pola adalah potongan-potongan kertas yang merupakan prototipe bagian-bagian pakaian atau
produk jahit-menjahit. Pola dijadikan contoh agar tidak terjadi kesalahan sewaktu
menggunting kain.
Sewaktu membuat pakaian, pola disesuaikan dengan ukuran-ukuran bentuk badan dan
model pakaian. Untuk pakaian yang dijahit menurut pesanan, sebelum pola dibuat, bagian-bagian
tertentu dari tubuh pemakai diukur satu demi satu dengan pita ukur. Bagian-bagian tubuh yang
diukur mulai dari ukuran lingkar leher, lebar dada, panjang dada, hingga lingkar pinggang dan
panjang punggung. Sebelum digambar dalam ukuran sebenarnya, rancangan pola juga dapat
digambar dalam ukuran kecil berdasarkan skala di dalam buku kostum.
Pola dasar untuk berbagai jenis busana seperti blus, rok, gaun, atau kemeja sudah dapat dijadikan
contoh untuk menjahit, namun belum memiliki model. Rok dari pola dasar misalnya, hanya
dapat dilengkapi ritsleting di bagian belakang, tapi belum memiliki model, lipit, atau kerut.
Sewaktu dibuat, ukuran pola dasar disesuaikan dengan ukuran badan pemakai atau dipakai
ukuran standar badan yang umum (S, M, L) untuk pria, wanita, atau anak-anak.
Pola dasar pakaian wanita misalnya, terdiri dari:
Pola dasar badan muka dan belakang (pola badan bagian atas, dari bahu hingga pinggang)
Pola dasar rok muka dan belakang (pola badan bagian bawah, dari pinggang
hingga lutut atau mata kaki)
Pola dasar lengan (dari bahu terendah hingga siku atau pergelangan tangan)
Pola dasar gaun (pola badan atas yang disatukan dengan pola badan bawah).[1]
Ada dua teknik utama dalam membuat pola dasar[2]:
Tanda – Tanda
Sejumlah tanda-tanda (simbol) dipakai pada pola untuk memberi instruksi sewaktu
menggunting kain dan menjahit. Dengan memakai tanda-tanda pada pola, pembuat pola
juga dapat menyampaikan instruksi kepada orang lain.
Tanda-tanda di antaranya dapat dipakai untuk memberi tahu posisi corak kain, cara
menggunting kain, cara menyatukan bagian-bagian pakaian, jenis jahitan, garis-garis
saku, dan posisi lubang kancing. Garis dengan pensil hitam berarti garis tepi untuk pola
asli, garis merah berarti garis tepi pola bagian muka, dan garis biru berarti garis tepi pola
bagian belakang.
Sejarah
Pola rok untuk gaun malam terbitan Butterick, tahun 1919.
Pelopor pola siap pakai yang dijual secara komersial adalah Ebenezer
Butterick dari Massachusetts, Amerika Serikat. Pada tahun 1863, Butterick dan istri
menciptakan pola komersial dalam berbagai ukuran. Sebelum ada kertas pola dari
Butterick, pola hanya tersedia dalam satu ukuran, dan penjahit harus membesarkan atau
mengecilkan pola sesuai ukuran badan pemakai.[3] Pola kertas dari Butterick menjadi
sangat populer pada tahun 1864.[4]
Aenne Burda dan majalah mode Burda Moden memopulerkan pola siap pakai di Jerman.
