Anda di halaman 1dari 27

TARI EMPRAK DALAM RANGKA BULAN BUNG KARNO 2021

BLITAR, JAWA TIMUR

diajukan oleh :
Nadila Dwi As’ari
NIM. 201341046

PROGRAM STUDI SENI TARI

FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN

INSTITUT SENI INDONESIA SURAKARTA

TAHUN 2021

1
TARI EMPRAK DALAM RANGKA BULAN BUNG KARNO 2021

BLITAR, JAWA TIMUR

Untuk memenuhi sebagian persyaratan mata kuliah Seni Pertunjukan Indonesia tahun
akademik 2020/2021

diajukan oleh :
Nadila Dwi As’ari
NIM. 201341046

PROGRAM STUDI SENI TARI

FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN

INSTITUT SENI INDONESIA SURAKARTA

TAHUN 2021

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Tari Emprak Blitar
dalam Rangka Bulan Bung Karno 2021, Blitar, Jawa Timur” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pengamatan
seni pertunjukan, dalam mata kuliah Seni Pertunjukan Indonesia. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang yang saya
tekuni. Saya juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuanya sehingga saya dapat meyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah
ini.

Blitar, 29 Mei 2021

Penulis

3
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................... 1

HALAMAN SAMPUL..................................................................................................2

KATA PENGANTAR...................................................................................................3

DAFTAR ISI..................................................................................................................4

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang............................................................................................. 6
B. Tujuan.......................................................................................................... 7
C. Manfaat........................................................................................................ 7

BAB II PEMBAHASAN

A. Obyek Pertunjukan
1. Nama Obyek................................................................................................7
2. Asal-usul atau obyek...................................................................................7
B. Struktur Penyajian
1. Urutan Sajian..............................................................................................10
2. Gerak..........................................................................................................12
3. Rias Busana................................................................................................13
4. Musik Tari..................................................................................................14
5. Properti atau perlengkapan pertunjukan.....................................................17
6. Pola Lantai..................................................................................................18
C. Pendukung Sajian.............................................................................................19
D. Tempat Pertunjukan........................................................................................20
E. Tujuan Pertunjukan.........................................................................................20
F. Makna atau Simbol...........................................................................................20
1. Gerak..........................................................................................................20
2. Rias dan Busananya...................................................................................21
3. Properti......................................................................................................21

4
G. Perkembanganya.............................................................................................21

BAB III SIMPULAN

KEPUSTAKAAN

Daftar Pustaka................................................................................................23

Webtografi.....................................................................................................25

Discografi......................................................................................................27

Narasumber...................................................................................................27

5
BAB I

A. Latar Belakang
Seni pertunjukan, (“perfomance art”) merupakan hasil karya seni yang dilakukan
dalam setiap pementasan, dalam seni pertunjukan terdiri dari seni musik, seni tari,
seni drama atau teater, seni rupa, dan sastra. Seluruh bidang seni didalamnya saling
membutuhkan unsur seni lainya. Koentjaraningrat mengemukakan bahwa Kesenian
merupakan salah satu unsur kebudayaan dan merupakan kebutuhan manusia secara
universal yang tidak dapat berdiri sendiri dan tidak terlepas dari masyarakat.

Pada dasarnya kesenian merupakan sesuatu yang kompleks, yang didalamnya


saling menguatkan satu sama lain misalnya dalam tari pertunjukan yang yang
didalamnya, membutuhkan media ungkap dari musik sebagai pengiringnya, teater
sebagai cerita di dalamnya, seni rupa sebagai tim pendukung artistiknya, dan sastra
sebagai bahasa di dalamnya apabila pada prtunjukan Dramatari. Begitupun sebaliknya
dalam pertunjukan lainya sangat membutuhkan satu sama lain.

Tari didalam kehidupan sosial masyarakat memiliki tiga fungsi utama yaitu tari
untuk kebutuhan upacara kepercayaan/religi yang biasa disebut tari upacara, tari
untuk kebutuhan hiburan atau kesenangan yang disebut tari hiburan atau tari
pergaulan dan tari untuk memberikan kesenangan pada pihak lain/penonton yang
disebut tari pertunjukan. (Suratman, 2008, hlm.20)

Dikutip dari Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua (1999:1087), kata
“pertunjukan” diartikan sebagai “sesuatu yang dipertunjukan; tontonan (bioskop,
wayang, dsb); pameran (barang-barang). Selain itu Seni Pertunjukan memiliki arti
kegiatan di luar kegiatan kerja sehari-hari. Seni adalah kegiatan di waktu yang
senggang yang berarti kegiatan di luar jam-jam kerja mencari nafkah. (Sumardjo, Seni
Pertunjukan Indonesia, 2001:2)

Kabupaten Blitar merupakan salah satu daerah di Provinsi Jawa Timur, yang
berbatasan langsung dengan Kabupaten Malang, Kediri, dan Tulungagung. Blitar atau
Balitar, mendapat julukan Kota Patria atau Kota Proklamator, hal ini dikarenakan
Blitar merupakan tempat bersemayamnya makam Bapak Proklamator atau Presiden
Pertama Republik Indonesia, Ir, Soekarno. Selain iyu juga terdapat Perpustakaan yang

6
disebut dengan Perpustakaan Bung Karno. Pemerintah Kabupaten maupun Kota Blitar
terus berupaya untuk meningkatkan kualitas SDM yang ada, sehingga sering diadakan
pelatihan-pelatihan guna meningkatkan skill, diantaranya Pelatihan Literasi, Pelatihan
Musik dan Tari, dan Pelatihan Vlog yang diadakan dalam rangka memperingati Bulan
Bung Karno pada bulan Juni setiap tahunya.

