Anda di halaman 1dari 2

TARI BEDHAYA LULUH

A. Deskripsi Tari Bedhaya Luluh


Tari Bedhaya Luluh adalah tari kreasi baru yang melengkapi varian dari Tari Klasik
Gaya Yogyakarta. Bedhaya ini diciptakan oleh Siti Sutiyah Sasmintadipura ditahun 2012
untuk memperingati HUT ke-50 Yayasan Pamulangan Beksa Sasminta Mardawa (YPBSM).
Bedhaya Luluh tercipta sebagai bentuk penghormatan dan mengenang jasa-pengabdian Rama
Sas (K.R.T Sasmintadipura) serta memiliki latar belakang kemanunggalan. Sebuah isyarat
bersatunya dua organisasi yang didirikan oleh K.R.T Sasmintadipura, yakni Mardawa
Budaya (1962) dan Pamulangan Beksa Ngayogyakarta (1976). Keduanya menyatu sebagai
Yayasan Pamulangan Beksa Sasminta Mardawa (YPBSM) di tahun 1996.

B. Penyajian Gerak Bedhaya Luluh


Tari Bedhaya Luluh merupakan tari kelompok yang melibatkan delapan belas penari
putri. Sebagai Tari Bedhaya, Bedhaya Luluh tetap mengikuti aturan-aturan formasi yang
terdapat dalam tari bedhaya tradisi pada umumnya. Memiliki karakteristik halus dengan
menggunakan ragam gerak yang bersumber dari Tari Klasik Gaya Yogyakarta. Meskipun
masih kentara dengan motif gerak tari bedhaya pada umumnya, Bedhaya Luluh memiliki
keunikan motif gerak yakni yang terlihat pada rakit gelar.
Penonjolan karakter lebih pada Endhel dan Batak yang terletak pada bagian rakit
gelar. Dua pasang penari Endhel dan Batak berdiri sambil melakukan gerak Sampir Sampur
Mubeng dan Kengser Tumpang Tali. Sementara itu penari lainnya melakukan gerak Puspita
Kamarutan satu kali kemudian jengkeng. Rakit gelar dalam Tari Bedhaya Luluh ini
terinspirasi dari Tari Bedhaya Purnama Jati yang merupakan karya K.R.T Sasmintadipura
pada tahun 1992.

C. Pola Lantai Tari Bedhaya Luluh


Pada umumnya pertunjukan Tari Gaya Yogyakarta diselenggarakan di malam hari
dan sering kali dipentaskan pada pendhapa yang memiliki empat saka guru. Komposisi
tersebut dimaksudkan agar garis dan pola lantai penari terlihat lebih jelas. Penyelenggaran
Tari Bedhaya Luluh juga di malam hari namun terkadang disajikan di arena panggung yang
tidak memiliki saka guru. Seperti terlihat ketika disajikan pada acara peringatan HUT ke 50th
Yayasan Pamulang Beksa Sasminta Mardawa.
D. Busana & Pengiring Bedhaya Luluh
Para penari menggunakan tata rias cantik dengan alis Menjangan Ranggah dan jahitan
mata. Busana yang digunakan adalah Dodot Alit karena diusahakan untuk tidak menyamai
karya keraton yang menggunakan Dodot Ageng. Bedhaya Luluh disajikan dengan iringan
musik Gendhing Laras Pelog Pathet Nem dengan susunan yang dimulai dengan Lagon
Penunggul dan dilanjutkan dengan Gendhing Gati Sapta.
Setelah itu bersamaan dengan masuknya para penari dan bersila panggung kemudian
dibacakan Kandha dan Bawa Sekar. Dalam kandha akan diceritakan tentang terbentuknya
Yayasan Pamulang Beksa Sasminta Mardawa melalui penyatuan dua organisasi yang sudah
genap berusia 50 tahun.

Anda mungkin juga menyukai