Anda di halaman 1dari 34

HANDOUT

PEMBUATAN HIASAN
BUSANA
TUSUK DASAR HIASAN

Oleh:

Rizky Kristiana,S.Pd
HANDOUT

TUSUK DASAR HIASAN

Kelas : XI Tata Busana

Mata pelajaran : Pembuatan Hiasan Busana

Semester : Gasal

Materi Pokok : Tusuk Dasar Hiasan

Sifat : Praktek

A. KOMPETENSI DASAR
3.1 Menerapkan tusuk dasar hiasan dalam suatu produk
4.1 Membuat tusuk dasar hiasan dalam suatu produk

B. Indikator Pencapaian Kompetensi:


a. Pengetahuan
3.1 Menerapkan tusuk dasar hiasan dalam suatu produk
Indikator Pencapaian Kompetensi :
3.13.1.Menganalisis pengertian tusuk dasar hiasan dalam suatu produk
3.13.2.Mengidentifikasi alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan tusuk dasar hiasan
dalam suatu produk
3.13.3Menentukan prosedur pembuatan tusuk dasar hiasan dalam suatu produk
b. Keterampilan
4.1 Membuat tusuk dasar hiasan dalam suatu produk
Indicator Pencapaian Kompetensi:
4.13.1.Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan tusuk dasar hiasan dalam
suatu produk
4.13.2.Membuat tusuk dasar hiasan dalam suatu produk sesuai kriteria hasil dengan mentaati
prosedur K3
C. Tujuan Pembelajaran
a. Sikap Spiritual
Terlibat dalam proses belajar yang menerapkan model pembelajaran Projec Based Learning melalui
pembelajaran Daring, diamati dengan siswa menunjukan sikap spiritual. Siswa menunjukan
sikap bersyukur, jujur dan tidak mudah putus asa dalam mempelajari pembuatan sulam
smock.

b. Sikap Sosial
Terlibat dalam proses belajar yang menerapkan model pembelajaran Projec Baded Learning melalui
pembelajaran Daring, diamati dengan siswa menunjukan sikap sosial. Siswa menunjukan sikap
disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, cinta damai, responsif dan
proaktif dalam mempelajari pembuatan sulam smock.

c. Pengetahuan

1. Melalui tampilan power point siswa dapat menguraikan prosedur membuat tusuk dasar hiasan
yang di aplikasikan pada masker sesuai desain yang di buat.
2. Melalui Tanya jawab siswa dapat menganalisis alat dan bahan yang digunakan dalam
pembuatan tusuk dasar hiasan yang di terapkan pada masker dengan benar sesuai kebutuhan
alat.
3. Melalui video tutorial siswa dapat menentukan langkah – langkah pembuatan tusuk dasar hiasan
yang di terapkan pada masker dengan benar sesuai prosedur.

d. Keterampilan

1. Melalui presentasi siswa terampil menyiapkan alat dan bahan yang digunakan dalam
pembuatan tusuk dasar hiasan yang di terapkan pada masker dengan benar sesuai kebutuhan
alat.
2. Melalui penugasan praktek secara mandiri, siswa dapat membuat tusuk dasar hiasan yang
di terapkan pada masker sesuai desain, dengan mentaati K3 sesuai kriteria proses

D. Pendahuluan

Dalam handout pembuatan hiasan busana ini terdapat beberapa contoh tusuk dasar
hiasan yang bisa dipelajari dan diaplikasikan ke pakaian atau lenan rumah tangga yang kita
miliki. Pada masing-masing bab juga terdapat penerapan sulaman pada suatu produk baik
busana maupun lenan rumah tangga. Penerapan produk ini dimulai dari persiapan alat dan
bahan sampai dengan teknik pembuatannya.

Untuk menambah wawasan dalam memahami pembuatan hiasan busana, siswa


disarankan untuk mempelajari berbagai macam tusuk dasar hiasan dari berbagai sumber
lain yang relevan, internet serta senantiasa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.

Setelah siswa mengikuti serangkaian kegiatan pembelajaran diharapkan dapat


memiliki kemampuan untuk menerapkan pembuatan hiasan busana dimanapun, kapan pun,
dan disaat apapun siswa berada.

Untuk memulai menjahit, ada dua kelompok tusuk yang kita ketahui, yaitu tusuk dasar dan tusuk
hias. Tusuk dasar menjahit dapat didefinisikan sebagai hasil jahitan yang dikerjakan dengan alat bantu
berupa jarum jahit tangan dan benang. Sedangkan tusuk hias adalah jahitan tangan yang indah untuk
menyelesaikan motif hias dengan cara menusukan jarum tangan menggunakan benang sulam seperti benang
mouline atau benang farel sehingga motif hiasan busana tersebut menjadi lebih indah. Tusuk yang digunakan
bermacam-macam tergantung jenis motif hiasnya.