Sejak tahun 1952, Burda mulai menerbitkan pola pakaian. Setiap bulan Januari dan Juli,
Burda menerbitkan katalog terpisah berisi pola siap pakai untuk lebih dari 600 model
pakaian dewasa dan anak-anak.[5] Selain berisi informasi langkah demi langkah yang
mendetail tentang cara menjahit pakaian, pola-pola tersebut juga dirancang untuk
dipahami mulai dari penjahit pemula hingga penjahit berpengalaman.[5]
Di Jepang, sistem So-En dari Bunka Fashion College dan sistem Dressmaking dari
Dressmaker Jogakuin (sekarang Dressmaker Gakuin) mendominasi metode menggambar
pola.[6] Hingga tahun 2005, majalah So-En diterbitkan sebagai majalah yang memuat
pola baju dan cara menjahit pakaian. Pesaingnya adalah majalah Dressmaking yang
pertama kali terbit tahun 1949, namun berhenti terbit sejak Mei 1993.[7]
Bentuk tubuh wanita secara umum ada 5 macam yaitu ideal, kurus tinggi, gemuk tinggi,
kurus pendek dan gemuk pendek. Bentuk tubuh wanita yang baik tentunya adalah bentuk tubuh
yang ideal dimana terdapat keseimbangan antara berat badan dan tinggi badan dan mempunyai
proporsi tubuh yang seimbang.
Desain pakaian yang dibuat ada kalanya terlihat indah karena dibuat pada proporsi tubuh
yang seimbang atau bentuk tubuh yang ideal. Namun belum tentu desain yang sama cocok di
pakai oleh orang yang bertubuh kurus atau gemuk. Jadi dari analisa bentuk tubuh ini kita dapat
menyesuaikan pola dengan bentuk tubuh sipemakai, dengan kata lain kekurangan bentuk tubuh
dapat tertutupi dengan teknik pengembangan pola yang tepat. Misalnya untuk bentuk tubuh yang
gemuk hendaklah hindari pakaian yang mengembang atau yang berkerut banyak seperti rok kerut
atau rok kembang dan model lengan balon atau lonceng. Jika menggunakan lengan balon atau
lengan yang lebar pada ujung lengan hendaklah pengembangannya disesuaikan dengan bentuk
tubuh gemuk tersebut artinya pengembangannya tidak terlalu lebar.
Selain analisa bentuk tubuh di atas dilakukan analisa desain. Analisa desain pakaian
dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Memperhatikan desain secara keseluruhan.
Lihat gaya berdiri dari model. Umumnya desain digambarkan dengan gaya berdiri
menghadap kedepan atau miring tiga per empat. Perbandingan letak bagian-bagian busana pada
sikap berdiri model akan lebih memudahkan kita memahami desain pakaian yang akan dibuat.
Desain pakaian pada badan bagian atas meliputi bentuk garis leher atau kerah, lengan, kantong,
garis hias, kup dan belahan pakaian. Letak garis leher dapat dilihat dengan membandingkan garis
leher dasar dengan garis leher pada desain. Perkiraan ukuran inilah yang menjadi pedoman
dalam merobah garis leher pada pakaian.
Begitu juga dengan lengan dan badan. Desain lengan apakah berbentuk lengan kop, lengan poff,
lengan balon dan lain sebagainya.
Khusus untuk bagian badan, kita harus memperhatikan letak kup apakah kup berada pada tempat
biasa atau disalurkan ke tempat lain atau dihilangkan menjadi garis hias. Hal ini penting karena
kup merupakan bagian yang dapat menonjolkan sisi feminim wanita.
Perhatikan juga garis belahan pakaian untuk menghindari kesalahan dalam memberi tanda pola
dan menggunting kain.
Pakaian bagian bawah dapat berupa rok atau celana. Namun celana ataupun rok mempunyai
desain yang bervariasi. Terlebih dahulu pahami desain rok yang ada pada desain seperti desain
rok, ukuran panjang rok, lebar rok, kembang rok (jika rok kembang) dan kerutan rok (jika rok
dikerut). Begitu juga dengan desain celana, pahami desain celana, ukuran celana, lebar celana
atau besar celana dan lain sebagainya.
Agar dapat menganalisa bentuk tubuh dan model pakaian denganbaik dan benar diperlukan
latihan yang banyak sehingga memudahkankita dalam membuat pecah pola busana yang sesuai
dengan desain.