Blitar memiliki kesenian yang khas, pertunjukan maupun budayanya. Diantaranya


seperti Tradisi Siraman Gong Kiyai Pradah, Tradisi Tiban, kemudian tari-tarian khas
diantaranya Tari Emprak, Tari Gedog Balitar, Tari Reog Bulkiyo dan masih banyak
lainya.

Salah satu kesenian Coke-an di daerah Blitar, sering disebut dengan Emprak.
Emprak dapat dijumpai di Desa Maron Kecamatan Srengat Kabupaten Blitar. Edi
Sedyawati dalam bukunya menyebutkan Emprak merupakan suatu bentuk Tari
Rakyat yang hidup dan berkembang di daerah Nganjuk, Kediri, Lamongan,
Bojonegoro, Blitar dan Malang. Penarinya terdiri dari beberaoa wanita atau laki-laki
yang berbusana wanita (Sedyawati, 1981:35)

B. Tujuan
1. Menganalisis salah satu pertunjukan kesenian di Blitar, yaitu Tari Emprak
2. Pengamatan dan pengaplikasian materi mata kuliah Seni Pertunjukan Indonesia
dalam kehidupan sehari hari di suatu pertunjukan daerah.
3. Upaya untuk melestarikan dan menumbuhkan rasa cinta budaya Indonesia.

C. Manfaat
1. Mengetahui pengaplikasian materi mata kuliah Seni Pertunjukan Indonesia dalam
salah satu kesenian daerah yang ada di Kabupaten Blitar.
2. Memahami unsur-unsur seni pertunjukan dalam Pertunjukan Tari Emprak dalam
rangka Bulan Bumi Bung Karno
3. Menambah wawasan mengenai budaya daerah khususnya di Kabupaten Blitar.
4. Menumbuhkan literasi membaca dan melestarikan serta rasa cinta budaya
Indonesia.

7
BAB II

A. Obyek Pertunjukan
1. Nama Obyek

“Tari Emprak Blitar”

2. Asal-usul Obyek

Tari Emprak merupakan tari garapan baru yang bersumber dan terinspirasi
dari kesenian Emprak. Kesenian Emprak merupakan kesenian barangan yang hidup
di daerah Blitar sampai tahun 1980. Tari Emprak merupakan tari kelompok sebagai
tari penyambutan tamu yang memiliki fungsi sebagai hiburan. Tari Emprak kini
dikenal di daerah Blitar dan sekitarnya melalui lembaga formal dan nonformal.

Kesenian Emprak salah satu kesenian rakyat yang mewarnai kesenian yang
pernah hidup dan berkembang di daerah Blitar. Nama Emprak memiliki arti yakni
pating klemprak atau berserakan dan nglemprak atau mengamen sehingga masyarakat
menyebut dengan sebutan Emprak. Emprak seringkali dijumpai di daerah Blitar,
Nglegok, Srengat dan Udanawu. Persebarann ini dipengaruhi oleh kebiasaan para
pelaku seni Emprak yang berpindah-pindah daerah untuk menjajakan kesenianya.
Emprak dilakukan 7 sampai 10 orang yang terdiri dari 5 sampai 7 para wiyaga laki-
laki dan 2 sampai 3 orang pesinden perempuan. Biasanya mereka berasal dari satu
kampung yang sama terkadang mereka satu keluarga atau saudara.

Kesenian Emprak pertama kali dipertunjukkan di daerah Blitar pada tahun


1940. Persebaran Emprak melalui barangan yang berpindah-pindah dari satu tempat
ke tempat lainya. Kesenian Emprak dilakukan oleh pelaku Emprak ketika mereka
menanti musim bercocok tanam dan panen karena mereka identik bekerja sebagai
buruh tani.

Tari Emprak merupakan tari garapan baru yang bersumber dan terinspirasi
dari kesenian Emprak. Kesenian Emprak merupakan kesenian barangan yang hidup
di daerah Blitar sampai tahun 1980. Tari Emprak merupakan tari kelompok sebagai
tari penyambutan tamu yang memiliki fungsi sebagai hiburan. Tari Emprak kini
dikenal di daerah Blitar dan sekitarnya melalui lembaga formal dan nonformal.

8
Setiap pertunjukan pelaku Emprak memainkan 2 sampai 4 gendhing antara
lain gendhing Tayuban, gendhing Dolanan, dan gendhing Jaranan. Pertunjukan yang
dilakukan dengan sesuka hati pelakunya sambil menanti berkumpulnya masyarakat
untuk menyaksikan kesenian Emprak. Terkadang suara Gamelan, membawa
masyarakat untuk menuju ke sumber suara itu berasal. Pelaku Emprak tidak menolak
saat ditanggap oleh masyarkat. Pesinden melakukan tarian sesuai keinginan dan
bergerak senyaman mungkindalam bergerak dengan memainkan sampur,
menggerakkan tangan dengan lembehan dan menggerakan pinggul dengan egolan.
Penonton pun kadang ikut terlarut dan menari dipertengahan gendhing yang
dimainkan disamping itu mereka juga menyawer atau memberikan uang kepada
pesindhen.

Setiap pementasan pelaku Emprak tidak pernah mematok upah yang didapat,
akan tetapi mereka menanti keikhlasan dari penonton yang menyaksikan pertunjukan
dan yang menanggap. Biasanya masyarakat memberikan upah lebih, ketika
menanggap kesenian Emprak. Biasanya pelaku Emprak mendapatkan upah 500 atau
1000 rupiah, bahkan lebih dari penonton yang ingin memberikan upah saat
menyaksikan pertunjukan. Tradisi barangan dari satu tempat ke tempat lainya,
membuat pelaku Emprak jarang kembali kerumah dengan hari yang sama.
Pertunjukan Emprak bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan pelaku Emprak
atau mencari rezeki untuk menunggu saat musim panen dan menggarap sawah.