E. Materi Pembelajaran

A. PENGERTIAN TUSUK HIAS


Untuk memulai menjahit, ada dua kelompok tusuk yang kita ketahui, yaitu tusuk dasar dan
tusuk hias. Tusuk dasar menjahit dapat didefinisikan sebagai hasil jahitan yang dikerjakan dengan
alat bantu berupa jarum jahit tangan dan benang. Sedangkan tusuk hias adalah jahitan tangan yang
indah untuk menyelesaikan motif hias dengan cara menusukan jarum tangan menggunakan benang
sulam seperti benang mouline atau benang farel sehingga motif hiasan busana tersebut menjadi lebih
indah. Tusuk yang digunakan bermacam-macam tergantung jenis motif hiasnya.
Sebelum menjahit, ada beberapa tahap awal yang harus dilakukan. Berikut ini beberapa
tahapan awal yang harus dilakukan.
1. Siapkan benang yang dibutuhkan dengan warna sesuai keinginan atau sesuai kain
2. Siapkan jarum yang akan dipergunakan
3. Masukkan benang yang akan digunakan ke dalam lubang jarum
4. Ikat mati pada ujung benang
5. Mulailah menjahit dari ujung kiri atau kanan kain
B. ALAT DAN BAHAN UNTUK MEMBUAT TUSUK DASAR
1. Alat yang digunakan untuk menghias kain :

A B C

D E F

G H I J

K L M
Sumber : Sri Dewi Indrayani Keterangan gambar
alat-alat menghias kain :
A. Gunting besar/gunting bkain
B. Gunting benang
C. Gunting kecil
D. Rader
E. Karbon jahit/racing paper
F. Meteran
G. Benang sulam
H. Pemidangan (diameter 15 cm – 22 cm)
I. Bantal jarum dan jarum pentul
J. Jarum jahit tangan
K. Pendedel
L. Bantal jarum dan jarum pentul
M. Pensil kapur

Gambar : Alat-alat menyulam Sumber : Enny Zuhni


Khayati/slideshare.net

a. Macam-macam jarum tangan untuk menyulam


1) Jarum runcing
Jarum runcing biasa digunakan untuk menyulam secara bebas pada tenunan polos seperti
batis, oxpord, tetoron dan lain-lain. Ciri-cirinya yaitu sangat tajam, memiliki ujung yang
runcing dan mempunyai ukuran dengan nomor 10, 12, 14, 16, 18, 20,
22 dan 24.

Gambar : Macam-macam jarum runcing Sumber : Elly Mulyati/Dasar


Menghias Kain.2005

2) Jarum tumpul
Jarum tumpul dikelompokkan menjadi dua yaitu jarum tumpul dengan nomor 12, 14, 16,
18, 20, yang biasa digunakan untuk menyulam dengan hitungan tertentu terutama untuk
membuat tusuk hias pada kain strimin.

Gambar : Macam-macam jarum tumpul Sumber : Elly Mulyati/Dasar


Menghias Kain.2005
3) Jarum tumpul yang berukuran besar dan tidak bernomor, digunakan hanya untuk
pekerjaan menusuk.

Gambar : Jarum tumpul ukuran besar Sumber : Elly Mulyati/Dasar


Menghias Kain.2005

b. Benang Sulam
Menyulam adalah istilah menjahit yang berarti menjahitkan benang secara dekoratif, untuk
itu diperlukan benang hias yang sesuai dengan jenis kain yang akan dihias serta jenis sulaman
yang dibuat, begitu juga ukuran dan warnanya. Untuk sulaman tangan digunakan benang
sulam mouline atau benang mutiara. Untuk bahan halus dan tipis dapat digunakan benang
mouline, sedangkan untuk bahan ang lebih tebal dengan pori-pori besar, digunakan benang
mutiara. Untuk benang yang jarang tenunannya seperti kasah, dapat digunakan benang woll
atau cashmilon. Pada sampul pembungkus kertas benang dicantumkan merk, panjang benang,
nomor dan ukuran serta warnanya. Maka untuk mempermudah pembelian benang berikutnya,
label kertas itu perlu kita simpan baik-baik.

Gambar : Macam-macam benang sulam Sumber : Enny Zuhni


Khayati/slideshare.net
Benang sulam pada umumnya dalam bentuk gulungan atau digulung. Untuk membukanya
dapat dilakukan dengan dua cara, seperti pada gambar berikut.
1 2

Gambar : Cara membuka benang dari untaian benang sulam Sumber : Elly
Mulyati/Dasar Menghias Kain.2005

2. Bahan yang digunakan untuk menghias kain


Pembagian berdasarkan penggunaan jenis kain yang digunakan :
a. Teknik menghias kain dengan menggunakan kain rapat (tenunan rapat) atau tenunan yang
tidak dapat dibagi. Misalnya : sulaman fantasi, sulaman inkrustasi, sulaman Inggris, sulaman
Richelieu dan sulaman bayangan.
b. Teknik menghias kain dengan menggunakan kain bagi :
1) Kain bagi polos
Kain bagi adalah kain yang tenunan benangnya mudah dihitung. Kain bagi polos alur
benangnya tampak jelas dan mudah dibagi. Umumnya jenis hiasan dekorasi untuk
sulaman pada kain bagi berupa hiasan geometris. Misalnya kain strimin, matting.
2) Kain bagi bercorak
Kain bagi bercorak adalah kain yang tenunannya rapat dengan corak bergaris, berkotak-
kotak atau berbintik-bintik. Ukuran sisi kotak antara tiga millimeter sampai tiga
perempat sentimeter. Jika ukuran yang lebih besar dari yang telah disebutkan akan
mempersulit membuat disain dan hasilnya kurang indah. Pada kain bagi bercorak bintik-
bintik disain dekorasi tidak terbatas pada disain geometris saja, tetapi juga dapat
ditambahkan hiasan lengkung dan hiasan flora atau fauna.
Dapat dikatakan bahwa semua jenis kain (bahan tekstil) dapat dihias. Jenis sulaman yang
digunakan, tergantung dari jenis tenunan dan corak kain, misalnya :
a) Belacu, popelin, berkolin dan jenis tenuann yang rapat tenunnya, sulaman fantasi (sulaman
bebas), aplikasi.
b) Bahan serupa dengan corak kotak atau bintik dapat diubah dengan macam-macam tusuk hias
(merubah corak) contohnya aplikasi, smock dan lain-lain dan tusuk-tusuk hias (merobah
corak)
c) Bahan yang dapat dihitung benangnya seperti strimin dan
matting, yaitu terawang, tusuk silang dan holbein.
d) Bahan yang tipis dan bening yaitu sulaman bayangan, inkrustasi, lekapan renda, mute dan
lain-lain.
e) Bahan lemas berkilau seperti satin yaitu dengan sulaman bebas, lekapan quilt dan lain-lain.

