Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH BAHASA INDONESA

“PEMBAKUAN EJAAN DAN ISTILAH


DALAM BAHASA INDONESIA”

OLEH
PSIKOLOGI E
KELOMPOK III
1. ANDI LILIS DWI NURABDILLAH/200701501091
2. ANNISA ARIANA/ 200701500053
3. HUSAIN UBAIDILLAH SOLIHIN/200701501139
4. MARWAH REZA PAHLEVI/200701501019
5. JIHAN ZHAHIRA/200701502017
6. NUR IZZAH SHOFIAH/200701501067
7. NURUL IZZA HASBULLAH/200701502113
8. RENALDI/200701501123

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

1|Page
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Karena atas
limpahan Karunia, Rahmat, dan Hidayah-Nya sehingga makalah yang
berjudul “Pembakuan Ejaan dan Istilah dalam Bahasa Indonesia” dapat terselesaikan
tepat pada waktunya. Makalah ini disusun sebagai tugas kelompok mata
kuliah Bahasa Indonesia. Kami berusaha menyusun makalah ini dengan segala
kemampuan, namun kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak memiliki
kekurangan baik dari segi penulisan maupun segi penyusunan. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang bersifat membangun akan kami terima dengan senang hati demi
perbaikan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini bisa memberikan informasi
mengenai Pembakuan Ejaan dan Istilah dalam Bahasa Indonesia serta dapat
bermanfaat bagi para pembacanya. Atas perhatian dan kesempatan yang
diberikan untuk membuat makalah ini kami ucapkan terima kasih.

Majene, 10 November 2020

Kelompok III

2|Page
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................2

DAFTAR ISI......................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................4

A. Latar Belakang......................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.................................................................................................4
C. Tujuan.....................................................................................................................4
D. Manfaat...................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................5

A. Pengertian Ejaan dan Istilah................................................................................5


B. Pembakuan Ejaan dan Istilah..............................................................................6
BAB III PENUTUP...........................................................................................................9

A. Kesimpulan.............................................................................................................9
B. Saran.......................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................10

3|Page
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bahasa merupakan salah satu alat untuk mengadakan interaksi terhadap
manusia yang lain. Jadi, bahasa tersebut tidak dapat dipisahkan dengan manusia.
Dengan adanya bahasa kita dapat dapat berhubungan dengan masyarakat lain
yang akhirnya melahirkan komunikasi dalam masyarakat. Suatu negara pastilah
memiliki bahasa nasional atau bahasa resmi kenegaraan dari negara tersebut.
Kemudian perencanaan bahasa dapat memilih dan menentukan sebuah ragam
bahasa dari ragam-ragam yang ada pada bahasa yang sudah dipilih untuk menjadi
ragam baku atau ragam standar bahasa tersebut. Proses pemilihan suatu ragam
bahasa untuk dijadikan ragam bahasa resmi kenegaraan maupun kedaerahan,
serta usaha-usaha pembinaan dan perkembangannya, yang biasa dilakukan terus
menerus tanpa henti, disebut pembakuan bahasa atau standarisasi bahasa. Negara
Indonesia memiliki bahasa nasional atau bahasa resmi kenegaraan yaitu bahasa
Indonesia yang diresmikan bersamaan dengan hari sumpah pemuda.
Istilah bahasa baku telah dikenal oleh masyarakat secara luas. Namun,
pengenalan istilah tidak menjamin bahwa mereka memahami secara
komprehensif konsep dan makna istilah bahasa baku itu. Hal ini terbukti bahwa
masih banyak orang atau masyarakat berpendapat bahasa baku sama dengan
bahasa yang baik dan benar. Mereka tidak mampu membedakan antara bahasa
yang baku dan yang nonbaku. Pateda (Alwi, 1997:30) mengatakan bahwa, “Kita
harus berusaha agar dalam situasi resmi kita harus berbahasa yang baku. Begitu
juga dalam situasi yang tidak resmi kita berusaha menggunakan bahasa yang
baku. .
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan ejaan dan istilah?
2. Bagaimana hasil pembakuan ejaan dan istilah yang benar?
C. Tujuan
1. Untuk memahami pengertian ejaan dan istilah
2. Untuk mengetahui ejaan dan istilah yang baku
D. Manfaat
1. Bagi akademis atau lembaga pendidikan, menjadi bahan informasi yang
bermanfaat dalam mengembangkan sumber pengetahuan.
2. Bagi penulis, sebagai media untuk menyatakan dan menyusun buah pikiran
secara tertulis.

