Terurai (lepas)
Beberapa benang yang berlebih terlihat pada bagian atas kancing
Solusi yang disarankan:
1) Gunakan benang jahit kualitas terbaik.
2) Harus menggunakan mesin kunci jahitan untuk memasang kancing.
ii. Wrong Size/Salah Ukuran
Dimana ukuran bagian tertentu ukurannya tidak sama.
Solusi yang disarankan:
1) Marker harus akurat.
2) Setiap komponen harus ditentukan oleh nomor.
3) Operator harus mencocokkan nomor sebelum menjahit.
jj. Yarn Gathering/ kerutan Benang
Benang berkerut di suatu tempat/area pada saat berlangsung menjahit.
Solusi yang disarankan:
1) Gunakan Stitch Length (Pengatur Jarak Jahitan) minimum.
2) Mengatur tegangan benang pada bagian atas dan bawah
3) Jenis jarak jahitan yang akurat.
4) Mengatur pada Feed Throw Out Knob (Tuas Pengatur Plat). Bagian
ini merupakan pengatur plat gigi. Fungsinya untuk menyesuaikan
bahan dengan plat gigi sehingga menghasilkan jahitan yang rapi.
kk. Wavy Seams (Jahitan/Kelim Bergelombang
Ada kerutan/gelombang di garis jahitan.
Solusi yang disarankan:
1) Operator tidak harus meregangkan kain.
2) Tekanan kaki penekan/sepatu mesin jahit harus minimum.
3) Jarak Panjang jahitan tidak boleh terlalu pendek.
4) Perhatian ekstra pada saat melakukan menjahit.
18
ll. Zipper Wavy/ Jahitan retsliuting Bergelombang
Ritsleting tidak rata setelah dijahit.
Solusi yang disarankan:
1) Operator seharusnya tidak menarik kain saat menjahit atau tanpa
menaikkan kaki tekanan.
2) Gunakan kaki tekanan minimum.
mm. Jahitan tidak sejajar pada persimpangan jahitan
Penyebab:
1) penanganan potongan yang tidak tepat
2) Cara menjahit yang tidak seimbang
Solusi yang disarankan:
1) Jika karena kain yang tidak sama ukurannya, kembalikan ke bagian
cutting
2) Jangan terlalu menarik kain, ketika sedang menjahit
6. Proses Pembuatan Gaun Zero waste Berbahan Batik Eco print agar dapat
sesuai dengan standar mutu jahit
a. Persiapan alat dan bahan
Alat dan bahan harus dipersiapkan terlebih dahulu agar tidak
mengganggu proses pembuatan dan menjadikan waktu pengerjaan lebih
efektiv. Agar memnuhi standar mutu diusahakan menggunakan dan
memakai alat dan bahan yang berkualitas. Khususnya kain sebagai bahan
utama haruslah mulus berkualitas tanpa adanya cacat. Alat dan bahan
yang perlu dipersiapkan sebagai berikut.
Tabel 1. Rincian Alat dan Bahan
19
5. Gunting kain Kancing
6. Gunting kain mesin
7. Mesin jahit portable
8. Mesin obras benang 3
9. Metelin
10. Jarum tangan
11. Benang jahit
12. Benang obras
13. Pendedel
b. Desain
Membuat desain dengan memperhatikan aspek keefektivan pada saat
layout diatas kain, dengan cara sebagai berikut.
1) Tidak terlalu banyak komponen untuk pembuatan gaun
2) Disarankan membuat desain yang simpel dan tidak ribet
3) Meminimalisir banyaknya bagian yang akan dipotong
c. Ukuran
Untuk membuat gaun, diperlukan ukuran-ukuran yang dipergunakan
sebagai dasar pembuatan pola. Menurut Kusumawardani (2016: 6)
Ketepatan mengambil ukuran akan mempengaruhi dalam proses
pembuatan pola busana sehingga dapat menghasilkan busana yang
nyaman dikenakan dan baik bentuknya. Oleh karena itu dalam proses
pengambilan ukuran diperlukan ketelitian yang cukup tinggi.
Menurut Kusumawardani (2016: 6-10), cara mengambil ukuran untuk
gaun adalah sebagai berikut.
