Suatu bentuk harmoni jika bentuk tersebut diletakkan pada tempat yang sesuai.
Contoh: hiasan pada bentuk kerah yang melengkung, motif hiasannya
melengkung pula.
1. Kelompok warna
a. Warna primer
Warna primer adalah warna dasar atau warna pertama yaitu merah, biru,
dan kuning.
b. Warna sekunder
Warna sekunder adalah warna yang terjadi dari percampuran warna
primer dengan perbandingan yang sama, yaitu : orange, hijau, dan ungu
c. Warna tersier
Adalah warna yang terjadi dari percampuran warna sekunder dengan
jumlah yang sama.
Contoh :
d. Warna kuarter
Adalah warna yang terjadi dari percampuran warna tersier.
Contoh
2. Proporsi
Penerapan proporsi pada hiasan busana memerlukan beberapa pertimbangan yaitu:
a) Bentuk tubuh / besarnya bidang
b) Penerapan efek garis
Contoh : - Bentuk tubuh gemuk penerapan motif membentuk efek garis
memanjang / vertikal.
- Tubuh kurus penerapan motif membentuk efek garis melebar /
horizontal ataupun efek garis diagonal
3. Keseimbangan
Keseimbangan dipergunakan untuk memberikan perasan tenang dan stabil.
Pengaruh ketenangan dan kestabilan ini dapat dicapai dengan pengelompokan
bentuk, warna dan garis yang menimbulkan perhatian yang sama pada bagian kiri
dan kanan dari titik pusat atau tengah.
Ada 3 jenis keseimbangan yaitu :
a. Keseimbangan formal
yaitu apabila obyek dari bagian kiri dan kanan garis tengah pusat suatu desain
sama jaraknya.
c. Keseimbangan obvicus
yaitu obyek / motif bagian kiri dan bagian kanan tidak sama tetapi memiliki
daya tarik yang sama.
4. Irama
Irama dapat diartikan sebagai suatu bentuk pergerakan. Namun tidak semua
bentuk pergerakan dalam desain disebut irama.
Empat cara pencapaian bentuk irama adalah sebagai berikut :
a. pengulangan bentuk
Proporsi yang baik perlu disertai dengan pengulangan bentuk agar
menghasilkan sesuatu yang indah. Hal ini dapat dilakukan secara monoton atau
bervariasi.
Contoh : - motif hiasan berserak
- hiasan pinggiran.
b. peralihan ukuran
Peralihan ukuran dapat dilakukan secara monoton maupun bervariasi. Hal ini
tergantung pada bagian busana yang akan dihias.
Contoh :- hiasan terletak di bagian dada berbeda ukurannya dengan yang
terletak di lengan.
- hiasan pada sisi badan akan berbeda ukuran dengan yang terletak
pada saku
d. radiasi
Merupakan pergerakan yang memancar dari satu titik / sumber.
Contoh : - motif memancar dari garis leher.
- motif memancar dari pinggang
5. Aksen
Aksen dapat disebut juga pusat perhatian emphasis atau center of interest. Aksen
merupakan pusat perhatian dalam satu susunan yang utuh. Aksen dapat diperoleh
lewat pnggunaan warna, motif, garis, hiasan maupun ukuran yang kontras.
Penempatan aksen hiasan pada busana sangatlah perlu agar busana memiliki daya
tarik tersendiri, dalam satu busana cukup satu point interest saja.
Aksen pada busana dapat digunakan untuk menyiasati kekurangan dari si
pemakai.
Contoh : - untuk leher yang pendek pindahkan pusat perhatian dengan
menempatkan motif hiasan pada tengah muka blus.
- untuk bentuk tubuh besar pada bagian atas tempatkan pusat
perhatian pada ujung gaun.
