Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah bahasa Indonesia yang sesuai
dengan kaidah kebahasaan dan sesuai dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Namun, saat ini penggunaan aturan yang menurut kita sudah sesuai ternyata masih
banyak menyimpang dan tidak jarang yang bersifat ambigu. Inilah yang disebut
dengan kesalahan dalam berbahasa.
Menurut Tarigan (1997) kesalahan berbahasa Indonesia adalah penggunaan
Bahasa Indonesia, secara lisan maupun tertulis, yang berada di luar atau
menyimpang dari faktor-faktor komunikasi dan kaidah kebahasaan dalam bahasa
Indonesia.
Menurut Corder (1974), kesalahan berbahasa dibatasi oleh 3 istilah, yaitu
lapses, error, dan mistake. Lapses adalah kesalahan berbahasa yang disebabkan
ketidaksengajaan dan tidak disadari oleh penutur. Error adalah kesalahan
berbahasa akibat penutur sudah memiliki aturan atau kaidah tata bahasa lain.
Mistake adalah kesalahan berbahasa akibat kesalahan penutur yang tidak tepat
dalam menggunakan aturan berbahasa yang diketahui sudah benar.
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka kami melakukan analisis kesalahan
berbahasa yang saat ini sering terjadi di lingkungan masyarakat. Tujuannya untuk
memperbaiki kesalahan berbahasa tersebut melalui penggunaan Bahasa Indonesia
yang baik dan benar sesuai dengan kaidah bahasa yang berlaku, disertai
peningkatan kesadaran dan ketelitian masyarakat dalam berbahasa.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana bentuk-bentuk kesalahan dalam berbahasa yang sering terjadi di
sekitar kita dan bagaimana perbaikan yang tepat?

1
BAB II

PEMBAHASAN
1. Hanya-saja (Data berbentuk audio)
Kami memiliki data audio yang kami dapatkan dari presentasi salah
seorang teman kami pada tanggal 20 Oktober 2015. Dalam audio tersebut, ia
mengatakan “Kemudian, sistem penilaian hampir sama dengan sekolah normal,
hanya saja untuk penentuan kenaikan kelas tidak berdasarkan nilai akademis
dari siswa.”

Menurut kami, penggunaan “hanya saja” pada kalimat tersebut termasuk


dalam kesalahan berbahasa. Penggunaan kata “hanya” dan “saja” apabila
digunakan sekaligus dalam satu kalimat akan membentuk pleonasme.
Pleonasme adalah majas yang menambahkan keterangan pada penjelasan yang
sudah jelas atau menambahkan keterangan yang sebenarnya tidak dibutuhkan.
Dalam dunia sastra, penggunaan majas pleonasme diperbolehkan, tetapi dalam
penggunaan kalimat secara formal, pleonasme termasuk kesalahan berbahasa,
yaitu penggunaan kata atau frase yang berlebihan maknanya.

Perbaikan menurut kami yaitu “Kemudian, sistem penilaian hampir sama


dengan sekolah normal, hanya untuk penentuan kenaikan kelas tidak
berdasarkan nilai akademis dari siswa.”

2. “Foto copy”

2
Kami mendapatkan gambar tersebut di Gang Gunung Sahari, Sungai
Jawi. Pada gambar tersebut terdapat kata “foto copy”. Penggunaan kata “foto
copy” termasuk kesalahan dalam berbahasa yaitu kesalahan dalam penyerapan
kata asing. Kata “foto copy” menggunakan penggabungan kata berbahasa
Indonesia “foto” dan kata berbahasa Inggris “copy”. Pada Kamus Besar Bahasa
Indonesia, telah dibakukan kata asing “photo copy” menjadi “fotokopi”. Jadi
sebaiknya, “foto copy” diubah menjadi “fotokopi”.

3. “Menerima kost”

Kami mendapatkan gambar tersebut di Gang Gunung Sahari, Sungai


Jawi. Pada gambar tersebut terdapat kalimat “Menerima Kost”. Pada kalimat
tersebut terdapat dua kesalahan berbahasa. Pertama, penggunaan kata tidak
baku yaitu “kost”. “Kost” di sini berarti tempat tinggal. Namun, penggunaan
kata yang sesuai dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah “indekos” yang
berarti tinggal di rumah orang lain dengan atau tanpa makan (dengan
membayar setiap bulan). Kedua, kalimat tersebut ambigu. Menurut kami,
kalimat “menerima kost” berarti yang diterima adalah kost bukan orang-orang
yang akan tinggal di tempat tersebut. Sebaiknya, perbaikan kalimat yang tepat
adalah, “menawarkan jasa penginapan”.

3
4. “Seterika”

Kami mendapatkan gambar tersebut di Gang Gunung Sahari, Sungai


Jawi. Pada gambar tersebut terdapat kata “seterika”. Kata tersebut tidak baku
dan tidak ada dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Sebaiknya kata tersebut
diganti menjadi “setrika”.

4
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Masih banyak di sekitar kita kesalahan-kesalahan dalam berbahasa yang
bahkan tidak kita sadari. Hal ini dikarenakan kurangnya kemampuan masyarakat
Indonesia yang mengetahui dan memahami aturan-aturan dalam Bahasa
Indonesia.
3.2 Saran
Untuk masyarakat dan kaum intelektual Indonesia, diharapkan agar
menggali banyak informasi mengenai bagaimana aturan atau kaidah yang baku
dalam berbahasa Indonesia, serta memahami dan menerapkannya agar kesalahan
dalam berbahasa dapat diminimalkan.

5
DAFTAR PUSTAKA
Dulay, Heidi; Burt, Marina; Krashen, Stephen, 1982. Language Two. Oxford:
Oxford University Press.
Indihadi Dian. 2010. Analisis Kesalahan Berbahasa. Jakarta: BBM.
Tarigan, Guntur H. (1997). Analisis Kesalahan Berbahasa. Jakarta: Depdikbud.

Anda mungkin juga menyukai