Tahun 1965 Indonesia digegerkan dnegan adanya G30S/PKI yang membuat


carut marutnya kesenian yang ada di pulau Jawa, hal ini juga dialami oleh Emprak.
Pada waktu itu semua kegiatan kesenian dibekukan oleh pemerintah, kegiatan
kesenian dianggap sebagai penyebar paham komunis. Pada tahun 1965 paham
komunis disebarkan melalui kesenian.Sistem pemerintahan yang belum stabil
membuat Emprak tidak lagi dijumpai saat itu, karena pelaku kesenian yang merasa
takut digolongkan sebagai anggota PKI. Fungsi Emprak yang digunakan mencari
nafkah oleh pelaku Emprak tidak membuat pemerintah menyikapi bahwa Emprak
merupakan kesenian rakyat bukan ormas PKI.

Perkumpulan masyarakat yang menyaksikan dinilai sebagai pengembangan


atau penganut persekutuan tentang PKI. Pelaku Emprak yang rata-rata berusia 20
tahun kemudian beralih profesi sebagai buruh tani, dan menyimpan rapat-rapat

9
pengetahuanya tentang Emprakkarena rasa takut mereka. Ketika pemerintah mulai
stabil kembali karena pergantian orde dan sistem pemerintahan telah dimulai, mereka
memberanikan diri untuk mencari rezeki melalui Emprak pada tahun 1980.
Keberanian ini dilakukan karena faktor ekonomi dan usia yang masih mampu
melakukan kegiatan kesenian Emprak. Bentuk sajian Emprak tidak mengalami
perubahan, pelaku yang berusia lanjut tetao menyajikan seperti yang mereka ingat.
Usia pelaku Emprak yang telah lanjut tetap berusaha mempertahankan kesenian
Emprak, dengan mengajak anak cucu pelaku Emprak lebih menyukai kesenian yang
berkembang. Pada saat sekarang seperti dangdut, campursari atau kesenian lainya.

Pada tahun 1988 kesenian Emprak betul-betul tidak dapat dijumpai lagi
sehingga membuat Dimas Pramuka Admaji untuk membuat sebuah karya tari garapan
baru yang terinspirasi dari kesenian Emprak yang pernah hidup di Desa Maron
Kecamatan Srengat, Kabupaten Blitar.

B. Persiapan Pertunjukan

Dalam tari Emprak ada beberapa persiapan yang harus dilakukan untuk
menampilkan tari Emprak, yaitu latihan yang harus dipersiapkan dengan matang, tata rias
dan busana, tata panggung dan tata cahaya, kemudian pola lantai dan juga musik,
penanggung jawab acara, peserta, pelaku, dan juga penonton acara.

C. Struktur Penyajian

1. Urutan Sajian
Urutan sajian tari Emprak dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu tari bagian
awal, tari bagian pokok dan tari bagian akhir. Tarian bagian awal ini dapat
disamakan dengan tari tradisi pada bagian maju beksan. Tari bagian akhir daoat
disebut dengan tarian mundur beksan dalam tari tradisi. Unit gerak pada tari
bagian awal terdapat beberapa sub-sub unit gerak sebagai berikut :

1.1 Ragam A
- Egol kepel sampur
- Kebyok entrok kanan-kiri

10
- Ngegol-singget A (penghubung)
- Laku papat lamba-rangkep
- Keter-singget B (penghubung)
- Lembehan
- Seblakan egol
- Sanggah lenggut

Tari bagian pokok merupakan kelanjutan tari bagian awal.

Pada bagian ini dapat dibagi menjadi dua ragam yakni :

1.2 Ragam B
- Srisig pentang, iket (penghubung)
- Kepatan sampur, tawing sirig, ogek lambung
- Laku kecat ngolong sampur, uncal sampur sirig
- Ulap-ulap gebes, tawing kencron
- Ogek lambung edrek
- Tatasan lamba, rangkep, tawing sirig, ogek lambung

1.3 Ragam C
- Ompak, tanjak
- Tatasan kanan-kiri, seblak, ledhekan, seblak, iket (penghubung)
- Lembehan Srimpet, kencrong, seblak kepel sampur, ngantang
ogok, iket (penghubung)

Tarian bagian akhir adalah gerakan untuk mengakhiri sebuah tari. Pada
akhir tarian seringkali digunakan untuk meninggalkan kesan pada
penikmatnya. Pada tari Emprak digunakan gerakan yang :

1.4 Ragam D
- Srisig kepel sampur, uncal
- Pentang tatasan, ulap-ulap
- Srisig, ngongak bolo, lembehan
- Laku egol rancang, singget A (penghubung)
- Ego kerep, ngrawit, singget A (penghubung)
- Laku papat lombo, rangkep, tancep

11
- Seblak kepel sampur
- Srisig
- Ayam alas (keluar pentas)

2. Gerak

Pada tari Emprak gerakan tidak lepas dari kebiasaan tari Emprak
dengan gerakan ledhekan, ngemprak, dan egol yang dikembangakan disertai
distorsi dan stilisasi. Penari Emprak biasanya mengekspresikan mimik wajah
yang senang agar muncul kesan ramah. Berikut gerakan yang menciri khaskan
tari Emprak :

a. Gerak Keter merupakan gerak penghubung pada bagian peralihan iringan.