D. Jenis – Jenis Ragam Hias
Desain hiasan dapat dibuat dari berbagai bentuk ragam hias. Adapun jenis- jenis
ragam hias yang dapat digunakan untuk menghias bidang atau benda yaitu:
1. Bentuk naturalis
Bentuk naturalis yaitu bentuk yang dibuat berdasarkan bentuk-bentuk yang ada di
alam sekitar seperti bentuk tumbuh-tumbuhan, bentuk hewan atau binatang,
bentuk batu-batuan, bentuk awan, matahari, bintang, bentuk pemandangan alam
dan lain-lain. Berikut ini dapat dilihat beberapa contoh ragam hias naturalis
2. Bentuk geometris
Bentuk geometris yaitu bentuk-bentuk yang mempunyai bentuk teratur dan dapat
diukur menggunakan alat ukur. Contohnya bentuk segi empat, segi tiga, lingkaran,
kerucut, silinder dan lain-lain. Berikut ini beberapa bentuk- bentuk geometris :
3. Bentuk dekoratif
Bentuk dekoratif merupakan bentuk yang berasal dari bentuk naturalis dan bentuk
geometris yang sudah distilasi atau direngga sehingga muncul bentuk baru tetapi
ciri khas bentuk tersebut masih terlihat. Bentuk-bentuk ini sering digunakan untuk
membuat hiasan pada benda baik pada benda-benda keperluan rumah tangga
maupun untuk hiasan pada busana.
E. Macam – Macam Pola Hias
Agar ragam hias di atas dapat digunakan untuk menghias suatu benda maka perlu
dirancang bentuk susunan ragam hiasnya yang disebut dengan pola hias. Pola hias
merupakan susunan ragam hias yang disusun jarak dan ukurannya berdasarkan
aturan-aturan tertentu. Pola hiasan juga harus menerapkan prinsip-prinsip desain
seperti keseimbangan, irama, aksentuasi, dan kesatuan sehingga terdapat motif hias
atau desain ragam hias yang kita inginkan. Desain ragam hias yang sudah berbentuk
pola hias sudah dapat kita gunakan untuk menghias sesuatu benda.
Pola hias ini ada 4 macam yaitu: pola serak, pola pinggiran, pola mengisi bidang dan
pola bebas.
1. Pola serak atau pola tabur
yaitu ragam hias kecil-kecil yang diatur jarak dan susunannya mengisi seluruh
permukaan atau sebahagian bidang yang dihias. Ragam hias dapat diatur jarak dan
susunannya apakah ke satu arah, dua arah, dua arah (bolak balik) atau ke semua
arah. Contoh pola serak/pola tabur yaitu:
2. Pola pinggiran
yaitu ragam hias disusun berjajar mengikuti garis lurus atau garis lengkung yang
saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Pola pinggiran ini ada lima macam
yaitu pola pinggiran berdiri, pola pinggiran bergantung, pola pinggiran simetris,
pola pinggiran berjalan, dan pola pinggiran memanjat.
a. Pola pinggiran berdiri
yaitu ragam hias disusun berjajar berat ke bawah atau disusun makin ke atas
makin kecil. Pola pinggiran ini sering digunakan untuk menghias pinggiran
bawah rok, pinggiran bawah blus, ujung lengan dan lain- lain. Contoh pola
pinggiran berdiri :
b. Pola pinggiran bergantung
yaitu kebalikan dari pola pinggiran berdiri yang mana ragam hias disusun
berjajar dengan susunan berat ke atas atau makin ke bawah makin kecil
sehingga terlihat seperti menggantung. Pola pinggiran ini digunakan untuk
menghias garis leher pakaian, garis hias horizontal yang mana ujung motif
menghadap ke bawah. Contoh pola pinggiran bergantung:
4. Pola bebas
Pola bebas yaitu susunan ragam hias yang tidak terikat susunannya apakah arah
horizontal atau vertikal, makin ke atas susunannya makin kecil atau sebaliknya,
dll. Yang perlu diperhatikan adalah susunannya tetap sesuai dengan prinsip-
prinsip desain dan penempatan hiasan pada benda tidak mengganggu jahitan
atau desain struktur benda. Beberapa contoh pola bebas yaitu :
F. Pola Hiasan Pada Busana
Pola hiasan sering disebut juga motif hiasan yaitu suatu gambar yang berupa susunan
garis sesuai dengan pola konstruksi busana sebagai proses awal dalam pengerjaan
suatu hiasan pada busana.