Pola sangat penting artinya dalam membuat busana. Baik tidaknya busana yang
dikenakan dibadan seseorang (kup) sangat dipengaruhi oleh kebenaran pola itu sendiri. Tanpa
pola, memang suatu pakaian dapat dibuat, tetapi hasilnya tidaklah sebagus yang diharapkan.
Dapat pula diartikan bahwa pola-pola pakaian yang berkualitas akan menghasilkan busana yang
enak dipakai, indah dipandang dan bernilai tinggi, sehingga akan tercipta suatu kepuasan bagi
sipemakai.
Kualitas pola pakaian akan ditentukan oleh beberapa hal, diantaranya adalah:
1). Ketepatan dalam mengambil ukuran tubuh sipemakai, hal ini mesti didukug oleh kecermatan
dan ketelitian dalam menentukan posisi titik dan garis tubuh serta menganalisa posisi titik dan
garis tubuh sipemakai;
2) kemampuan dalam menentukan kebenaran garis-garis pola, seperti garis lingkar kerung
lengan, garis lekuk leher, bahu, sisi badan, sisi rok, bentuk lengan, kerah dan lain sebagainya,
untuk mendapatkan garis pola yang luwes mesti memiliki sikap cermat dan teliti dalam
melakukan pengecekan ukuran;
3) Ketepatan memilih kertas untuk pola, seperti kertas dorslag, kertas karton manila atau kertas
koran;
4) kemampuan dan ketelitian memberi tanda dan keterangan setiap bagianbagian pola, misalnya
tanda pola bagian muka dan belakang, tanda arah benang/serat kain, tanda kerutan atau lipit,
tanda kampuh dan tiras, tanda kelim dan lain sebagainya;
5) kemampuan dan ketelitian dalam menyimpan dan mengarsipkan pola. Agar pola tahan lama
sebaiknya disimpan pada tempat-tempat khusus seperti rak dan dalam kantongkantong plastik,
diarsipkan dengan memberi nomor, nama dan tanggal serta dilengkapi dengan buku katalog.
Dengan adanya pola yang sesuai dengan ukuran, kita dengan mudah dapat membuat busana yang
dikehendaki. Menurut Porrie Muliawan (1990:2) pengertian pola dalam bidang jahit menjahit
maksudnya adalah potongan kain atau kertas yang dipakai sebagai contoh untuk membuat
pakaian. Selanjutnya Tamimi (1982:133) mengemukakan pola merupakan ciplakan bentuk
badan yang biasa dibuat dari kertas, yang nanti dipakai sebagai contoh untuk menggunting
pakaian seseorang, ciplakan bentuk badan ini disebut pola dasar. Tanpa pola pembuatan busana
tidak akan terujut dengan baik, maka dari itu jelaslah bahwa pola memegang peranan penting di
dalam membuat busana.
Bagaimanapun baiknya desain pakaian, jika dibuat berdasarkan pola yang tidak benar dan
garis-garis pola yang tidak luwes seperti lekukan kerung lengan, lingkar leher, maka busana
tersebut tidak akan enak dipakai. Pendapat ini didukung oleh Sri Rudiati Sunato (1993:6) fungsi
pola ini sangat penting bagi seseorang yang ingin membuat busana dengan bentuk serasi
mengikuti lekuk-lekuk tubuh, serta membuat potongan-potongan lain dengan bermacam-macam
model yang dikehendaki. Maka dari itu jelaslah bahwa di dalam membuat busana sangat
diperlukan suatu pola, karena dengan adanya pola, akan dapat mempermudah para pencinta
busana untuk mempraktekkan kegiatan jahit menjahit secara tepat dan benar. Sebaliknya jika
dalam membuat busana tidak menggunakan pola, hasilnya akan mengecewakan. Hal ini
didukung oleh pendapat Porrie Muliawan (1985:1) tanpa pola, pembuatan busana dapat
dilaksanakan tetapi kup dari busana tersebut tidak akan memperlihatkan bentuk feminim dari
seseorang.
