Anda di halaman 1dari 8

TUGAS MATERI BAHASA BAKU

MATA KULIAH BAHASA INDONESIA

Dosen Pengampu

Dr. Sri Hesti Heriwati, M.Hum.

Disusun oleh :

Nadila Dwi As’ari

201341046/ 2B
TUGAS

CONTOH ARTIKEL TENTANG PEMAKAIAN KESALAHAN BERBAHASA DI


MASYARAKAT

1. Artikel 1

KOLOM BAHASA : 6 Kesalahan dalam Penggunaan Bahasa Indonesia

Oleh Fadjriah Nurdiarsih pada 22 Okt 2016, 09:27 WIB

Liputan6.com, Jakarta Bahasa Indonesia adalah bahasa persatuan sekaligus bahasa


nasional. Namun ternyata, tak mudah berbahasa Indonesia.
Mengapa saya katakan demikian? Banyak orang yang mengeluh bahasa Indonesia
susah dipelajari dan membingungkan. Bahkan sebagian lagi mencapnya "aneh".
Misalnya, mengapa istilah tackle dalam pertandingan sepak bola tidak bisa
disamakan dengan menekel dalam bahasa Indonesia yang justru berarti
'menangani (menggarap, mengerjakan).

Soal ini saya belum punya jawabannya. Namun sepanjang riuh-rendah percakapan
soal bahasa, di bulan bahasa ini saya mencatat setidaknya ada enam hal kesalahan
berbahasa yang tanpa sadar justru sering dilakukan oleh para pengguna bahasa
Indonesia.

1. Ubah dan bukan rubah

Banyak yang menyangka bahwa rubah adalah semacam kata dasar dalam bahasa
Indonesia yang berarti 'tukar' atau 'ganti'. Karena itu, bentuk kata berimbuhan
merubah dianggap benar. Namun faktanya tidak demikian. Pemakaian yang benar
adalah mengubah. Adapun rubah yang berarti 'hewan sejenis anjing, bermoncong
panjang, makanannya daging, dsb'--seperti diungkapkan Seno Gumira Ajidarma--
tidak dikenal masyarakat Indonesia karena rubah bukanlah hewan asli Indonesia.
2. Di mana atau dimana

Banyak pula yang tidak bisa membedakan kapan "di" harus disambung dan harus
dipisah. Misalnya, menuliskan di kantor atau dikantor. Padahal ada cara mudah
untuk membedakannya, yakni mengetahui kelas kata "di" yang dipakai, apakah dia
sebagai kata depan ataukah kata sambung. Misalnya "di" sebagai kata depan yang
menunjukkan tempat, maka penggunaannya dipisah. Sementara jika "di" sebagai
kata sambung atau imbuhan, seperti pada kata "dimakan", maka penggunaannya
harus dilekatkan pada kata dasarnya. Selain itu, cara lainnya adalah dengan
menempelkan awalan "me-" pada kata dasar. Prinsipnya, setiap kata yang bisa
menempel pada awalan "-me", maka tentu bisa menempel pula pada awalan "di-".
Misalnya ada kata memuja, maka ada kata dipuja yang harus ditulis serangkai
pula.

3. Olahraga atau olah raga

Bentuk kesalahan lainnya yang beredar di masyarakat adalah penulisan olahraga


sebab banyak yang menulisnya sebagai olah raga. Padahal antara kata olah dan
raga seharusnya tidak ada spasi. Selain itu, banyak pula yang tidak tahu apakah
kata sepak bola disambung atau tidak, atau bulu tangkis dipisah atau tidak--
sehingga menuliskannya menjadi sepakbola dan bulutangkis. Jadi, saya tegaskan
bahwa kedua kata ditulis sebagai sepak bola dan bulu tangkis.

4. Pencinta dan bukan pecinta

Orang yang bercinta lazim kita kenal sebagai pecinta. Tapi tunggu dulu, mari kita
cek. Ternyata Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ke-IV menyatakan pencinta
sebagai bentuk yang benar. Nah, kenapa bisa begitu? Rupanya pencinta diturunkan
dari kata dasar mencinta, dan bukannya cinta.Hal yang sama dengan kata
pencandu yang ternyata bentuk baku dari pecandu, yang berarti 'pemadat'

5. Haru biru yang salah kaprah

Dalam sebuah berita kita sering membaca ada kalimat: pelayat yang datang merasa
haru biru melihat kejadian yang menyedihkan itu. Sehingga dalam bayangan kita,
haru biru adalah suatu kejadian yang membuat sedih dan menyayat hati. Padahal
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ke-IV disebutkan bahwa haru biru
bermakna 'kerusuhan; keributan; kekacauan; huru-hara'.Nah, cek lagi penggunaan
haru biru dalam artikel Anda. Sudah tepatkah Anda memakainya?