Gerak ini dilakukan dengan meletakkan sampur pada tangan dan
menggerakkan kaki dan berjalan di tempat yang membuat terlihat bagian
pinggul bergerak ke kanan dan ke kiri. Gerak ini dilakukan dengan
menentangkan kedua tangan dan menggerakan bagian telapak tangan ke
bawah dan ke atas. Kaki pada bagian ini berjalan ke depan dengan
menyepakkan kaki stelah dilangkahkan. Pada arah kepala selalu menoleh
sesuai kaki yang disepakkan. Gerak ini dilakukan pada pola Jaranan.

b. Keter Singget dilakukan sebagai penghubung. Gerakan ini biasanya


digunakan untuk berpindah atau mengganti pola lantai. Gerakan kepala ke
kanan dan ke kiri atau pacak gulu. Kaki berjalan menuju pola lantai yang
diinginkan.

c. Lembehan pada tari Emprak dilakukan dengan meletakkan tangan kanan


ke arah bahu dan mengayunkan tangan kanan. Tolehan saat lembehan
mengikuti gerak tangan. Lembehan dilakukan untuk berpindah pola lantai.
Pada tari Emprak lembehan juga diatur untuk membuat variasi lembehan
juga dapat dilakukan ditempat dengan menggunakan level rendah dan
sebagian menggunakan level sedang dan berjalan.

d. Seblakan Egol dan seblakan sampur merupakan gerakan pada tari Emprak
yang menekankan pada gerak ditempat dengan berjalan yang

12
menggerakkan seluruh badan naik bagian atas dengan tolehan ke kanan
dan ke kiri. Perbedaan ppada seblakan egolan dan seblakan sampur yakni
pada seblakkan egolan bagian pinggul digerakkan dua kaki setelah jalan
ditempat dan posisi tangan malangkerik sedangkan seblakan smapur
dilakukan dengan jalan ditempat dan egol diakibatkan oleh gerakan jalan
ditempat dengan menggunakan properti sampur untuk dikibaskan ke kanan
dan ke kiri tolehan mengikuti arah tangan

e. Tawing Kencrong gerakkan tangan sebelah kanan tawing yang diarakkan


ke bahu sebelah kri. Pada tari Emprak dilakukan dengan berjalan ke
samping dengan kaki dibagian belakang jinjit sehingga terlihat naik turun
pada posisi penari.

f. Ngemprak B merupakan gerak penghubung yang dilakukan dengan level


rendah. Pada gerak ini biasanya penari duduk atau simpuh yang
merupkaan ciri dari kesenian Emprak.

g. Ledhekan sama halnya dengan ngemprak yang dilakukan dengan duduk


meletakkan kaki sebelah kanan untuk di duduki.

3. Rias dan Busana


a. Riasan pada Tari Emprak

Penggunaan dan penataan rias sering kali mengalami inovasi karena


mengikuti perkembangan. Rias yang digunakan penari tari Emprak yakni
menggunakan rias cantik dimana mengikuti tren menggunakan alat-alat
kosmetik antara lain : faundasion, bedak sesuai warna kulit, eyesdow,
eyeliner, blouson warna merah, pensil alis, lipstick dan gliter dengan penataan
yang membuat penari terlihat lebih cantik dan menarik. Penampilan yang
menarik bertujuan untuk menarik penonton dalam menyaksikan sesuatu
pertunjukan. Hal ini didukung dengan usia para penari yang dibilang masih
remaja sehingga rias yang memperlihatkan remaja seorang putri dengan
riasanyang tidak menor atau terlalu tebal.

13
b. Busana pada Tari Emprak
Busana dalam seni pertunjukan adalah bukan sekedar berguna sebagai
penutup tubuh, tetapi berupa pendukung desain ruangan yang melekat pada
tubuh penari (Murgiyanto, 1992:109). Busana pada Tari Emprak tidak
meninggalkan busana tradisi pada kesenian Emprak. Busana yang
digunakandalam tari Emprak antara lain:

- Kebaya warna merah : kebaya (baju) berlengan panjang dengan


mootif bordir pada bagian pergelangan dan pada leher hingga tepi
pinggir bagian bawah sampai memutar. Kebaya yang digunakan
berupa kain dengan transfaran ataupun broklat tipis (potongan kebaya
bisa disebut kebaya kartini/ tanpa kutu baru).Hal ini digunakan karena
Dimas Pramuka Admaji tidak ingin meninggalkan ide garap pada tari
Emprak yang terinspirasi dari pesindhen Emprak yang selalu
menggunakan kebaya berwarna merah, memiliki kesan meriah dan
berani, juga dipadankan dengan manik-manik yang membuat kostum
lebih menarik

- Kemben : bagian penutup yang biasannya digunakan untuk


menutupi dada dan digunakan untuk penari perempuan. Biasanya
kemben dikenakan didalam kebaya akan tetapi pada tari Emprak
dikenakan dibagian luar kebaya. Warna kemban selalu sesuai dengan
warna kebaya yang digunakan oleh penari. Pada tari Emprak kemben
yang digunakan diberi hiasan bordir dan manik-manik. Hal ini karena
kemben pada tari Emprak diletakkan pada bagian dada penari.

- Kain panjang : Busana bagian bawah (jaril) motif batik


Tulungagung atau bisa dimodifikasi kain Pekalongan,
lasem dengan tumpal motif bunga-bunga. Bagian depan
jarik di wiru (lipatan) agar penari dapat bergerak leluasa
ketika dibutuhkan gerak cepat saat menari. Batik
Tulungagung merupakan salah satu batik yang memiliki
motif yang khas yang menampakkan kesan asal tarian
Emprak karya Dimas Pramuka Admaji. Pemilihan motif
dengan menggunakan motif bunga yang identik karena

14
terlihat anggun dan lembut yang biasannya ditampakkan
oleh perempuan saat menari.

- Ebog merupakan ciri khas pesinden pada kesenian


Emprak. Pada tari Emprak ebog tetap digunakan
terkadang menggunakan kain yang serasi sesuai warna
kemben. Ebog biasanya digunakan untuk penghias pada
bagian belakang jarik dan dipasang berkaitan dengan
sabuk pada yang sekaligus digunakan untuk mengikat
sampur.