Ada 3 cara yang dapat dilakukan untuk membuat suatu pola hiasan yang meliputi :
1. meniru bentuk aslinya
2. menstilasi
3. merengga
1. Meniru bentuk aslinya
Cara ini banyak digunakan oleh pelukis dalam membuat karyanya. Berkaitan
dengan membuat pola desain hiasan, cara ini merupakan cara yang praktis
sehingga hasilnya sesuai dengan bentuk asli (sesungguhnya).
Contoh gambar :
2. Menstilasi
Menstilasi adalah suatu cara membuat pola hiasan dengan cara mengambil unsur
dari bentuk asli yang digunakan sebagai obyek menjadi bentuk hiasan dekoratif.
Contoh gambar :
3. Merengga
Merengga adalah suatu cara membuat pola hiasan dengan cara mengambil unsur
dari suatu obyek (benda) yang selanjutnya kita tambah dengan unsur-unsur lain
sesuai yang kita kehendaki yang hasilnya berupa bentuk baru.
Contoh gambar :
G. Jenis – Jenis Hiasan Busana
Dari berbagai macam jenis hiasan ( sulaman ) tidak semua dapat diterapkan dalam
menghias busana karena menyangkut berbagai segi.
Untuk menghasilkan suatu desain hiasan busana yang indah dan menarik, ada hal
yang dapat kita jadikan pertimbangan, diantaranya :
1. Untuk siapa busana yang kita buat
a. Berdasar jenis kelamin : pria dan wanita
Desain hiasan pada busana pria lebih sederhana, baik bentuk, warna maupun
bahan dibandingkan desain hiasan pada busana wanita.
b. Usia : anak, remaja, dewasa
Hiasan yang diterapkan pada masing-masing usia akan berbeda. Desain hiasan
untuk anak-anak dan remaja pilihan motif akan lebih beragam. Lebih banyak
diambil dari motif ala, flora fauna, geometri atau diambil dari gambar tokoh
animasi misal : Winnie the Pooh, Mickey Mouse, Spiderman, Cinderella dan
lain-lain.
Salah satu tujuan dari motif hiasan yang diterapkan untuk busana anak adalah
meningkatkan daya pikir anak.
Begitu pula warna lebih mengarah pada warna-warna yang memberikan kesan
ceria. Pada usia dewasa hiasan mengarah pada pilihan motif stilasi, dekoratif
dari alam atau benda yang memberikan kesan kestabilan dan ketenangan.
Begitu pula pada penggunaan warna.
c. Bentuk tubuh
Bentuk tubuh erat kaitannya dengan bidang yang akan dihias. Penerapan ragam
hias untuk bentuk tubuh gemuk akan berbeda dengan tubuh kurus, demikian
pula bentuk tubuh tinggi ataupun pendek akan berbeda pada penggunaan efek
garis motifnya. Sehingga tujuan membuat hiasan untuk memperindah busana
akan tercapai.
2. Jenis busana yang akan dihias
a. Busana rumah
b. Busana rekreasi / bepergian / bermain
c. Busana pesta
d. Busana kerja
e. Busana Olah raga
3. Tekstur bahan
Tebal tipisnya bahan, permukaan bahan ( licin, kilau dan kusam ) sangat
mempengaruhi desain hiasan yang akan dipilih dan tehnik penyelesaian hiasan itu
sendiri misal : bahan sifon sesuai bila menggunakan sulaman bayangan.
4. Warna bahan
Pengaruh warna sangat dominan dalam menentukan keindahan busana dengan
melihat warna bahan kita dapat menentukan kombinasi warna hiasan.
6. Letak hiasan
Letak hiasan akan sangat menentukan besar kecilnya motif ataupun bentuk dari
motif hiasan.
