Dosen Pengampu:
Siswanto, M.A.
Disusun Oleh:
Fajar Rachmat Maulana
NIM 210210402072
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul Analisis Strukturalisme Dinamik pada Puisi Karya Sutardji Calzoum Bachri yang
Berjudul “Tragedi Winka dan Sihka”. Shalawat serta salam juga semoga selalu terlimpahkan
kepada baginda Rasulullah SAW, yang telah membawakan risalah ilmu kepada umat
manusia.
Ucapan terima kasih yang begitu besar penulis sampaikan kepada semua pihak yang
turut memberikan kontribusi dalam penyusunan karya ini. Tentunya karya ini tidak akan bisa
maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.
Sebagai penyusun, penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan baik
dari penyusunan hingga tata bahasa penyampaian dalam karya ini. Oleh sebab itu, penulis
dengan rendah hati meminta saran dan kritik dari pembaca agar penulis dapat memperbaiki
karya ini.
Penulis berharap semoga karya yang penulis susun ini dapat memberikan manfaat dan
juga inspirasi bagi para pembaca. Amin.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................................iii
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................2
1.3 Tujuan....................................................................................................................................2
BAB II...................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN...................................................................................................................................3
2.1 Unsur Intrinsik Puisi Tragedi Winka dan Sihka.....................................................................3
2.2 Kehidupan Sosial Budaya Penyair.........................................................................................5
2.3 Simbol-simbol yang Terdapat dalam Puisi Tragedi Winka dan Sihka...................................6
BAB III..................................................................................................................................................7
PENUTUP.............................................................................................................................................7
3.1 Kesimpulan............................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................8
iii
BAB I
PENDAHULUAN
iv
bahwa unsur ekstrinsik selalu terlibat dalam karya sastra baik itu secara subjektif dari
pengarang, sejarah, bahkan dari keadaan sosial. Meskipun unsu-unsur tersebut ada
namun sentralisasi penelitiannya tetap berada pada karya sastranya. Kajian yang
dilakukan juga dapat dihubunggkan dengan semiotik dimana kita juga menyajikan
sastra sebagai ekspresi, cita-cita, gagasan, dan hasil pemikiran dari penciptanya.
Adanya keselarasan antar unsur otonom dan semiotik merupakan bukti bahwa struktur
dalam karya sastra itu dinamik. (Endaswara, 2013)
v
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Unsur Intrinsik Puisi Tragedi Winka dan Sihka (Diksi, Pengimajian, Bahasa
Figuratif, Tipografi, dan Amanat)
Tragedi Winka dan Sihka Karya Sutardji Calzoum Bachri
kawin
kawin
kawin
kawin
kawin
ka
win
ka
win
ka
win
ka
win
ka
winka
winka
winka
sihka
sihka
sihka
sih
ka
sih
ka
sih
ka
sih
ka
sih
ka
sih
sih
sih
sih
sih
sih
vi
ka
Ku
a. Diksi
Diksi ialah pemilihan dan penggunaan kata secara tepat yang menggambarkan
pendapat bahkan perasaan yang akan disampaikan dalam sebuah kalimat.
Enre(1988:102)
Dalam puisi Tragedi Winka dan Sihka memiliki 4 suku kata yaitu: win, ka, sih,
dan ku. Dari 4 suku kata itulah Sutardji mengembangkan kata-kata untuk
dituliskan dalam puisiny yaitu: kawin, winka, sihka, ka, ku, sih, dan win. Menurut
saya disinilah permainan diksi Sutardji dimulai dimana sang penyair akan
membiarkan setiap kata dalam puisinya untuk membolak-balikkan bentuknya.
Tentu saja hasil bolak-balik tersebut tidak akan pernah kita temui maknanya jika
kita hanya mencari maknanya dari kamus. Selain bentuknya yang bolak-balik
setiap kata disitu juga seakan-akan terpenggal dan tentu saja pemaknaannya pun
tidak akan bisa kita dapatkan dari kamus manapun. Pembolak-balikan dan
pemenggalan kata tersebut dikatan oleh sutardji sebagai bentuk pembebasan kata.