1) Lingkar badan
Diukur sekeliling dada terbesar mulai dari bust point (puncak dada)
dengan posisi pita ukur mendatar, melingkar melalui punggung
dengan posisi lurus.
2) Lingkar pinggang
Diukur pas pada sekeliling pinggang
3) Lingkar leher
Diukur sekeliling leher terbesar, diambil pertemuan pada lekuk leher.
4) Lebar muka/lebar dada
Dari lekuk leher turun ± 5 cm, diukur mendatar dari kerung lengan
sebelah kiri sampai kerung lengan sebelah kanan.
5) Panjang muka
Diukur dari lekuk leher sampai pinggang, atau diukur lurus dari sisi
pangkal leher melewati puncak dada sampai ke pinggang.
20
6) Panjang sisi
Jepit penggaris untuk memudahkan pengukuran, ukur dari bawah
kerung lengan sampai batas pinggang.
7) Tinggi puncak
Diukur dari pinggang lurus keatas sampai puncak dada.
8) Lebar bahu
Diukur dari batas leher sampai titik bahu terendah tepat pada pangkal
lengan.
9) Panjang lengan
Lengan panjang posisi lengan agak menyiku. Diukur dari ujung
pangkal lengan kebawah sampai panjang yang diinginkan (±2 cm
dibawah ruas pergelangan tangan).
Lengan pendek diukur dari ujung pangkal lengan sampai panjang
yang diinginkan.
10) Lingkar kerung lengan
Diukur pada sekeliling kerung lengan, pas, ditambah ±4 cm atau
sesuai yang diinginkan.
11) Tinggi puncak lengan
Diukur dari ujung pangkal lengan sampai batas pangkal lengan.
12) Lingkar siku
Siku dilipat, diukur sekeliling siku
13) Lingkar pergelangan tangan
Diukur sekeliling siku
14) Lebar punggung
Dari tulang leher turun ±8 cm sampai 10 cm, diukur mulai pangkal
lengan sebelah kiri sampai pangkal lengan sebelah kanan.
15) Panjang punggung
Diukur dari batas ruas leher yang menonjl, lurus kebawah sampai
pinggang bagian belakang.
16) Lingkar panggul
Diukur sekeliling panggul terbesar, ±8 cm0 10 cm turun dari
pinggang.
17) Tinggi panggul
Diukur dari sisi batas pinggang sampai ke batas panggul
18) Panjang rok
Diukur dari tengah muka pinggang, melewati bahu terendah sampai
tengah belakang.
21
d. Pembuatan Pola
1) Pada saat pembuatan pola harus memperhatikan beberapa aspek
agar pola yang dibuat tepat dan sesuai. Aspek-aspek tersebut
adalah sebagai berikut.
2) Teliti dan cermat saat melakukan perhitungan untuk membuat pola
3) Teliti dan cermat saat melakukan pecah pola
4) Jangan sampai tertinggal satu bagian pun termasuk bagian lapisan,
lining atau interlining.
5) Disetiap pola harus terdapat identitas pola lengkap agar memudahkan
untuk mengidentifikasi khususnya saat proses layout dan cutting.
e. Layout
Pada saat meletakkan pola diatas kain, harus memperhatikan beberapa hal
berikut agar menghasilkan produk yang berkualitas.
1) Menggelar kain di tempat yang luas dan memadai. Kain harus benar-
benar rata tidak bergelombang, dan rapi.
2) Memperhatikan identitas pola dan arah lipatan kain
22
Gambar 4. dua Lipatan kain (double fold)
3) Tanda arah serat kain (grain lines) yang diletakan pada lipatan kain
23
4) layout/tata letak kain memanjang
24
Gambar 8. Cara menyematkan jarum pentul
f. Marker
Setelah selesai melakukan layout, melakukan proses marker atau
penandaan disetiap garis kampuh agar nanti saat proses penjahitan lebih
mudah dan tepat.
g. Cutting
Pada saat cutting harus memperhatikan beberapa hal berikut.
1) Menggunakan alat berupa gunting yang berkualitas.
2) Saat pemotongan harus sesuai pola.
3) Tidak boleh menggeser kain yang mengakibatkan berubahnya layout.
4) Tidak boleh mengangkat kain.
5) Memperhatikan postur tubuh yang tepat, tidak boleh terlalu
menunduk dekat dengan gunting atau kain.