Dengan demikian pola busana merupakan suatu sistem dalam membuat busana. Sebagai
suatu sistem tentu pola busana juga terkait dengan sistem lainnya. Jika pola busana digambar
dengan benar berdasarkan ukuran badan seseorang yang diukur secara cermat, maka busana
tersebut mestinya sesuai dengan bentuk tubuh sipemakai. Begitu pula sebaliknya, jika ukuran
yang diambil tidak tepat, menggambar pola juga tidak benar, maka hasil yang didapatkan akan
mengecewakan.
Dengan demikian untuk mendapatkan busana yang baik dan sesuai dengan desain, maka setiap
sub sistem di atas haruslah mendapat perhatian yang sangat penting dan serius.
Ada beberapa macam pola yang dapat digunakan dalam membuat busana, diantaranya ialah pola
konstruksi dan pola standar. Masing-masing pola ini digambar dengan cara yang berbeda,
memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, untuk lebih jelasnya akan diuraikan satu
persatu:
1. Pola Konstruksi
Pola konstruksi adalah pola dasar yang dibuat berdasarkan ukuran badan sipemakai, dan
digambar dengan perhitungan secara matematika sesuai dengan sistem pola konstruksi masing-
masing.
Pembuatan pola konstruksi lebih rumit dari pada pola standar disamping itu juga memerlukan
waktu yang lebih lama, tetapi hasilnya lebih baik dan sesuai dengan bentuk tubuh sipemakai.
Ada beberapa macam pola konstruksi antara lain : pola sistem Dressmaking, pola sistem So-en ,
pola sistem Charmant, pola sistem Aldrich, pola sistem Meyneke dan lain-lain sebagainya.
2. Pola standar
Pola standar adalah pola yang dibuat berdasarkan daftar ukuran umum atau ukuran yang telah
distandarkan, seperti ukuran Small (S), Medium (M), Large (L), dan Extra Large (XL). Pola
standar di dalam pemakaiannya kadang diperlukan penyesuaian menurut ukuran sipemakai. Jika
sipemakai bertubuh gemuk atau kurus, harus menyesuaikan besar pola, jika sipemakai tinggi atau
pendek diperlukan penyesuaian panjang pola.
Menyesuaikan pola standar tidak dapat dilakukan dengan hanya mengecilkan pada sisi badan
atau pada sisi rok, atau menggunting pada bagian bawah pola, pada pinggang atau bagian bawah
rok, karena hal tersebut akan membuat bentuk pola tidak seimbang atau
akan menyebabkan bentuk pola tidak sesuai dengan proporsinya masing-masing.
Cara yang paling mudah dan cepat untuk menyesuaikan pola standar, adalah dengan cara
mengetahui ukuran badan sendiri dan memilih pola standar yang ukurannya hampir mendekati
dengan ukuran badan dengan mempedomani ukuran lingkar badan, kemudian membuat daftar
ukuran badan seseorang dan ukuran pola standar dalam bentuk tabel. Daftar ukuran tersebut ialah
sejumlah ukuran yang diambil dari badan seseorang (ukuran sebenarnya). Bagi seseorang yang
baru belajar menyesuaikan pola standar, cukup menggunakan ukuran yang penting, misalnya
ukuran lingkar badan, lingkar pinggang, panjang muka dan panjang punggung.
Disamping hal di atas seseorang yang ingin menyesuaikan pola standar dengan ukurannya, mesti
dapat memilih pola yang ukurannya mendekati dengan ukuran badannya. Untuk memudahkan
pekerjaan penyesuaian pola standar, berikut dapat dilihat pola standar dengan ukuran S,M dan L
baik pola badan, pola lengan dan pola rok dengan ukuran.