Bagi sutardji kata bukanlah pengantar makna melainkan kata adalah makna itu
sendiri. Dari yang saya pahami pada puisi Sutardji saat kata-katanya berbalik
bentuknya maka makna dari kata tersebut juga akan berbalik dari bentuk aslinya
dan saat kata terpenggal maka menggambarkan bahwa kata tersebut terpisah
sehingga menjadi hidup sendiri-sendiri dimana secara tersirat menggambarkan
pernikahan yang sudah penuh akan masalah maka akan menyebabkan keduanya
terpisah dan hidup sendiri-sendiri.
b. Pengimajian
Pengimajian dikatakan sebagai kata atau susunan kata yang bisa
menggambarkan pengalaman sensoris seperti pendengaran, visual, dan perasaan.
(Waluyo 1987:78-79)
Di sini Sutardji mengulang-ulang beberapa kata yang ada untuk
memperkonkret kata tersebut sehingga menguatkan imaji dari pembaca. Semisal
pada kata “kawin” disini Sutardji mengulang kata tersebut sampai 5 kali sehingga
para pembaca dapat mendapatkan imaji yang jelas mengenai apa yang ingin
disampaikan oleh penyair.
c. Bahasa Figuratif
Abrams (1981:63) mengatakan bahwa bahasa Figuratif ialah penyimpangan
pemakaaian bahasa oleh penulis dari pengertian asli bahasa yang ia pakai.
Penyimpangan ini dilakukan untuk mendapatkan pemaknaan khusus dari bahasa
tersebut. Bahasa yang dipakai sangat tidak biasa sehingga menghasilkan makna
kias atau bermakna lambang.
Dalam puisi ini saya pikir tidak terdapat bahasa figuratif karena penulis disini
ingin mengungkapkan bahasanyasecara tidak biasa dengan memanfaatkan
pembebasan kata itu sendiri. Bahasa yang ada disitu saling memiliki dimensi
maknanya sendiri. Bahasa yang ada bisa memiliki kemauan, dan bisa bermain
dengan dirinya sendiri untuk mendapatkan makna sesuai dengan yang ia mau.
vii
d. Tipografi
Tipografi sendiri menjadi aspek visual yang memberikan kesan estetik
tersendiri dalam sebuah karya sastra termasuk juga puisi. Tipografi juga bisa
memberikan pengaruh tersendiri terhadap pemaknaan sebuah puisi.
Pada puisi Tragedi Winka dan Sihka memiliki tipografi berbentuk zig-zag.
Sebuah bentuk tipografi yang sangat jarang digunakan oleh para penyair. Bentuk
zig-zag lebih sederhana dapat digambarkan sebgai perjalanan hidup yang berliku-
liku. Ditambah lagi pada puisi ini dituliskan mencuram kebawah dan jika
dihubungkan dengan setiap kata yang dituliskan oleh penyair, di sini penyair ingin
menyampaikan hubungan pernikahan yang tidak berjalan mulus melainkan akan
selalu terdapat masalah di dalamnya. Bisa saja hubungan pernikahan akan benar-
benar langsung jatuh ke bawah saat mengalami berbagai masalah, sehingga oleh
Sutardji puisi ini dituliskan dengan tipografi zig-zag dan mencuram kebawah.
e. Amanat
Kita semua pasti sudah tau apa amanat itu. Menurut Sudjiman(1986:5) amanat
ialah pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang terhadap kita para pembaca
melalui karya mereka. Sudah pasti pada karya puisi juga terdapat amanat yang
ingin disampaikan oleh penyair pada para pembaca maupun pendengar puisinya.