A B C

D E F

G H
Gambar : Aneka macam contoh kain Sumber : Sri Dewi Indrayani
Keterangan macam-macam kain untuk menghias kain :
A. Polkadot
B. Berkotak
C. Strimin lubang besar
D. Strimin
E. Bahan tipis
F. Bahan lemas berkilau
G. Poplin
H. Blacu

C. CARA MEMULAI DAN MENGAKHIRI JAHITAN TUSUK HIAS


Dalam teknik menjahit dengan tangan, biasanya diperoleh hasil karya yang rapih dan
halus. Dari depan nampak indah dari belakang nampak rapih. Selain untuk kerapian
juga untuk kekuatan jahitan perlu

diperhatikan
1. Sebelumcara memulai
tusukan dan mengakhiri
pertama, jahitan yaitu
jarum dijelujurkan : dari bagian buruk hanya mengambil sedikit
halus
saja dari tenunan tiga sampai empat langkah kemudian jarum ditusukkan kebagian yang baik
untuk memulai sulaman.
2. Cara lain adalah dengan menusukan jarum dari bagian buruk kebagian baik, tinggalkan 1½ -2
cm ujung benang. Pada waktu membuat tusuk- tusuk sulaman, ujung benang tersebut ikut dijepit
sehingga ujung benang itu tidak ikut tercabut.
3. Menyisakan ujung benang + 6 cm pada bagian buruk waktu memulai tusukan, dan setelah
benang tersebut diselipkan pada tusuk yang sudah seperti waktu mengakhiri jahitan.
4. Mengakhiri jahitan caranya adalah dengan menusukan jarum kebagian buruk, jahitkan beberapa
tusuk balut pada bagian belakang tusuk sulam sebelum benang digunting.

Gambar : Mengawali dan mengakhiri jahitan Sumber : Elly


Mulyati/Dasar Menghias Kain.2005

1. Tusuk Dasar
a. Tusuk Jelujur
Tusuk jelujur merupakan salah satu teknik tusuk dasar dalam menjahit, tusuk jelujur biasanya
digunakan untuk menyatukan atau menyambung dua permukaan kain menjadi satu supaya
tidak bergerak. Penerapan teknik tusuk ini misalnya pada lipatan ujung celana. Tusuk ini
mempunyai arah horizontal ukuran dan jarak turun naik tusuk diatur sama panjang. Tusuk hias
ini paling sederhana, akan tetapi sangat bernilai juga berguna untuk jahitan sementara.
Arahnya dari kanan ke kiri.

Gambar : Cara membuat tusuk jelujur Sumber : Elly Mulyati/Dasar


Menghias Kain.2005

Hasil jadi tusuk Jelujur :


Sumber : Sri Dewi Indrayani
b. Tusuk Tikam Jejak
Tusuk tikam jejak merupakan salah satu teknik tusuk dasar menjahit menggunakan tangan
dengan hasil terlihat seperti jahitan mesin. Teknik tusuk ini biasanya dipakai untuk menjahit
pakaian robek. Tusuk ini mempunyai arah horizontal dan setengah dari ukuran tusuk saling
bersentuhan sehingga pada permukaan kelihatan seperti setikan mesin. Perhatikan gambar cara
menjahit tusuk tikam jejak berikut ini.

Gambar : Cara membuat tusuk Tikam Jejak Sumber : Elly Mulyati/Dasar


Menghias Kain.2005

Hasil jadi tusuk Tikam Jejak : Sumber : Sri Dewi


Indrayani
Tusuk ini harus dikerjakan secara teratur dan jaraknya kecil-kecil. Tusuk tikam jejak
dipergunakan untuk mengisi garis-garis tipis dan merupakan dasar untuk berbagai macam
tusuk hias lainnya seperti tusuk hias manik-manik, tusuk pekinees atau tusuk tikam jejak yang
dikepang dan tusuk tikam jejak berganda yang disisipi tusuk flanel.

c. Tusuk Veston
Tusuk feston berfungsi untuk merekatkan dua permukaan kain supaya tidak bergerak,
penerapan teknik tusuk ini biasanya dipakai pada bagian ujung atau tepi kain. Teknik tusuk ini
biasanya digunakan oleh pengrajin dalam mebuat kerajinan dari kain flanel. Tusuk ini
mempunyai dua arah yaitu arah vertical dan arah horizontal, kaki tusuk arah vertical dan arah
horizontal mempunyai pilihan. Berikut ini gambar dan keterangan cara menjahit dengan teknik
tusuk feston.