1 Large 94 70 34 35 38 100 28
2 Medium 90 68 33 34 37 94 26
3 Small 86 66 32 33 36 90 24
a. Pola Lengan
b. Pola Badan
c. Pola rok
5 Panjang Muka 44 43 + 1 cm
Di dalam menyesuaikan pola standar, selisih yang terdapat pada ukuran lingkaran dibagi empat,
hal ini disebakan karena pola badan atau pola rok umumnya dibuat setengah dari badan bagian
muka dan setengah dari badan belakang, atau sama dengan seperempat dari ukuran lingkaran dan
jumlah sisi yang ditambah atau dikurangi ada empat, oleh sebab itu untuk ukuran melingkar
selisih ukuran dibagi empat.
Untuk ukuran lebar selisih dibagi dua, sebab pada pola ukuran melebar dipakai setengahnya.,
misalnya : lebar muka dan lebar punggung. Untuk ukuran panjang, selisih ukuran tidak dibagi,
sebab pola dibuat dengan ukuran penuh sepanjang ukuran yang diambil, misalnya ukuran
panjang punggung, panjang lengan dan panjang rok, dengan demikian untuk ukuran panjang
ditambah atau dikurangi sebanyak selisih.
Daftar ukuran di atas perlu diperhatikan dalam menyesuaikan pola standar agar mudah
mengetahui pada lajur selisih, apakah ukuran pola ditambah atau dikurangi dengan melihat tanda
plus atau minus.
Berapa cm ditambah atau dikurangi perlu diperhitungkan betul, dengan pengertian bahwa untuk
ukuran melingkar selisih dibagi empat, untuk ukuran melebar selisih dibagi dua dan untuk
ukuran panjang selisih tidak dibagi. Berikut ini dapat dilihat beberapa contoh cara menyesuaikan
pola standar. Didalam menyesuaikan pola standar perhatikan tanda pada kolom selisih. Pada pola
yang disesuaikan tanda plus / membesarkan pola di arsir dengan tanda ///////////, sedangkan tanda
minus / mengecilkan di tandai dengan xxxxxxx.
Muka Belakang
Muka Belakang
3) Cara menambah ukuran lebar muka dan lebar punggung
Gambar 110. Lebar muka dan lebar punggung yang telah dibesarkan.
Pemindahan Kup
Lipit pantas/kup pada busana wanita perlu digunakan, karena lipit pantas/kup adalah lipit yang
memberi bentuk pada busana dan menjadikan busana pas dibadan, lipit pantas diperlukan tidak
hanya dibagian muka tapi juga di bagian belakang. Lipit pantas/kup pada busana bisa
ditempatkan pada berbagai bagian terutama untuk bagian muka, yaitu di sisi di bawah lengan, di
tengah bahu, pada kerung lengan, pada kerung leher, untuk lebih jelas penempatan kup tersebut
dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
Pola Dasar Bagian Belakang PolaDasar Bagian Muka
Pecah pola dasar untuk memindahkan lipit pantas padaberbagai bagian badan tergantung
dari model busana yang akan dibuat, namun demikian pecah pola untuk memindahkan kup pada
bagian muka dan bagian belakang bisa dilihat pada gambar di bawah ini:
V. Bahan
a. Kertas hvs
b. Buku kostum
c. Kertas dorslag Merah dan Biru
d. Lem kertas
1. Analisislah desain yang ada di atas, sesuai dengan detail detail yang terdapat pada
gambar.
2. Buat kembali pola dasar meyneke yang disempurnakan. Tentukan garis kupnat/lipit
baru, kemudian gunting garis baru tersebut.
7. Beri tambahan untuk kancing, dari garis TM maju 1,5 sampai 2 cm, kemudian mundur dari
garis TM 1,5 sampai 2 cm juga.
d. Garis hias bervariasi dari garis hias pas dada atau bahu dengan garis hias prinses atau dengan
garis hias empire.