6. Pedestrian yang bukan pejalan kaki

Ada sebuah foto yang bagus yang dimuat di surat kabar nasional. Di bawahnya
tertera "warga tengah berjalan kaki di jalur pedestrian menikmati suasana kota."
Namun jika kita membuka Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ke-IV, pedestrian
bermakna 'pejalan kaki'. Nah, jadi berdasarkan pengertian itu, maka orang yang
berjalan di jalur khusus pejalan kaki itulah yang disebut pedestrian.

Fadjriah Nurdiarsih

(Redaktur Bahasa Liputan6.com)

Sumber : https://m.liputan6.com/citizen6/read/2631255/kolom-bahasa-6-
kesalahan-dalam-penggunaan-bahasa-indonesia?
utm_source=Mobile&utm_medium=copylink&utm_campaign=copylink

2. Artikel 2

Kata yang Sering Salah Tulis edisi Ramadan

Oleh mizanstore dalam Artikel, Featured

Masih banyak kata-kata yang masih sering salah tulis. Termasuk kata-kata yang
banyak digunakan dalam bulan Ramadan. Nah, berikut ini ada beberapa kata yang
masih sering salah tulis, khusus edisi Ramadan. Kamu coba cek, ya, kata-kata ini
masih sering salah atau sudah benar?

Azan
Kata Azan yang berarti seruan untuk mengajak melakukan salat berjamaah. Azan
ini dikumandangkan oleh seorang muazin setiap memasuki waktu salat. Nah,
penulisan yang sesuai dengan KBBI adalah azan, yaa
Infak
Infak berarti pemberian (sumbangan) harta dan sebagainya (selain zakat wajib)
untuk kebaikan. Infak dan sedekah termasuk ibadah sosial yang diperintahkan
dalam Islam. Orang-orang yang berinfak dan bersedekah dijanjikan pahala besar di
sisi Allah SWT

Makrifat
Makrifat bisa diartikan pengetahuan dan juga tingkat penyerahan diri kepada
Tuhan, yang naik setingkat demi setingkat sehingga sampai ke tingkat keyakinan
yang kuat

Syafaat
Perantaraan (pertolongan) untuk menyampaikan permohonan (kepada Allah).
Istilah syafaat terkenal di kalangan ahli kalam, yang berarti pertolongan yang
diberikan Nabi SAW kepada umatnya di hari kiamat untuk mendapatkan
keringanan atau kebebasan dari hukuman Allah SWT. Syafaat itu hanya akan
berhasil apabila Allah SWT memberikannya akan mengizinkannya

Wudu
Wudu dapat diartikan menyucikan diri (sebelum salat) dengan membasuh muka,
tangan, kepala, dan kaki. Pelaksanaan wudu wajib dilakukan oleh umat Muslim,
ketika hendak melakukan ibadah

Ustaz
Ustaz diartikan seorang guru agama atau guru besar (laki-laki).
salah tulis. Semoga bermanfaat yaa. Yuk, bagikan ke teman-teman kamu biar pada
tahu

Gendhis Savitri/ Content Writer Mizanstore

Bagikan ke Sekitarmu!
Share List
Kata yang Sering Salah Tulis edisi Ramadan
Sumber : https://blog.mizanstore.com/kata-yang-sering-salah-tulis-edisi-
ramadan/amp/

3. Artikel 3

5 Kesalahan Berbahasa Indonesia yang Dianggap Benar di Masyarakat

Oleh Razib Alfaris

Bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi di Indonesia sekaligus sebagai bahasa


persatuan. Dengan bahasa Indonesia, orang dari sabang sampai merauke yang
berbeda suku bisa saling berkomunikasi. Selain itu, bahasa Indonesia juga
merupakan salah satu unsur kekayaan budaya bangsa.

Namun, sangat disayangkan. Tak sedikit rakyat Indonesia sendiri, yang lahir dan
dibesarkan di Bumi Ibu Pertiwi tak menjaga bahasa Indonesia. Menggunakan
bahasa Indonesia seenaknya dan tidak sesuai kaidah-kaidah yang berlaku,
mengganti kosa kata baku dengan yang tidak baku, atau mencampur adukkan
antara bahasa asing dan bahasa Indonesia. Akibatnya, muncul berbagai kesalahan
dalam berbahasa Indonesia yang sudah ditoleransi oleh masyarakat. Sudah
dianggap biasa, atau bahkan sedikit sekali orang yang tahu kalau kebiasaan
tersebut salah.

Kesalahan berbahasa Indonesia yang ditoleransi, di antaranya:

1. Penggunaan kata ganti kepunyaan"nya"

Siapa namanya? Alamatnya di mana? Boleh tahu nomor teleponnya, gak?