Gambar : Cara membuat tusuk Feston Sumber : Elly Mulyati/Dasar


Menghias Kain.2005

Hasil jadi tusuk Tikam Jejak :


Sumber : Sri Dewi Indrayani
d. Tusuk Batang/Tangkai
Tusuk tangkai atau tusuk batang ini biasanya digunakan untuk jahitan hiasan. Tusuk ini
mempunyai arah diagonal dan setengah dari ukuran tusuk masing-masing saling bersentuhan.
Pada tusuk tangkai biasanya benang kerja itu letaknya dibawah jarum (lihat gambar). Dapat
juga benang kerja itu selalu ada diatas jarum dan tusuk hiasnya disebut juga tusuk pinggiran
(sebagai batas). Dalam hal ini kedua jarum tersebut ditusukan dan dikeluarkan tepat pada ujung
tusuk hias yang sebelumnya. Pada bagian buruk kita harus memperoleh suatu baris tusuk tikam
jejak yang rapi.

Gambar : Cara membuat tusuk Tangkai Sumber : Elly Mulyati/Dasar


Menghias Kain.2005
Hasil jadi tusuk Tangkai :

Sumber : Sri Dewi Indrayani


e. Tusuk Flanel
Tusuk flanel memiliki dua fungsi, fungsi pertama biasanya digunakan untuk merekatkan dua
helai kain, dan fungsi kedua adalah sebagai hiasan. Tusuk ini mempunyai arah diagonal dan
pada bagian atas dan bagian bawah tusuk bersilang. Cara menjahitnya silahkan perhatikan
gambar dan keterangan cara menjahit dengan tusuk flanel berikut ini.

Gambar : Cara membuat tusuk Tangkai Sumber : Elly Mulyati/Dasar


Menghias Kain.2005
Hasil jadi tusuk Flanel :

Sumber : Sri Dewi Indrayani


f. Tusuk Silang
Tusuk silang merupakan salah satu teknik dasar jahit yang sering dipakai sebagai jahitan pada
hiasan. Tusuk ini mempunyai arah diagonal dan pada garis tengahnya ada persilangan antara
tusuk bagian atas dan tusuk bagian bawah. Cara menjahit dengan teknik ini dapat kalian
praktekan seperti contoh di bawah ini.

Gambar : Cara membuat tusuk silang Sumber : Elly Mulyati/Dasar


Menghias Kain.2005
Hasil jadi tusuk Silang :

Sumber : Sri Dewi Indrayani


Tusuk hias ini dikerjakan silang menyilang menurut dua arah yang serong. Hendaknya
dikerjakan pada kain bagi, yaitu kain yang benang tenunannya mudah dihitung seperti bahan
strimin, matting, lenan kasar dengan silang polos. Karena tusuk silang ini bentuk dasarnya segi
empat maka dalam mengerjakannya melebar maupun memanjang harus sama-sama simetris.
Syarat utama pekerjaan tusuk silang ini adalah tusuk silang yang kedua kalinya diatas yang
pertama, harus sama arahnya, agar hasil seluruh pekerjaan itu rapi nampaknya. Tusuk silang
dapat dikombinasikan dengan teknik lainnya yang khusus dikerjakan pada kain bagi seperti
tusuk holbein, tusuk perzis ayour dan tapisseri.

g. Tusuk Pipih
Tusuk pipih balut merupakan salah satu teknik tusuk hias yang sering dipakai pada jahitan
hiasan. Tusuk ini dibuat turun naik sama panjang dan menutup seluruh permukaan ragam hias.
Cara menjahit dengan teknik tusuk pipih secara mudah dapat kalian praktekkan seperti gambar
dan keterangan berikut ini.

Gambar : Cara membuat tusuk pipih Sumber : Enny Zuhni


Khayati/slideshare.net
Hasil jadi tusuk pipih :

Sumber : Sri Dewi Indrayani


h. Tusuk Rantai
Tusuk rantai ini merupakan tusuk yang mempunyai arah horizontal atau vertical dimana
masing-masing tusuk saling tindih menindih sehingga membentuk rantai-rantai yang sambung
menyambung. Tusuk ini juga merupakan garis yang teratur dan rata sedangkan pengerjaannya
harus agak longgar, lebih-lebih jika dikerjakan sebagai garis lengkung.

Sumber : Sri Dewi Indrayani

i. Tusuk Biku/piquar Tusuk Biku/piquar


memiliki arah diagonalyaitu tusuk
ke kiri yang
dan keberbentuk biku-biku
kanan. Tusuk dan
ini biasanya
digunakan untuk memasang bulu-bulu pada jaket atau mantel
serta hiasan rumah tangga.
Tusuk biku juga sering digunakan sebagai teknik tusuk dalam jahitan hiasan. Cara menjahit
dengan tusuk biku dapat kalian praktekkan dengan memperhatikan contoh gambar dan
keterangannya berikut ini.