Pada puisi Tragedi Winka dan Sihka ini juga memiliki yang ingin disampaikan
oleh Sutardji. Setelah kita memahami setiap unsur yang ada pada puisi tersebut
maka kita akan bisa mengambil kesimpulan mengenai amanant yang ada. Menurut
saya lewat puisi tersebut Sutardji ingin menyampaikan bahwa kehidupan akan
selalu berubah-ubah akan selalu ada masalah dalam kehidupan kita, segala hal
yang awalnya indah bisa saja berubah suram hanya dengan masalah kecil sehingga
segala kesenangan dan masalah dalam kehidupan akan memberikan dampak
tertentu bagi kita tergantung dari bagaimana kita menyikapi hal tersebut.
viii
Sutardji mulai berkarya pada usia 25 tahun, dia mulai mengirimkan essai dan
sajaknya ke surat kabar mingguan yang ada di Bandung. Dan beberapa surat kabar
lain yang ada di Jakarta. Tahun 1971Sutardji memiliki sajaknya yang pertama dan
bukunya tersebut berjudul “O” terbit di majalah Horison. Setahun kemudian Sutardji
kembali memiliki buku dengan judul “Amuk” dan terbit di majalah yang sama.
Selanjutnya Sutardji dikenal dengan “Kredo Pisi” yang mencuri perhatian dunia sastra
Indonesia. Sutardji mengutarakan pendapatnya bahwa kata harus bebas menentukan
dirinya, kata harus memiliki kebebasan untuk dapat menentukan dunia pengertiannya
sendiri. Oleh karena itu dalam sajak-sajaknya Sutardji biasa membolak-balikkan,
memotong, atau bahkan menuliskan kata tersebut secara sungsang, ini dikarenakan
pemahamannya mengenai kata yang harus memiliki kebebasan. Munculnya karya
Tragedi Winka dan Sihka juga merupakan buah dari pemikiran Sutardji ini. Sutardji
ingin merealisasikan pemkiriannya kedalam bentuk puisi dibarengi dengan
membawakan isu sosial yang berhubungan dengan rumah tangga.
ix
2.3 Pemaknaan dalam Puisi Tragedi Winka dan Sihka
Puisi Tragedi Winka dan Sihka akan sangat susah untuk dipahami orang awam
dalam pemaknaannya. Dalam puisi tersebut hanya disajikan beberapa suku kata yang
akhirnya berubah menjadi beberapa kata dan akhirnya membentuk sebuah puisi.
Kata-kata yang ada pun susah untuk dipahami dikarenakan kita tidak akan bisa
menemukannya dalam kamus untuk mencari maknanya. Penulis membolak-balikkan
kata yang ada dan memotong kata yang ada untuk bisa membebaskan mereka agar
mereka bisa mendapatkan pemaknaannya sendiri. Seperti pada kata “Kawin” dan
“Winka” kata “Kawin” sudah berjelas bermakna pernikahan atau perkawinan kita
pun dapat mencari maknanya dalam kamus yang ada, namun kata “Winka” tidak akan
bisa kita ketahui artinya bahkan jika kita mencarinya di kamus. Joko Pradopo
mengatakan “bila kata itu utuh, sempurna seperti aslinya, maka maknanya pun seperti
aslinya, namun jika kata tersebut dibalik maka pemaknaannya pun juga akan ikut
terbalik, berlawanan dengan pengertian aslinya” dari perkataan Joko Pradopo tersebut
dapat diambil kesimpulan bahwa Sutardji ingin merealisasikan pemikirannya tentang
pembebasan kata salah satunya dengan cara seperti itu. Dimana dalam puisi ini ia
membalikkan bentuk kata yang ada sekaligus membalikkan makna yang ada
meskipun realitas makna tersebut tidak terdapat pada kamus(KBBI).
Setelah kita mengerti mengenai pemikiran Sutardji maka kita bisa dengan
mudah memahami makna yang ada dalam setiap kata dan akhirnya kita bisa
menyimpulkan makna dari puisi tersebut. Kata “Kawin” berartikan pernikahan, di sini
Sutardji menyajikan suatu kondisi yang sedang berada dalam suatu pernikahan.