- Sabuk pada tari Emprak sering kali menggunakan


warna yang lebih terang. Sabuk digunakan agar dapat
merapikan tampilan sampur pada kostum. Sabuk
dikenakan dibagian pinggang.

- Sembong : Berbentuk kupu-kupu yang letaknya pada


pinggang di depan sabuk dan sampur. Sembong berfungsi
sebagai assesoris pada kostum tari Emprak. Warna
sembong lebih identik dengan warna yang mengkilap
akibat manik-manik yang menghiasi sembong dengan
bentuk kupu-kupu.

Busana salah satu pendukung utama dalam pertunjukan.


Selain rias dan busana terdapat assesoris untuk mendukung
penataan rias dan busana. Penataan pada rambut terdapat beberapa
accessories antara lain:

- Sanggul modern : rambut palsu yang dibentuk sesuai


dengan yang diinginkan dengan pola-pola yang
terbentuk lebih cantik elegan dan menarik yang
kemudian ditempelkan pada bagian kepala.

15
- Bunga buatan : bunga yang terbuat dari kain berwarna
merah yang ditata seperti mahkota bunga. Diberi hiasan
monte-monte dengan memiliki ukuran yang berbeda
berwarna merah dan bulu yang berwarna merah
ditempelkan pada kelopak bunga yang mekar, dipasang
pada sisi kanan dan kiri sanggul. Bunga pada sanggul
penari bisa menggunakan bunga mawar asli. Penggunaan
bunga buat ini dipengaruhi karena seringnya pentas diluar
kota yang menyulitkan koreografer mencari atau membeli
bunga mawar.

- Bunga melati dan bunga kantil buatan pada bagian


ujung untauan melati. Untaian ini melingkar pada
sanggul bagian atas, kebiasaan ini digunakan pesinden
kesenian Emprak. Pada sanggul biasanya menggunakan
bunga asli akan tetapi karena tempat pementasan yang
sering kali dilakukan diluar kota maka koreografer
mengganti dengan bunga buatan untuk alternatif apabila
tidak mendapatkan bunga asli.

- Cundul mentul identik dengan dandanan wanita


yang letaknya di kepala yang menjulang tinggi keatas
yang terdiri dari tiga. Dipasang pada bagian sanggul
kanan. Cunduk Mentul pada tari Emprak biasanya
menghadap ke belakang hal ini agar penari terlihat
cantik baik dilihat dari depan maupun belakang.

- Perhiasan berupa gelang dan anting yang dominan


digunakan wanita untuk mempertambah tampilan.
Assesoris pada tari Emprak lebih identik dengan warna
yang mengkilau akibat dari berlian yang terdapat pada

16
asesoris.

4. Musik

Musik merupakan salah satu cabang seni yang memiliki


elemen- elemen dasar yakni nada, ritme dan melodi (Soedarsono,
1978:26). Faktor iringan didalam suatu komposisi gerak tari Jawa
mempunyai fungsi sangat penting sebagai acuan gerak penari.
Dalam sebuah tari, musik digunakan sebagai penopang dalam
pertunjukan. Musik lebih sebagai pembentuk suasana dari pada
sebagai iringan (Murgiyanto, 1994:98). Penataan musik tidak
lepas dari tema garapan yang terinspirasi dari kesenian Emprak,
Tayuban dan Jaranan.
Penataan musik dilakukan Dimas Pramuka Admaji dan
dibantu Edi Brojo membuat tari Emprak lebih menarik dan
mencirikan bahwa tari Emprak merupakan tarian khas Blitar.
Dapat kita dengar dalam syair gendhing sentrok karya Dimas pada
intro yang mengungkapkan bahwa tari ini tarian khas Jawa Timur
yang jarang kita jumpai pada syair-syair tarian lainya. Dalam
penggarapan musik Dimas dan Edi Brojo tidak melepas ide garap
dengan mengembangkan musik-musik yang sudah ada dengan
menata notasi musik yang dikembangkan seperti pada notasi
Jaranan yang dikembangkan menjadi Jaranan.
Penataan musik pada tari Emprak juga mencirikan sebagai
tarian penyambut tamu dimana adanya gendhing dolanan yakni
dayohe teko yang bertujuan untuk menyambut tamu yang datang
dan gendhing saat intro dengan memperkenalkan tari Emprak
dengan menyebutkan asal tarian ini. Desain iringan tari Emprak
terbagi 4 pola garap yaitu pola Jaranan, pola Tayuban, pola
Gendhing Srampat dan pola Jaranan isen-isen. Laras yang
digunakan adalah laras slendro.

5. Properti

17
Properti yang digunakan dalam tari Emprak ialah Sampur

6. Cerita
Tari Emprak merupakan tari garapan baru yang bersumber
dari kesenian Tayub dan Jaranan yang berkembang di daerah
Blitar dan sekitarnya. Tari ini juga berangkat dari kesenian
Emprak yang berjaja dari rumah kerumah, namun digarap
sedemikian rupa sehingga menjadi tari lepas sebagai tari selamat
datang atau tari penyambut tamu yang biasa ditarikan diawal
acara-acara resmi.