Itulah kalimat yang biasa digunakan kalau kita berkenalan dengan orang baru.
Sekilas terlihat biasa saja. Tetapi, sebenarnya kalimat tersebut salah. Apa yang
salah? Dalam kalimat tersebut terdapat kata "namanya". Perlu diketahui, bahwa
kata "-nya" adalah kata ganti kepunyaan untuk orang ketiga. Jika dalam bahasa
Inggris sama dengan "his" atau "her". Jadi, sangat tidak etis apabila kita bertanya
kepada orang kedua (kamu) tapi kita menggunakan kata ganti kepunyaan orang
ketiga (dia). Kalau kita artikan secara harfiah, maka artinya akan menjadi "siapa
nama dia?". Terlihat, 'kan, kalau struktur kalimatnya salah? Bukankah tidak
nyambung ketika kita bertanya kepada orang kedua, malah menggunakan kata dia.
Seharusnya kita jeli. Apabila ada yang bertanya "siapa namanya", maka jawablah,
"Nama siapa? Yang Anda maksud, dia siapa?" Barulah dijawab jika redaksi
kalimatnya diperbaiki menjadi, "Siapa namamu?"

2. Kata "oke"

Oke, nanti kita ketemuan jam enam.


Kata "oke" sudah lazim digunakan di masyarakat. Mulai dari kalangan rakyat
biasa sampai para pejabat negara. Kata "oke" biasanya digunakan saat kita
menyetujui pernyataan orang lain. Tahukah Anda, kalau kata "oke" sebenarnya
bukan bahasa Indonesia asli? Kata "oke" sebenarnya merupakan bahasa Inggris
yang jika diterjemahkan ke bahasa Indonesia artinya adalah "baiklah".
Sayangnya, masih banyak yang lebih senang menggunakan kata "oke" daripada
baiklah. Padahal, yang merupakan identitas bangsa Indonesia adalah kata baiklah.
Sayang, mayoritas masyarakat sudah melupakan kaidah tersebut dan
menganggapnya sesuatu yang benar.

3. Pelafalan huruf "V"

Bagaimana pula kalian mengucapkan TV?


Itulah kesalahan yang banyak terjadi di masyarakat. Yaitu pelafalan huruf V yang
sering kita baca "Vi". Contohnya, TV dibaca "Ti Vi". Padahal, dalam bahasa
Indonesia huruf T dibaca "Te" dan huruf V dibaca "Ve", bukan "Vi".

4. Imbuhan "-ir"

Sebagai staf keuangan, sudah pasti harus mampu mengorganisir keuangan


perusahaan. Kemungkinan besar kata "mengorganisir" sudah tak aneh lagi di
telinga kita. Mengorganisir biasa kita artikan sebagai "mengatur", "menyusun"
atau "menata". Sebenarnya tidak sepenuhnya salah. Hanya saja, ada kesalahan
penggunaan imbuhan "-ir" pada akhir kata organisasi. Padahal imbuhan "-ir" tidak
ada dalam kaidah kebahasaan bahasa Indonesia. Yang ada adalah imbuhan "-
isasi". Jadi, kata yang sering kita dengar atau ucapkan seperti, mengorganisir,
meminimalisir, dan menetralisir sebenarnya kurang tepat. Seharusnya, kata
"mengorganisir" diganti menjadi "mengorganisasi". "Menetralisir" harusnya
diubah menjadi "menetralisasi".
5. Kata ganti "gua"

Ehh besok gua ada kerja kelompok sama Meli. Lu mau nemenin gak? Sekalian Lu
pdkt sama dia
Melihat kalimat di atas, rasanya ingin menangis. Begitu kacau bahasa Indonesia
yang digunakan. Banyak kata yang tidak sesuai dengan bahasa Indonesia yang
baku, bahasa yang sesuai dengan EYD. Memang banyak yang perlu dikoreksi.
Tapi, kali ini saya akan membahas kata "gua". Untuk kalangan millenials, sudah
tak asing bagi mereka kata "gua" sebagai kata ganti orang pertama. Padahal, dalam
KBBI, kata "gua" adalah sebuah terowongan di bawah tanah. Contohnya saja Gua
Belanda, Gua Jepang, Gua Hira dll. Tak ada kata "gua" sebagai kata ganti orang
pertama.

Itulah 5 kesalahan berbahasa Indonesia yang sudah ditoleransi. Sehingga, baik di


kalangan masyarakat terbelakang, kalangan berpendidikan, bahkan sampai pejabat
sekalipun menganggap kesalahan tersebut benar dan biasa saja. Marilah kita
perbaiki lagi tata kebahasaan kita. Gunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Karena, kalau bukan dimulai dari diri kita sendiri, oleh siapa lagi?

Sumber : https://www.idntimes.com/life/education/razib/5-kesalahan-berbahasa-
indonesia-yang-dianggap-benar-di-masyarakat-c1c2

Anda mungkin juga menyukai