Gambar : Cara membuat tusuk biku Sumber : Elly Mulyati/Dasar


Menghias Kain.2005
Hasil jadi tusuk Biku/piquar :

Sumber : Sri Dewi Indrayani

j. Tusuk palestrina yaitu merupakan tusuk hias dengan arah horizontal dan meninggalkan
tonjolan/buhulan pada setiap tusukannya.
Cara membuat tusuk palestrina:

1. Tusukkan jarum dari bawah kain ke arah atas.


2. Tusukkan kembali jarum dengan 3 mm dengan bentuk garis vertikal.
3. Selipkanlah jarum pada benang yang berada di bagian bawah kain.
4. Tarik benang secara perlahan dan jaga benang agar tidak lepas.
5. Selipkan jarum dari bagian bawah menuju ke atas kain, kemudian tarik dan
jaga ketegangannya.
6. Lakukan seterusnya hingga jarak yang ditentukan.

Sumber : Enny Zuhni Khayati/slideshare.net

k. Tusuk kepala peniti yaitu merupakan tusuk hias yang menutupi semua permukaan ragam hiasan.
Tusuk kepala peniti ini biasanya memiliki pilihan-pilihan yang terdapat pada permukaan kain.
Cara membuat tusuk kepala peniti:
1. Tusukkan jarum dari bawah kain.
2. Masukkan benang ke dalam jarum sebanyak 5 lilitan atau sesuai dengan besar dan panjang
tusuk yang Anda inginkan.
3. Tariklah jarum dengan cara menahan benang pada jarum pertama yang ditusukkan (titik
pertama).
4. Tusukkan jarum kembali pada posisi dekat dengan titik pertama jarum ditusukkan.
5. Lakukan seterusnya hingga tusukan merata.

Gambar : tusuk Palestrina Sumber :


Ernawati/bsd.pendidikan.id
l. Tusuk balut atau cordon yaitu tusuk yang mempunyai arah diagonal yang dilakukan di atas
benang lain atau pada pinggir ragam hias yang dilobangi.

Sumber : Enny Zuhni Khayati/slideshare.net


Tusuk pipih yang rapat ini digunakan untuk mengisi garis yang sebelumnya ditandai dengan
tusuk tikam jejak. Gambar A menunjukkan cara menutup garis tikam jejak dengan cara
menyangkut sedikit dari kain dasarnya. Gambar B menunjukkan cara menutup garis tusuk
jelujur pada tepi bahan yang bertiras, umpamanya pada teknik aplikasi atau teknik lekapan.

2. Tusuk Hias Variasi


Tusuk hias variasi yaitu tusuk yang merupakan variasi dari tusuk- tusuk dasar,
variasi tusuk-tusuk dasar tersebut dapat dilakukan dengan merubah arah, ukuran,
jarak tusuk atau mengkombinasikan satu tusuk dengan tusuk yang lain sehingga
dari satu tusuk dasar dapat menghasilkan bermacam-macam tusuk variasi yang
mempunyai nama tersendiri misalnya variasi dari tusuk silang disebut tusuk silang
ganda, variasi dari tusuk rantai tusuk rantai terbuka atau tusuk tulang ikan, variasi
tusuk pipih disebut long and

short stich, variasi tusuk flanel disebut tusuk chevron dan lainnya.
Berikut beberapa contoh tusuk hias variasi :
a. Variasi tusuk jelujur
1) Tusuk Jelujur yang dililit

Sumber : Sri Dewi Indrayani


Dalam hal ini kita dapat membuat variasi dengan cara menggunakan dua macam benang
yang berlainan tebal ataupun warnannya.
2) Tusuk Jelujur Berganda atau Tusuk Holbein
Tusuk Holbein ini harus dikerjakan pada kain bagi yang mudah dihitung benang pakannya
maupun lungsinnya. Setiap baris tusuk Holbein harus dikerjakan dua kali/bolak balik.

Sumber : Sri Dewi Indrayani


b. Variasi tusuk biku
1) Mula-mula membuat satu baris tusuk hias Biku, kemudian tusuk hias tersebut dililitkan
dengan benang lain.

Sumber : Enny Zuhni Khayati/slideshare.net

2) Mula-mula membuat satu baris tusuk hias Biku, kemudian tusuk hias tersebut disisipkan
dengan benang lain.

Sumber : Sri Dewi Indrayani


c. Variasi tusuk rantai
1) Tusuk Rantai Berwarna

Sumber : Enny Zuhni Khayati/slideshare.net


Dalam hal ini kita menggunakan dua warna benang yang kedua-duanya dimasukan kedalam
satu lubang jarum, dan dipergunakan saling berganti membuat tusuk rantai. Bila kita tidak
hati-hati dalam mengerjakannya, benang yang sedang tidak dikerjakan dapat lepas kebagian
belakang kain dasar.

2) Tusuk Rantai Lebar atau Persegi

Sumber : Sri Dewi Indrayani


Tusuk hias ini bila tidak dihias tampaknya kurang bagus dan kurang halus, kecuali jika
dihiasi lagi dengan tusuk hias lainnya.

3) Tusuk Rantai Berganda


Tampaknya hampir seperti tusuk tangkai yang tertutup, akan tetapi dalam hal ini jarum
setiap kali ditusukan kedalam sengkelit sebanyak dua kali. Sedangkan pada tusuk tangkai
biasanya hanya satu kali.

