Anda di halaman 1dari 52

Kumpulan 10 Contoh Karangan Deskripsi Singkat Bahasa

Sunda
Kumpulan contoh karangan deskripsi bahasa sunda, Keterampilan membuat karangan
deskripsi memang menjadi suatu keterampilan yang lumayan sulit untuk dikuasai terutama
bagi pemula, karena ada beberapa unsur yang harus kita kuasai, termasuk
penulisan deskripsi dengan menggunakan bahasa sunda.
Deskripsi adalah salah satu wacana untuk menggambarkan sesuatu seperti objek
berdasarkan kesan, opini, pengamatan, pengalaman, dan perasaan dari si penulis untuk
menciptakan imajinasi (daya khayal), agar si pembaca seolah-olah mereka melihat,
mengalami, dan merasakan sendiri apa yang ditulis oleh si penulisnya.

Dengan kata lain, deskripsi itu merupakan karangan yang menggambarkan suatu keadaan,
kejadian, atau peristiwa sejelas mungkin, agar pembaca merasakan seperti melihat sendiri
sesuatu yang digambarkan melalui karya tulis tersebut.
Kesimpulanya, bahwa karangan deskripsi merupakan sebuah karangan berupa tulisan yang
menggambarkan, melukiskan, tentang suatu objek, sehingga objek tersebut seolah-olah
hidup dan kita sebagai pembaca seakan-akan ikut merasakannya.

Sebelum kita membuat karangan deskripsi singkat dengan menggunakan bahasa sunda,
alangkah baiknya kita terlebih dahulu mengetahui jenis karangan deskripsi tersebut, karna
ada dua sikap atau jenis yang dapat kita tulis, yakni sikap objektif dan subjektif.
A. Pendekatan Objektif (Realistis)
Jika penulis melukiskan suatu objek sesuai dengan keadaan yang dilihatnya, tanpa
menambahkan pemikiran atau pandangan pribadinya terhadap objek tersebut, maka
karangan tersebut dinamakan deskripsi realistis (objektif).

B. Pendekatan Subjektif (Impressionistis)


Sedangkan, jika penulis melukiskan suatu objek dengan memasukkan unsur subjektif
seperti pemikiranya, opini, atau ikut memberi pandangan pribadi terhadap objek yang
dituliskanya, maka karangan tersebut merupakan jenis deskripsi impresionistis (subjektif).
Baca juga: Contoh Karangan Deskripsi Tentang Sekolah Bahasa Sunda
PENGEMBANGAN DALAM KARANGAN DESKRIPSI

Ada beberapa teknik yang dapat digunakan dalam teknik pengembangan sebuah karangan
deksripsi. Di antaranya adalah teknik deskripsi tempat, dan orang. Teknik pengembangan
karangan deskripsi itu diuraikan berikut ini :
Deskripsi Tentang Tempat
Tempat merupakan bagian yang tak dapat dipisahkan dari sebuah peristiwa. Semua
peristiwa terjadi pada suatu tempat. Sebuah peristiwa akan lebih enak untuk diikuti jika
dihubungkan dengan tempat terjadinya peristiwa tersebut.

Contoh : Kisah ekspedisi di dalam hutan akan lebih seru jika kita menggambarkan pula
tentang keadaan hutan tersebut, tentang rimbun dan sejuknya udara yang ada di sana.
Namun, pengarang tidak boleh asal memasukkan detail tempat yang akan dideskripsikan,
pengarang harus dapat menemukan hubungan atau peranan tempat dalam peristiwa
tersebut.

Ada beberapa cara yang dapat kita gunakan untuk mendeskripsikan suatu tempat. Jadi, kita
bergerak secara teratur menelusuri tempat itu dan mendeskripsikan apa saja yang kita lihat.
Kita dapat memulai dengan menyebutkan kesan umum yang diikuti oleh perincian yang
paling menarik perhatian kita. Baru menyusul perincian lain yang kurang penting yang
terdapat di sekitarnya.

Kedua cara di atas harus disampaikan secara logis sehingga pembaca mudah
mengikutinya. Dan berikut adalah beberapa aspek dalam memilih cara untuk
mendeskripsikan tempat.

Suasana hati
Pengarang harus dapat menetapkan suasana hati yang akan ditonjolkan untuk dijadikan
landasan. Suasana hati itu dipertajam dengan pengalaman-pengalaman sehingga
mempengaruhi pendeskripsian terhadap suatu objek. Disini akan terlihat apakah pengarang
menggunakan pendekatan realistis (objektif) atau impresionistis (subjektif).
Bagian yang relevan
Pengarang deskripsi juga harus mampu memilih detail-detail yang relevan (terkait,
bersangkut paut) untuk dapat menggambarkan suasana hati.

Urutan penyajian
Pengarang deskripsi harus mampu menentukan urutan yang paling baik dalam
menampilkan detail-detail yang dipilih.

Dalam mendeskripsikan keadaan seseorang pengarang harus mengetahui secara mendetail


keadaan diri seseorang yang akan digambarkan itu, misalnya bentuk tubuh, tingkah laku,
dan penampilannya. Berikut ini dikemukakan cara menggambarkan atau mendeskripsikan
seseorang dalam karangan deskripsi.
Penggambaran bentuk fisik
Bentuk fisik seseorang dideskripsikan sejelas-jelasnya sehingga tampak lebih objektif.
Bentuk tubuhnya yang tinggi, kekar, matanya yang menatap tajam, atau bentuk tubuh yang
kurus, bermata sayu, wajah pucat dapat dideskripsikan dalam karangan deskripsi.

Penggambaran tingkah laku atau perbuatan


Tingkah laku seseorang dideskripsikan mendekati keadaan yang sebenarnya seperti
perbuatan (apa yang dilakukan), atau gerak-gerik yang dilakukan seseorang dari satu
tempat tertentu ke tempat lainnya dan dari suatu waktu tertentu kewaktu lainnya.

Penggambaran keadaan yang ada disekitar seseorang


Keadaan disekitar seseorang dapat pula dideskripsikan misalnya tempat kediamannya,
kendaraan yang digunakan, pakaian, dan perhiasan yang digunakan.

Penggambaran perasaan
Perasaan seseorang digambarkan, misalnya dengan memperhatikan gejala fisik seseorang
seperti pandangan matanya, gerak-gerik, pancaran wajah, atau tatapan matanya.

Penggambaran watak
Watak seseorang juga agak sukar digambarkan akan tetapi dapat saja dilakukan misalnya
dengan melihat gejala fisik seseorang itu. Perasaan merupakan gejala kejiwaan yang
berlangsung sesaat, sedangkan watak merupakan fenomena psikologis yang berlangsung
permanen.
umpulan 10 Contoh Karangan Deskripsi Singkat Bahasa Sunda

Nah setelah kita mengetahui secara umum mengenai karya tulis deskripsi diatas, dibawah
ini saya siapkan contoh karangan deskripsi singkat bahasa sunda, yang sengaja sudah saya
kumpulan sebelumnya. Maaf apabila ada kesalahan dalam menentukan jenisnya.
1# Pamandangan Alam Desa Abdi
Ti kajauhan hamparan sawah ngabentang luas. Tatangkalan pare sing arendag ka tiup
angin siga ombak nu aya dibasisir pantai.

Di belah wetan aya bararudak leutik sing arajol bari sing jarowok ngalalusir kumpulan manuk
piit anu keur pesta maracokan pare petani.

Katingali aya bukit nu ngajulang luhur siga raksasa dina kajauhan nu diselimutan ku awan
bodas jiga kapas, nu makin nyieun asri pamandangan desa alam abdi. (subjektif)

2# Pempek
Pempek mangrupakeun salah sahiji kaemaman khas ti Palembang. Kaemaman raos ieu
dijieuna ti campuran tipung tapioka, tipung tarigu, sarta gilingan lauk anu seger, sareng
lianna. Pempek ieu seueur kalintang rupina ti mimiti pempek kapal selam, pempek lauk,
sarta seueur deui anu sanesna. (Objektif)

3# Deskripsi Tentang Orang


Tania mangrupakeun mojang nu ngajagaan warung di dekeut bumi abdi. Tania geulisna
kawanti-wanti, anjeuna ngabogaan buuk lurus, kulit na bodas bersih. Saha wae anu ningali
pasti ngarasa deudeuh. Anjeunna oge bageur ka tiap jalmi, wajar wae lamun tania seueur
dipikabogoh ku batur. (Subjektif)

4# Imah Teh Nadia


Imah teh nadia tempatna dipayunen imah abdi, dihalaman imahna aya tangkal manggah
anu nyieun suasana imahna janten tiis, sareng dipipirna dipelakan kembang-kembang
endah nu ngahiasan imahna.

Tembok imah teh nadia warnana bodas, panto jandelana warnana hejo. Sarta keramikna
warna bodas bersih. Di jero imah teh nadia tempat parabotana diperhatikan pisan, ku kituna
sadayana katata rapih.

Ubina bersih sarta rohanganna seungit midamel saha wae jalmi anu ameng ka imahna pasti
bakalan hoyong lami-lami ameng di jerona. (Subjektif)

5# Binatang Peliharaan Abdi


Abdi ngagaduhan ucing namina wingki, ucing abdi warnana hideung pekat, panona warna
koneng. Wingki ngagaduhan buntut anu panjang sareng buluna anu leuleus.
Wingki resep pisan otel, kaemaman favoritna nyaeta lauk lele. Wingki mangrupakeun ucing
anu ku abdi pikanyaah kacida. (Objektif)

6# Suasana Imah Abdi


Imah abdi ngabogaan ukuran kira-kira 12 x 10 meter, sanajan henteu lega-lega amat
sahenteuna tiasa nampung lima jalmi. Imah abdi ngabogaan halaman anu lega sarta
dilengkepan ku tatangkalan anu endah.

Imah abdi ngabogaan rohang tamu anu dilengkepan ku meja sareng korsi kanggo nampi
tamu. Dina rohangan abdi oge dipajang ku sagala rupa macem lukisan, kaligrafi, guci, sarta
pajangan kembangan anu disimpeun di pipir rohangan.

Cet tembok imah abdi warnana hejo, sareng ngabogaan jandela geneup siki. Sajaba ti eta,
di belah wetan imah abdi oge dilengkepan ku garasi nu boga fungsi pikeun nyimpeun motor.
(Objektif)

Karangan deskripsi basa sunda # Page 2


Membuat karangan deskripsi tentu saja bertujuan agar karya tulis berupa karangan ini dapat
dihayati secara imajinatif terhadap sesuatu, sehingga pembaca merasakan seolah-olah ia
mengalami dan mengetahui secara langsung objek yang diceritakanya tersebut.

Menulis karangan deskripsi dengan menggunakan bahasa sunda juga erat kaitannya
dengan pegetahuan yang dimiliki oleh siswa dan kondisi lingkungan belajar yang kondusif,
agar karangan yang dibuat dapat dengan jelas digambarkan melalui sebuah karya tulis
deskripsi.

Contoh Karangan Deskripsi Singkat Basa Sunda


7# Deskripsi Tentang Benda, Meja Belajar

Meja belajar abdi ngabogaan desain anu endah sarta modern. Warnana coklat bodas, meja
belajar abdi dijieun tina kayu jati nu midamel meja belajar kasebat katembong kuat sareng
kokoh.
Salian kuat, meja belajar abdi oge ngabogaan motif kotak-kotak anu mapantes meja belajar
eta. Meja belajar abdi disimpen dirohang kamar dipipireun lemari nu dekeut sareng panto
kamar. (Objektif) spasial

8# Tangkal Manggah

Abdi ngabogaan hiji tangkal manggah anu tumuwuh leubeut di pengkeureun imah abdi,
tangkal eta ageung ngabogaan luhur kira-kira 4 meter.

Tangkal eta atos lami umurna, tangkal manggah abdi ngabogaan buah anu langkung
leubeut sarta rasana anu amis. Nanging abdi hese lamun hoyong nyandak buahna, kusabab
tangkal eta luhur pisan, kanggo nyandakna abdi kedah ngajul make gantar. (Subjektif)
spasial
Basasunda.com
9# Taman Mini Indonesia Indah

Taman Mini Indonesia indah (TMII) mangrupakeun objek wisata anu pas kanggo para
kulawargi. di ditu urang tiasa ningali miniatur Indonesia sareng kabudayana, anu tiasa urang
tingali sepertos budaya sunda, irian jaya, batak, dayak sarta seueur keneh deui.

Di Taman Mini Indonesia indah Urang tiasa nguriling ngarasakeun pamandangan taman
sakaligus tiasa diajar ngeunaan kabudayaan. Taman Mini Indonesia Indah (TMII) oge
dilengkepan ku sababaraha fasilitas, sepertos toilet, tempat pikeun neda, tempat ngariung
sareng keluargi, sarta sanesna deui.

Wanci anu manawi pas kanggo ameng ka tempat eta teh dinten minggu, margi wanci eta
seueur pisan anu ameng. Ku margi eta, Taman Mini Indonesia Indah mangrupakeun tempat
liburan anu nu tiasa nyenangkeun hate sareng tetempoan urang sareng kulawargi, sabab
salian liburan urang oge tiasa diajar ditu. (Subjektif)

10#. Kaendahan Alam Indonesia

Indonesia mangrupakeun nagara anu kaya pikeun sumber alamna, mimiti sabang dugi ka
merauke. Salian ti eta, kaendahan alam indonesia saleresna kaasup kasalah sahiji tempat
objek wisata populer di dunya.

Ampir sadaya kaendahan alam aya kabeh di indonesia, mulai ti darat dugi ka lautan. Ku
margi eta, henteu aneh lamun seueur wisatawan asing anu nganjang ka Indonesia kanggo
ngarasakeun kaendahan alamna. (Objektif)

https://basasunda.com/tujuan-karangan-deskripsi-karangan/
Cerpen Bahasa Sunda
Berikut ini merupakan kumpulan Cerpen Bahasa Sunda terbaru karya para sahabat cerpenmu
yang telah diterbitkan, total diketemukan sebanyak 43 cerita pendek untuk kategori ini.

Untuk mencari cerita pendek (Cerpen) berdasarkan kata kunci tertentu, Kamu bisa gunakan Kotak
pencarian di bawah ini!

Sampurasun
Cerpen Karangan: Raudhatul Jannah M.F
Kategori: Cerpen Bahasa Sunda
Lolos moderasi pada: 26 May 2019

Kalau aku punya kesempatan lagi, suatu hari aku akan kembali untuk bertemu denganmu lagi,
Shofi.