Letak hiasan yang lazim diterapkan pada busana adalah pada :
a. bagian dada
b. bagian sisi badan
c. bagian saku
d. bagian tepi busana
e. bagian kerah
f. bagian pinggang
g. bagian lengan
h. bagian rok
i. bagian ujung gaun
j. bagian ujung celana panjang
H. Jenis Sulaman
Hiasan-hiasan yang lazim diterapkan untuk hiasan pada busana adalah :
1. Golongan sulaman putih
a. sulaman Inggris
b. sulaman richelieu
c. sulaman bayangan
d. Sulaman Perancis
2. Golongan sulaman berwarna
a. sulaman fantasi
b. sulaman bebas
c. sulaman aplikasi
d. sulaman melekatkan benang
e. sulaman dengan tusuk silangsulaman terawang
f. sulaman pita
g. sulaman merubah corak
h. sulaman holbein
i. sulaman asisi
j. sulaman inkrustasi
b. Sulaman Richelieu
Sulaman richelieu adalah sulaman terbuka yang memiliki lubang-lubang
dengan rentangan benang yang di feston ( brides )
Syarat ragam hias :
1. Motif sulaman richelieu lebih besar dari sulaman Inggris sehingga lubang
yang terjadi pada motif agak lebih besar. Dapat diambil dari motif-motif
alam atau renggaan, biasanya berbentuk panjang.
2. Antara batas motif pada lubang memiliki rentangan benang yang difeston
disebut brides. Brides ini akan menambah kuatnya penyelesaian sulaman.
3. Dalam satu lubang ragam hias dapat digunakan beberapa rentangan benang (
brides ).
4. Di sekeliling lubang motif terdapat hiasan yang membingkai. Diselesaikan
dengan tusuk feston dan kaki feston menghadap ke dalam. Sedangkan tepi
lubang diselesaikan dengan kepala feston menghadap ke lubang.
5. Penyelesaian motif yang lain dapat menerapkan tusuk hias yang lain.
6. Perhatikan jarak motif agar tidak terjadi tumpang tindih dalam penyelesaian.
c. Sulaman Bayangan
Sulaman yang penyelesaiannya dari bagian buruk bahan yang memiliki efek
membayang pada bagian baik, karena dikerjakan pada bahan yang tembus
pandang atau transparan.
Bahan yang biasa digunakan adalah foal, paris, sifon, kain kaca, taffeta dan
sebagainya.
Syarat ragam hias
1. Bentuk dan motif jangan terlalu lebar, lebih bagus motif-motif yang
memanjang.
2. Garis kedua tepi ragam jangan terlalu berbeda dengan pinggirnya.
3. Penyelesaian motif menggunakan tusuk bayangan atau tusuk flanel jika
bagian bawah buruk, tusuk tangkai jika dari bagian yang baik.
4. Penyelesaian motif lain / garis-garis dengan tusuk tikam jejak.
d. Sulaman Perancis
Sulaman Perancis merupakan sulaman yang timbul (relief) karena motif-motif
diisi dengan tusuk rantai sebagai pengisi atau penebal. Tepi motif dijelujur halus
dua kali penyelesaian motif dengan tusuk pipih. Untuk membuat garis yang
merupakan tangkai daun digunakan tusuk jelujur yang diselesaikan dengan tusuk
balut. Sulaman ini banyak dipergunakan untuk monogrem ataupun simbol-
simbol, selain itu juga dapat diterapkan pada blus, kemeja maupun pakaian anak-
anak.
b. Sulaman bebas
Sulaman bebas adalah sulaman yang dikerjakan menurut kreasi masing-
masing orang. Bebas menerapkan berbagai tusuk dan jenis hiasan.
Syarat ragam hias
1. Ragam hias bebas sesuai keinginan kita tetapi tetap harus menerapkan
prinsip-prinsip desain.
2. Dapat menggunakan berbagai jenis tusuk hias, bermacam-macam benang,
berbagai kombinasi warna tapi hendaknya tetap memperhatikan
keharmonisan agar menarik.
c. Sulaman aplikasi
Aplikasi adalah teknik menghias kain yang menggunakan perca kain atau
bahan lain yang memiliki bentuk tertentu dan dilekatkan dengan tusuk hias.