4|Page
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Ejaan dan Istilah


1. Pengertian Ejaan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ejaan adalah kaidah
cara menggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalaimat, dan sebagainya) dalam
tulisan (hurufhuruf) serta penggunaan tanda baca (KBBI, 2008:353).
Penjelasan itu mengandung pengertian bahwa ejaan hanya terkait dengan
tata tulis yang meliputi pemakaian huruf, penulisan kata, termasuk
penulisan kata atau istilah serapan, dan pemakaian tanda baca. Dalam ejaan
tidak terdapat kaidah pemilihan kata atau penyusunan kalimat.
Pada kenyataannya banyak orang yang salah dalam memahami
ejaan, dalam hubungan ini Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan
atau yang sering disingkat menjadi EYD. Jika orang ditanya apakah Anda
tahu arti slogan yang berbunyi, “Mari kita gunakan bahasa Indonesia yang
baik dan benar,” kebanyakan jawaban yang terlontar adalah bahasa
Indonesia yang sesuai dengan EYD. Jawaban itu tidak tepat karena EYD
hanya sebagian kecil dari kaidah bahasa Indonesia. Dalam slogan di atas
terdapat dua hal penting, yaitu (1) bahasa Indonesia yang baik dan (2)
bahasa Indonesia yang benar. Bahasa Indonesia yang baik adalah bahasa
Indonesia yang penggunaannya sesuai dengan situasi komunikasi,
sedangkan bahasa Indonesia yang benar adalah bahasa Indonesia yang
penggunaannya sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Kaidah bahasa
Indonesia itu meliputi tata bunyi, tata bentuk kata, tata kalimat, dan tata
tulis. Tata tulis itulah yang disebut ejaan.
2. Pengertian Istilah
Dalam kehidupan sehari-hari setiap orang bersentuhan dengan hal
yang terlihat dan yang tidak terlihat mata. Misalnya, benda yang terbuat
dari kayu, besi, dan sebagainya yang digunakan untuk tempat meletakkan
barang, untuk menulis, dan sebagainya disebut meja. Kegiatan manusia
yang dilakukan dengan menggerakkan kaki melangkah dengan cepat
disebut lari. Kata meja dan lari itu dapat disebut sebagai kata.
Bertalian dengan kata, ada sekumpulan kata yang disebut leksikon
atau kosakata. Kosakata terdiri atas kosakata umum dan kosakata khusus.
Kosakata khusus sering juga disebut dengan istilah. Istilah pun terdiri atas
istilah umum dan istilah khusus.
Istilah adalah kata atau gabungan kata yang digunakan sebagai nama
atau lambang yang dengan cermat mengungkapkan makna konsep, proses,

5|Page
keadaan, atau sifat yang khas di bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan
seni (ipteks). Istilah itu sendiri dapat berupa istilah umum dan istilah
khusus. Perangkat dasar dan ketentuan pembentukan istilah dan kumpulan
istilah yang dihasilkan disebut tata istilah.

B. Pembakuan Ejaan dan Istilah


1. Ejaan
Tahukah Anda apa nama ejaan yang berlaku dalam bahasa Indonesia saat
ini? Anda betul jika jawaban Anda adalah Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan atau dikenal dengan singkatan EYD. Namun, jika ditanya sejak
kapan ejaan tersebut berlaku, Anda mungkin ragu-ragu menjawabnya. Lalu,
jika ditanya lagi apa nama ejaan yang berlaku sebelum EYD, Anda mungkin
juga tidak dapat menjawat dengan cepat dan tepat. Walaupun begitu, Anda
yakin bahwa ada ejaan yang pernah berlaku sebelum EYD. Dengan kata lain,
ejaan yang berlaku dalam bahasa Indonesia lebih dari satu. Sejak bahasa
Indonesia masih bernama bahasa Melayu sudah ada ejaan yang berlaku. Sesuai
dengan nama penulisnya, ejaan yang berlaku pada zaman Belanda itu bernama
Ejaan van Ophujsen. Ejaan yang mulai berlaku sejak tahun 1901 itu terdapat
dalam Kitab Logat Melajoe. Setelah Indonesia merdeka, disusunlah ejaan baru
yang merupakan perbaikan Ejaan van Ophuijsen. Ejaan itu diberi nama Ejaan
Republik atau Ejaan Soewandi. Tampaknya pemilihan nama Ejaan Republik
dikaitkan dengan peristiwa sejarah kemerdekaan negara kita dan pemilihan
nama Ejaan Soewandi dikaitkan dengan nama Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan waktu itu, yaitu Mr. Soewandi. Ejaan Soewandi mulai berlaku
tahun 1947. Setelah lebih dari dua dasawarsa Ejaan Soewandi berlaku,
diberlakukan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Orang sering
menyingkatnya menjadi EYD. Ejaan itu diresmikan pemberlakuannya oleh
Presiden Soeharto berdasarkan Surat Keputusan Presiden Nomor 57 Tahun
1972. Setiap pergantian ejaan tentu ada perubahan. Di bawah ini diberikan
beberapa contoh perubahan dari zaman Ejaan van Ophuijsen, Ejaan Republik,
sampai Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.