Diawal pertemuan kami, ia menyapaku dengan hangat. “Sampurasun” ujarnya sambil tersenyum
manis dengan kedua telapak tangan yang saling disatukan dan gerakan sedikit membungkuk di
hadapanku. Seolah-olah aku terbius dengan satu kata itu, dengan gagap kubalas pula dengan
“Sampurasun” yang pada akhirnya membuat wanita itu terkekeh geli dihadapanku. Di sini, siapa
yang baru pertama kali mendengar kata ‘Sampurasun’ sepertiku? Apakah kau juga baru
mendengarnya untuk pertama kali? Kalau kau mendengar sapaan seperti itu, kupastikan dengan
benar kau sama denganku yang sedang berada di tanah sunda.

Matahari kian condong ke barat, wanita itu kemudian mengajakku untuk menepi dan mulai
mencari bangku kosong untuk berbincang ringan denganku.
“Do you speak Bahasa?” tanyanya ketika kami telah duduk di sebuah bangku tepat diantara
keramaian terminal bus. Suaranya tidak begitu terdengar jelas karena kalah dengan hiruk pikuk
terminal yang kian ramai dibanjiri oleh para pelancong ke tanah sunda.
“Apa yang baru saja anda katakan? Saya tidak dapat mendengarnya dengan jelas” jawabku
dengan nada yang sedikit ditinggikan dan ekspresi seolah-olah aku tidak dapat mendengar
suaranya. Lalu, dia nampak kebingungan kemudian tertawa.

Perawakanku memang tidak seperti masyarakat lokal yang berkulit sawo matang dengan mata
khas orang Indonesia serta postur tubuh yang relatif sedang. Tidak, memang tidak. Aku bukan
berasal dari Indonesia dan aku tidak berkewarganegaraan Indonesia. Orang-orang menyebutku
dengan ‘Bule’ ya, begitulah panggilanku sejak 2 tahun aku tinggal di Indonesia untuk belajar di
salah satu universitas negeri di Jakarta dengan jurusan Sastra Indonesia. Aneh? Tidak. Dulu,
sekitar tahun 2006-2007 aku pernah mengunjungi Indonesia bersama keluargaku untuk hiking ke
Gunung Bromo. Sejak saat itulah, kehangatan masyarakat Indonesia dengan segudang budayanya
mulai menyentuh hatiku dan sedikit-demi sedikit aku mulai kepo dan belajar tentang Indonesia
secara diam-diam. Tak ingin lagi secara sembunyi-sembunyi, akhirnya aku pamit dari Kanada
untuk menuntut ilmu di Indonesia.

“Saya pikir anda, ehm.. kalau tidak salah nama anda Ben? Benar begitu?” tanyanya.
“Ah, iya. Perkenalkan, saya Ben. Benzino Freeman. Kalau anda?” tanganku terulur ke arahnya,
kemudian ia menautkan tangannya ke tanganku.
“Saya Shofi. Freeman? Apa anda baru saja mempromosikan diri?” katanya dengan ekspresi yang
jail.

Percakapan kami terus berlanjut sampai tak terasa menghabiskan waktu 20 menit. Rupanya Shofi
adalah wanita yang sangat menyenangkan. Ia punya banyak topik untuk dibicarakan, friendly
sampai aku merasa telah mengenalnya jauh dari sebelum kami bertemu dan.. sedikit usil. 20
menit cukup membuat tubuhku beristirahat setelah perjalanan yang cukup melelahkan dari
Jakarta ke Tasikmalaya. Kugendong kembali tas carrierku dan berjalan mengikuti Shofi keluar dari
terminal bus.
“Apakah boleh saya bicara nonformal denganmu, Ben?” tanyanya ketika kami sedang dalam
perjalanan menggunakan angkutan umum menuju Gunung Galunggung.
“Boleh. Tetapi, jikalau saya tidak paham, dapatkah anda menjelaskannya?” Shofi mengangguk
sembari tersenyum. Sepanjang perjalanan ia terus berbicara, menjelaskan ini dan itu tentang
Tasikmalaya. Ya, memang seperti itulah pekerjaannya sebagai seorang guide atau pemandu
wisata. Oh ya, di sini bukan hanya diriku yang hendak menjelajahi alam Tasikmalaya, di tempat
tujuan -Gunung Galunggung- sudah ada 3 orang temanku yang lain telah menunggu.

“Bagaimana bisa kamu jatuh cinta pada Indonesia?” sambil membantu menurunkan barang
bawaanku, Shofi bertanya.
“Hm, bagaimana ya. Sepertinya aku tidak punya alasan khusus atas pertanyaanmu itu. Suka saja,
nyaman saja, dan menurutku Indonesia punya banyak keunikan. Apalagi, setelah masuk jurusan
Sastra Indonesia aku jadi lebih banyak mengetahui seluk-beluk Indonesia. Seperti bahasa
misalnya” jawabku. Kami berjalan ke sebuah rumah warga dekat pintu masuk wisata Gunung
Galunggung. Angin sepoi-sepoi membelai lembut wajahku yang sedikit berkeringat.
“Bahasanya, ya? Ah, ngomong-ngomong tentang bahasa, apa kamu tadi mengerti apa yang
kuucapkan saat menyambutmu di terminal? Sepertinya tidak ya? Hahaha” aku kembali teringat
dengan pertemuan pertama kami. Aku menggaruk kecil belakang telingaku, berusaha stay cool.
“Itu merupakan sapaan orang sunda. Sampurasun bisa diartikan sebagai halo atau salam dan
dijawab dengan rampes. Begitu..” lanjutnya. Aku mengangguk paham.
“Ben!” dari jauh terlihat seorang pria melambai-lambaikan tangannya padaku. Rupanya itu Irfan,
teman travellingku yang ketiga kalinya. Sebelum kemari aku pernah pergi berlibur bersamanya ke
Pulau Tidung dan Gunung Gede.

Kami berempat bermalam bersama kerluarga Pak Adi dalam naungan rumah kecil dengan suasana
hangat, hangat akan kebersamaan. Suara jangkrik dari alam menemani kami yang sedang
bercengkrama riang. Si bungsu dari pemilik rumah itu tak bosan menggelendot di pangkuanku
sampai memanjat ke pundakku yang dianggap tinggi bak pohon jambu yang sering dipanjati
olehnya. Shofi –yang ternyata keponakan dari penghuni rumah itu- datang dari dapur sambil
membawa nampan berisi beberapa gelas dan teko berisi minuman jahe, serta sepiring umbi kukus
yang masih panas. Asap yang mengepul dari umbi tersebut seolah-olah memanggil hasrat Adi dan
Devi –teman travellingku- untuk langsung menyantapnya.

“A, ari nu itu teteh geulis teu?” si bungsu berbisik padaku dengan bahasa sundanya yang tidak
kumengerti sama sekali. Setelah bertanya ia terkekeh geli, ekspresinya benar-benar
menggemaskan sementara aku hanya mampu memasang ekspresi bingung di hadapan teman-
teman dan orangtua si bungsu ini. Wajahku yang nampak bodoh sambil bercuap-cuap tanpa suara
memberi kode kepada siapapun yang melihatku “Please someone help me to translate what he
said”
“Teteh? Pasti geulis atuh, muhun teu?” jawab Devi sambil mengunyah umbi kukus yang berada di
dalam mulutnya.
“Sanes teteh, tapi teteh nu itu” si bungsu Ari menyangkal jawaban Devi sambil mengarahkan jari
mungilnya ke arah Shofi. Semua tertawa melihat tingkah laku Ari, hanya aku yang menyeringai
bodoh sambil berucap “Nuhun, nuhun” sembari ditertawai si bungsu Ari. Ya, baru kata itu yang
tersangkut dalam otakku, meskipun tidak begitu paham dengan apa yang mereka perbincangkan,
aku sama sekali tidak merasa risih justru aku ingin belajar dan mahir berbahasa sunda agar suatu
saat aku dapat berkomunikasi dengan masyarakat sunda di travellingku selanjutnya.
“Sudah, sudah.. Ari, kemari. Kalau kamu digendong terus sama Aa Ben, nanti pundaknya Aa Ben
sakit loh” ibu dari si bungsu membuka lebar tangannya, menyambut Ari yang berlari kecil
menghampirinya.
“Maaf, saya masih penasaran. Tadi apa ya yang kalian bicarakan?” tanyaku dengan polos, lalu
Shofi menjawabnya, “Tadi Ari bertanya, aku cantik atau tidak menurutmu?”
Mendadak aku gagap menjawabnya “A-ah.. iya, cantik”. Pandangan semua orang tertuju padaku,
suasana hening seketika sampai akhirnya, “Nu-nuhun” yang terlontar dari mulut Shofi mengakhiri
suasana canggung diantara kami semua.
“Silahkan kalau begitu dilanjut saja. Saya sama istri mau menemani Ari tidur dulu” ucap pak Adi
sembari berdiri dan kemudian berjalan menuju kamar, disusul dengan istrinya dan si bungsu Ari
yang sedang menguap ngantuk.

Tiga temanku yang lain sedang asik main kartu uno di ruang tengah sementara aku sedang
menemani Shofi di teras rumah sambil melihat langit malam yang bertabur bintang.
“Besok kita akan berangkat pukul berapa?” tanyaku memecah keheningan setelah beberapa menit
kami duduk bersama tanpa ada sepatah katapun yang terucap.
“Hm, setelah sarapan kita akan berangkat. Sebaiknya kamu istirahat, perjalanan besok lumayan
menyita energi loh” jawabnya dengan tatapan yang masih terfokus pada langit malam. Aku diam-
diam memperhatikannya dan secara tidak sadar senyum simpul terlukis di wajahku. Shofi menoleh
kepadaku, “Hm?”. Cepat-cepat aku melunturkan senyum anehku dan sejenak berpikir untuk
menjawabnya.
“Bolehkah aku mengungkapkan sesuatu padamu? Jangan anggap ini berlebihan tapi beginilah
kebiasaan kami dalam suatu hubungan” aku berdehem pelan lalu meliriknya sekilas. “Kupikir
kamu orang yang baik, manis, ramah dan hangat” lalu aku melanjutkannya, “Perasaanku saat ini
sama seperti pertama kali aku menginjakkan kaki di Indonesia. Apa kita pernah bertemu
sebelumnya? Aku merasa sudah sangat akrab denganmu, tanpa alasan khusus aku menyukaimu”
Shofi yang mendengarkan pengakuanku hanya tersenyum. “Aku sangat ingin suatu saat kembali
lagi ke sini. Jika nanti aku berkeliling Indonesia lagi, kamu mau ikut, kan? Kurasa aku benar-benar
menyukai Indonesia, bahkan aku sekarang mulai menyukai wanita Indonesia. Hahaha”

Perbincangan yang mulai melantur ini menemani detik-detik malamku. Shofi tidak merasa
terganggu atas apa yang aku ungkapkan. Ia justru tertawa dan memintaku berjanji atas apa yang
tadi kuucapkan. Hal-hal kecil seperti ini saja dapat membuatku begitu nyaman. Bagaimana
menurutmu tentang Indonesia? Sama sepertiku, kah? Aku cinta Indonesia. Bagaimana dengan
kalian?

Tertatih Memapah Adat (Part 1)


Cerpen Karangan: Ratna Juwita
Kategori: Cerpen Bahasa Sunda
Lolos moderasi pada: 6 September 2014

Ketika adat membelenggumu dan tak kau rasakan keganasan ilmu, apalah arti pikukuh
mengekang, mengkandang bila jiwa memburu asa yang tertinggal di pelupuk durja, jauh dari
jamahan kota. Mereka ayat-ayat pengelana, memapah adat dari kelemahan logika. Mereka para
penari muda, menggertak senja yang mencoba membelenggu cahaya hingga takkan padam
ditelan kemelam semesta. Walau dengan tertatih, meski merangkak, karena jiwanya telah terjaga
dari kerisauannya.

“Bangun, jang.. bangun udah pagi!” suara seseorang membangunkanku, menggoyang-goyangkan