Keindahan dari teknik ini terletak pada komposisi bentuk dan warna perca
bahan.
Syarat ragam hias :
1. Ragam jangan terlalu kecil
2. Hindari bentuk ragam yang runcing untuk memudahkan pada pengerjaan
3. Motif dapat diambil dari alam, benda, geometri atau tokoh animasi pada
film kartun
4. Kombinasi warna menarik
5. Penyelesaian ragam dengan menggunakan tusuk feston atau pipih
6. Motif yang lain dapat diselesaikan dengan teknik tusuk yang berbeda
Contoh : tusuk tangkai, tusuk rantai.
f. Sulaman pita
Sulaman pita adalah sulaman yang penyelesaian hiasannya dengan
menggunakan pita sebagai pengganti benang hias. Sulaman ini sangatlah
menarik. Pita yang sering digunakan adalah pita satin atau pita Jepang yang
berbentuk transparan dan lentur tekturnya.
Sangat sesuai diterapkan pada busana-busana wanita untuk kesempatan pesta.
Sulaman ini tidak jauh berbeda dengan sulaman fantasi.
Syarat ragam :
1. Bentuk ragam hias biasanya sederhana, harus memperhatikan besarnya
pita yang akan digunakan.
2. Jarak ragam hias yang satu dengan yang lain harus diperhitungkan,
biasanya berupa motif alam ( bunga ).
3. Penyelesaian motif hiasan dapat menerapkan tehnik tusuk yang ada.
4. Dapat diterapkan berbagai warna pita.
g. Desain menghias corak
Merubah corak adalah suatu kegiatan merubah motif yang sudah ada pada
bahan dengan menambahkan detil sulaman atau tusuk hias sehingga lebih
indah.
Bahan yang digunakan adalah bahan motif berkotak, bergaris ataupun
berbintik, polkadot dan lain sebagainya. Sulaman ini dapat diterapkan pada
berbagai busana, busana anak, wanita, pria maupun lenan rumah tangga.
Syarat ragam hias :
1. Bahan yang digunakan bahan bermotif berkotak, bergaris ataupun
berbintik, polkadot dan sebagainya
2. Bentuk motif hiasan disesuaikan dengan corak kain dan tusuk yang
digunakan
3. Motif yang terjadi jangan karena menghias coraknya saja tapi benar-benar
merubah bentuk corak yang ada
4. Warna benang tidak perlu terlalu banyak, cukup 2 saja yang valuenya
setingkat dengan warna cerah atau kombinasi monokromatis.
h. Sulaman Holbein
Holbein dikenal dikenal pada sulaman yang menggunakan tusuk jelujur/lurus
membentuk segi-segi dan biku-biku. Bentuk tersebut diperoleh dengan dua
kali jalan. Teknik ini dikerjakan pada kain yang dapat dihitung benagnya.
Pada bagian baik dan buruk garis motif sama.
i. Sulaman Asisi
Sulaman Asisi merupakan perpaduan anatara tusuk silang dengan tusuk
holbein. Ciri khas dari hiasan asisi ini adalah pada batas motif dikerjakan
dengan tusuk holbein. Dengan demikian pada hiasan asisi menggunakan dua
tusuk hias yaitu tusuk silang dengan tusuk holbein. Warna benang yang
digunakan hanya dua warna yang merupakan kombinasi warna tua dan muda
dari satu warna. Warna muda untuk tusuk silangnya dan warna tua untuk tusuk
holbeinnya atau kebalikannya. Bahkan kadang-kadang digunakan warna
kontras antara tusuk silang dengan tusuk holbeinnya. Pada asisi ini motif
hiasnya dikosongkan dan tepinya dikerjakan dengan tusuk holbein. Diluar
holbein tersebut (diluar motif) dikerjakan dengan tusuk silang sampai batas
tertentu. Motif hiasan asisi pada umumnya sama dengan motif untuk hiasan
kruistik.
Tusuk holbein untuk tepi motif Tusuk silang untuk latar belakang motif hias