Sumber : Enny Zuhni Khayati/slideshare.net


4) Tusuk Rantai Lepas

Sumber : Sri Dewi Indrayani


Tusuk hias ini dibuat sendiri-sendiri tidak sambung menyambung. Dapat dipergunakan
sebagai tusuk hias pengisi bidang ragam hias.
5) Tusuk Rantai Terbuka

Sumber : Sri Dewi Indrayani


Tusuk hias ini banyak dipakai dan dapat dipergunakan menurut keperluannya. Dapat
dikombinsasikan dengan tusuk hias lainnya, untuk membuat pinggiran dan sebagai pengisi
bidang yang merupakan pola ragam hias beranting.
6) Kombinasi /gabungan
Tusuk Rantai dengan Tusuk Jelujur

Sumber : Enny Zuhni Khayati/slideshare.net


Mula-mula kita mengerjakan tusuk rantai, kemudian tusuk jelujur yang dikerjakan di tengah
tusuk rantai tersebut. Disini kita dapat mempergunakan dua warna benang.

d. Variasi tusuk pipih


1) Tusuk Pipih yang jarang

Sumber : Enny Zuhni Khayati/slideshare.net


Mula-mula kita membuat tusuk pipih berdiri, arahnya dari kanan ke kiri, kemudian satu
sama lain disambungkan dengan tusuk pipih serong, dikerjakan pada waktu mulai lagi
membuat dari kiri ke arah kanan.
2) Tusuk Pipih yang di Ikat

Sumber : Enny Zuhni Khayati/slideshare.net


Mula-mula kita membuat sebaris tusuk pipih dengan jarak antara satu sama lain sama
begitu pula tingginya. Kemudian setiap dua tusuk pipih diikat dengan cara menyisipkan
benang lain kebawah tusuk pipih yang pertama, benang kerja mempersatukan tusuk pipih
kesatu dan kedua dengan cara menyisipkan benang kebawah tusuk pipih yang kedua.
Benang kerja ini seterusnya disisipkan kebawah tusuk pipih berikutnya dan ulangi cara
mengikat dua tusuk pipih itu seperti yang pertama kali tanpa menyangkut kain dasar.

3) Tusuk Pipih Berderet

Sumber : Enny Zuhni Khayati/slideshare.net


Setiap deretan tusuk pipih berikutnya dikerjakan diantara deretan tusuk pipih, sehingga
nampak saling mengisi. Tusuk pipih semacam ini sangat baik sebagai pengisi bidang
bentuk kecil-kecil, dan kita juga dapat mengatur warnanya secara bertingkat atau seperti
pelangi dari warna tua sampai muda.

e. Variasi tusuk veston


1) Tusuk veston bersilang

Sumber : Enny Zuhni Khayati/slideshare.net

2) Tusuk Feston tertutup atau bentuknya segitiga

Sumber : Enny Zuhni Khayati/slideshare.net

3) Tusuk Feston berkelompok yang diikat

Sumber : Enny Zuhni Khayati/slideshare.net

4) Tusuk Feston kaki dua dan tusuk feston berganda

Sumber : Enny Zuhni Khayati/slideshare.net


5) Tusuk Feston berkelompok dengan antara

Sumber : Enny Zuhni Khayati/slideshare.net

6) Tusuk Feston naik turun

Sumber : Enny Zuhni Khayati/slideshare.net

7) Tusuk Feston dengan Sisipan

Sumber : Sri Dewi Indrayani


Dengan berbagai macam cara kita dapat menyisipi tusuk feston seperti dengan cara
mengepang, untuk itu kita dapat menggunakan benang yang bermacam-macam tebalnya.

8) Tusuk Feston dengan Buhulan

Sumber : Enny Zuhni Khayati/slideshare.net


Dengan cara membuat sengkelit yang melingkari ibu jari, dengan mudah kita dapat
membuat buhulan pada ujung kaki tusuk feston.
9) Tusuk Feston yang dililit

Sumber : Enny Zuhni Khayati/slideshare.net

Kalau kita melilit tusuk feston itu dari kiri ke arah kanan, akan memberi kesan lain
daripada kalau kita melilit dari kanan kekiri.

10) Tusuk Feston sebagai Pengisi


Tusuk hias ini sebagian besar merupakan pengisi bidang yang letaknya bebas, dikerjakan
setiap baris dengan cara dibolak- balik. Pada baris pertama setiap tusuk feston menyangkut
sedikit kain dasar, pada baris-baris berikutnya hanya pada permulaan dan pada ujungnya
atau akhir saja.

Sumber : Enny Zuhni Khayati/slideshare.net

f. Variasi tusuk flanel


1) Tusuk Flanel
Tusuk hias yang terkenal ini merupakan dasar untuk berbagai macam sisipan dan variasi
menjalin.

Sumber : Sri Dewi Indrayani

2) Tusuk Flanel Berganda


Kita membuat dua baris tusuk flanel dengan mempergunakan warna yang berlainan,
hingga kedua baris tusuk flanel itu saling menumpang.
Hal ini dapat dibuat dengan dua cara, yaitu :
Sebagai dasar untuk tusuk hiasan jalin secara Timur, pada silang bagian atas benangnya
sisipkan dibawah flanel pertama, kebalikannya dengan tusuk silang biasa. Pada gambar B,
perlu diperhatikan bahwa benang-benang itu selalu menurut cara yang sama yaitu saling
menyilang (A). Kedua baris itu dibuat seperti tusuk flanel biasa (B).