Ophuijsen Republik EYD

djoedjoer djudjur jujur

setoedjoe setudju setuju

6|Page
tjoetjoe tjutju cucu

chawatir chawatir khawatir

njanji njanji nyanyi


sjarat sjarat syarat
bapa’ bapak bapak
‘ilmu ilmu ilmu
poera2 pura2 pura-pura

Dari contoh di atas dapat kita catat bahwa terdapat perubahan huruf
seperti berikut

Ophuijsen Republik EYD


tj tj c
dj dj j
j j y
nj nj ny
ch ch kh
sj sj sy
oe u u

Dalam Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan terdapat tanda


apostrof yang sering disebut tanda koma di atas. Namun, tanda apostrof atau
tanda penyingkat itu hanya dipakai untuk menuliskan kata dalam bahasa seni
atau bukan ragam tulis resmi. Misalnya, tulisan ‘kan yang berasal dari akan
atau ‘lah dari telah hanya ada dalam bahasa seni seperti puisi atau syair lagu.
Penyingkatan tahun 2014 menjadi ‟14 dibenarkan berdasarkan Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan. Akan tetapi, dalam tulisan resmi, misalnya
surat dinas, penyingkatan tahun seperti itu tidak dibenarkan. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa dalam bahasa Indonesia tidak ada kata
baku yang ditulis dengan tanda apostrof atau tanda koma di atas.

2. Istilah
Dalam bidang peristilahan, bahasa Indonesia memiliki aturan sendiri.
Dari segi sumbernya, istilah-istilah yang diambil dapat bersumber dari
(1)kosa kata bahasa Indonesia (baik yang lazim maupun tidak), (2) kosakata
bahasa serumpun, dan (3) kosakata bahasa asing. Penjelasan lebih lanjut
tentang sumber istilah itu terlihat pada uraian berikut ini.
1) Kosakata Bahasa Indonesia

7|Page
Kata bahasa Indonesia yang dapat dijadikan bahan istilah ialah kata
umum,baik yang lazim maupun tidak lazim. Kata-kata tersebut harus
memenuhi salah satu syarat (boleh lebih) berikut ini.
 Kata dengan tepat mengungkapkan makna konsep, proses,
keadaan atau sifat yang dimaksudkan,seperti tunak (steady),
telus(percolate), imak (simulate).
 Kata lebih singkat daripada kata yang lain yang berujukan sama,
seperti gulma jika dibandingkan dengan tumbuhan
pengganggu,suaka (politik) dibandingkan dengan perlindungan
(politik).
 Kata yang tidak bernilai rasa (konotasi) buruk dan yang sedap
didengar (eufonik), seperti pramuria jika dibandingkan dengan
hostes, tunakarya dbandingkan dengan penganggur.
Disamping itu, istilah dapat berupa kata umum yang diberi
makna baru atau makna khusus dengan jalan menyempitkan
atau meluaskan makna asalnya, misalnya: Berumah dua, gaya,
pejabat teras, tapak, garam, hari jatuh, peka.
2) Kosakata Bahasa Serumpun.
Jika dalam bahasa Indonesia tidak ditemukan istilah
yang dengan tepat dapat mengungkapkan konsep, proses,
keadaan atau sifat yang dimaksudkan, maka istilah dicari
dalam bahasa serumpun, baik yang lazim maupun yang tidak
lazim yang memenuhi syarat pada bagian di atas. Misalnya:
istilah yang lazim:gambut (banjar), nyeri (sunda), timbel
(jawa), istilah yang tidak lazim atau sudah kuno: gawai (jawa),
luah (bali, bugis, minangkabau, sunda).
3) Kosakata Bahasa Asing
Jika baik dalam bahasa Indonesia maupun dalam
bahasa serumpun tidak ditemukan istilah yang tepat, maka
bahasa asing dapat dijadikan sumber peristilahan Indonesia.
Istilah baru dapat dibentuk dengan jalan menerjemahkan,
menyerap, menyerap sekaligus menerjemahkan istilah asing
itu.

8|Page
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Kesimpulan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ejaan adalah kaidah
cara menggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalaimat, dan sebagainya) dalam
tulisan (hurufhuruf) serta penggunaan tanda baca. Kosakata terdiri atas
kosakata umum dan kosakata khusus. Kosakata khusus sering juga disebut
dengan istilah.
2. Ejaan yang telah mengalami pembakuan disebut ejaan yang telah
disempurnakan atau sering disingkat EYD. Sedangkan, istilah terdapat
beberapa kosakata khusus yang telah diterima yaitu (1)kosa kata bahasa
Indonesia (baik yang lazim maupun tidak), (2) kosakata bahasa serumpun,
dan (3) serapan kosakata bahasa asing.
B. Saran
Sebagai masyarakat Indonesia yang menjunjung nilai Sumpah Pemuda
maka kita perlu menggunakan bahasa Indonesia yang baik. Adapun bahasa
Indonesia yang baik ialah terdiri dari ejaan dan istilah yang telah mengalami
pembakuan. Oleh karena itu hendaklah kita meperhatikan penggunaan ejaan
dan istilah agar generasi setelah kita pun tahu bahwa kita memiliki bahasa
persatuan yang resmi.

9|Page
DAFTAR PUSTAKA

Dicky. 2012. Pembakuan Bahasa Indonesia. diakses dari


https://bahasaindonesiakeren.wordpress.com/2012/10/30/pembakuan-bahasa-
indonesia/
Sriyanto. 2015. Ejaan. Jakarta: Pusat Pembinaan Badan Pengembangan dan
Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan jakarta
Qodratillah, M.T. 2016. Tata Istilah. Jakarta: Pusat Pembinaan Badan Pengembangan
dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan jakarta

10 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai