PEMBUATAN HIASAN
BUSANA
TUSUK DASAR HIASAN
Oleh:
Rizky Kristiana,S.Pd
HANDOUT
Semester : Gasal
Sifat : Praktek
A. KOMPETENSI DASAR
3.1 Menerapkan tusuk dasar hiasan dalam suatu produk
4.1 Membuat tusuk dasar hiasan dalam suatu produk
b. Sikap Sosial
Terlibat dalam proses belajar yang menerapkan model pembelajaran Projec Baded Learning melalui
pembelajaran Daring, diamati dengan siswa menunjukan sikap sosial. Siswa menunjukan sikap
disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, cinta damai, responsif dan
proaktif dalam mempelajari pembuatan sulam smock.
c. Pengetahuan
1. Melalui tampilan power point siswa dapat menguraikan prosedur membuat tusuk dasar hiasan
yang di aplikasikan pada masker sesuai desain yang di buat.
2. Melalui Tanya jawab siswa dapat menganalisis alat dan bahan yang digunakan dalam
pembuatan tusuk dasar hiasan yang di terapkan pada masker dengan benar sesuai kebutuhan
alat.
3. Melalui video tutorial siswa dapat menentukan langkah – langkah pembuatan tusuk dasar hiasan
yang di terapkan pada masker dengan benar sesuai prosedur.
d. Keterampilan
1. Melalui presentasi siswa terampil menyiapkan alat dan bahan yang digunakan dalam
pembuatan tusuk dasar hiasan yang di terapkan pada masker dengan benar sesuai kebutuhan
alat.
2. Melalui penugasan praktek secara mandiri, siswa dapat membuat tusuk dasar hiasan yang
di terapkan pada masker sesuai desain, dengan mentaati K3 sesuai kriteria proses
D. Pendahuluan
Dalam handout pembuatan hiasan busana ini terdapat beberapa contoh tusuk dasar
hiasan yang bisa dipelajari dan diaplikasikan ke pakaian atau lenan rumah tangga yang kita
miliki. Pada masing-masing bab juga terdapat penerapan sulaman pada suatu produk baik
busana maupun lenan rumah tangga. Penerapan produk ini dimulai dari persiapan alat dan
bahan sampai dengan teknik pembuatannya.
Untuk memulai menjahit, ada dua kelompok tusuk yang kita ketahui, yaitu tusuk dasar dan tusuk
hias. Tusuk dasar menjahit dapat didefinisikan sebagai hasil jahitan yang dikerjakan dengan alat bantu
berupa jarum jahit tangan dan benang. Sedangkan tusuk hias adalah jahitan tangan yang indah untuk
menyelesaikan motif hias dengan cara menusukan jarum tangan menggunakan benang sulam seperti benang
mouline atau benang farel sehingga motif hiasan busana tersebut menjadi lebih indah. Tusuk yang digunakan
bermacam-macam tergantung jenis motif hiasnya.
E. Materi Pembelajaran
A B C
D E F
G H I J
K L M
Sumber : Sri Dewi Indrayani Keterangan gambar
alat-alat menghias kain :
A. Gunting besar/gunting bkain
B. Gunting benang
C. Gunting kecil
D. Rader
E. Karbon jahit/racing paper
F. Meteran
G. Benang sulam
H. Pemidangan (diameter 15 cm – 22 cm)
I. Bantal jarum dan jarum pentul
J. Jarum jahit tangan
K. Pendedel
L. Bantal jarum dan jarum pentul
M. Pensil kapur
2) Jarum tumpul
Jarum tumpul dikelompokkan menjadi dua yaitu jarum tumpul dengan nomor 12, 14, 16,
18, 20, yang biasa digunakan untuk menyulam dengan hitungan tertentu terutama untuk
membuat tusuk hias pada kain strimin.
b. Benang Sulam
Menyulam adalah istilah menjahit yang berarti menjahitkan benang secara dekoratif, untuk
itu diperlukan benang hias yang sesuai dengan jenis kain yang akan dihias serta jenis sulaman
yang dibuat, begitu juga ukuran dan warnanya. Untuk sulaman tangan digunakan benang
sulam mouline atau benang mutiara. Untuk bahan halus dan tipis dapat digunakan benang
mouline, sedangkan untuk bahan ang lebih tebal dengan pori-pori besar, digunakan benang
mutiara. Untuk benang yang jarang tenunannya seperti kasah, dapat digunakan benang woll
atau cashmilon. Pada sampul pembungkus kertas benang dicantumkan merk, panjang benang,
nomor dan ukuran serta warnanya. Maka untuk mempermudah pembelian benang berikutnya,
label kertas itu perlu kita simpan baik-baik.
Gambar : Cara membuka benang dari untaian benang sulam Sumber : Elly
Mulyati/Dasar Menghias Kain.2005
A B C
D E F
G H
Gambar : Aneka macam contoh kain Sumber : Sri Dewi Indrayani
Keterangan macam-macam kain untuk menghias kain :
A. Polkadot
B. Berkotak
C. Strimin lubang besar
D. Strimin
E. Bahan tipis
F. Bahan lemas berkilau
G. Poplin
H. Blacu
diperhatikan
1. Sebelumcara memulai
tusukan dan mengakhiri
pertama, jahitan yaitu
jarum dijelujurkan : dari bagian buruk hanya mengambil sedikit
halus
saja dari tenunan tiga sampai empat langkah kemudian jarum ditusukkan kebagian yang baik
untuk memulai sulaman.
2. Cara lain adalah dengan menusukan jarum dari bagian buruk kebagian baik, tinggalkan 1½ -2
cm ujung benang. Pada waktu membuat tusuk- tusuk sulaman, ujung benang tersebut ikut dijepit
sehingga ujung benang itu tidak ikut tercabut.
3. Menyisakan ujung benang + 6 cm pada bagian buruk waktu memulai tusukan, dan setelah
benang tersebut diselipkan pada tusuk yang sudah seperti waktu mengakhiri jahitan.
4. Mengakhiri jahitan caranya adalah dengan menusukan jarum kebagian buruk, jahitkan beberapa
tusuk balut pada bagian belakang tusuk sulam sebelum benang digunting.
1. Tusuk Dasar
a. Tusuk Jelujur
Tusuk jelujur merupakan salah satu teknik tusuk dasar dalam menjahit, tusuk jelujur biasanya
digunakan untuk menyatukan atau menyambung dua permukaan kain menjadi satu supaya
tidak bergerak. Penerapan teknik tusuk ini misalnya pada lipatan ujung celana. Tusuk ini
mempunyai arah horizontal ukuran dan jarak turun naik tusuk diatur sama panjang. Tusuk hias
ini paling sederhana, akan tetapi sangat bernilai juga berguna untuk jahitan sementara.
Arahnya dari kanan ke kiri.
c. Tusuk Veston
Tusuk feston berfungsi untuk merekatkan dua permukaan kain supaya tidak bergerak,
penerapan teknik tusuk ini biasanya dipakai pada bagian ujung atau tepi kain. Teknik tusuk ini
biasanya digunakan oleh pengrajin dalam mebuat kerajinan dari kain flanel. Tusuk ini
mempunyai dua arah yaitu arah vertical dan arah horizontal, kaki tusuk arah vertical dan arah
horizontal mempunyai pilihan. Berikut ini gambar dan keterangan cara menjahit dengan teknik
tusuk feston.
g. Tusuk Pipih
Tusuk pipih balut merupakan salah satu teknik tusuk hias yang sering dipakai pada jahitan
hiasan. Tusuk ini dibuat turun naik sama panjang dan menutup seluruh permukaan ragam hias.
Cara menjahit dengan teknik tusuk pipih secara mudah dapat kalian praktekkan seperti gambar
dan keterangan berikut ini.
j. Tusuk palestrina yaitu merupakan tusuk hias dengan arah horizontal dan meninggalkan
tonjolan/buhulan pada setiap tusukannya.
Cara membuat tusuk palestrina:
k. Tusuk kepala peniti yaitu merupakan tusuk hias yang menutupi semua permukaan ragam hiasan.
Tusuk kepala peniti ini biasanya memiliki pilihan-pilihan yang terdapat pada permukaan kain.
Cara membuat tusuk kepala peniti:
1. Tusukkan jarum dari bawah kain.
2. Masukkan benang ke dalam jarum sebanyak 5 lilitan atau sesuai dengan besar dan panjang
tusuk yang Anda inginkan.
3. Tariklah jarum dengan cara menahan benang pada jarum pertama yang ditusukkan (titik
pertama).
4. Tusukkan jarum kembali pada posisi dekat dengan titik pertama jarum ditusukkan.
5. Lakukan seterusnya hingga tusukan merata.
short stich, variasi tusuk flanel disebut tusuk chevron dan lainnya.
Berikut beberapa contoh tusuk hias variasi :
a. Variasi tusuk jelujur
1) Tusuk Jelujur yang dililit
2) Mula-mula membuat satu baris tusuk hias Biku, kemudian tusuk hias tersebut disisipkan
dengan benang lain.
Kalau kita melilit tusuk feston itu dari kiri ke arah kanan, akan memberi kesan lain
daripada kalau kita melilit dari kanan kekiri.
Dalam hal ini tusuk jelujur melintang dipergunakan untuk menekat. Tusuk flanel dapat juga
ditekat dengan tusuk jelujur tegak lurus atau tusuk rantai pada setiap persilangan.
b. Variasi tusuk tangkai
Tusuk Tangkai Melompat (Benang kerja secara bergilir letaknya diatas atau dibawah)
Sehelai benang tebal ataupun seikat benang tipis dilekatkan pada kain dasar dengan tusuk hias
kecil-kecil. Untuk ini kita dapat memakai benang yang lebih tipis. Sehelai atau dua helai
dengan warnanya yang sama atau kontras/bertentangan dengan benang tebal tersebut diatas.
Untuk melekatkan benang tebal tadi kita mempergunakan tusuk hias yang tidak terlalu
mencolok, umpamanya tusuk pipih kecil-kecil atau tusuk hias lainnya yang merupakan bentuk
V, tusuk rantai terbuka, yang mempunyai fungsi menghiasi benang tebal. [melekatkan benang
tebal dengan tusuk pipih yang rapat (B)]. Dalam hal ini seikat benang tipis-tipis dilekatkan
pada kain dasar sedemikian rupa hingga tidak kelihatan lagi. Untuk ini kita pakai benang tipis
untuk membuat pipih kecil rapat-rapat, setiap kali sedikit dari kain dasar tersangkut.
g. Tusuk cretan
h. Tusuk datar/flat
k. Tusuk laba-laba
n. Botton hole
o. Brides
p. Tusuk Cevron
Sumber : Enny Zuhni Khayati/slideshare.net
Alat-alat menyulam, benang sulam dan kain banyak ragamnya dan harus disesuaikan dengan jenis
sulaman yang dipilih. Penggunaan alat dan bahan yang tepat akan mempermudah dalam
mengerjakannya, sehingga memungkinkan akan menghasilkan tusuk hias yang indah dan menarik.
Pembuatan macam-macam tusuk hias ataupun sulaman harus mempunyai penampilan yang rapih.
Kerapihan tusuk hias harus tampak pada bagian baik juga bagian buruk kain. Oleh karena itu penampilan
benang hias harus diperhatikan kerapihannya baik pada awal jahitan maupun di akhir jahitan.
Tusuk hias sulaman banyak jenis dan ragamnya, mulai dari tusuk jelujur, tusuk rantai, tusuk pipih,
tusuk feston, tusuk flanel, tusuk tangkai, tusuk tikam jejak, tusuk ranting, tusuk silang, dan tusuk
melekatkan benang. Tusuk-tusuk hias tersebut mempunyai kekhasan, keunikan dan keindahan masing-
masing. Keindahan tusuk hias tersebut akan banyak dipengaruhi oleh pemilihan benang baik warna,
tekstur atau pilinan benang disamping teknik tarikan benang saat menyulam. Tusuk hias yang baik adalah
tusuk hias yang indah, rapih, permukaannya rata tidak terlalu kencang dan tidak terlalu longgar.
DAFTAR PUSTAKA
AJ Boesra (2006). Teknik Dasar Menyulam untuk Pemula. Jakarta : Kawan Pustaka
Joan Nicholson. (1977). Embroidery for Schools. London : BT Batsford Ltd Jumanta
(2005) Aneka Pola Hias Tepi untuk Sulam dan Bordir. Jakarta : Puspa Swara.
Marian L. Davis. (1980). Visual Design In Dress. Englewood New Jersey : Prentice Hall Inc
Mary Thomas S. (1980). Embroidery Book. New York : Gramercy Publishing Company.
Ondori (1978) Creative Embroidery Design, Japan : Ondorisha Publishers Ltd. Pauline
Brown (2002) Encyclopaedia of Embroidery Techniques. London : Quarto
Publishing Plc.
Reader’s Digest. (1992). Complete Guide to Needlework. New York : The Reader’s Digest
Association, Inc.
Tae Sasao (2003) Little Victorian Embroidery. Japan : Ondorisha Publishers Ltd. Wasia
Roesbani P. (1982). Keterampilan Menghias Kain. Bandung : Angkasa
Widjiningsih. (1982). Desain Hiasan Busana dan Lenan Rumah Tangga. Yogyakarta
: IKIP Yogyakarta