6) Memotong sesuai dengan pola , harus teliti dan cermat.
7) Setelah selesai, memeriksa hasil cutting dan menyimpan hasil cutting
sesuai urutan penjahitan untuk memudahkan proses sewing.
h. Sewing
Proses sewing adalah proses utama dalam pembuatan gaun ini. Hal-hal
yang harus diperhatikan dalam proses ini yaitu.
1) Melakukan pengecekan dan mengurutkan bagian-bagian sesuai
dengan model yang telah dibuat.
2) Bisa mengecek posisi dengan menggabungkan meggunakan jarum
pentul atau melakukan jelujur.
3) Saat proses penjahitan harus teliti dan fokus
4) Disetiap bagian yang memerlukan pressing harus dipressing.
i. Finishing
Setelah melakukan sewing, kemudian dilakukan proses finishing sebagai
proses akhir seperti sebagai berikut.
1) Memasang pelengkap seperti pemasangan kancing atau aksesoris
lainnya.
2) Melakukan trimming atau bersih benang secara keseluruhan
25
3) Melakukan pressing keseluruhan.
1. Raisya Garlufi dan Faradillah Nursari tahun 2018 dengan judul “Potensi
Penerapan Teknik Zero Waste Pattern Cutting Pada Desain Kebaya” yang
menyimpulkan bahwa kebaya sebagai pakaian nasional yang akan terus
digunakan dan dikembangkan berpotensi menghasilkan limbah yang cukup
signifikan berupa potongan kain, maka dari itu diperlukan upaya penangan
atas fenomena tersebut. Salah satu upaya yang dapat dilakukan yaitu
penerapan teknik zero waste pattern, dimana teknik tersebut dapat
meminimalisir limbah pra-produksi kebaya.
Salah satu jenis kebaya Indonesia yang berpotensi untuk penerapan teknik
zero waste yaitu kebaya kutubaru, hal ini karena kebaya kutu baru memiliki
bagian tambahan dibagian depan kebaya yang biasa disebut bef. Bef dapat
dimanfaatkan untuk meminimalisir limbah pra-produksi kebaya, panjang juga
dapat disesuaikan dan salah satu metode efektif untuk meminimalisir limbah
pra-produksi yaitu menggunakan teknik pleats atau teknik melipat pada kain,
sehingga dapat memanipulasi panjang kain dan sambungan pada pakaian.
Potensi penerapan teknik zero waste pattern cutting pada kebaya ini dapat
dimanfaat oleh seluruh masyarakat Indonesia, sehingga wanita Indonesia
khususnya dapat terus menggunakan kebaya sebagai identitas Bangsa tanpa
merusak lingkungan sekitarnya.
2. Salma Nabila dan Faradillah Nursari pada tahun 2010 dengan judul
“Penerapan Teknik Zero Waste Pada Busana Syar’i Dengan Material Kain
Tenun Lurik” yang menyimpulkan bahwa sebagai berikut.
a. Produk busana syar’i multifungsi yang sesuai dengan kaidah islam adalah
dengan memperhatikan syariat berbusana yang dianjurkan oleh agama
islam dengan menambahkan fitur busana multifungsi berupa resleting
pada bagian bawah sehingga aman digunakan untuk shalat serta
menambahkan kerut dan resleting pada bagian lengan agar memudahkan
untuk berwudhu dan penggunaan resleting dan lubang tangan pada
khimar untuk memudahkan muslimah dalam beraktivitas.
b. Rancangan busana syar’i yang sesuai dengan penerapan teknik zero waste
adalah dengan menerapkan teknik kombinasi foundational cut dengan
teknik square-cut yang menghasilkan bentuk siluet H dengan limbah
sebanyak 3,24% persen dan 1,8%.
c. Penerapan kain tenun lurik pada busana syar’i dilakukan dengan
menggunakan kain tenun lurik yang memiliki lebar 110 cm dengan motif
26
udan liris dan palet warna earthen. Penggunaan motif dan warna tersebut
dikarenakan konsep mahasiswa dengan busana syar’i yang feminim
sehingga memilih motif dan warna tersebut karena sederhana dan tidak
terlalu mencolok untuk digunakan kedalam busana syar’i.
C. Kerangka Berpikir
Kain batik eco-print yang merupakan salah satu jenis kain ramah lingkungan
dipadukan dengan teknik zero waste pattern cutting. Kedua hal ini memiliki
kesamaan yaitu merupakan penerpan dari sustainable fashion atau fashion
berkelanjutan dengan konsep cinta dan peduli terhadap lingkungan. Kemudian
dijadikan sebagai acuan dasar dalam proses pembuatan gaun yang berkualitas. Gaun
dapat dikatakan berkualitas jika telah sesuai dengan standar mutu jahit. Maka setelah
lolos standar mutu jahit gaun layak dan berpeluang untuk dijadikan sebagai produk
fashion.
Proses Pembuatan
Gaun
Gaun
Peluang Produk
Fashion
27
D. Rancangan Model
Dalam rancangan model penelitian pengembangan yang tujuannya
menghasilkan produk fashion berupa gaun ini memiliki alur pembuatan sebagai
berikut.
Ukuran
Marker Cutting
Sewing
28
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Menggunakan metode penelitian dan pengembangan. Borg and Call (1998)
menggunakan nama Research and Development/R&D yang dapat diterjemahkan
menjadi penelitian dan pengembangan. Penelitian dan pengembangan berfungsi untuk
memvalidasi produk dan mengembangkan produk (Sugiono, 2018:395).
Menurut Borg and Gall (1989: 624), educational research and development is
a process used to develop and validate educational product. Atau dapat diartikan
bahwa penelitian pengembangan pendidikan adalah sebuah proses yang digunakan
untuk mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan. Hasil dari penelitian
pengembangan tidak hanya pengembangan sebuah produk yang sudah ada melainkan
juga untuk menemukan pengetahuan atau jawaban atas permasalahan praktis. Metode
penelitian dan pengembangan juga didefinisikan sebagai suatu metode penelitian
yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk
tersebut (Sugiyono, 2011 : 297).
29
Penelitian dan pengembangan (research & development) pada industri
merupakan ujung tombak dari suatu industri dalam menghasilkan produk-produk
baru yang dibutuhkan oleh pasar ( sugiyono, 2018:401). Hadirnya penelitian dan
pengembangan dengan hasil akhir berupa gaun sebagai peluang produk fashion ini
termasuk salah satu penelitian dan pengembangan di bidang industri.
Dalam dunia fashion, dewasa ini sustainable fashion cukup populer dan
tengah digalakkan demi kepentingan bumi kita. Sustainable fashion sendiri,
merupakan tema besar dari Fashion Trend Forecasting tahun 2020/2021. Maka
dari itu, peneliti mengambil tema ini yang secara spesifiknya dengan penelitian
dan pengembangan yang menerapkan teknik zero waste pattern cutting.
30
2. Tahap II : Tahap Pengembangan Model
a. Model Pengembangan (Desain Produk)
Dalam penelitian dan pengembangan ini akan menghasilkan produk
faashion berupa gaun berbahan batik eco-print dengan penerapan teknik
zero waste eco-print. Diharapkan gaun hasil penelitian dan
pengembangan ini layak untuk dijadikan sebagai produk fashion yang
siap dan berkualitas untuk dijual belikan.
Untuk mewujudkan harapan dan tujuan maka diperlukan beberapa aspek
sebagai berikut.
1) Menekan sisa limbah, khususnya sia kain perca
2) Menerapkan penyelesaian kampuh rompok untuk meningkatkan
kualitas dan meminimalisisr sisal limbah
3) Dalam penerapan teknik zero waste pattern cutting benar benar harus
di disesuaikan dan mengoptimalkan penempatan pola dan cutting-an
4) Jika terdapat sisa kain, maka digunakan sebagai hiasan tambahan.
5) Dalam proses pembuatan produk menerapkan langkah-langkah
sebagai berikut:
a) Persiapan alat dan bahan
Alat dan bahan harus dipersiapkan terlebih dahulu agar tidak
mengganggu proses pembuatan dan menjadikan waktu
pengerjaan lebih efektiv. Agar memnuhi standar mutu
diusahakan menggunakan dan memakai alat dan bahan yang
berkualitas. Khususnya kain sebagai bahan utama haruslah
mulus berkualitas tanpa adanya cacat. Alat dan bahan yang perlu
dipersiapkan sebagai berikut.