7. Pola Lantai

Ruang pentas tari Emprak karya Dimas Pramuka Admaji


menyesuaikan dengan kebutuhan. Selain lantai pentas arena,
terdapat lantai pentas yang disebut proscenium. Ciri-ciri bentuk
lantai pentas proscenium yaitu menggunakan panggung yang
dikelilingi diding pada sisi kanan dan kiri. Ciri-ciri bentuk lantai
pentas proscenium yaitu menggunakan panggung yang dikelilingi
diding pada sisi kanan dan kiri. Lantai proscenium dilihat dari
atas dapat dilihat pada skema dibawah ini :

E C D

G B F

Keterangan :

A. Panggung tengah (fokus)

18
B. Panggung tengah depan

C. Panggung tengah belakang

D. Panggung kanan belakang

E. Panggung kiri belakang

F. Panggung kanan depan

G. Panggung kiri depan

H. Apron, yaitu bagian lantai panggung paling depan yang dibatasi


oleh garis layar ujung lantai panggung yang menjorok ke
oditorium

Dari penjelasan diatas jika penyusunan sebuah komposisi tari


digunakan acuan pola lantai pada proscenium maka sangat besar
kemungkinan ditemukan berbagai macam variasi pola lintasan dalam
gerak tari. Tari Emprak yang berfungsi sebagai tari penyambut tamu
kini sering dijumpai ketika acara-acara resmi yang dilakukan di
pendopo kabupaten Blitar maupun acara resmi di Grahadi Surabaya.
Biasanya penari Emprak melakukan adaptasi atau menyesuaikan diri
di tempat pentas yang digunakan baik itu di halaman, panggung
terbuka dari 3 sisi, jalan, pendopo maupun proscenium.

D. Pendukung Sajian

Pendukung sajian dalam Tari Emprak Blitar ialah faktor dari Rias dan
Busana, Tata Panggung seperti sound system, tata lampu, Pola Lantai,
apresiasi masyarakat/ adanya penonton.

E. Tempat Pertunjukan

19
Tempat pentas merupakan lokasi dimana sebuah tarian itu
dipentaskan. Menurut Maryono bentuk panggung dibedakan
menjadi dua yakni panggung tertutup dan panggung terbuka.
Panggung tertutup terdiri dari proscenium, pendapa, dan
panggung keliling sedangkan panggung terbuka dapat berbentuk
halaman yang bersifat alami untuktarian rakyat, lapangan untuk
jenis tarian kolosal, dan jalanan untuk tarian yang bersifat
karnaval (2012:67). Salah satu tempat pentas yakni pendapa
dimana biasanya pendopo sering digunakan untuk acara sakral di
pendapa keraton, acara masyarakat, acara hiburan dan acara-acara
resmi yang biasannya diadakan diacara instansi.

F. Tujuan Pertunjukan

Tujuan pertunjukan Tari Emprak ialah sebagai tari hiburan


dalam sambutan kepada tamu dalam sebuah acara festival maupun
acara resmi, dan sering dipentaskan di pendopo, maupun festival
kebudayaan.

G. Makna atau Simbol


Makna dalam tari Emprak sendiri terdapat pada busana dan
juga assesories yang ada yakni sebagai berikut :

1. Gerak
Pada tari Emprak gerakan tidak lepas dari
kebiasaan tari Emprak dengan gerakan ledhekan,
ngemprak, dan egol yang dikembangakan disertai distorsi
dan stilisasi. Penari Emprak biasanya mengekspresikan
mimik wajah yang senang agar muncul kesan
ramah.Kebaya berwarna merah, memiliki kesan meriah
dan berani, juga dipadankan dengan manik-manik yang
membuat kostum lebih menarik.
2. Rias Busana

20
Batik Tulungagung merupakan salah satu batik
yang memiliki motif yang khas yang menampakkan kesan
asal tarian Emprak karya Dimas Pramuka Admaji.
Pemilihan motif dengan menggunakan motif bunga yang
identik karena terlihat anggun dan lembut yang biasannya
ditampakkan oleh perempuan saat menari.

3. Properti
Properti sampur yang digunakan pada Tari
Emprak bermakna sebagai keindahan dari sebuah tarian.

H. Perkembanganya
Jika pada zaman dahulu kesenian Emprak digunakan sebagai mata
pencaharian, kini tari Emprak sudah dimodifikasi dengan gaya yang lebih
modern dan estetik tanpa meninggalkan unsur atau ciri khas dari tari Emprak
pada zaman dahulu. Jika dahulu Emprak sudah jarang ditemui, maka saat ini
sudah banyak seniman yang melestarikan tari Emprak, selain diajarkan kepada
seniman yang lebih muda, eksistensi tari Emprak saat ini juga sudah sangat
pesat, dimana tari Emprak sudah biasa ditampilkan dalam acara-acara resmi
sebagai tari hiburan, sambutan kepada tamu-tamu yang telah hadir.

BAB III

21
KESIMPULAN

Dalam upaya meningkatkan mutu SDM di Blitar, Jawa Timur serta melestarikan
budaya Blitar. Pemerintah terus berupaya untuk melakukan dan menampung aspirasi seniman
dan budayawan yang ada. Memang dikala pandemi seperti ini kita diharuskan untuk bersabar
dan terus berdoa supaya semua cepat membaik. Tidak hanya aktifitas sekolah saja, namun
aktifitas berkesenian juga ikut menjadi korban, namun beberapa solusi mau tidak mau
menjadi pilihan diantaranya, melakukan pertunjukan virtual, pertunjukan yang dihadiri tidak
lebih dari setengah kuota penonton, dan masih banyak lagi.
Salah satu kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah Blitar yaitu Peringatan Bulan
Bung Karno yang seharusnya dilaksanakanya festival dan Grebek Pancasila, namun kali ini
berbeda yaitu dengan mengadakan seminar dan pelatihan penunjang skill, dalam acara
pembukaan kesenian yang juga menjadi salah satu icon di Blitar, tari Emprak juga ikut
bergabung sebagai tari sambutan kepada tamu undangan yang telah hadir.Tari Emprak
merupakan tari garapan baru yang terinspirasi dari kesenian Emprak Blitar yang hilang dari
perhatian masyarakat yang membuat kesenian ini tidak dijumpai lagi di Desa Maron
Kecamatan Srengat Kabupaten Blitar. Penggarapan tari Emprak bertujuan menarik minat
masyarakat dalam berkesenian dan melestarikan kesenian rakyat dengan mengangkat kembali
kesenian yang sudah tidak dijumpai lagi. Baik dengan melestarikan kesenian tersebut atau
dengan menciptakan sesuatu garapan baru yang terinspirasi dari kesenian rakyat agar
kesenian tersebut tetap hidup atau dikenal oleh masyarakat.
Gerak pada tari Emprak mengacu pada kesenian Emprak, Tayuban, Jaranan dan gerak
Jawa Timuran yang ditata dan diperhalus untuk menciptakan tari yang sesuai dengan
keinginan koreografer untuk mengungkapkan pesan atau kesan dalam pertunjukan. Musik tari
Emprak menggunakan pola musik yang sudah ada dengan menggarap pola Tayuban dan pola
Jaranan selain kesan meriah yang ingin ditonjolkan pada penataan musik juga bertujuan
untuk melestarikan dan mengembangkan kesenian yang telah ada di Kabupaten Blitar
khususnya.
Tata rias pada tari Emprak menggunakan rias yang ditata agar memperlihatkan
kecantikan pada penarinya hal ini dilakukan untuk mendukung pertunjukan agar penonton
tertarik, sedangkan busananya menggunakan busana khas kesenian Emprak dengan
memasukkan model kostum yang telah dikembangkan atau dimodifikasi sehingga menjadi

22
warna baru yang menarik, tetapi tidak meningggalkan ciri khas ebog dan jarik batik
Tulungagungan. Keunikan pada tari Emprak terlihat dari iringan yang digunakan dengan
menunjukkan identitas dari tarian itu berasal, selain itu iringan digunakan sebagai desain
dramatik agar terdapat klimak pada setiap pertunjukan klimak ini bertujuan supaya penonton
dapat menerima dan mengapresi pertunjukan tari.

KEPUSTAKAAN

DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, Ekaningtyas Dyah. 2015, “Dimas Pramuka Admaji


Seorang Tokoh Seni Tari Jawa Timur” ( Skripsi ). Surabaya;
UNNESA Press.

Hidajat, Robby.2005, Wawasan Seni Tari Pengetahuan Praktis Bagi


Guru Seni Tari. Malang; Jurusan Seni dan Desain Fakultas
Sastra Universitas Negeri Malang.

Jarianto.2006, Kebijakan Budaya. Jember; Kelompok Peduli Budaya


dan Wisata Daerah Jawa Timur (Kompyawisda Jatim).
Kayam, Umar. 1981. Seni, Tradisi, Masyarakat. Jakarta: Sinar
Harapan.

Kussudiardjo, Bagong. 1981, Tentang Tari. Yogyakarta; Nur Cahaya.

Lindsay, Jennifer. 1991, Klasik, Kitsch, Kontemporer: “Sebuah


Studi tentang Seni Pertunjukan” ( Terj ). Yogyakarta; Gajah
Mada University press.

Maryono. 2011. Analisa Tari. Surakarta; ISI Press .

. 2011. Penelitian Kualitatif seni Pertujukan. Surakarta: ISI Press.

Meri, La. 1986, Dance Composition, The Basic Element. Terj.


Soedarsono Yogyakarta: Legaligo

Murgiyanto, Sal. 1993. Ketika Cahaya Merah Memudar, sebuah kritik tari.

23
Jakarta: Deviri Ganan.

. 1992, Koreografi untuk Sekolah Menengah


Karawitan Indonesia, Jakarta; Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.

. 2004. Tradisi dan Inovasi. Jakarta: Wedatama


Widya Sastra.

Pigeaud, Th. 1938. Javaanse Volksvertoningen. (Terj) Batavia: Volkslectuur.

Ratnowati, Yayuk. 2013, “Tari Tayub Dalam Upacara Sedekah Laut


Longkrangan di Desa Munjungan kabupaten Trenggalek”
( Skripsi ). Surakarta; ISI Surakarta Press.

Rendra, dkk. 2005, Tiga Jejak Pertunjukan Indonesia. Jakarta;


Foundation & Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia.

Sedyawati, Edi. 1981, Pertumbuhan Seni Pertunjukan. Jakarta; Sinar


Harapan.

. 1986. “Catatan Tentang Tari Rakyat” dalam


Pengetahuan Elementer Tari dan Beberapa Masalah Tari.
Jakarta: Direktorat Kesenian Proyek Pengembangan
Kesenian Jakarta Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Setyaningsih, Ninik. 1994, “Kesenian Emprak Desa Kempuh


Kecamatan Bangsari Kabupaten Jepara” ( Skripsi ).
Surakarta; STSI Surakarta Press.

Soedarsono, RM. 1998, Seni Pertunjukan Indonesia di Era


Globalisasi. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Suharto, Ben. 1999, Tayub Pertunjukan dan Ritus kesuburan.


Bandung; Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia.

WEBTOGRAFI

24
Maron,Gito. 2011. “Tari Emprak Dimas Pramuka Admaji”
http://gitomaron.blogspot.com/2011/01/tari-emprak-karya-
dimas-pramuka-admaji.html, diakses pada 21 Juni 2021
Soedarsono, RM. 1998, Seni Pertunjukan Indonesia di Era
Globalisasi. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
https://onesearch.id/Author/Home?author=R.+M.
+Soedarsono , diakses pada 20 Juni 2021
Anggraini, Ekaningtyas Dyah. 2015, “Dimas Pramuka Admaji
Seorang Tokoh Seni Tari Jawa Timur” ( Skripsi ). Surabaya;
UNNESA Press. https://www.google.com/search?
client=firefox-b-d&q=Anggraini%2C+Ekaningtyas+Dyah.
+2015%2C+
%E2%80%9CDimas+Pramuka+Admaji+Seorang+Tokoh+Se
ni+Tari+Jawa+Timur%E2%80%9D+%28+Skripsi+
%29.+Surabaya%3B+UNNESA+Press. Diakses pada 20 Juni
2021

Jarianto.2006, Kebijakan Budaya. Jember; Kelompok Peduli Budaya


dan Wisata Daerah Jawa Timur (Kompyawisda Jatim).
Kayam, Umar. 1981. Seni, Tradisi, Masyarakat. Jakarta: Sinar
Harapan. https://www.google.com/search?client=firefox-b-
d&q=Jarianto.2006%2C+Kebijakan+Budaya.+Jember
%3B+Kelompok+Peduli+Budaya+dan+Wisata+Daerah+Jawa+Timu
r+%28Kompyawisda+Jatim%29.+Kayam%2C+Umar.+1981.+Seni
%2C+Tradisi%2C+Masyarakat.+Jakarta%3A+Sinar+Harapan.
Diakses pada 20 Juni 2021.