Setiap pola dasar yang baik mempunyai lipit kup yang cukup besar sesuai ukuran bagian buah
dada seorang wanita. Berdasarkan pola konstruksi, besar lipit kup pada bahu terjadi karena
selisih lingkar badan, lebar muka dan panjang bahu. Wanita dengan perkembangan
bentuk buah dada sesuai dengan perkembangan lingkar badan akan dapat besar lipit kup pada
bahu sesuai dengan besar bentuk badannya.
Bila besar badan cukup berkembang, tetapi perkembangan buah dada kurang, besar lipit kup
akan kebesaran untuk buah dada yang kurang berkembang. Pada keadaan ini besar lipit kup pada
bahu, boleh ditetapkan kira-kira 7 cm.
Pola dasar badan muka dan belakang setelah selesai dibuat, ukuran uji harus diperiksa, sehingga
mendapatkan garis bahu yang baru. Waktu menggambar garis bahu yang baru pada badan muka,
lipit kup dibahu harus ditutup.
Pertama, ukur dari tengah muka dipinggang serong ke titik puncak buah dada diteruskan serong
ke ujung bahu terendah. Bila angka jarak ini lebih dari ukuran uji pertama, ujung bahu terendah
diturunkan, dikurangi antara 1 s/d 2 cm. Kalau harus mengurangi lebih dari 2 cm, berarti ada
ukuran yang salah pada saat mengukur.
Kedua, diukur dari tengah belakang pada pinggang langsung serong ke bahu terendah. Setelah
garis bahu diperbaiki pola dasar baru boleh dipakai untuk merubah model busana, terutama
pemindahan lipit kup pada pola dasar. Untuk memindahkan lipit kup, pola dasar yang garis
bahunya sudah diperbaiki dikutip dengan kertas tipis berwarna (doorslag).
Pola dasar dari kertas tipis berwarna digunting dalam jumlah banyak, menurut keperluan model
yang ingin dirubah.
Untuk dapat memindahkan lipit kup yang asli pada bahu ditutup dan bila pada model tidak
nampak lipit kup di pinggang, lipit kup asli di pinggang turut ditutup dan digunting pada garis
lipit kup yang baru.
Pemindahan lipit kup pola dasar dibagi menjadi dua golongan :
I.Pemindahan lipit kup pada tempat-tempat umum, yaitu pada enam tempat sekeliling tepi pola
dasar muka, menjadi tujuh dengan tempat aslinya.
1. Lipit kup jatuh pada bahu menurut pola dasar aslinya.
2. Lipit kup jatuh pada bagian yang cekung dari lubang lengan.
3. Lipit kup jatuh di sisi bawah ketiak.
4. Lipit kup jatuh di sisi dekat pinggang.
5. Lipit kup jatuh dipinggang, sebagai satu atau dua lipit kup.
6. Lipit kup jatuh di tengah muka, sebagai kerut-kerut sebagai jahitan bentuk huruf
T dan sebaliknya.
7. Lipit kup jatuh di garis leher sebagai kerut-kerut dan sebagai dua lipit kup.
II. Pemindahan lipit kup pola dasar dalam garis hias.
Garis hias yang berupa jahitan pada desain busana dapat dibagi dalam 4 kelompok , yaitu :
1. Garis hias pas dada, bila ada di dada dan garis pas bahu, bila dekat bahu.
2. Garis hias princess, garis potongan vertikal yang jalan lurus dari bahu ke bawah
melalui puncak buah dada, atau dari tengah lubang lengan melengkung melalui puncak
buah dada terus ke bawah pinggang. Bila potongan garis princess tidak melalui puncak
buah dada, umumnya nampak lipit kup kecil dari garis princess menuju ke puncak buah
dada.