Desain pola memerlukan pola dasar, gunting kertas, pensil,
bolpoin merah , bolpoin biru, penggaris pola dan metelin
Sedangkan untuk proses layout, cutting, sewing, dan finishing
memerlukan jarum pentul, rader, kertas karbon, pensil penanda
kain, gunting kain, mesin jahit portable, metelin, jarum tangan,
benang jahit, dan pendedel
b) Desain
Membuat desain dengan memperhatikan aspek keefektivan pada
saat layout diatas kain, dengan cara sebagai berikut.
Tidak terlalu banyak komponen untuk pembuatan gaun
Disarankan membuat desain yang simpel dan tidak ribet
Meminimalisir banyaknya bagian yang akan dipotong
31
c) Ukuran
Untuk membuat gaun, diperlukan ukuran-ukuran yang
dipergunakan sebagai dasar pembuatan pola. Menurut
Kusumawardani (2016: 6) Ketepatan mengambil ukuran akan
mempengaruhi dalam proses pembuatan pola busana sehingga
dapat menghasilkan busana yang nyaman dikenakan dan baik
bentuknya. Oleh karena itu dalam proses pengambilan ukuran
diperlukan ketelitian yang cukup tinggi.
Menurut Kusumawardani (2016: 6-10), cara mengambil ukuran
untuk gaun adalah sebagai berikut.
Lingkar badan
Lingkar pinggang
Lingkar leher
Lebar muka/lebar dada
Panjang muka
Panjang sisi
Tinggi puncak
Lebar bahu
Panjang lengan
Lengan pendek
Lingkar kerung lengan
Tinggi puncak lengan
Lingkar siku
Lingkar pergelangan tangan
Lebar punggung
Panjang punggung
Lingkar panggul
Tinggi panggul
Panjang rok
d) Pembuatan Pola
Pada saat pembuatan pola harus memperhatikan beberapa aspek
agar pola yang dibuat tepat dan sesuai. Aspek-aspek tersebut
adalah sebagai berikut.
Teliti dan cermat saat melakukan perhitungan untuk
membuat pola
Teliti dan cermat saat melakukan pecah pola
Jangan sampai tertinggal satu bagian pun termasuk bagian
lapisan, lining atau interlining.
32
Disetiap pola harus terdapat identitas pola lengkap agar
memudahkan untuk mengidentifikasi khususnya saat proses
layout dan cutting.
e) Layout
Pada saat meletakkan pola diatas kain, harus memperhatikan
beberapa hal berikut agar menghasilkan produk yang berkualitas.
Menggelar kain di tempat yang luas dan memadai. Kain
harus benar-benar rata tidak bergelombang, dan rapi.
Memperhatikan identitas pola dan arah lipatan kain
Tanda arah serat kain (grain lines) yang diletakan pada
lipatan kain
layout/tata letak kain memanjang
Cara layout/tata letak kain dan menyematkan jarum pentul
f) Marker
Setelah selesai melakukan layout, melakukan proses marker atau
penandaan disetiap garis kampuh agar nanti saat proses
penjahitan lebih mudah dan tepat.
g) Cutting
Pada saat cutting harus memperhatikan beberapa hal berikut.
Menggunakan alat berupa gunting yang berkualitas.
Saat pemotongan harus sesuai pola.
Tidak boleh menggeser kain yang mengakibatkan
berubahnya layout.
Tidak boleh mengangkat kain.
Memperhatikan postur tubuh yang tepat, tidak boleh terlalu
menunduk dekat dengan gunting atau kain.
Memotong sesuai dengan pola , harus teliti dan cermat.
Setelah selesai, memeriksa hasil cutting dan menyimpan
hasil cutting sesuai urutan penjahitan untuk memudahkan
proses sewing.
h) Sewing
Proses sewing adalah proses utama dalam pembuatan gaun ini.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam proses ini yaitu.
Melakukan pengecekan dan mengurutkan bagian-bagian
sesuai dengan model yang telah dibuat.
Bisa mengecek posisi dengan menggabungkan meggunakan
jarum pentul atau melakukan jelujur.