Sumber : Sri Dewi Indrayani

3) Tusuk Flanel dengan Sisipan Tunggal


Mula-mula kita membuat satu baris tusuk flanel. Kemudian kita sisipi dengan benang
berwarna lain tanpa menyangkut kain dasar. Kita harus menghindari adanya sambungan
pada benang sisipan itu, jadi benang ini harus panjang sekali dan baris tusuk flanel ini
jangan terlalu besar.

Sumber : Enny Zuhni Khayati/slideshare.net


4) Tusuk Flanel dengan Sisipan Berganda

Sumber : Enny Zuhni Khayati/slideshare.net


Mula-mula kita membuat tusuk flanel berganda sebagai dasar yang saling menumpang.
Kemudian bagian atas disisipi benang lain dahulu, baru sesudah itu menyisipi bagian
bawahnya tanpa menyangkut kain dasar, terkecuali pada permulaan bekerja atau pada
akhir pekerjaan.
5) Tusuk Flanel yang dililit

Sumber : Sri Dewi Indrayani


Pada gambar kita lihat tusuk flanel ini (A) tidak seperti biasanya yang kita kerjakan, agak
berbeda yakni tusuk lilit yang kedua kali itu tidak menumpang pada tusuk lilit yang
pertama, melainkan letaknya dibawah yang pertama. Tusuk flanel yang kedua (B) hanya
dililit biasa.

6) Tusuk Flanel Tertutup/Yanina

Sumber : Enny Zuhni Khayati/slideshare.net


Tusuk hias ini cepat dibuatnya dan merupakan dua garis tertutup. Jika dipakai untuk
sulaman bayangan tusuk hias ini dikerjakan pada bagian buruk dari kain dasar. Pada bagian
yang baiknya terdapat dua baris tikam jejak (karena itulah mendapat nama tusuk hias
bayangan). Pada teknik perzisch ayour dikerjakan pada bagian buruk juga, sehingga dapat
menutup bidang ragam hiasanya sedangkan pada bagian yang baik merupakan suatu relief
(lihatlah halaman 48 contoh tusuk hias bayangan).

7) Tusuk Flanel dilekat dengan Tusuk Koral

Sumber : Enny Zuhni Khayati/slideshare.net Setelah membuat satu baris


tusuk flanel biasa, kita bekerja dengan benang lain melekat pada setiap persilangan tusuk
flanel dengan tusuk rantai yang diputar (inilah yang disebut tusuk koral).
8) Tusuk Flanel dilekat dengan Tusuk Jelujur

Sumber : Sri Dewi Indrayani

Dalam hal ini tusuk jelujur melintang dipergunakan untuk menekat. Tusuk flanel dapat juga
ditekat dengan tusuk jelujur tegak lurus atau tusuk rantai pada setiap persilangan.
b. Variasi tusuk tangkai
Tusuk Tangkai Melompat (Benang kerja secara bergilir letaknya diatas atau dibawah)

Sumber : Enny Zuhni Khayati/slideshare.net

c. Variasi tusuk tikam jejak


Tusuk Tikam Jejak dengan Sisipan Bersilang
Bilamana kita menghendaki hasil pekerjaan itu pada kedua belah kain sama, kita dapat
mengganti tusuk tikam jejak dengan tusuk hias holbein, tusuk hias ini pada kedua belah kain
bagian atas dan bawah disisipi benang. Saran yang baik janganlah membuat ban yang terlalu
lebar nanti benang sisipannya terlalu panjang karena tidak bisa disambung.

Sumber : Enny Zuhni Khayati/slideshare.net

d. Variasi Tusuk Ranting


1) Tusuk Ranting
Tusuk ranting mempunyai efek satu arah yang seolah-olah tumbuh. Tusuk hias ini harus
dikerjakan dengan teliti. Ada berbagai macam variasi dari tusuk ranting ini. Di Belanda
tusuk hias ini sangat dikenal.
Sumber : Sri Dewi Indrayani

2) Tusuk Ranting Tulang Daun

Sumber : Sri Dewi Indrayani


Bagian dalam sengkelit berbentuk V dibuat pendek dan tegak lurus, yang keluar panjang
dan serong.

3) Tusuk Ranting Lurus


Bagian dalam sengkelit berbentuk V serong, bagian yang luar menjadi tegak lurus dan

Sumber : Enny Zuhni Khayati/slideshare.net


4) Tusuk Ranting Rantai
Tusuk hias ini biasanya dibuat sedemikian rupa, agar tusuk rantai itu pada bagian luar sama
panjang seperti tusuk serong dibagian tengah. Dapat juga dibuat biku-biku pada bagian
tengah harus teratur dan timbul dengan baik.

Sumber : Enny Zuhni Khayati/slideshare.net

e. Tusuk Bintang Delapan dan variasi bintang


Tusuk bintang delapan dipakai untuk jahitan hiasan juga. Cara menjahitnya perhatikan
gambar dan keterangan berikut ini

Keterangan cara menjahit :


1) Buat gambar atau motif pada kain yang akan dijahit.
2) Mulailah menjahit dari kiri ke kanan. Tusuk jarum dari bawah kain pada
titik A, lalu tarik jarum hingga ujung benang
3) Tusuk jarum ke bawah kain pada titik B ke titik C.
4) Tusuk jarum dari bawah kain pada titik D ke titik E.
5) Tusuk jarum dari bawah kain pada titik F ke titik G.
6) Tusuk jarum dari bawah kain pada titik H ke titik I.

Lakukan hal yang sama untuk membentuk bintang delapan lainnya.