3. Garis hias empire, garis potongan melintang di bawah buah dada kurang lebih 8
cm. Umumnya dari garis empire ini ada lipit kup kecil menuju ke puncak buah dada,
berupa lipit kup biasa dengan macam-macam variasi arah atau dirancang sebagai kerut-
kerut. Supaya garis empire jatuhnya tepat dan pas badan, maka pada sisi garis potongan
empire dikurangi 1 cm. Pada pemindahan lipit yang berbentuk kerut-kerut, pada leher,
pada pas bahu dan garis empire harus ada perbaikan garis yang akan dikerut. Ada yang
dikurangi dan ada yang ditambah supaya jatuhnya kerut-kerut tidak gelembung atau
tertarik.
4. Garis hias bervariasi dari garis hias pas dada atau bahu dengan garis hias princess
atau dengan garis hias empire.
Cara memindahkan lipit kup pola dasar kedalam garis hias prinsipnya sama dengan
memindahkan pada empat-tempat umum. Lipit kup asli pada bahu ditutup, lipit kup pada
pinggang juga ditutup, kalu pada desain tidak nampak lipit kup pada pinggang
Setelah lipit kup asli ditutup bentuk pola dasar menjadi lekum. Pada lekum pola dasar ini garis-
garis hias yang ada pada model atau desain digambar menurut perbandingan. Kemudian garis-
garis dari model yang telah digambar digunting, sehingga pola menjadi beberapa bagian.
Pada bagian yang tidak dapat diletakkan datar dicari potongan menuju ke puncak buah dada,
sehingga semua bagian dari pola dasar yang telah terpisah dapat diletakkan datar pada kain.
PERHATIAN :
Pemindahan lipit kup asli dengan keterangan di atas sudah jelas sekali, bahwa busana wanita
perlu ruang buah dada (payudara). Di dalam praktek umumnya pelajar-pelajar dan dan orang
yang diserahkan membuat pola untuk busana konveksi mengabaikan, sehingga banyak busana
konveksi dipakainya kurang enak, dan bentuk feminin juga kurang diperhatikan.
Untuk gadis remaja dan wanita yang kurus tidak menjadi soal besar, karena mereka punya buah
dada yang kecil, bilamana selera mode longgar. Bagi wanita yang mempunyai ukuran buah dada
yang besar, pemindahan lipit kup ini sangat penting dan diperlukan, biarpun selera mode
longgar. Kelonggaran ini ditambah pada sisi, bila desainnya tidak ada garis hias atau kerut-
kerut, dimana pemindahan lipit kup sembunyi dapat Anda pindahkan lipit kup asli ke garis
pinggang, sehingga garis pinggang menjadi naik pada sisi. Pada garis pinggang yang membulat
ini dapat dibuat ssaluran karet. Umumnya busana konveksi mengambil cara ini sehingga
menjahitnya mudah dan tercipta model busan ALL SIZE , di pinggang pakai karet.
Pola blus yang dipakainya longgar dapat dibuat dengan jalan ini, asal kelonggaran yang
ditambah pada sisi jangan kurang dari titik sisi di pinggang pola dasar yang letaknya sudah naik
dan jauh miring ke atas.
Tambahan ketiak ditambah sampai dapat garis tegak lurus yang menyentuh titik sisi tersebut dan
kerung lengan dapat diperbaiki.
Dengan menghilangkan lipit kup ke pinggang maka pola menjadi datar, garis-garis potongan
mudah digambar dan menjahitnya pun mudah untuk konveksi, tetapi duduknya busana tidak
mengikuti bentuk kewanitaan. Dengan hasil ini maka kalauorang beli busana konveksi umumnya
satu ukuran lebih besar.
http://iyounkpmt.blogspot.co.id/2014/04/job-sheet-pemindahan-lipit-pantas.html
http://septianuraini125404011.blogspot.co.id/2016/04/memindahkan-lipit-pantas.html
http://www.belajarbusana.com/2016/03/pemindahan-lipit-kup-pada-pola-dasar.html
Porrie Muliawarman. 2012. Konstruksi Pola Busana Wanita. Jakarta: Gunung Mulia