Setelah beberapa kali diulang kata “Kawin” berbalik menjadi “Winka” menurut
pemikaran Sutardji maka maknanya akan menjadi kebalikannya, bisa berupa
perceraian atau segala masalah yang menghampiri rumah tangga tersebut. Ada juga
kata “Kasih” yang berartikan kasih sayang, kata itu juga berbalik menjadi”Sihka”
yang maknanaya juga berbalik menjadi kebencian atau permusuhan. Muncullah kata
yang mulai dipenggal oleh Sutardji yaitu “Ka” “Win” “Ka” “Sih” “Ku” disini
Sutradji ingin menjelaskan saat rumah tangga sudah dirundung masalah dan akhirnya
muncul kebencian diantaranya maka mereka akan mulai berjalan sendiri-sendiri tidak
berdampingan lagi. Setiap kata yang terpisah itulah yeng melambangkan hal tersebut.
Tipografi dalam puisi ini juga sangat mendukung pemaknaan yang ada dimana
tipografi yang berbentuk Zig-Zag menggambarkan kehidupan yang tidak akan selalu
sama kehidupan akan terus berputar dan akan selalu terdapat permasalahan
didalamnya. Bentuk zig-zag yang mencuram kebawah merupakan perwujudan rumah
tanggah yang semakin memburuk atas masalah yang ada sehingga membuat rumah
tanggah tersebut merosot kebawah.
x
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Puisi Trageddi Winka dan Sihka memiliki unsur intrinsik berupa Diksi, Imaji,
Tipografi, dan Amanat. Dalam puisi tersebut apa yang paling ditonjolkan oleh Sutardji
ialah penggunaan diksinya dan tipografi yang ia gunakan dalam puisi tersebut. Dalam
penggunaan diksi Sutradji ingin menyuarakan pendapatnya mengenai pembebasan kata.
Dalam tipografinya Sutardji juga menyampaikan nilai-nilai moral yang juga berhubungan
dengan puisi itu sendiri.
Sutardji dianggap sebagai pelopor dalam penggunaan diksi yang tidak wajar atas
pemikirannya tersebut. Dari pemikirannya mengenai pembebasan kata banyak karya-
karyanya yang setiap katanya bisa dibilang tak lazim. Tragedi Winka dan Sihka
merupakan salah satu dari karya puisinya yang terkenal dengan caranya yang tak lazim
dalam menggunakan diksi. Sutardji membolak-balikkan kata, memotong kata sehingga
kata tersebut mendapati makna seperti apa yang ia mau. Pemaknaan puisi ini akan sangat
susah jika kita tidak memahami pemikiran Sutardji namun bisa jadi sangat mudah saat
kita sudah memahami pemikiran dari Sutradji.
xi
DAFTAR PUSTAKA
Zuhdy, Halimi. (2021). Gagasan Pembaharuan Islam dalam Karya Sastra (Puisi) Muhammad
Iqbal. Malang: UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.
Muntazir. (2017). Struktur Fisik dan Struktur Batin Pada Puisi Tuhan, Aku Cinta Padamu
Karya Ws Rendra. Jurnal Persona Volume 3 No. 2, 208-223.
Saputra, D., Ferdiansyah, S., Ahmadi, Y., & Rosi. (2018). ANALISIS STRUKTUR FISIK
PUISI "KANGEN" KARYA W.S RENDRA. Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra
Indonesia Parole, 957-962.
Ahmad. (2022). Pengertian Puisi: Jenis-jenis, Unsur, Cara Membuat Puisi, dan Lengkap
dengan Contoh Puisi.
Alfari, S. (2022). Mengenal Jenis-jenis Puisi Baru dan Contohnya/Bahasa Indonesia Kelas
10.
Inderasari, Elen. (2017). "EXPERIENTAL LEARNING DALAM KEMAMPUAN
APRESIASI PUISI MAHASISWA TADRIS BAHASA INDONESIA FTIK IAIN
SURAKARTA." Jurnal Keilmuan Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya Volume 3
Nomor 1, 2442-9287.
xii