Kussudiardjo, Bagong. 1981, Tentang Tari. Yogyakarta; Nur Cahaya.


https://www.google.com/search?client=firefox-b-d&q=Kussudiardjo
%2C+Bagong.+1981%2C+Tentang+Tari.+Yogyakarta%3B+Nur+Cahaya.
Dikases pada 20 Juni 2021

Lindsay, Jennifer. 1991, Klasik, Kitsch, Kontemporer: “Sebuah


Studi tentang Seni Pertunjukan” ( Terj ). Yogyakarta; Gajah
Mada University press. https://www.google.com/search?
client=firefox-b-d&q=Lindsay%2C+Jennifer.
+1991%2C+Klasik%2C+Kitsch%2C+Kontemporer%3A+
%E2%80%9CSebuah+Studi+tentang+Seni+Pertunjukan
%E2%80%9D+%28+Terj+%29.+Yogyakarta
%3B+Gajah+Mada+University+press. Diakses pada 19 Juni
2021

Maryono. 2011. Analisa Tari. Surakarta; ISI Press .


https://www.google.com/search?client=firefox-b-d&q=Maryono.
+2011.+Analisa+Tari.+Surakarta%3B+ISI+Press+. Diakses pada 19 Juni
2021

25
Ratnowati, Yayuk. 2013, “Tari Tayub Dalam Upacara Sedekah Laut
Longkrangan di Desa Munjungan kabupaten Trenggalek” ( Skripsi ).
Surakarta; ISI Surakarta Press. https://www.google.com/search?
client=firefox-b-d&q=Ratnowati%2C+Yayuk.+2013%2C+
%E2%80%9CTari+Tayub+Dalam+Upacara+Sedekah+Laut+Longkr
angan+di+Desa+Munjungan+kabupaten+Trenggalek%E2%80%9D+
%28+Skripsi+%29.+Surakarta%3B+ISI+Surakarta+Press. Diakses
pada 18 Juni 2021

Rendra, dkk. 2005, Tiga Jejak Pertunjukan Indonesia. Jakarta;


Foundation & Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia.
https://www.google.com/search?client=firefox-b-
d&q=Rendra%2C+dkk.
+2005%2C+Tiga+Jejak+Pertunjukan+Indonesia.+Jakarta
%3B+Foundation+
%26+Masyarakat+Seni+Pertunjukan+Indonesia. Diakses
pada 17 Juni 2021

Sedyawati, Edi. 1981, Pertumbuhan Seni Pertunjukan. Jakarta; Sinar


Harapan. https://www.google.com/search?client=firefox-b-
d&q=Sedyawati%2C+Edi.
+1981%2C+Pertumbuhan+Seni+Pertunjukan.+Jakarta
%3B+Sinar+Harapan Diakses pada 20 Juni 2021
Setyaningsih, Ninik. 1994, “Kesenian Emprak Desa Kempuh
Kecamatan Bangsari Kabupaten Jepara” ( Skripsi ).
Surakarta; STSI Surakarta Press.
https://www.google.com/search?client=firefox-b-
d&q=Setyaningsih%2C+Ninik.+1994%2C+
%E2%80%9CKesenian+Emprak+Desa+Kempuh+Kecamata
n+Bangsari+Kabupaten+Jepara%E2%80%9D+
%28+Skripsi+%29.+Surakarta%3B+STSI+Surakarta+Press
Diakses pada 20 Juni 2021

Suharto, Ben. 1999, Tayub Pertunjukan dan Ritus kesuburan.


Bandung; Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia.
https://www.google.com/search?client=firefox-b-
d&q=Suharto%2C+Ben.
+1999%2C+Tayub+Pertunjukan+dan+Ritus+kesuburan.
+Bandung%3B+Masyarakat+Seni+Pertunjukan+Indonesia.
Diakses pada 20 Juni 2021.

DISCOGRAFI

26
Meidian Dona Doni.2019. “Tari Emprak” Pertunjukan tari dalam
rangka Hari Jadi Kota Blitar, tanggal 7 April 2019, di Aloon-
aloon Kota Blitar, Jawa Timur, koleksi penulis.
Gitomaron Art Performa.2016. “Tari Emprak Gitomaron pada
Festival Makanan khas Prov.Jatim 2016, Surabaya, Jawa
Timur.
Nikola Panji.2021.”Tari Emprak peringatan Bulan Bung Karno”
dalam rangka memperingati Bulan Bung Karno,
Perpustakaan Bung Karno, Blitar, Jawa Timur.Koleksi
penulis.

NARASUMBER
Jumali, 62 tahun sebagai pelaku seni di Desa Ponggok. Blitar

Ringin, 55 tahun sebagai pelaku seni di Desa Ponggok Blitar

Dudung , 60 tahun sebagai pelaku seni di Desa Ponggok Blitar

Muhidin, 58 tahun sebagai ketua Rt 03 Rw 5 Dusun Maron Desa


Maron Kecamatan Srengat.

27

Anda mungkin juga menyukai