Saat proses penjahitan harus teliti dan fokus
33
Disetiap bagian yang memerlukan pressing harus dipressing.
i) Finishing
Setelah melakukan sewing, kemudian dilakukan proses finishing
sebagai proses akhir seperti sebagai berikut.
Memasang pelengkap seperti pemasangan kancing atau
aksesoris lainnya.
Melakukan trimming atau bersih benang secara keseluruhan
Melakukan pressing keseluruhan.
b. Validasi Desain
Validasi desain merupakan proses kegiatan untuk menilai apakah
rancangan produk lebih efektif atau tidak. Dalam tahap ini validasi masih
bersifat penilaian berdasarkan pemikiran 4 rasional, belum fakta
dilapangan. Validasi produk dpat dilakukan dengan mengahdirkan
beberapa pakar.
c. Revisi Desain
Setelah melakukan validasi desain dengan pakar yaitu dosen
pembimbing, maka dilakukan revisi desain sesuai dengan arahan
pembimbing.
d. Uji Coba Produk
1) Desain uji coba
Dalam uji awal ini akan dilakukan uji pembuatan produk berupa gaun
oleh peneliti yang memiliki skill menjahit dan mendesain.
34
Gambar 12. Desain Gaun Belakang
35
Gambar 14. Desain Produksi 1 Gaun Depan
2) Subjek uji coba
Setelah produk berupa gaun selesai dibuat maka dilanjutkan untuk
melakukan uji coba oleh subjek yang berpengalaman. Uji coba ini
dalam bentuk meneliti hasil pembuatan gaun, sudah sesuai dengan
perencanaan dan harapan atau belum.
Dalam pemilihan subjek uji coba ini tentunya memilih subjek yang
telah berpengalaman atau tenaga ahli. Disini peneliti memilih dosen
pembimbing selaku tenaga ahli yang.
3) Jenis data
Jenis data yang digunakan yaitu pengumpulan data dan analisis
kesesuaian dengan desain dan perencanaan serta dikaitkan dengan
standar mutu jahit.
4) Instrumen pengumpulan data
Dalam pengumpulan data untuk menganalisis kualitas produk berupa
gaun yang sesuai standar mutu jahit, maka digunakan beberapa aspek
seperti pada tabel berikut ini.
36
Tabel 2. Identifikasi Mutu Jahit
No Aspek digunakan sesuai Tidak
sesuai
5. Double Crease/Lipatan
Ganda/Melipat Tidak Rata
37
18. Puckering/kerutan
26. Slanted/Miring
38
36. Zipper Wavy/ Jahitan retsliuting
Bergelombang
39
cacat kecil tidak diperbolehkan tergantung pada persyaratan
pembeli.
Cacat spot dan menjahit pada bagian bawah
Cacat minor biasanya akan dilihat oleh inspektur, tetapi
mungkin diabaikan oleh pelanggan.
Cacat yang dianggap tidak mengganggu pemakainya, misal
ada benang belum bersih, akan tetapi jika sudah mengganggu
dan menjadikan pembeli merasa tidak nyaman maka
menjadi defect major
6) Revisi Produk
Apabila setelah produk yang dihasilkan sudah sesuai harapan dan
tujuan awal, maka produk tidak perlu melalui revisi. Akan tetapi, jika
produk masih belum sesuai, maka diperlukan revisi produk.
7) Evaluasi dan Penyempurnaan
Ini merupakan tahapan evaluasi ulang untuk menentukan apakah
produk sudah layak dan sempurna untuk dijadikan sebagai produk
akhri.
8) Model hipotetik
Model hipotetik atau model akhir hasil revisi pada tahapan
pengembangan model ini merupakan hasil akhir yang telah melalui
berbagai macam proses. Model akhirnya harus yang telah sesuai
dengan harapan awal.
No Pernyataan Nilai
1 2 3 4 5
40
3. Gaun sesuai dengan gambar
4. Kualitas jahitan
Keterangan :
a. 1 = mengecewakan
b. 2 = tidak memuaskan
c. 3 = cukup memuaskan
d. 4 = memuaskan
e. 5 = sangat memuaskan
41
DAFTAR PUSTAKA
Rissanen, T., & McQuillan, H. (2016). Zero waste fashion design (Vol. 57).
Bloomsbury Publishing.
42