tubuhku yang masih kaku. Aku menggeliat, mengucek mata yang terasa ingin mengatup lagi. Aku
melirik langit yang masih belum menggeser mentari dari persembunyiannya. Gelap. Aku
mengerjapkan mata dan segera duduk bersila. Teteh yang tadi membangunkanku meneruskan
kesibukannya menganyam tas koja. Tas koja buatan si Teteh selalu rapi dan kelihatan bagus, kulit
kayu yang kemarin kupotong dari hutan lumayan halus.
“Tah maneh .. cepat mandi geus eta bantuan si bapa ka ladang!” Ema yang juga sedang
menganyam tas koja menatapku yang masih setengah linglung.
“Muhun..” aku berdiri dan berjalan keluar rumah panggung kayuku. Rumah ini berpondasi dari
batu dengan tiang utama dari kayu.
Sudah adat di sini, kami tak boleh merubah apapun dari alam ini untuk menjaga
keseimbangannya. Sebisa mungkin, kami melestarikan semua yang ada di sekeliling kami sebagai
bagian dari adat istiadat kami. Dinding rumah panggung ini saja terbuat dari bilik bambu, atap
dari ijuk dan daun pohon kelapa.
“Aris!” aku memperbaiki posisi ikat kepala putihku saat Izal memanggilku. Aku menoleh. “Hayu,
mandi bareng ka sungai!” Izal menyejajari langkahku.
“Ada orang luar lagi hayang kadieu .. maraneh teh pada kenapa, ya? suka banget kadieu?” Izal
membenarkan baju adat putihnya sambil menatapku.
“Tentu karena arurang dieu mah menutup diri dari maraneh teh, maraneh jadi ingin tahu tentang
arurang, merasakan kehidupan yang arurang jalani..” Izal berlagak sok berpengetahuan dengan
memegang dagunya.
“Maraneh selalu menggunakan barang-barang yang bakal merusak alam, kunaon maraneh tak
sadar bahwa alam selalu memberi maraneh kehidupan, tapi maraneh malah menghancurkan
pemberi kehidupan!” ujarku kesal. Kami berjalan menyusuri jalan setapak di hutan, di sekeliling
kami tumbuh pohon-pohon aren dan pohon albasiah yang berdiri mematung seakan memayungi
kami dari dunia luar.
“Nyarios naon ai anjeun? Ngomong apa gitu kamu mah?” Izal akhirnya bertanya pada orang-orang
asing baru yang datang ke desa kami itu. Mereka dari tadi bicara dengan bahasa yang tidak kami
mengerti. Yang kutahu, mereka berbicara dengan bahasa daerah lain.
“Eh, maaf.. kami ngomong bahasa Jawa..” mereka berbicara sambil memakai pakaian adat putih
kami, lengkap dengan ikat kepala putih yang menjadi simbol penting kami. “Nama kalian siapa?”
salah satu di antara mereka mengulurkan tangan padaku. “Saya Ramdhan dari Malang.. tau kota
Malang, kan?” aku menjabat uluran tangan laki-laki sebayaku yang bernama Ramdhan ini.
“Saya teh Aris .. Malang teh palih mana kitu? Dimana?” aku melepaskan uluran tangan Ramdhan
dan ganti menjabat tangan teman Ramdhan yang juga sebaya dengan kami.
“Eka ..” orang bernama Eka itu tersenyum. Bergantian menjabat tanganku dan Izal. Kami
ditugaskan utnuk menjadi pemandu orang-orang asing yang datang kali ini.
“Malang itu di Jawa Timur.. itu yang ibu kotanya namanya Surabaya!” aku menangkap nama yang
ia sebutkan barusan. Aku tau Surabaya, tentu saja tapi, hanya sebatas Surabaya sebagai ibukota
Jawa Timur. Aku menggeleng pelan sambil tersenyum malu pada Eka dan Ramdhan. “Jadi kalian
teh kesini karena mau tahu bagaimana arurang hidup?” tanyaku basa basi sembari berjalan
mengantar mereka dari gerbang depan desa Baduy Dalam yang menjadi batas antara Baduy
Dalam dengan Baduy Luar. Kami menyebut diri kami sendiri Urang Kanekes Dalam dan Urang
Kanekes Luar.
“Iya, kami ngambil jurusan Antropologi di perkuliahan jadi, kami ingin tahu lebih dalam dengan
budaya kalian, kenapa tadi kami dilarang membawa kamera?” Eka menyahut dari belakang. Ia
berjalan bersama Izal.
“Arurang ini teh buyut difoto mah.. pikukuh palih dieu teh ketat kitu.. Pu’un tidak
memperbolehkan orang asing bawa kamera! Buyut teh tabu kitu, pikukuh teh peraturan dalam
bahasa Sunda mah..” Aku menjelaskan dengan sesekali melihat ke arah Eka dan Ramdhan
bergantian. Eka dan Ramdhan hanya menggut-manggut serentak.
“Pu’un teh naon kitu?” Ramdhan menjulurkan lidah malu saat mencoba menggunakan bahasa
Sunda.
“Pu’un teh kepala adat urang Kanekes Dalam.. cara pengangkatan Pu’un teh memakai sistem
keturunan, tapi tak ada batasan siapa yang akan jadi Pu’un.. asal dia masih mampu jadi Pu’un, dia
akan terus jadi Pu’un.. kalau tidak mampu, ya diganti..” Izal menjelaskan dengan logat sunda
yang kental. Goloknya yang terlentak di pinggang sebelah kiri bergoyang-goyang ketika ia
menjelaskan.
“Kenapa kami tak boleh pakai baju kami? Sabun? Kenapa kami tak boleh bawa?” Ramdhan mulai
antusias dengan penjelasan kami.
“Baju maraneh teh terbuat dari bahan yang tidak baik untuk alam, jadi maraneh teh musti pakai
pakaian adat arurang, kitu pikukuh yang ditetapkan oleh Pu’un mah, teu kenging ngalawan adat..
sabun juga sama, mereka merusak alam, sedangkan arurang hidup berdampingan dengan alam,
tak boleh arurang rusak alam yang telah memberi arurang kehidupan.. ngarti?” aku berusaha
sebaik mungkin menyembunyikan kekesalanku ketika berbicara mengenai alam yang saat ini telah
mengalami kerusakan di sana-sini.
“Aku ngerti.. tapi, kami juga tak berniat merusak alam.. hanya saja sebagian dari kami ada yang
tak paham dengan itu, lalu mengeksploitasi alam sembarangan hingga bencana terjadi dimana-
mana karena ulah mereka.. illegal loging juga tak dapat diberantas karena aparat di luar sana
banyak yang menyeleweng dari tugas, asalkan ada ini..” Eka menempelkan ujung ibu jari dengan
ujung jari telunjuk dan ujung jari tengahnya lalu menggerakkanya seakan mengusap sesuatu di
sana,”..uang..”.
“Kami juga marah pada mereka yang seenaknya mengeksploitasi alam tanpa melakukan reboisasi
pada alam, kadang membakar hutan untuk pemukiman dan ladang pertanian, sepertinya tak akan
cukup seluruh yang ada di bumi ini untuk mereka..” Ramdhan meneruskan penjelasan Eka. Aku
terdiam memikirkan ucapan Eka dan Ramdhan, aku tak tau beberapa kata yang tadi mereka
sebutkan, tapi aku tak berani bertanya pada mereka. Apa dunia di luar seluas itu?.
“Kuncinya hanya satu!” Izal yang sejak tadi menyimak arah pembicaraan kami mulai angkat
bicara. “Lojor teu meunang dipotong, pondok teu meunang disambung.. Panjang tak boleh
dipotong, pendek tak boleh disambung.. Dieu teh aturan alam yang menjadi adat arurang secara
turun temurun..” Ramdhan dan Eka nampak mengerti dengan apa yang dikatakan Izal, seakan
mereka menemukan hal baru yang belum pernah mereka jamah dari dunia luar yang ‘seluas itu’.
“Di sini orang Kanekes Dalam tak bisa baca tulis?” Ramdhan bertanya padaku setelah kami selesai
mandi di sungai. Dia berbicara sambil meraba dinding bilik bambu rumahku.
“Arurang tak diajarkan pendidikan formal semacam sekolah! Arurang bisa berbicara dan
berbahasa dengan baik, kitu teh sudah cukup.. arurang dapat berladang dan menghasilkan
kerajinan tangan dari kulit kayu dan menghasilkan tas koja, memanfaatkan alam tanpa
merusaknya, tinggal berdampingan dengan alam, itulah kehidupan arurang..” aku menunjuk
dinding rumah panggung kecil kami. “Palih ditu dari bilik bambu, atap dari ijuk dan daun pohon
kelapa, tanpa kamar mandi dan pondasi batu, kitu teh teu ngalawan alam..” Ramdhan menatapku
sambil mengerutkan keningnya.
“Kenapa tak ada sekolah? Kenapa tak belajar biar bisa baca, tulis, berhitung?” Ramdhan
menatapku dengan mata yang biasa aku punya ketika aku tertarik pada sesuatu, melebihi apapun.
‘Kenapa tidak sekolah? Bisa baca tulis?’ Apa mereka tak punya pertanyaan lain?
“Sekolah kitu teh tabu palih dieu, lagipula itu ngalawan adat.. Pu’un teh nyarios kalau sekolah mah
hanya menghabiskan waktu arurang, sedangkan arurang teh sibuk berladang dan mencari madu
serta pohon aren untuk membuat gula aren.. lagipula, nanti teh pasti akan terjadi persaingan
hidup, sedangkan pengetahuan dan kemajuan pasti tidak terbatas, lalu lupa wiwitan/tujuan
hidup..”
“Apa peraturan itu tak bisa diubah? Apa yang terjadi jika kalian merubah itu semua?” Ramdhan
semakin bersikukuh menanyakan hal-hal yang sebenarnya membuatku tidak nyaman dengan
percakapan ini.
“Gunung tak diperkenankan dilebur, lembah tak diperkenankan dirusak, larangan tak boleh
dirubah.. teu kenging teh tetep teu kenging..” pembicaraan kami terhenti ketika Eka masuk ke
rumah panggungku dengan Izal mengekor di belakangnya. Aku menghela nafas lega.
“Besok para tetua arangkat ka Arca Domas, arurang sekarang baiknya tidur dulu besok kan
maraneh mesti pulang..” Izal langsung angkat bicara begitu ia duduk bersila di sampingku. Ia
membenarkan letak goloknya.
“Arca Domas?” Eka membeo.
“Besok kau akan tahu..” Izal memutuskan untuk tidur karena terlalu lelah dengan 2 orang yang
banyak ingin tahu ini. Ia berbaring di atas tikar anyaman bambu. Aku pun ikut berbaring di
samping Izal, Ramdhan dan Eka mungkin agak kesulitan karena belum terbiasa tidur tanpa alas
kepala. Beberapa kali aku merasakan mereka menggeser badan ke kiri dan ke kanan untuk
mencari posisi tidur yang pas. Aku mencoba untuk segera tidur namun pertanyaan-pertanyaan
aneh mengganjal tidurku. Aku tak mampu mengenyahkannya dari pikiranku.
“Kau tidak akan tau dunia seluas apa yang selama ini coba kau tinggalkan jika kau tak berusaha
untuk keluar dari kekangan adatmu.. baca, tulis, dan berhitung itu pengetahuan penting dalam
hidup..” Ramdhan berbisik pelan ketika kudengar Izal dan Eka telah terlelap dengan mimpi mereka
masing-masing.
Hari ini, para tetua tinggi dan beberapa orang kelompoknya dengan kedudukan yang tinggi pula
pergi ke Arca Domas. Arca Domas adalah tempat keramat yang terletak di dekat air sungai ciujung
dan sungai cisemer. Para tetua adat pergi ke sana di bulan kelima setahun sekali, itu adalah
tempat bersemayamnya Bathara Tunggal, roh halus yang kami percayai. Hanya tetua tinggi dan
kelompoknya yang boleh datang ke tempat keramat itu. Di dalam Arca Domas, ada sebuah batu
lembing yang jika air hujan yang menggenanginya itu bening, maka itu pertanda panen kami
takkan ada masalah. Sebaliknya, jika batu lembing itu keruh dan sedikit airnya, itu pertanda
bahwa panen berikutnya akan gagal.
“Rupanya kepercayaan di sini masih sangat kental.. ” Ramdhan berkata sambil bersiap-siap pergi
dari daerah kami. Orang asing hanya diperbolehkan menginap selama sehari saja di sini. Tidak.
Aku menoleh ke arah Ramdhan yang masih mengenakan pakaian adat putih-putih kami. “Muhun..”
aku hanya menjawab ala kadarnya saja. Jujur saja, pikiran mengenai pendidikan dan baca tulis
masih menggenangi benakku dan aku masih merasa asing dengan itu. Aku teguh memegang
adatku, tapi disisi lain orang ini telah berhasil mempengaruhiku.
Bagaimana rasanya orang yang mengenyam pendidikan? Bagaimana dunia luar yang penuh
persaingan hidup yang ketat dengan saling menumbangkan satu sama lain? Aku bergidik
membayangkannya. “Aku akan segera kembali ke Malang. Terimakasih selama ini telah
mengajariku banyak hal mengenai kehidupan urang Kanekes Dalam.. kapan-kapan datanglah ke
Malang jika sempat!” Ramdhan menyerahkan secarik kertas putih yang di atasnya ada tulisan
berwarna hitam, “Ini alamatku..” katanya sambil menyerahkannya kepadaku. Aku mengerutkan
kening menerima secarik kertas kecil itu.
“Aku tak bisa baca..” kataku agak tersinggung pada Ramdhan. Ia hanya menggaruk kepala.
Sebelum pergi, Ramdhan mengatakan hal yang kembali membuatku resah, “Dunia luar itu tak
seburuk yang kau kira, mungkin memang tak selaras dengan alam.. tapi, kami juga berusaha
mengikuti perkembangan jaman sembari menjaga alam..” kemudian dia pergi. Aku hanya melihat
punggungnya yang semakin menjauh dengan kening berkerut.

Cerpen Karangan: Raju (Ratna Juwita)


Facebook: Ratna C’Koyuki Sena Airl
Aku suka AKB48 dan Anime. Nge-oshi ex member AKB48, Atsuko Maeda (Acchan).

http://cerpenmu.com/cerpen-sunda/tertatih-memapah-adat-part-1.html
Contoh karangan bahasa sunda tentang kebersihan sekolah. Berbicara mengenai
kebersihan, memang sangat penting sekali untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
terutama dalam lingkungan sekolah.
Untuk menuliskan karya tulis berupa karangan yang berhubungan dengan kebersihan di
lingkungan sekolah ini, tentunya kita terlebih dahulu harus paham dan mengetahui materi
seputar kebersihan yang akan kita bahas nantinya.

Kalau dalam bahasa indonesia kita kenal dengan EYD atau eja’an yang disempurnakan,
maka dalam menulis karangan dengan menggunakan bahasa sunda, kita juga harus
menggunakan ragam bahasa sunda yang sopan dan juga rapi.

Karangan sendiri berfungsi sebagai sarana untuk menyampaikan ide atau gagasan dari
sang penulis tentang suatu hal, misalnya tentang kebersihan sekolah. Karangan dikatakan
bagus dilihat dari sejauh mana karangan tersebut dapat dipahami oleh pembaca,
jika pembaca paham, maka karangan tersebuit bisa dikatakan bagus.

Oleh karena itu, pengarang harus menyusun tulisan-tulisanya dengan baik. Dengan
demikian semua kalimat pada tiap palagraf dalam karangan tersebut harus mengacu pada
suatu tema yang di bahas. Artinya, kata-kata yang dibahas ada kaitannya dan saling
mendukung dengan judul atau tema karangan yang kita buat.

Lantas apa manfaat yang kita dapatkan dalam membuat karangan dengan bahasa sunda
ini? Manfaat dari kita membuat karangan ini adalah untuk melatih murid dalam menulis
dengan menggunakan ragam bahasa sunda, sekaligus sarana untuk menuangkan ide
kedalam karya tulis.

Dengan demikian, siswa/siswi diharapkan memiliki keterampilan menulis dengan baik yang
nantinya akan berguna di suatu saat nanti. Oleh karena itu, contoh karangan bahasa
sunda tentang kebersihan lingkungan sekolah dibawah ini hanya sekedar untuk bahan
referensi saja, jadi sebaiknya buatlah sendiri karangannya.

https://basasunda.com/karangan-sunda-kebersihan-lingkungan-sekolah/
Sastra Jawa-Sunda
Loncat ke navigasiLoncat ke pencarian

Sastra Jawa

Sastra Jawa Kuno

Sastra Jawa Pertengahan

Sastra Jawa Baru

Sastra Jawa Modern

Sastra terkait

Sastra Jawa-Bali

Sastra Jawa-Lombok

Sastra Jawa-Madura

Sastra Jawa-Palembang

Sastra Jawa-Sunda

Sastra Jawa-Tionghoa

 l
 b
 s

Sastra Jawa-Sunda adalah hasil karya sastra Sunda, baik yang berhubungan dengan Sunda
maupun tidak, tetapi ditulis menggunakan bahasa Jawa oleh orang Sunda.

