Anda di halaman 1dari 39

MAKALAH

EBI (EJAAN BAHASA INDONESIA)


Dosen : Ghaida Zukhruf Tsaniyatsnaini, M.Pd.

Disusun oleh :
1. Aisyahara Adhiba (23060220003)
2. Wahyu Almunawaroh (23060220005)

PROGAM STUDI TADRIS ILMU PENGETAHUAN ALAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SALATIGA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Bahasa Indonesia dengan judul
―EBI (Ejaan Bahasa Indonesia)‖.
Pada kesempatan kali ini, kami ucapkan terimakasih kepada ibu Ghaida Zukhruf
Tsaniyatsnaini, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Bahasa Indonesia yang telah
memberikan bimbingan dan petunjuk sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan
baik. Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan
kami semangat dan motivasi dalam pembuatan tugas makalah ini
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih banyak kekurangan
karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak. Kami berharap
semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi pembaca. Bahkan
kami berharap lebih agar makalah ini bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Salatiga, 6 April 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL ..................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................................... ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
A. Latar Belakang.................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................................. 1
C. Tujuan ............................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................ 2
A. Pengertian Ejaan ............................................................................................... 2
B. Sejarah Perkembangan Ejaan di Indonesia....................................................... 2
C. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan ................................................. 6
1. Penggunaan Huruf..................................................................................... 6
2. Penulisan Kata......................................................................................... 14
3. Penggunaan Tanda Baca ......................................................................... 21
BAB III PENUTUP .................................................................................................. 32
A. Simpulan ......................................................................................................... 32
B. Saran ............................................................................................................... 32
Kosa Kata Baru Kurang Populer ................................................................................ 33
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 34
LAMPIRAN .............................................................................................................. 35

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bahasa merupakan salah satu hal yang tidak bisa lepas dari kehidupan
manusia dalam berkegiatan dan gerak sebagai makhluk sosial. Bahasa memiliki
peranan penting dalam kehidupan manusia sebagai alat komunikasi secara
langsung dan sebagai alat komunikasi secara tulisan. Beberapa kegiatan yang
dilakukan oleh manusia dalam kegiatan berbahasa, yaitu berbicara, menyimak,
membaca, dan menulis.
Berbicara tentang bahasa pastinya tidak akan lepas dengan istilah ejaan.
Ejaan merupakan hal yang sangat penting di dalam pemakaian bahasa terutama
dalam bahasa tulis. Maksud dari ejaan itu sendiri adalah hal-hal yang mencakup
penggunaan huruf, penulisan kata serta penggunaan tanda baca. Oleh karena itu,
kita sangat memerlukan ejaan untuk membantu memperjelas komunikasi yang
disampaikan secara tertulis.
Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan adalah sub materi dalam
ketatabahasaan Indonesia. Ejaan berperan dalam mengatur etika berbahasa
secara tertulis sehingga diharapkan informasi tersebut dapat disampaikan dan
dipahami secara komprehensif dan terarah. Dalam prakteknya diharapkan aturan
tersebut dapat digunakan dalam keseharian masyarakat sehingga penggunaan
tata bahasa Indonesia dapat digunakan secara baik dan benar.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari ejaan?
2. Bagaimana sejarah perkembangan ejaan di Indonesia?
3. Apa saja kaidah dalam ejaan yang disempurnakan?

C. Tujuan
1. Dapat mengetahui pengertian dari ejaan.
2. Dapat mengetahui sejarah perkembangan ejaan di Indonesia.
3. Dapat mengetahui kaidah dalam ejaan yang disempurnakan.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian EBI
Pengertian ejaan dapat ditinjau dari dua segi, yaitu segi khusus dan segi
umum. Secara khusus, ejaan dapat diartikan sebagai pelambangan bunyi-bunyi
bahasa dengan huruf, baik berupa huruf demi huruf maupun huruf yang telah
disusun menjadi kata, kelompok kata, atau kalimat. Secara umum, ejaan berarti
keseluruhan ketentuan yang mengatur pelambangan bunyi bahasa, termasuk
pemisahan dan penggabungannya, yang dilengkapi pula dengan penggunaan
tanda baca (Mustakim, 1996). Ejaan adalah keseluruhan peraturan
melambangkan bunyi ujaran, pemisahan dan penggabungan kata, penulisan kata,
huruf, dan tanda baca (Alek & Achmad, 2011). Selain itu, menurut KBBI V,
ejaan adalah kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat, dan
sebagainya) dalam bentuk tulisan (huruf-huruf) serta penggunaan tanda baca.

B. Sejarah Perkembangan EBI


Ejaan Bahasa Indonesia (EBI) telah mengalami perkembangan dan
perubahan dari sebelum, awal, dan sesudah kemerdekaan. Perkembangan dan
perubahan ini dilakukan demi mencapai kesempurnaan dan menjaga eksistensi
bahasa agar tidak tertinggal oleh perkembangan zaman. Berikut ejaan-ejaan
yang pernah digunakan di Indonesia:
1. Ejaan van Ophuysen (1901-1947)
Ejaan van Ophuysen ditetapkan pada tahun 1901 dan diterbitkan
dalam sebuah buku yang berjudul Kitab Logat Melajoe. Ejaan ini disusun
oleh Ch.A. van Ophuysen, yang dibantu oleh Engku Nawawi gelar Soetan
Ma'moer dan Moehammad Taib Sutan Ibrahim. Ejaan van Ophuysen
merupakan ejaan yang pertama kali disusun secara sistematis.
Sebelum Ejaan van Ophuysen disusun, para penulis pada umumnya
mempunyai aturan sendiri-sendiri dalam menuliskan konsonan, vokal, kata,
kalimat, dan tanda baca. Sistem ejaan yang digunakan pada waktu itu sangat
beragam karena tidak ada ejaan baku yang dapat digunakan sebagai

2
pedoman. Dalam situasi semacam itu terbitnya Ejaan van Ophuysen dapat
mengurangi kekacauan ejaan yang terjadi pada masa itu.