Hasil jadi tusuk Bintang Delapan :

Sumber : Sri Dewi Indrayani


f. Melekatkan Benang

Sumber : Enny Zuhni Khayati/slideshare.net

Sehelai benang tebal ataupun seikat benang tipis dilekatkan pada kain dasar dengan tusuk hias
kecil-kecil. Untuk ini kita dapat memakai benang yang lebih tipis. Sehelai atau dua helai
dengan warnanya yang sama atau kontras/bertentangan dengan benang tebal tersebut diatas.
Untuk melekatkan benang tebal tadi kita mempergunakan tusuk hias yang tidak terlalu
mencolok, umpamanya tusuk pipih kecil-kecil atau tusuk hias lainnya yang merupakan bentuk
V, tusuk rantai terbuka, yang mempunyai fungsi menghiasi benang tebal. [melekatkan benang
tebal dengan tusuk pipih yang rapat (B)]. Dalam hal ini seikat benang tipis-tipis dilekatkan
pada kain dasar sedemikian rupa hingga tidak kelihatan lagi. Untuk ini kita pakai benang tipis
untuk membuat pipih kecil rapat-rapat, setiap kali sedikit dari kain dasar tersangkut.
g. Tusuk cretan

Sumber : Enny Zuhni Khayati/slideshare.net

h. Tusuk datar/flat

Sumber : Enny Zuhni Khayati/slideshare.net


i. Tusuk Rumania

Sumber : Enny Zuhni Khayati/slideshare.net

j. Simpul Perancis (frech knot)

Sumber : Enny Zuhni Khayati/slideshare.net

k. Tusuk laba-laba

Sumber : Enny Zuhni Khayati/slideshare.net

l. Tusuk panjang pendek (long and short)

Sumber : Enny Zuhni Khayati/slideshare.net


m. Bullion/rose/benang sari

Sumber : Enny Zuhni Khayati/slideshare.net

n. Botton hole

Sumber : Enny Zuhni Khayati/slideshare.net

o. Brides

p. Tusuk Cevron
Sumber : Enny Zuhni Khayati/slideshare.net

Sumber : Enny Zuhni Khayati/slideshare.net


F. Rangkuman

Alat-alat menyulam, benang sulam dan kain banyak ragamnya dan harus disesuaikan dengan jenis
sulaman yang dipilih. Penggunaan alat dan bahan yang tepat akan mempermudah dalam
mengerjakannya, sehingga memungkinkan akan menghasilkan tusuk hias yang indah dan menarik.
Pembuatan macam-macam tusuk hias ataupun sulaman harus mempunyai penampilan yang rapih.
Kerapihan tusuk hias harus tampak pada bagian baik juga bagian buruk kain. Oleh karena itu penampilan
benang hias harus diperhatikan kerapihannya baik pada awal jahitan maupun di akhir jahitan.
Tusuk hias sulaman banyak jenis dan ragamnya, mulai dari tusuk jelujur, tusuk rantai, tusuk pipih,
tusuk feston, tusuk flanel, tusuk tangkai, tusuk tikam jejak, tusuk ranting, tusuk silang, dan tusuk
melekatkan benang. Tusuk-tusuk hias tersebut mempunyai kekhasan, keunikan dan keindahan masing-
masing. Keindahan tusuk hias tersebut akan banyak dipengaruhi oleh pemilihan benang baik warna,
tekstur atau pilinan benang disamping teknik tarikan benang saat menyulam. Tusuk hias yang baik adalah
tusuk hias yang indah, rapih, permukaannya rata tidak terlalu kencang dan tidak terlalu longgar.
DAFTAR PUSTAKA

AJ Boesra (2006). Teknik Dasar Menyulam untuk Pemula. Jakarta : Kawan Pustaka

Jane Iles. (1987). Learn Embroidery. Hongkong : Wing King Tong Co

Janice Williams. (1982),. Lettering in Embroidery. London : BT Batsford Ltd

Joan Nicholson. (1977). Embroidery for Schools. London : BT Batsford Ltd Jumanta
(2005) Aneka Pola Hias Tepi untuk Sulam dan Bordir. Jakarta : Puspa Swara.

Marian L. Davis. (1980). Visual Design In Dress. Englewood New Jersey : Prentice Hall Inc

Margareth Ohma. (1989). Ethnic Embroidery. London : BT Batsford Ltd.

Mary Thomas S. (1980). Embroidery Book. New York : Gramercy Publishing Company.

Ondori (1978) Creative Embroidery Design, Japan : Ondorisha Publishers Ltd. Pauline
Brown (2002) Encyclopaedia of Embroidery Techniques. London : Quarto

Publishing Plc.

Reader’s Digest. (1992). Complete Guide to Needlework. New York : The Reader’s Digest
Association, Inc.

Soegeng Toekio M (1987) Mengenal Ragam Hias Indonesia Bandung : Angkasa.

Tae Sasao (2003) Little Victorian Embroidery. Japan : Ondorisha Publishers Ltd. Wasia
Roesbani P. (1982). Keterampilan Menghias Kain. Bandung : Angkasa

Widjiningsih. (1982). Desain Hiasan Busana dan Lenan Rumah Tangga. Yogyakarta

: IKIP Yogyakarta

......................1974. Asisi Embroidery. France : DMC Library

.......................1974. Morroco Embroidery. France : DMC Library

Anda mungkin juga menyukai