Pengantar[sunting | sunting sumber]


Orang Sunda yang menghuni bagian barat pulau Jawa sudah secara dini mengenal aksara.
Prasasti-prasasti dinasti Tarumanagara yang diketemukan, ditarikhkan berasal dari abad ke-
5 Masehi. Prasasti-prasasti ini ditulis dalam bahasa Sanskerta. Lama-kelamaan kemudian
orang-orang Sunda pun menuliskan karya sastra mereka menggunakan bahasa Sunda kuna.

Pengaruh budaya Jawa[sunting | sunting sumber]


Antara bagian barat pulau Jawa, tempat tinggal suku Sunda dan bagian timur, tempat
tinggal suku Jawa yang sejati, sejak zaman dahulu kala sudah terjadi hubungan secara intensif.
Sebenarnya batas timur budaya Sunda pada abad ke-5 Masehi diperkirakan berada kurang lebih
di garis antara daerah yang sekarang disebut Kendal dan Dieng dan sekarang terletak
di provinsi Jawa Tengah. Namun akibat ekspansi sukubangsa Jawa menuju ke barat,
perbatasan antara budaya Sunda dan budaya Jawa berada lebih ke barat yaitu di
sekitar Indramayu, Cirebon sampai ke Cilacap. Kemudian ada pula beberapa enklave di Jawa,
terutama di Banten dan beberapa desa di Karawang.
Pengaruh-pengaruh budaya Jawa juga sudah terlihat dalam karya-karya sastra Sunda Kuna.
Ditemukan ada beberapa kata-kata serapan dari bahasa Jawa (Kuna) dan beberapa
karya sastra Jawa Kuna banyak pula yang dipelajari dan kemudian diterjemahkan dalam bahasa
Sunda Kuna. Bahkan naskah tertua sastra Jawa Kuna berasal dari daerah Sunda di Jawa Barat.
Misalkan naskah kakawin Arjunawiwaha yang tertua dan sekaligus naskah lontar (atau
sebenarnya nipah) tertua pula berasal dari daerah sekitar Bandung. Naskah ini sekarang
disimpan di Perpustakaan Nasional RI dan bertarikhkan tahun 1334 Masehi. Selain
Arjunawiwaha masih ada karya-karya sastra Jawa Kuna yang berasal dari daerah Sunda, seperti
misalkan Kunjarakarna.
Namun pengaruh yang efeknya lebih terasa dan lestari terjadi pada abad ke-16 dengan
penyebaran agama Islam di pulau Jawa serta ekspansi kerajaan Mataram II yang dipimpin
oleh Sultan Agung. Sultan Agung ingin mempersatukan pulau Jawa dan sekitarnya dalam
kerangka negara kesatuan Mataram. Meski hegemoni Mataram atas Jawa Barat berakhir pada
tahun 1705, pengaruh budaya Jawa tidaklah berakhir, justru malah diperkuat dengan
ditetapkannya bahasa Jawa sebagai bahasa resmi pemerintahan di Jawa Barat dan
diputuskannya pemakaian sistem pembagian administratif Jawa. Pembagian administratif model
Jawa ini adalah pembagian daerah kepada kabupaten-kabupaten yang berbeda-beda.

Sastra Jawa-Sunda[sunting | sunting sumber]


Dengan diruntuhkannya Pajajaran, kerajaan Hindu-Sunda terakhir, oleh Banten pada
tahun 1579, bermulalah sejarah baru untuk kesustraan Sunda. Mirip dengan situasi di Bali dan
mungkin juga Madura setelah ditaklukkan oleh Majapahit, di Sunda orang-orang berhenti
menulis karya sastra mereka menggunakan bahasa Sunda dan aksara Sunda kuna. Mereka
mulai menulis dalam bahasa Jawa menggunakan aksara Jawa dan aksara pegon. Bahasa
Sunda kelak mulai dipergunakan lagi untuk menulis pada pertengahan abad ke-19 dengan
pudarnya pengaruh Mataram dan menguatnya pengaruh pemerintahan Hindia Belanda. Bahkan
pemerintah kolonial justru yang menggalakkan pemakaian bahasa Sunda dalam medium tertulis.
Pemerintah koloni kala itu ingin meneliti budaya Sunda secara lebih mendalam.
Sastra Jawa-Sunda bisa dibagi menjadi tiga berdasarkan daerah asal yaitu: Banten, Indramayu
dan Cirebon, dan Priangan.

Ciri khas sastra Jawa-Sunda[sunting | sunting sumber]


Bahasa Jawa yang dipergunakan untuk menuliskan karya sastra Jawa-Sunda secara umum
biasanya adalah dialek bahasa Jawa khas Cirebon. Salah satu ciri khas dialek ini adalah tidak
adanya perbedaan antara fonem retrofleks dan dental., mirip dengan bahasa Jawa yang
dipergunakan dalam kesusastraan Jawa-Bali pula. Sehingga semua fonem /t./ atau /th/ dan /d./
atau /dh/ dilafazkan dan ditulis sebagai /t/ atau /d/ dental.
Kemudian dalam aksara Jawa yang dipergunakan oleh orang Sunda ada sedikit perbedaan
ejaan. Aksara swara atau vokal /o/ yang biasanya ditulis dengan menggunakan dua tanda
diakritik, taling dan tarung, oleh orang Sunda hanya ditulis dengan tarung saja. Sehingga
sebenarnya yang ditulis bukan vokal /o/ namun /a:/ (a panjang). Oleh orang Sunda aksara Jawa-
Sunda disebut Cacarakan.
Sastra Jawa biasa ditulis dalam bentuk syair atau tembang, yang ditulis dalam
bentuk prosa atau gancaran lebih sedikit jumlahnya dan biasa tidak dianggap sastra. Dari
bermacam-macam jenis metrum Jawa, yang dikenal di Sunda hanyalah Kinanti, Sinom,
Asmarandana dan Dangdanggula.
Daftar karya sastra Sunda-Jawa[sunting | sunting sumber]
Di bawah ini disajikan daftar karya sastra dalam bahasa Jawa yang berasal dari daerah
kebudayaan Sunda. Daftar ini tidak lengkap, apabila para pembaca mengenal karya sastra
lainnya dalam bahasa Jawa namun berasal dari daerah Sunda, silakan menambahkannya pada
daftar ini.

 Babad Cerbon
 Cariosan Prabu Siliwangi
 Carita Ratu Galuh
 Carita Purwaka Caruban Nagari
 Carita Waruga Guru
 Kitab Waruga Jagat
 Layang Syekh Gawaran
 Pustaka Raja Purwa
 Sajarah Banten
 Suluk Wuyung Aya
 Wahosan Tumpawarang
 Wawacan Angling Darma
 Wawacan Syekh Baginda Mardan
 Kitab Pramayoga/jipta Sara
Karya Sastra Sunda-Jawa yang agak kontroversial[sunting | sunting
sumber]
Pada awal dasawarsa 1970-an di daerah Cirebon, ditemukan dua naskah yang berisikan
teks Pustaka Nagarakretabhumi dan Pustaka Rajya Rajya i Bhumi Nusantara (bagian dari
kumpulan naskah yang dikenal juga dengan naskah Wangsakerta) dalam bahasa Jawa Kuna.
Kala itu penemuan ini cukup menggemparkan, ada teks Jawa Kuna yang tidak dikenal berasal
dari Jawa Barat. Namun setelah diteliti lebih lanjut, hasilnya lebih menggemparkan lagi, sebab
diduga keras kedua teks yang memuat 'sejarah' ini merupakan karangan modern.
Namun biar bagaimanapun juga, kedua teks ini harus dianggap sebagai contoh ekspresi
kesusastraan dalam bahasa Jawa (Kuna) dan berasal dari paruh kedua abad ke-20. Ditilik dari
sudut pandang terakhir ini, hal ini sungguh menarik. Karena selain isinya menarik, gaya
bahasanya bisa dikatakan cukup bagus pula.

https://id.wikipedia.org/wiki/Sastra_Jawa-Sunda
Ciri-Ciri Dan Contoh Sajak Bahasa
Sunda Dalam Berbagai Tema
Pengertian sajak menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah
gubahan sastra yang berbentuk puisi. Sajak termasuk dalam seni sastra puisi
lama.
Seni sastra puisi lama selain sajak adalah pantun, bidal, karmina, seloka,
gurindam, syair, dan talibun. Seni sastra tersebut bisa ditulis menggunakan
berbagai macam bahasa. Karena seni sastra tersebut bisa ditulis dalam
semua bahasa, maka akan ada banyak sekali variasi sajak dengan berbagai
macam bahasa.

Nah, kali ini kita akan membahas sajak dalam satu bahasa sunda terlebih
dahulu. Untuk sajak dalam bahasa lain bisa kita bahas di artikel lain.

Sajak atau puisi sunda merupakan seni sastra puisi yang ditulis dengan
bahasa sunda. Sajak bahasa sunda termasuk sajak yang paling banyak
ditulis. Pada saat itu sajak memang banyak dibuat oleh para pujangga. Tema-
tema yang ditulis beragam tergantung keinginan pujangga dalam menulis
sastra yang ingin dibuatnya.

Beberapa tema yang paling sering dibuat pujangga dalam membuat sajak
bahasa sunda adalah sajak sunda indung, sajak sunda cinta, sajak sunda
sedih, sajak sunda alam, sajak sunda ibu, sajak sunda sahabat, sajak sunda
pahlawan, sajak sunda tentang guru dan lain sebagainya.

CIRI-CIRI SAJAK
Sebelum kita lanjut membahas contoh sajak sunda, mari kita bahas unsur dan
ciri-ciri sajak terlebih dahulu.

 Sajak merupakan puisi yang ditulis oleh rakyat, sehingga terkadang tidak
dikenal siapa pengarangnya.
 Pada awalnya sajak hanya disampaikan lewat mulut ke mulut, tapi seiring
perkembangan zaman sajak akhirnya ditulis dalam bentuk tulisan.
 Sajak terikat oleh aturan-aturan tertentu seperti jumlah baris tiap bait, jumlah
suku kata maupun rima.
 Mempunyai bentuk tertentu dan berurutan dalam baris yang sejajar.
 Sajak merupakan sastra yang dibagung dalam pola tertentu.
 Ungkapan kata dan bahasa sajak dipengaruhi oleh unsur lagu, irama dan
keharmonisan bunyi.
 Bahasa yang digunakan sajak cenderung bersifat konotatif. Bahkan hampir
semua sajak menggunakan konotasi bahasa.
 Lebih khusus lagi, sajak mempunyai tiga unsur pokok; Pertama, ide atau
emosi. Kedua bentuknya. Ketiga, kesan. Ketiganya tidaklah berdiri sendiri-
sendiri, melainkan hasir secara bersamaan dan saling mendukung unatuk
mencapai efek kepuitisan. Dan semuanya terungkap melalui unsur bahasa.
 Ciri sajak yang terakhir adalah pada tiap barisnya disusun membentuk pola
atau ikatan tertentu.
Rekomendai bacaan: Pengertian, Ciri-ciri dan Contoh Gurindam dari Berbagai
Tema
CONTOH SAJAK BAHASA SUNDA
Berikut beberapa contoh sajak bahasa sunda dari berbagai tema. Kamu bisa
mengembangkan sendiri sesuai dengan kemampuanmu dalam mengolah
kata, atau bisa juga sebagai referensi untuk latihan menulis sajak sunda.
Contoh sajak sunda ini kita kumpulkan dari berbagai sumber.

1. CONTOH SAJAK SUNDA TENTANG ALAM

www.flickr.com
Alam Ciptaan Gusti Nu Endah
Angin sejuk datang tina poe isuk
Nyambut matahari nu datang isuk-isuk

Hejona tatangkalan endag-endagan katiup angin


Nuhun pisan gusti, kanikmatan nu tos kabeh bisa abdi rasakeun

Kaendahan alam nu tos anjeun ciptakeun


Memang sungguh kakuasaan nu moal aya tandingan nana

Sasih Purnama
Ngeunteung dina telaga
Tanpa karasaeun dina kiruh na suasana
Nungguan dina dua usum bagentos

Sasih ngedeng disana


Dina wengi lindungan mega
Lolong kelangsungan sarta pilihan tak terduga

Teuing naon anu lumangsung


Karasaeun tak menentu panik dina pelukan wanci
Erangan sasih kanggo gagu

Mega langkung muka lalangsena


Imut ka alam , “Selamat”, sanggem
“Sasih dirkeun purnama”

Ohh Desa…
Dina datangna isuk, matahari mulai ngahanetan bumi
Nya’angan desa abdi anu endah jeng abadi.

Langit asa katingali cerah


Kitu oge tatangkalan mani endah.

Tatangkalan hirup seger disisi imah


Nyieun sejuk pemandangan, eta mani ngenah.

Endahna Desa Abdi Teu Aya Duana


Nyanyian manuk kadenge tina balik dahan-dahan tangkal
Suarana ngenahen kos alunan lagu teu make vokal..

Alam endah ieu pinuh ku daya pesona


Tatangkalan hirup subur teu aya derita..

Suara angin nu sepoi-sepoi ngabelai raga


Kaendahan alam desa abdi memang teu aya duana..
2. CONTOH SAJAK SUNDA TEMA IBU (INDUNG)

tonihandoko.wordpress.com
Indung
Salapan bulan kuring dikandung
Bra ka alam dunya dipapag kadeudeuh
Kanyaah indung ka kuring
Moal kaukur sanajan saluas bumi

Taya pituah anu endah salain ti indung


Taya kadeudeuh iwal kadeudeuh indung
Du’a jeung pangharepanna
Satia maturan renghap nafas kuring

Indung, nu nganter kuring kana kadewasaan


Mapag harepan
Jasa jeung pangorbanan anjeun
Moal bisa diganti ku saeusi dunya
Ridha Allah aya dina ridha anjeun
Hatur Nuhun Ema
Ema, gede pisan rasa pikanya’ah nu ema pasihkeun ka abdi..
Teu pernah ema ngarasa cape piken ngabimbing abdi..

Ema sagalana pikeun abdi..


Ema, malaikat nu pernah aya dina hirup abdi..
Ema pasihan abdi cinta anu nyata..

Ema, abdi menta hampura..


Can bisa ngagapai impian jeung harapan pikeun ngabahagiakeun ema

Abdi hoyong ceurik, nangkeup kenceng, di pangkuan ema.


Kadang, abdi osok inget basa keur letik bahela nu calik di pangkuan ema..

Hampura abdi ema..


Nu sering nyien ema ceurik karna tingkah laku abdi..
Mungkin sering oge abdi nye-nyerikeun hate ema..

Hampurakeun abdi pisan ema..


Abdi alim durhaka ka ema..

Ema, izinkeun abdi nyium pean ema..


jeung ngabahagia keun, ngajagaan ema terus salamina.

Memang. nu abdi lakukeun ieu moal pernah bisa..


Bisa ngabales kabeh kasih sayang nu pernah ema pasihan ka abdi..

Nuhun pisan ema, entos ngajaga’an abdi ti leutik nepi ka gede kieu
Nuhun oge tos masihan kasih sayang, nu moal mungkin bisa abdi boga selain
ti ema..
Abdi nya’ah pisan ka ema salamina..
3. CONTOH SAJAK SUNDA TEMA CINTA

nettik.net
Waktu asa teu deui sanggup némbalan
kiwari haté teu deui ngedalkeun
Sepi anu pageuh ngakeup
sarta ngan kosong anu kutatap

Waktu rasa jadi beku


hatipun ngarasa pilu
Hasrat anu terbelenggu
kuingin kabéh berlalu

Kuring teu sanggup…


Kuring teu sanggup…
Sarta kuring teu hayang kau laér…
Dengarlah nyaah,
sora haté kuring ngagero anjeun..
Rasakanlah nyaah,
di dieu kuring mendambamu..
Ulah ingkeun kuring sorangan sarta kesepian,
Ku hayang Kau mngerti rarasaan ieu,
Alatan,,,

Ngahereupkeun Anjeun
Anjeun tos ninggalkeun abdi
Teu terang kunaon masalahna
Teu terang oge, naon ka kurangana

Sareng teu terang naon salah abdi


Anjeun tega ninggalkeun abdi
Di kala abdi ngarasa nyaah pisan ka anjeun

Anjeun teu nyaho..


Kanyaah abdi ka anjeun ngalewihan kanyaah abdi ka diri sorangan
Tapi naha kunaon? Anjeun tega ninggalkeun abdi ?

Cai panon tos teu tiasa dei di bendung


Nyeri, hate abdi di khianatan ku anjeun
Tapi naha kunaon, hate abdi masih tetep ka anjeun.
4. CONTOH SAJAK SUNDA TEMA SAHABAT

brodanang.wordpress.com
Rerencangan Anu Tos Angkat
(Sahabat yang sudah pergi)

Rerencangan, anjeun terus aya di hate abdi.


Anjeun midamel abdi jadi bagja,
basa keur dinten-dinten abdi keur ngarasa sepi anjeun datang sarta midamel
abdi jadi bungah.

Ngan saukur diri anjeun hungkul anu bakal aya di wartos abdi sesah atawa
bungah.
Anjeun masihan abdi kakuatan sarta kaendahan,
dinten-dinten sareng anjeun bakal terus ku abdi kenang.

Wanci abdi inget keur basa harita keur anjeun masih aya keneh di dieu,
abdi ngarasa sedih ku sabab rerencangan abdi ayena tos teu aya deui disisi
abdi,
nu bisa midamel abdi bagja.
Di wanci diri anjeun teu aya,
hirup abdi asa jadi sepi.
Abdi kaingetan wanci anjeun keur masih aya keneh di dieu.
Kiwari teu aya deui anu midamel abdi bisa seseurian.

Wilu Jeung Angkat Rencangan Abdi


(Selamat jalan sahabatku)

Teu aya kata-kata anu tiasa abdi ucapkeun di wanci anjeun mangkat.
Abdi ngan bisa saukur ngahuleng ningali lengkah anjeun nu terus angkat
ninggalkeun abdi.

Cacak asa karasa beurat pisan di hate,


ku sabab abdi terang tangtos aya tangtangan anu beurat di satiap lalampahan
urang basa keur harita.

Cacak urang henteu bisa sasarengan deui, tapi nanging do’a abdi ieu pikeun
anjeun.
Kanggo dugi hiji dinten engke urang bisa sasarengan deui ameng
babarengan.

Babaturan, atos se’eur pisan kenangan endah anu atos ku urang jalankeun
babarengan.
Sanajan jarak urang jauh tapi abdi yakin anjeun moal pernah mohokeun abdi.

Wilujeung angkat rencang nu ku abdi pikanyaah,


Kenangan anjeun bakal langgeng dina ingetan abdi.
Nasehat anjeun oge bade abdi kenang di hate ieu.

Hapunten Abdi Pikeun Rerencangan


(Maafkanlah aku sahabat)

Kanggo rerencangan abdi..


Abdi terang abdi lepat ..
Abdi terang abdi sering nyenyeri hate anjeun..
Nanging sanes maksad abdi sepertos kitu..

Cios hapunten bade abdi ucapkeun kanggo anjeun.


Nanging teu aya daya, sadayana eta di benak anjeun.
Abdi henteu hoyong babaturan ieu jadi ancur.
Abdi hoyong urang bisa angger terus sasarengan deui.

Hapunten abdi rencangan, abdi deudeuh ka anjeun.


Abdi teu tiasa naon-naon mun teu aya anjeun.
Abdi henteu tiasa nangtung jagjag mun teu aya anjeun.
Ngan saukur lewat kata-kata ieu anu ngan tiasa abdi cios “hapunten” .
Hampura, mun misalkeun ngan saukur kata-kata “hapunten” anu tiasa abdi
ucapkeun.
abdi rela ngorbankeun sagalana pikeun anjen, demi rerencangan abdi anu
paling sae.

Abdi Sanes Rerencangan Anu Sae


(Aku bukanlah sahabat yang baik)

Manawi abdi sanes rerencangan anu bageur jeung sae pisan pikeun anjeun.
Abdi oge manawi sering nyieun anjeun ngarasa sedih,
salila ieu abdi oge seeur nyarios anu nyeyeri anjeun.

Abdi manawi sering teu tiasa ngamahaman pikahayang anjeun.


Abdi ngan saukur jalmi biasa nu loba ka kurangan.
Margi kakurangan eta, abdi sering manjatkeun do’a kanggo anjeun,
nyaeta: “Mugi-mugi gusti nu agung nangtayungan anjeun, nyaeta maraneh
rerencangan abdi kabehan”

Rerencangan..
ti diri anjeun abdi manggihan arti babaturan.
Anjeun hadir ngabaturan dinten poe-poe abdi.
Wanci abdi keur ngarasa sedih atawa bungah urang lewatan dinten ieu
sasarengan.

Nanging rerencangan urang ieu teras bisa salamina?


Apa bisa urang terus babarengan?
Sasarengan, kenangan sareng anjeun bakal ku abdi simpen di jero hate abdi.
Nanging kiwari abdi jeung anjeun kapisah ku wartos.

Jangji anu kantos urang ucapkeun di mangsa anu kaliwat,


bakal teras kaingetan dina ingetan abdi pikeun sadaya kenangan babarengan
urang.
Sabab rerencangan anu sajati nyaeta rencangan anu bisa minjemkeun
panangan na kanggo ngabantuan urang.

Cecak rencangan manawi teu salamina.


Tapi kenangan babaturan anu sajati bakal tahan salamina.
Sabab saurang babaturan sanes kalangkang atawa ngan saukur palengkap
hungkul hirup urang.
Babaturan nu sae nyaeta jalmi anu tiasa nya’angan dinten-dinten urang.
5. CONTOH SAJAK SUNDA TEMA SEDIH

www.pexels.com
Hariring katresna ngamuara dina dada
Ngagalindeng geugeutna katineung rasa
Ngalangkangan ngagupay tilam kaheman
Geuri peurihna ati narawangan mangsa tepang

Keclakna cisoca mapaesan ati gandrung kapidangdung


Geter katineung ngawangwang kalbu manteng nuliwung
Nyanding sumalanding ngarambah bagja lamunan
Asih peurih nu baris neumrag.. lara mun kalakonan

Diri nu leungiteun puntangan pangharepan


Disuluran kaasih kageugeut anu maneuh
Nu janten pangreugreug kalbu tingtrimna ati
Anu saenyana teu kedah tumiba kana diri
Kiwari kadeudeuh geus nyangreud pageuh
Keueung mangsa ngambah nubakal karandapan
Nanging geterna katresna ngamuara dalah kumaha
jeritna ati nu nalangsa taya tangan pangawasa

mungguh kapeurih sabudeureun cinta urang


Kalbu nguyung ngarungrung angen jeung pangharepan
Kasmaran ngahudang ewuh jeung pamadegan
Nalangsa nyawang laksana inggis nilas mungkas satiana cinta

Mung ka Alloh abdi muntang Mung ka Gusti Illahi Robbi abdi nyungkeun
pitulung
Teu daya Teu upaya Anging Alloh Nu Maha hampura

– Indah Fajarwati –
6. CONTOH SAJAK SUNDA TEMA PAHLAWAN

www.detikbuzz.com
Pahlawan Kanggo Nagara Indonesia
Kuatna musuh henteu anjeun jadikeun alesan, pikeun ngalawan perang
ngalawan panjajah..
Pahlawan terus bejuang kanggo kamerdekaan nagara indonesia.

Anjeun perang dijalan nu dipirido ku allah ta’ala, janten mangpaat kanggo


nagara jeung bangsa..
Kadang urang sok poho kana jasana pahlawan, anu tos ngorbankeun jiwa
sarta nyawana..
Kanyeri nu tos di rasana, sakabehna kanggo nagara urang nyaeta Indonesia!

Pahlawan Indonesia
Suara tembakan henteu anjeun hiraukeun,
pikeun ngabela bangsa indonesian nu bebas tina panjajahan..

Harta sarta nyawa anjeun korbankeun..


Maju terus teu pernah gentar saeutik oge pikeun ngusir maranehna para
panjajah..

Mugi-mugi semanget juang anu anjeun wariskeun harita tiasa dirasakeun


ayena, pikeun nuntun bangsa indonesia supaya terus maju..
Mugi-mugi oge amal, ibadah, sarta jasa anjeun nyaeta para pahlawan
sadayana bisa di tampi ku gusti allah taala..

7. CONTOH SAJAK SUNDA TENTANG GURU

caramendaftarblogdi.blogspot.com
Guru, Anjeun Aya Terus di Hate Abdi
Guru..
Anjeun nyaeta pahlawan pikeun abdi..
Anu ngajaran abdi ku pinuh rasa bungah jeung ikhlas..
Pake naon abdi kedah bisa ngabalesna?

Guru..
Anjeun teu pernah cape jeung nyerah pikeun ngabimbing abdi..
Ayena, abdi janji moal pernah nyerah pikeun diajar elmu ku anjeun, sabab
abdi hoyong sami sepertos anjeun..

Guru..
Anjeun sapertos pahlawan anu terus nya’angan jalan abdi..
Anjeun ajarkeun abdi sadaya elmu pikeun supaya cita-cita abdi bisa ka capai
engkena.

Guru..
Anjeun teu pernah cape anjeun ngajaran urang sadayana..
Pasti bakal abdi inget terus nasehat anjeun..

Guru..
Sanajan urang henteu kapanggih deui..
Nanging anjeun pasti terus aya di hate abdi..

Nuhun Pisan Guru


Hatur nuhun teu bisa kaukur kanggo anjeun..
Hatur nuhun teu bisa kakira kanggo anjeun..
Hatur nuhun sagede-gedena kanggo anjeun..
Hatur nuhun sakali deui kanggo anjeun guru..

Anjeun atos masihan jalan nuju kahirupan anu mendingan kanggo abdi..
Anjeun masihan pitulung, sa teu acan abdi mentakeun nana..

Anjeun sepertos cahya dina poekna jalan hirup abdi..


Anjeun sepertos tetesan embun isuk anu paling endah..

Hatur nuhun guru..


Diri anjeun moal pernah bisa abdi pohokeun..
Jasa anjeun pasti langgeng di sapanjang jalan hirup abdi, nuhun pisan guru.

VIDEO PEMBACAAN SAJAK SUNDA


Berikut ini video pembacaan sajak sunda berjudul “Jante Arkidam”, yang
dibawakan oleh Wildan Agustin, Siswa SMA Pasundan 2 Tasikmalaya.
Selamat menikmati.

https://santaisaja.net/sajak-bahasa-sunda/
perbedaan antara sastra lama, baru dan modern
1 komentar

Posted in Label: tambahan wawasan

undefined
undefined

A. SASTRA LAMA

Sastra lama adalah sastra yang berbentu lisan atau sastra melayu yang tercipta dari suatu ujaran
atau ucapan. Sastra lama masuk ke indonesia bersamaan dengan masuknya agama islam pada abad
ke-13. Peninggalan sastra lama terlihat pada dua bait syair pada batu nisan seorang muslim di Minye
Tujuh, Aceh.

Ciri dari sastra lama yaitu :

- Anonim atau tidak ada nama pengarangnya

- Istanasentris (terikat pada kehidupan istana kerajaan)

- Tema karangan bersifat fantastis

- Karangan berbentuk tradisional

- Proses perkembangannya statis

- bahasa klise

Contoh sastra lama : fabel, sage, mantra, gurindam, pantun, syair, dan lain-lain.

Fabel, diambil dari bahasa Belanda adalah cerita yang menggunakan hewan sebagai tokoh
utamanya. Misalkan cerita kancil atau cerita Tantri di Indonesia.Banyak satrawan dan penulis dunia
yang juga memanfaatkan bentuk fabel dalam karangannya. Salah seorang pengarang fabel yang
terkenal adalah Michael de La Fontaine dari Perancis. Penyair Sufi Fariduddin Attar dari Persia juga
menuliskan karyanya yang termashur yakni Musyawarah Burung dalam bentuk fabel.

Sage Dongeng tentang kepahlawanan,keperkasaan, serta kesaktian raja, pangeran atau tokoh-
tokoh tertentu.
Mantra bisa diartikan sebagai susunan kata yang berunsur puisi (seperti rima dan irama) yang
diangggap mengandung kekuatan gaib, biasanya diucapkan oleh dukun atau pawing untuk
menandingi kekuatan gaib yang lain. Dalam sastra melayu lama, kata lain sastra adalah jampi,
serapah, tawar, sembur, cuca , puja, seru dan tangkal. Mantra termasuk dalam genre sastra lisan
yang popular dimasyarakat melayu, sebagaimana pantun dan syair. Hanya saja penggunaanya lebih
eksklusif, karena hanya dituturkan oleh orang tertentu saja, menurut orang melayu pembacaan
mantra diyakini dapat menimbulkan kekuatan gaib untuk membantu meraih tujuan-tujuan tertentu.

Gurindam adalah satu bentuk puisi Melayu lama yang terdiri dari dua bait, tiap bait terdiri dari 2
baris kalimat dengan irama akhir yang sama, yang merupakan satu kesatuan yang utuh. Baris
pertama berisikan semacam soal, masalah atau perjanjian dan baris kedua berisikan jawaban nya
atau akibat dari masalah atau perjanjian pada baris pertama tadi.

Pantun merupakan salah satu jenis puisi lama yang sangat luas dikenal dalam bahasa-bahasa
Nusantara. Dalam bahasa Jawa, misalnya, dikenal sebagai parikan, dalam bahasa Sunda dikenal
sebagai paparikan, dan dalam bahasa Batak dikenal sebagai umpasa (baca: uppasa). Lazimnya
pantun terdiri atas empat larik (atau empat baris bila dituliskan), bersajak akhir dengan pola a-b-a-b
dan a-a-a-a (tidak boleh a-a-b-b, atau a-b-b-a). Pantun pada mulanya merupakan sastra lisan namun
sekarang dijumpai juga pantun yang tertulis.

Semua bentuk pantun terdiri atas dua bagian: sampiran dan isi. Sampiran adalah dua baris
pertama, kerap kali berkaitan dengan alam (mencirikan budaya agraris masyarakat pendukungnya),
dan biasanya tak punya hubungan dengan bagian kedua yang menyampaikan maksud selain untuk
mengantarkan rima/sajak. Dua baris terakhir merupakan isi, yang merupakan tujuan dari pantun
tersebut.

Syair adalah salah satu jenis puisi lama. Ia berasal dari Persia (sekarang Iran) dan telah dibawa
masuk ke Nusantara bersama-sama dengan kedatangan Islam. Kata syair berasal dari bahasa Arab
syu’ur yang berarti perasaan. Kata syu’ur berkembang menjadi kata syi’ru yang berarti puisi dalam
pengertian umum. Syair dalam kesusastraan Melayu merujuk pada pengertian puisi secara umum.
Akan tetapi, dalam perkembangannya syair tersebut mengalami perubahan dan modifikasi sehingga
menjadi khas Melayu, tidak lagi mengacu pada tradisi sastra syair di negeri Arab. Penyair yang
berperan besar dalam membentuk syair khas Melayu adalah Hamzah Fansuri dengan karyanya,
antara lain:
B. SASTRA BARU

Sastra baru adalah karya sastra yang telah dipengaruhi oleh karya sastra asing sehingga sudah
tidak asli lagi.

Ciri dari sastra baru yakni :

- Pengarang dikenal oleh masyarakat luas

- Bahasanya tidak klise

- Proses perkembangan dinamis

- tema karangan bersifat rasional

- bersifat modern / tidak tradisional

- masyarakat sentris (berkutat pada masalah kemasyarakatan)

Contoh sastra baru : novel, biografi, cerpen, drama, soneta, dan lain sebagainya.

Novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang tertulis dan naratif; biasanya dalam bentuk cerita.
Penulis novel disebut novelis. Kata novel berasal dari bahasa Italia novella yang berarti "sebuah
kisah, sepotong berita". Novel lebih panjang (setidaknya 40.000 kata) dan lebih kompleks dari
cerpen, dan tidak dibatasi keterbatasan struktural dan metrikal sandiwara atau sajak. Umumnya
sebuah novel bercerita tentang tokoh-tokoh dan kelakuan mereka dalam kehidupan sehari-hari,
dengan menitik beratkan pada sisi-sisi yang aneh dari naratif tersebut. Novel dalam bahasa
Indonesia dibedakan dari roman. Sebuah roman alur ceritanya lebih kompleks dan jumlah pemeran
atau tokoh cerita juga lebih banyak.

Biografi adalah kisah atau keterangan tentang kehidupan seseorang. Sebuah biografi lebih
kompleks daripada sekedar daftar tanggal lahir atau mati dan data-data pekerjaan seseorang,
biografi juga bercerita tentang perasaan yang terlibat dalam mengalami kejadian-kejadian tersebut.

Cerpen atau sering disingkat sebagai cerpen adalah suatu bentuk prosa naratif fiktif. Cerita
pendek cenderung padat dan langsung pada tujuannya dibandingkan karya-karya fiksi yang lebih
panjang, seperti novella (dalam pengertian modern) dan novel. Karena singkatnya, cerita-cerita
pendek yang sukses mengandalkan teknik-teknik sastra seperti tokoh, plot, tema, bahasa dan insight
secara lebih luas dibandingkan dengan fiksi yang lebih panjang. Ceritanya bisa dalam berbagai jenis.
Cerita pendek berasal dari anekdot, sebuah situasi yang digambarkan singkat yang dengan cepat tiba
pada tujuannya, dengan parallel pada tradisi penceritaan lisan. Dengan munculnya novel yang
realistis, cerita pendek berkembang sebagai sebuah miniature.

Drama adalah satu bentuk karya sastra yang memiliki bagian untuk diperankan oleh aktor.
Kosakata ini berasal dari Bahasa Yunani yang berarti "aksi", "perbuatan". Drama bisa diwujudkan
dengan berbagai media: di atas panggung, film, dan atau televisi. Drama juga terkadang
dikombinasikan dengan musik dan tarian, sebagaimana sebuah opera (lihat melodrama).

Di Indonesia, pertunjukan sejenis drama mempunyai istilah yang bermacam-macam. Seperti:


Wayang orang, ketoprak, ludruk (di Jawa Tengah dan Jawa Timur), lenong (Betawi), randai (minang),
reog (Jawa Barat), rangda (Bali) dan sebagainya.

Soneta adalah bentuk kesusasteraan Italia yang lahir sejak kira-kira pertengahan abad ke-13 di
kota Florance.

Ciri-ciri Soneta :

a. Terdiri atas 14 baris

b. Terdiri atas 4 bait, yang terdiri atas 2 quatrain dan 2 terzina

c. Dua quatrain merupakan sampiran dan merupakan satu kesatuan yang disebut

octav.

d. Dua terzina merupakan isi dan merupakan satu kesatuan yang disebut isi yang

disebut sextet.

e. Bagian sampiran biasanya berupa gambaran alam

f. Sextet berisi curahan atau jawaban atau kesimpulan daripada apa yang

dilukiskan dalam ocvtav , jadi sifatnya subyektif.

g. Peralihan dari octav ke sextet disebut volta

h. Penambahan baris pada soneta disebut koda.

i. Jumlah suku kata dalam tiap-tiap baris biasanya antara 9 – 14 suku kata
j. Rima akhirnya adalah a – b – b – a, a – b – b – a, c – d – c, d – c – d

C. SASTRA MODERN

Sastra Modern adalah karya sastra yang dibentuk oleh unsur intrinsik dan Menggunakan
bahasa/kata yang terpilih, diksi yang tepat. Mempunyai bahasa tuturan dan dialog(dalam prosa dan
drama) yang Bertujuan untuk dibaca/didengar orang lain agar mereka mendapat hiburan dan/atau
nasihat. Bentuknya dapat berupa puisi, prosa, atau drama.

Ciri-ciri Sastra Modern yakni :

1. Gaya yang aktif - romantis

2. Dinamis dalam tema dan bahasa

3. Tema memperjuangkan masalah kebudayaan, bahasa, dan masyarakat sentris

4. Pengarang diketahui dengan jelas.

Periodisasi sastra modern:

–Pujangga Baru (tahun 1930/1933)

–Angkatan ’45

–Angkatan ’50-’60an

–Angkatan ’66-’70-an

–Angkatan Dasawarsa ’80-an

–Angkatan Reformasi

–Angkatan 2000-an

–Cyber Sastra

Angkatan Balai Pustaka

Berbicara tentang pertentangan adat dan kawin paksa, dominasi orang tua dalam perkawinan.
Gaya penceritaan terpengaruh oleh sastra Melayu yang mendayu-dayu, masih menggunakan bahasa
klise seperti peribahasa dan pepatah-petitih. Karya-karya yang diterbitkan Balai Pustaka diharuskan
memenuhi Nota Rinkes yang berbunyi: didaktis, serta netral agama dan politik.

Angkatan Pujangga Baru

Menampilkan nasionalisme Indonesia,. memasuki kehidupan modern, menampakkan


kebangkitan kaum muda. Banyak terpengaruh oleh Angkatan 1880 di Negeri Belanda, sehingga puisi-
puisinya banyak yang berbentuk soneta. Pada masa ini terjadi polemik yang seru antartokoh-
tokohnya. Sutan Takdir Alisyahbana berorientasi ke barat yang intelektualistik, individualistuik dan
materialistik, punya idealisme tinggi akan kemajuan iptek/sains dan dunia. Sanusi Pane berorientasi
ke timur (India, Timur Tengah, Cina) yang spiritualistik, mementingkan olah ruhani. Kemudian Armijn
Pane, Amir Hamzah, Kihajar Dewantara, yang lebih menginginkan adanya sintesis barat yang
sifistikated dan timur yang sufistik.

Angkatan 45

Bicara tentang kegetiran nasib di tengah penjajahan Jepang yang sangat menindas,
menampilkan cita-cita merdeka dan perjuangan revolusi fisik. Pada masa Jepang untuk berkelit dari
sensor penguasa, berkembang sastra simbolik. Muncul ungkapan-ungkapan yang singkat-padat-
bernas (gaya Chairil Anwar dalam puisi) dan kesederhanaan baru dengan kalimat pendek-pendek
nan lugas (gaya Idrus dalam prosa fiksi/sketsa).

Sastra dekade ’50 - ;60 an

Memantulkan kehidupan masyarakat yang masih harus terus berjuang dan berbenah di awal-
awal masa kemerdekaan. Disebut juga Generasi Kisah (nama majalah sastra). Di masa ini sastra
Indonesia sedang mengalami booming cerpen. Juga marak karya-karya teater dengan tokohnya
Motenggo Boesye, Muhammad Ali Maricar, W.S. Rendra (sekarang Rendra saja).Mulai tumbuh
sarasehan-sarasehan sastra terutama di kampus-kampus.

Sastra Angkatan ’66 – ’70 an

Menegakkan keadilan dan kebenaran bnerdasarkan Pancasila dan UUD 45, menentang
komunisme dan kediktatoran, bersama Orde Baru yang dikomandani Jendral Suharto ikut
menumbangkan Orde Lama, mengikis habis LEKRA dasn PKI. Sastra Angkatan ’66 berobsesi menjadi
Pancasilais sejati. Yang paling terkenal adalah “Tirani” dan “Benteng” antologi puisi Taufiq Ismail.
Hampir seluruh tokohnya adalah pendukung utama Manifes Kebudayaan yamng sempat berseteru
dengan LEKRA.

Dekade 80-an

Penuh semangat eksperimentasi dalam berekspresi, merekam kehidupan masyarakat yang


penuh keberagaman pemikiran dan penghayatan modernitas. Muncul para pembaharu sastra
Indonesia dengan karuya-karyanya yang unik dan segar seperti Sutarji Calzoum Bachri dan Yudhistira
Ardi Noegraha dalamm puisi, Iwan Simatupang dan Danarto dal;am prosa fiksi, Arifin C. Noer dan
Putu Wijaya dalam teater.

Angkatan Reformasi

-Kemunculan angkatan ini ditandai dengan maraknya karya-karya sastra yang bertemakan sosial-
politik, khususnya yang bertemakan reformasi.

-Akan tetapi, wacana mengenai lahirnya angkatan ini tidak berhasil dikukuhkan karena tidak
memiliki ‘juru bicara’.

Angkatan 2000-an

Pada tahun 2002, Korrie Layun Rampan membuat wacana tentang lahirnya sastrawan angkatan
2000, yang terdiri atas kurang-lebih 100 penyair, cerpenis, novelis, eseis, dan kritikus sastra.

Cyber Sastra

Pada masa kini, banyak karya sastra yang tidak hanya dipublikasikan melalui buku atau majalah,
melainkan juga melalui internet.

http://donietapol.blogspot.com/2010/12/perbedaan-antara-sastra-lama-baru-dan.html
Prosa – Pengertian, Jenis, Ciri, Bentuk, Contoh : Prosa
adalah jenis tulisan yang dibedakan dengan puisi sebab variasi
ritme yang dipunya lebih besar, dan bahasanya yang sesuai dengan
arti leksikalnya. Kata prosa berasal dari bahasa Latin yang artinya
“terus terang”. Jenis tulisan ini biasanya dipakai sebagai deskripsi
sebuah ide atau kata. Sebab, prosa bisa dipakai untuk surat kabar,
novel, majalah, surat, ensiklopedia, serta beragam jenis media
lainnya.

Pengertian Prosa Lama Dan Prosa Baru


Prosa adalah karangan bebas yang tidak terikat oleh banyaknya
baris, banyaknya suku kata dalam setiap baris serta tidak
terikat oleh irama dan rimanya seperti dalam puisi.
Prosa berbeda dengan puisi karena variasi ritme (rhythm) yang
dimilikinya lebih besar, serta bahasanya yang lebih sesuai dengan
leksikalnya. Kata prosa berasal dari bahasa latin yang artinya “terus
terang”. Jenis tulisan prosa biasnya digunakan untuk
mendeskripsikan suatu fakta atau ide. Karenanya, prosa dapat
digunakan untuk surat kabar, majalah, novel, ensiklopedia, surat
serta berbagai jenis media lainnya.
Prosa Lama adalah prosa yang lahir dan hidup dalam masyarakat
lama Indonesia, yakni masyarakat yang masih sederhana dan
terikat oleh adat-istiadat karya yang dihasilkan secara bersifat
moral, pendidikan, nasehat, ajaran agama, adat, dan car tulisan
tidak terikat oleh aturan.
Prosa Baru adalah prosa yang mengalami perubahan dan
diciptakan pada masa sekarang, umumnya prosa baru diketahui
secara pasti nama pengarang.

Menurut isinya, prosa dibagi menjadi 2:

1. Prosa Fiksi
Prosa yang berupa cerita rekaan atau khayalan pengarangnya.
Ceritanya tidak sepenuhnya berdasarkan pada fakta.
2. Prosa Nonfiksi
Karangan yang tidak berdasarkan rekaan atau khayalan tetapi berisi
hal-hal yang bersifat informasi.

Ciri – Ciri Prosa Secara umum


1. Bentuk Bebas
Prosa memilik bentuk yang tidak terikat bait, rima, baris. Bentuk
prosa umumnya dalam bentuk rangkaian kalimat-kalimat yang
membentuk paragraf-paragraf seperti dongeng tambo, hikayat, dsb.

2. Bahasa
Bahasa dalam prosa dipengaruhi oleh bahasa lain, baik Melayu
maupun bahasa Barat.

3. Tema
Prosa memiliki tema sebagai dasar masalah yang akan dibahas
istana sentris maupun masyarakat sentris.

4.Perkembangan
Perkembangan prosa dipengaruhi oleh perkembangan masyarakat
yang statis maupun dinamis.

5. Pengarang
Prosa memilik pengarang, baik yang diketahui ataupun tidak.

6.Cara penyajian
Prosa dapat disajikan baik dalam bentuk lisan maupun tertulis.

7. Pesan/ amanat
Prosa memiliki pesan moral yang akan disampaikan kepada
pembaca atau pendengar.

8. Urutan peristiwa atau kejadian


Prosa memiliki alur jalan cerita dalam menggambarkan suatu
kejadian baik itu alur maju, mundur, ataupun campuran.

9.Tokoh cerita
Dalam prosa menggunakan tokoh baik itu tumbuhan, hewan,
maupun manusia yang diceritakan di dalamnya.

10. Latar/ setting


Dalam menceritakan suatu kejadian dalam prosa menggunakan
latar baik itu latar waktu, latar tempat, maupun suasana.

Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Sejarah


BPUPKI

Ciri – Ciri Prosa Lama


 Bersifat statis
Prosa lama memiliki bentuk sama, pola-pola kalimatnya sama,
banyak kalimat dan ungkapan yang sama, tema ceritanya sama
sesuai dengan perkembangan masyarakat yang lambat.

 Diferensiasi sedikit
Cerita lama pada umumnya merupakan ikatan unsur-unsur yang
sama karena perhubungan beberapa unsur kuat sekali.
 Bersifat tradisional
Prosa lama bersifat tradisional, kalimat-kalimat dan ungkapan yang
sama terdapat dalam cerita ynag berlainan, bahkan di dalam satu
cerita juga sering diulang.

 Terbentuk oleh masyarakat dan hidup di


tengah-tengah masyarakat
Prosa lama merupakan milik bersama yaitu menggambarkan tradisi
masyarakat yang lebih menonjolkan kekolektifan. Hasil sastra
dalam kesusastraan lama tidak diketahui siapa pengarangnya.
Apabila dicantumkan suatu nama, itu hanya nama penyadur dan
bukan nama pengarang yang sebenarnya. Sebab cerita lama itu
hidup di tengah-tengah masyarakat yang diceritakan secara turun-
temurun.

 Tidak mengindahkan sejarah atau


perhitungan tahun
Sejarah menurut pengertian lama adalah karangan tentang asal-
usul raja dan kaum bangsawan, kejadian-kejadian yang penting,
tanpa memperhatikan perurutan waktu dan kejadian-kejadiannya
sehingga alur cerita sulit dipahami. Nama-nama tempat terjadinya
peristiwa juga tidak jelas.

 Bahasa menunjukkan bentuk-bentuk yang


tradisional
Bahasa bersifat klise, bahasa dipengaruhi oleh kesusastraan Budha
dan Hindu yang sulit untuk dipahami dan dipengaruhi bahasa
melayu. Banyak memakai kata penghubung yang menyatakan
urutan peristiwa, misalnya: harta, syahdan, maka, arkian,
sebermula, dan lalu. Banyak memakai bentuk yang sehingga
terdapat banyak pengulangan kata, misalnya:
kata sahibul hikayat, ada sebuah negeri di tanah Andalas
Palembang namanya, Demang Lebar Daun nama rajanya, salnya
daripada anak cucu raja Sulun, Muara Tatang nama sungainya.
Banyak memakai bentuk partikel pun dan lah. Banyak memakai
kalimat inverse, misalnya: syahdan maka bertemulah rakyat Siam
dengan rakyat Keling, lalu berperang. Lalu diceritakan segala
kelakuan tuan putri dengan nahkoda itu.

 Istana sentris
Ceritanya mengenai raja-raja dengan istananya, pemerintahannya,
orang bawahannya, dan lain-lain. Tidak pernah menceritakan orang
pada umumnya, bila ada yang diceritakan adalah orang yang luar
biasa, misalnya orang yang sangat dungu atau yang sangat cerdik
dan orang yang selalu malang.

Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Sejarah


PPKI

 Bersifat lisan
Sastra lama bersifat lisan, disampaikan dari generasi ke generasi
secara lisan, dari mulut ke mulut meskipun ada yang disampaikan
dalam bentuk tulisan.
 Sifatnya fantasi atau khayal
Hampir seluruhnya berbentuk hikayat, tambo, atau dongeng.
Pembaca dibawa ke dalam khayal dan fantasi.
 Tokoh yang digunakan adalah manusia
 Amanat/ isi/ pesan.
Ciri – Ciri Prosa Baru
 Bersifat dinamis
Prosa baru bersifat dinamis yang senantiasa berubah sesuai dengan
perkembangan masyarakat yang cepat. Unsur-unsur yang
membentuk prosa mengalami perkembangan dari masa ke masa.

 Masyarakat sentris
Pokok cerita yang terdapat dalam prosa baru mengambil bahan
atau kejadian dari kehidupan masyarakat sehari-hari yaitu hal biasa
terjadi di tengah-tengah kehidupan masyarakat.

 Bersifat rasional
Bentuk roman, cerpen, novel, kisah, drama, yang berjejak di dunia
yang nyata berdasarkan kebenaran dan kenyataan.

1.
1. Bahasa tidak bersifat klise dan dipengaruhi oleh
kesusastraan Barat
2. Diketahui siapa pengarangnya karena dinyatakan
dengan jelas

Pembuat prosa baru dinyatakan secara jelas dalam sehingga prosa


bukan milik bersama masyarakat namun perorangan.

 Tertulis
Prosa baru bersifat tertulis yang disampaikan dalam bentuk tulisan.
 Bersifat modern/ tidak tradisional
Unsur-unsur dalam prosa mengenai hal-hal yang sering terjadi
pada masa sekarang.
 Memperhatikan urutan peristiwa
Dalam menggambarkan suatu keadaan disesuaikan dengan urutan
kejadian sehingga alur yang digunakan dapat mudah dipahami.
 Tokoh yang digunakan umumnya manusia

Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : 105


Nama Tarian Daerah Tradisional Di Indonesia
Beserta Gambar Dan Asalnya

Jenis Jenis Prosa


1. Prosa Lama
 Hikayat berasal dari India dan Arab, berisikan cerita
kehidupan para dewi, peri, pangeran, putri kerajaan, raja-raja
yang memiliki kekuatan gaib.
 Sejarah (tambo) adalah salah satu bentuk prosa lama yang isi
ceritanya diambil dari suatu peristiwa sejarah yang dibuktikan
dengan fakta, selain sejarah ada juga silsilah raja-raja.
 Kisah adalah cerita tentang perjalanan atau pelayaran
seseorang dari suatu tempat ke tempat lainnya.
 Dongeng adalah cerita yang menonjolkan binatang sebagai
peran utama. Cerita bersifat khayalan. Dongeng juga terdiri
dari banyak ragam yaitu:

1.
1. Fabel
2. Mite
3. Legenda
4. Sage
5. Parabel
6. Dongeng jenaka
7. Cerita berbingkai

Contoh Prosa Lama


Hikayat Amir
Dahulu kala di Sumatra, hiduplah seorang saudagar yang bernama
Syah Alam. Syah Alam mempunyai seorang anak bernama Amir.
Amir tidak uangnya dengan baik. Setiap hari dia membelanjakan
uang yang diberi ayahnya. Karena sayangnya pada Amir, Syah Alam
tidak pernah memarahinya. Syah Alam hanya bisa mengelus dada.
Lama-kelamaan Syah Alam jatuh sakit. Semakin hari sakitnya
semakin parah. Banyak uang yang dikeluarkan untuk pengobatan,
tetapi tidak kunjung sembuh. Akhirnya mereka jatuh miskin.
Penyakit Syah Alam semakin parah. Sebelum meninggal, Syah Alam
berkata”Amir, Ayah tidak bisa memberikan apa-apa lagi padamu.
Engkau harus bisa membangun usaha lagi seperti Ayah dulu.
Jangan kau gunakan waktumu sia-sia. Bekerjalah yang giat, pergi
dari rumah.Usahakan engkau terlihat oleh bulan, jangan terlihat
oleh matahari.”

”Ya, Ayah. Aku akan turuti nasihatmu.”


Sesaat setelah Syah Amir meninggal, ibu Amir juga sakit parah dan
akhirnya meninggal. Sejak itu Amir bertekad untuk mencari
pekerjaan. Ia teringat nasihat ayahnya agar tidak terlihat matahari,
tetapi terlihat bulan. Oleh sebab itu, kemana-mana ia selalu
memakai payung.
Pada suatu hari, Amir bertmu dengan Nasrudin, seorang menteri
yang pandai. Nasarudin sangat heran dengan pemuda yang selalu
memakai payung itu. Nasarudin bertanya kenapa dia berbuat
demikian.

Amir bercerita alasannya berbuat demikian. Nasarudin tertawa.


Nasarudin berujar, ” Begini, ya., Amir. Bukan begitu maksud pesan
ayahmu dulu. Akan tetapi, pergilah sebelum matahari terbit dan
pulanglah sebelum malam. Jadi, tidak mengapa engkau terkena
sinar matahari. ”
Setelah memberi nasihat, Nasarudin pun memberi pijaman uang
kepada Amir. Amir disuruhnya berdagang sebagaimana dilakukan
ayahnya dulu.
Amir lalu berjualan makanan dan minuman. Ia berjualan siang dan
malam. Pada siang hari, Amir menjajakan makanan, seperti nasi
kapau, lemang, dan es limau. Malam harinya ia berjualan martabak,
sekoteng, dan nasi goreng. Lama-kelamaan usaha Amir semakin
maju. Sejak it, Amir menjadi saudagar kaya.
Sumber : Bina Bahasa dan Sastra Indonesia kelas IV: Erlangga

2. Prosa Baru
 Cerpen adalah cerita rekaan yang pendek dalam arti hanya
berisi pengisahan dengan fokus pada suatu konflik saja
dengan tokoh-tokoh yang terbatas tetapi tidak berkembang
atau tidak mengakibatkan perubahan nasib pelaku utama.
Alur cerita sederhana hanya memaparkan penyelesaian
konflik yang diungkapkan
 Novel dari bahasa Italia, novella yang berarti barang baru
yang kecil, kemudian kata tersebut menjadi istilah sebuah
karya sastra dalam bentuk prosa. Novel lebih panjang isinya
daripada cerpen. Konflik yang dikisahkannya lebih luas. Para
tokoh dan watak pun lebih berkembang sampai mengalami
perubahan nasib. Menggambarkan latar lebih detail. Dengan
perjalanan waktu terjadi perubahan-perubahan hingga konflik
terselesaikan.

 Dongeng adalah cerita rekaan yang sama dengan novel atau


cerpen. Dongeng adalah cerita yang dikisahkan tentang hal-
hal yang tidak masuk akal atau tak mungkin terjadi.
 Resensi/ timbangan buku adalah pembicaraan/
pertimbangan/ ulasan suatu karya (buku, film, drama, dll.)
atau membahas dan memberikan penilaian terhadap buku
yang baru terbit. Isi resensi bersifat memaparkan agar
pembaca mengetahui karya tersebut dari berbagai aspek
seperti tema, alur, perwatakan, dialog, dll. Sering juga disertai
penilaian dan saran tentang perlu tidaknya karya tersebut
dibaca atau dinikmati.

 Esai adalah ulasan/ kupasan suatu masalah secara sepintas


lalu berdasarkan pandangan pribadi penulisnya. Isinya bisa
berupa hikmah hidup, tanggapan, renungan, ataupun
komentar tentang budaya, seni, fenomena sosial, politik,
pementasan drama, film, dll. Esai bersifat subjektif atau
sangat pribadi.
 Roman adalah cerita yang mengisahkan pelaku utama dari
kecil sampai mati, mengungkap adat/ aspek kehidupan suatu
masyarakat secara mendetail/ menyeluruh, alur bercabang-
cabang.
Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : 10
Organ Sistem Alat Reproduksi Wanita Beserta Fungsi
Dan Bagiannya

Contoh Prosa Baru


 Roman bertender
yang di dalamnya terselip maksud tertentu, atau yang
mengandung pandangan hidup yang dapat dipetik oleh
pembaca untuk kebaikan.
Contoh: Layar Terkembang oleh Sutan Takdir Alisyahbana, Salah
Asuhan oleh Abdul Muis, Darah Muda oleh Adinegoro.

 Roman sosial
memberikan gambaran tentang keadaan masyarakat.
Biasanya yang dilukiskan mengenai keburukan-keburukan
masyarakat yang bersangkutan.
Contoh: Sengsara Membawa Nikmat

 Roman sejarah
yaitu roman yang isinya dijalin berdasarkan fakta historis,
peristiwa-peristiwa sejarah, atau kehidupan seorang tokoh
dalam sejarah.
Contoh: Hulubalang Raja, Tambera.

 Roman detektif
yang isinya berkaitan dengan kriminalitas. Yang menjadi
pelaku utamaadalah agen polisi yang tugas utamanya
membongkar kasus.
Contoh: Mencari Pencuri, Kasih Tak Terlerai.

 Roman psikologis
yang lebih menekankan gambaran kejiwaan yang mendasari
segala tingkah laku tokoh utama.
Contoh: Katak Hendak Menjadi Lembu.

Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : 12+


Sistem Anatomi Tubuh Manusia, Fungsi, Penjelasan, dan
Gambar Lengkap

 Facebook1
 Twitter1
 Print1
 Email1
 WhatsApp
 Yahoo Mail
 Gmail
 Evernote
 Line
 SMS
 Telegram
 Facebook Messenger
 Total: 4
Posting terkait:

√ Pengertian Koperasi Sekolah, Fungsi, Tujuan Dan Cirinya


Lengkap

√ Pengertian Prasasti Serta Definisi Dan Sejarahnya Di Indonesia

Klasifikasi Hemichordata, Urochordata Dan Cephalochordata


Posting pada Bahasa Indonesia, S1, SMA, SMK, SMPDitag bagaimana langkah-langkah menulis
novel, bagaimana syarat identifikasi isi teks novel, berikut yang bukan ciri prosa lama adalah, cara
menulis prosa, ciri ciri prosa baru, ciri ciri prosa lama, contoh bentuk prosa, contoh karangan
prosa, contoh nilai nilai yang ada dalam novel, contoh prosa, contoh prosa baru, contoh prosa
brainly, contoh prosa lama, contoh prosa puisi, contoh prosa singkat, contoh prosa sunda, contoh
tambo dalam prosa lama, istilah lain untuk seloka adalah, jelaskan persamaan antara cerpen dan
dongeng, karakteristik drama, karakteristik prosa, kelebihan novel, macam macam
prosa, mengidentifikasi genre prosa, menginterpretasi puisi lama dan baru, novelet adalah, obat
prosa, pengertian dari prosa, pengertian prosa brainly, pengertian prosa fiksi, pengertian prosa
lama, Pengertian Prosa Lama Dan Baru, pengertian prosa menurut para ahli, pengertian puisi
baru, perbedaan prosa dan puisi, perbedaan prosa lama dan prosa baru, prosa adalah brainly, prosa
anak, prosa baru, prosa fiksi, prosa naratif, prosa puisi, puisi lama dan puisi baru, puisi prosa, puisi
prosa baru bahasa sunda, sebutkan 3 contoh prosa modern, sebutkan dan jelaskan jenis cerita
lama, sebutkan karakteristik prosa, struktur prosa, unsur pembangun prosa fiksi, unsur prosa, yang
termasuk prosa lama

https://www.gurupendidikan.co.id/prosa-adalah/
AB II Bentuk Bahasa dan Puisi Catatan tentang bahasa Sunda Kuna Sebegitu jauh belum ada kajian
tersendiri atas bahasa Sunda Kuna yang diumumkan. Dalam pengantar untuk edisi teks yang
disebutkan dalam Bab I terdapat tinjauan atas masalah transliterasi naskah, yang ada kalanya juga
berkaitan dengan bahasa; berbagai edisi teks disertai dengan daftar kata yang bermanfaat bagi
kajian bahasa. Bahkan ada kamus Sunda Kuna-Indonesia, yang didasarkan pada tiga teks Sunda
Kuna, dengan pengantar yang lagi-lagi membahas masalah transliterasi, daripada membahas aspek
kebahasaan yang berkaitan dengannya (Hermansoemantri, Marzuki dan Suryani ; teks yang dijadikan
acuan kompilasi dalam kamus ini terdapat dalam lampiran). Masalah lain dalam kajian bahasa Sunda
Kuna memperlihatkan bahwa bahasa Sunda Modern itu sendiri merupakan bahasa yang dalam
kerangka kerja kajian kebahasaan Indonesia relatif kurang diperhatikan, misalnya jika dibandingkan
dengan bahasa Jawa. Paparan modern yang sistimatis mengenai bahasa tersebut masih kurang.
Kajian terdahulu yang didokumentasikan dalam bibliografi Uhlenbeck (1964) berkaitan dengan
bahasa Jawa dan Madura, yang dapat dirujuk oleh pembaca. Kajian berikut ini secara khusus
dijadikan acuan bagi tinjauan ini: kamus Eringa (1984), Coolsma (1930) dan kamus LBSS ( Kamus
umum 1990); tata bahasa dari Coolsma (1904), kajian Hardjadibrata (1985) mengenai sintaksis
dalam bahasa Sunda dan kumpulan makalah Robins (1983). Paparan yang sistimatis dan
komprehensif mengenai bahasa Sunda Kuna sebagaimana yang tercermin dalam teks yang disunting
di sini tidak dipermasalahkan. Supaya memadai, kajian seperti itu perlu mencakup semua teks Sunda
Kuna yang telah diumumkan sejauh ini. Hal ini berada di luar cakupan buku ini; tentu hal ini perlu
dibahas dalam buku tersendiri. Masalah khusus yang dihadapi oleh orang yang mempelajari bahasa
tertulis adalah hubungan antara ejaan dan bunyi. Selama ini kita kekurangan informasi untuk
memastikan sejauh mana naskah mencerminkan bahasa yang dituturkan pada waktu naskah itu
ditulis. Faktor lainnya yang rumit adalah kenyataan yang menunjukkan bahwa ketiga teks kita ini
adalah puisi. Aturan ketat perihal baris delapan suku kata, yang secara sintaktis sangat mandiri (lihat
hal. 92-6), membatasi pemanfaatan potensi-potensi sintaktis dari bahasa tersebut; struktur sintaktis
sajak-sajak itu pada umumnya sederhana, mengingat tiadanya kelompok kata yang panjang dan
rumit. Di lain pihak, demi pertimbangan persajakan (bunyi, paralelisme, variasi) para pujangga
kadang-kadang menyimpang dari apa yang di dalam prosa 33

2 sudah menjadi susunan kata yang lazim; sulit memastikan, apakah baris-baris tertentu harus
disebut melanggar tata bahasa, dalam arti, salah dari segi tata bahasa Sunda Kuna. Terasa
membingungkan pula bahwa variasi morfologis kadang-kadang bisa diselaraskan dengan sistim
bunyi, sebagaimana yang akan dibahas di bawah. Bertolak dari pertimbangan seperti itu kita harus
membatasi diri dengan catatan tentang bahasa Sunda Kuna, menata sejumlah data dan gejala yang
terdapat dalam teks kita dan menunjukkan sejumlah masalah. Bahan-bahan ini barangkali ada
manfaatnya bagi para penelaah bahasa tersebut di kemudian hari. Sebagai tambahan untuk bagian
paparan mengenai sistim bunyi dan morfologi, dikemukakan pula paparan tersendiri perihal sistim
pronominal. Hal ini tertuang dalam draf Noorduyn yang dimuat di sini dengan sedikit tambahan dan
koreksi. Ditambahkan pula catatan tentang akhiran yang menunjukkan milik orang ketiga -na dan
artikel na, sehubungan dengan adanya masalah menyangkut ejaan (pemenggalan kata) dan
interpretasi. Ada pula tinjauan mengenai perbendaharaan kata Sunda Kuna sebagaimana yang
terdapat dalam teks kita, dengan tekanan khusus pada pertautan leksikalnya dengan bahasa Jawa
Kuna. Sistim bunyi Pada umumnya sistim bunyi sebagaimana yang tercermin dari teks yang dimuat di
sini bertautan dengan sistim bunyi bahasa Sunda Modern sebagaimana yang secara padat
diterangkan oleh Fokker (1953). Paparan yang lebih terperinci terdapat dalam penelitian Nothofer
mengenai geografi dialek di Jawa Barat (1980; I:56-64). Perlu dikemukakan beberapa tinjauan: - Ada
segi menarik, yang tidak hanya membedakan bahasa Sunda Kuna dari bahasa Sunda Modern
melainkan juga menonjol dalam kerangka kerja kajian kebahasaan Indonesia pada umumnya,
menyangkut perhentian palatal tak bersuara dalam kedudukan akhir kata dan morfem. Sebagian
besar, jika tidak seluruh, -c ini dalam bahasa Sunda Modern menjadi -t. Gambarannya sebagai
berikut: pauc (SdM paut) dalam mauc menarik, membetot (BM 361, 474) dan dalam pauc-pauceun
(sesuatu) yang akan dibetot (BM 323); parac (SdM parat) dalam diparac dilepaskan (BM 177 = 339),
dalam paracna tembusnya (SA 229) dan dalam maracan menembus (RR 109, 110 dan di tempat
lain); poroc (SdM porot) dilepaskan (BM 1448); imuc (SdM imut), senyum (SA 694); aroc (SdM arot)
dalam diarocan diberi minum (RR 207); dua penguat verbal rec (SdM ret?) segera, mendahului
tungkul tunduk (RR 483); boc (Noorduyn mengacu pada SdM bol muncul ; tapi bandingkan dengan
bot, lihat Daftar Kata) datang, tiba 34

3 (RR 1097, 1477). Munculnya kata-kata yang diakhiri dengan c ini, akhirnya, memerlukan pengkajian
lebih lanjut dalam kerangka kerja linguistik perbandingan. - Dalam Bab I telah diperlihatkan bahwa
dalam seluruh teks Sunda Kuna yang tersunting selama ini ada pembedaan antara huruf hidup e
(pepet) dan eu (huruf hidup tengah-tinggi yang tidak bulat), selaras dengan apa yang terdapat dalam
bahasa Sunda Modern. Berdasarkan transliterasi lengkap dari Noorduyn atas naskah BM dan dari
penyelidikan Undang Darsa atas naskah ini dan naskah-naskah lainnya, terlihat bahwa kedua huruf
hidup ini dalam sistim penulisan Sunda Kuna dibedakan satu dari yang lainnya, sekalipun segi ini
tidak secara eksplisit terlihat oleh para penyunting lainnya yang menggarap teks Sunda Kuna. Perlu
dikemukakan bahwa dalam tulisan Jawa Kuna ada pembedaan antara pepet dan pepet panjang
(yang dalam hal ini ditransliterasikan menjadi e dan ö); H. Kern (1918:187) bahkan menemukan
bahwa bunyi yang diwakili oleh pepet panjang sama dengan eu dalam bahasa Sunda. Penelitian
yang lebih mutakhir membantah kualifikasi eu dalam bahasa Sunda sebagai pepet panjang. Di sini
lagi-lagi penelitian sejarah perbandingan lebih lanjut barangkali dapat menerangkan masalah ini. -
Ada pula kekaburan atau ketidakpastian lainnya menyangkut sistim bunyi dalam bahasa Sunda Kuna,
yang disebabkan oleh ejaan dalam naskah, seperti tiadanya pencerminan grafis dari bunyi sengau
homorganik yang mendahului perhentian yang bersuara, hubungan antara o, ua, wa dan é, ia dan ya,
dan ejaan huruf mati ganda dalam kedudukan tertentu. Mengenai hal ini, pembaca dapat melihat hal
Akhirnya, mungkin ada baiknya disebutkan beberapa kata yang menunjukkan bentukbunyi yang
menarik dari sudut pandang perbandingan: terdapat penyengauan dalam boncah (JwK dan MJw
bocah anak-anak ) dan malanti (SdM malati, Skt, JwK, mālati melati ). Tangtu ( tentu ) memiliki
rangkaian huruf sengau yang tidak lazim dengan huruf t melekat padanya; bandingkan juga dengan
JwM temtu; dalam naskah Melayu pun terdapat ejaan t.ng.tu. Kata yang berarti piatu dalam SdK dan
SdM adalah pahatu, bandingkan dengan Mel piatu. Kata serapan dari Skt padma (JwK sama) yang
berarti teratai, dalam SdK bentuknya padna, dengan mengasimilasikan bunyi sengau pada
perhentian dental yang mendahuluinya. Untuk mendapatkan contoh lain mengenai gejala bunyi yang
relevan dari sudut pandang perbandingan dan/atau kesejarahan pembaca dapat mengacu pada hal
Morfologi Upaya untuk memaparkan sistim morfologis bahasa Sunda Kuna menghadapi masalah
yang sama dengan yang dihadapi oleh sistim bunyi sebagaimana yang disebutkan di atas: a. 35

datanya pada dasarnya tidak lengkap dan kebetulan; b. sulit mengatakan, sejauh mana ketentuan
persajakan menyangkut baris delapan suku kata mempengaruhi penggunaan bentuk-bentuk tertentu;
c. tidak ada gambaran yang lengkap dan baik mengenai morfologi bahasa Sunda Modern yang dapat
diandalkan untuk memeriksa bahan-bahan Sunda Kuna. * Apa yang tertuang di bawah tidak lebih dari
daftar sejumlah imbuhan yang sedikit banyak sering ditemukan dalam ketiga teks tersebut, dengan
petunjuk ringkas mengenai arti atau fungsinya. Sebagai sumber acuan yang baik untuk membuat
perbandingan dengan bahasa Sunda Modern buku-buku berikut ini banyak membantu: pertama-tama
analisis sintaktis atas bahasa Sunda dari Hardjadibrata, khususnya Bab 2 ( Susunan Tingkatan Kata
), yang menyajikan tinjauan atas morfologinya (Hardjadibrata 1985, yang di bawah dikutip sebagai H
berikut sejumlah bagiannya yang relevan). Kedua, tinjauan penting atas morfologi bahasa Sunda
yang terdapat dalam Robins ((1983:81-143). Selain itu, yang masih sangat bermanfaat adalah tata
bahasa dari Coolsma (1904), yang mengandung sejumlah besar contoh. Mengingat kekurangan data
dan sifatnya yang sering kebetulan dan lemah, sulit kita mendasarkan tinjauan atas morfologi bahasa
Sunda Kuna atas pembedaan morfem-morfem secara sistimatis sesuai dengan kelas katanya; sering
kali terdapat informasi sinkronis yang diperlukan untuk menentukan kelas kata pun tidak memadai.
Karena itu tinjauan ini akan didasarkan terutama atas pembedaan formal atas berbagai imbuhan,
kemudian atas arti katanya. Mengenai bentuk-bentuk kata bahasa Sunda Kuna yang dikutip tanpa
acuan lebih lanjut, pembaca dapat merujuk pada Daftar Kata; mengenai bentuk-bentuk kata yang
tidak disebutkan dalam Daftar Kata, nomor baris dalam teks yang menunjukkan tempatnya
ditambahkan, kalau perlu berikut terjemahannya. Berikut ini adalah tinjauan atas bentuk-bentuk kata
yang akan dibahas: sistim verbal: penyengauan, di-¹, ka-¹ di-² (intransitif) -in- -um- -keun dengan
penyengauan dan di- -an² bapi- dan kata bentukan sekundernya: kata benda dengan pi-; * Dalam
bagian ini N* menunjukkan penyengauan. Dalam hal imbuhan -R*- menunjukkan bentuk dasar. 36

5 kata kerja dengan mi-, dipi-; kata kerja dengan mi- -keun; kata kerja dengan mi- -an, dipi- -an mang-
-keun nyangpa-¹ silih kapi- berbagai kata bentukan nominal: -an³ -eun³ ka-³ ka-³ ka- -an³ pa-³ pan*- -
an pa- -eun pi- -an pi- -eun sa- -ar- (-al-) penggandaan dan penggandaan kembali penguat verbal
Sistim Verbal Penyengauan, di-¹, ka-¹ Sistim verbal dasar ditentukan oleh empat bentuk verbal, yang
secara singkat dapat dilihat berdasarkan ciri-ciri berikut ini: bentuk dasarnya itu sendiri, penyengauan,
pemberian awalan di- dan pemberian awalan ka-; secara umum bentuk dan fungsinya serupa dengan
bentuk-bentuk kata dalam bahasa Sunda Modern. 37

https://docplayer.info/46164298-Bab-ii-bentuk-bahasa-dan-puisi-catatan-tentang-bahasa-sunda-
kuna.html

Anda mungkin juga menyukai