2. Ejaan Soewandi (1947-1956)


Ejaan Republik adalah ejaan baru yang disusun oleh Panitia Ejaan
Bahasa Indonesia yang diketuai oleh Mr. Soewandi. Ejaan Republik disebut
juga Ejaan Soewandi karena nama tersebut disesuaikan dengan nama orang
yang memprakarsainya. Penyusunan ejaan baru dimaksudkan untuk
menyempurnakan ejaan yang berlaku sebelumnya, yaitu Ejaan van
Ophuysen, dan untuk menyederhanakan sistem ejaan bahasa Indonesia.
Pada tanggal 19 Maret 1947, setelah selesai disusun, ejaan baru diresmikan
dan ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan,
Pengajaran, dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 264/Bhg.A,
tanggal 19 Maret 1947 Ejaan baru ini diresmikan dengan nama Ejaan
Republik (Mustakim, 1996).

3. Ejaan Pembaharuan (1956-1961)


Ejaan pembaharuan merupakan suatu ejaan yang direncanakan untuk
memperbaharui Ejaan Republik. Penyusunan ejaan dilakukan oleh Panitia
Pembaharuan Ejaan Bahasa Indonesia. Kepanitian itu dibentuk berdasarkan
Surat Keputusan Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan Nomor
448/S, tanggal 19 Juli 1956. Surat keputusan itu dikeluarkan sebagai tindak
lanjut hasil keputusan Kongres Bahasa Indonesia II yang diselenggarakan
tahun 1954 di Medan.
Konsep Ejaan Pembaharuan yang telah berhasil disusun itu dikenal
dengan nama konsep Ejaan Prijono-Katoppo, sebuah nama yang diambil
dari dua nama tokoh yang pernah mengetuai panitia ejaan itu. Sebagaimana
telah diketahui, Profesor Prijono yang mula-mula mengetuai panitia
menyerahkan kepemimpinan panitia kepada E. Katoppo karena pada masa
itu Profesor Prijono diangkat menjadi Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan
Kebudayaan sehingga tidak sempat lagi melanjutkan tugasnya sebagai ketua

3
panitia ejaan. Oleh karena itu, tugas ketua panitia kemudian dilanjutkan oleh
E. Katoppo.
Pada tahun 1957 panitia lanjutan itu berhasil merumuskan patokan-
patokan ejaan baru. Akan tetapi, hasil kerja panitia itu tidak pernah
diumumkan secara resmi sehingga ejaan itu pun belum pernah diberlakukan
(Muchasin,dkk, 2019).

4. Ejaan Melindo (1961-1967)


Melindo adalah akronim dari Melayu-Indonesia. Ejaan Melindo,
sesuai dengan namanya, merupakan ejaan yang disusun atas kerja sama
antara pihak Indonesia, yang diwakili oleh Slamet Muljana dan pihak
Persekutuan Tanah Melayu (Malaysia), yang dipimpin oleh Syed Nasir bin
Ismail. Kedua pihak itu tergabung dalam sebuah kepanitiaan yang disebut
Panitia Kerja Sama Bahasa Melayu-Bahasa Indonesia. Pada tahun 1959
panitia itu berhasil merumuskan konsep ejaan bersama yang dikenal dengan
nama Ejaan Melindo.
Semula Ejaan Melindo itu dimaksudkan untuk menyeragamkan ejaan
yang digunakan di kedua negara tersebut. Namun, karena pada masa itu
terjadi ketegangan politik antara Indonesia dan Malaysia, ejaan itu pun
akhirnya gagal diresmikan dan ejaan ini tidak pernah diumumkan
(Mustakim, 1996).

5. Ejaan Baru/ Ejaan LBK (1967-1972)


Ejaan Baru merupakan lanjutan dari usaha yang telah dirintis oleh
panitia Ejaan Melindo. Para pelaksananya pun terdiri dari Panitia Ejaan
LBK (Lembaga Bahasa dan Kesusastraan, sekarang bernama Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa), juga dari Panitia Ejaan Bahasa
Malaysia. Panitia itu berhasil merumuskan suatu konsep ejaan, yang
kemudian diberi nama Ejaan Baru. Namun, karena kepanitiaan itu dibentuk
oleh Kepala Lembaga Bahasa dan Kesusastraan (LBK) dan diberi nama
Panitia Ejaan LBK, ejaan baru yang dirumuskan itu pun dikenal dengan

4
nama Ejaan LBK. Panitia itu bekerja atas dasar Surat Keputusan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan No. 062/ 67, tanggal 19 September 1967.

6. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (1972-2015)


Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan atau biasa disebut EYD
dinyatakan mulai berlaku sejak penggunaannya diresmikan oleh Presiden
Republik Indonesia Soeharto pada tanggal 16 Agustus 1972. Peresmian
yang diumumkan di dalam sidang DPR diperkuat dengan Keputusan
Presiden Nomor 57 Tahun 1972. Bersamaan dengan Pedoman Umum
Pembentukan Istilah, selanjutnya Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
yang Disempurnakan ditetapkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
pada tanggal 31 Agustus 1975 dan dinyatakan dengan resmi berlaku di
seluruh Indonesia.
Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan telah dipersiapkan dan
dirintis sejak penyusunan konsep Ejaan Baru. Dapat dikatakan bahwa
konsep-konsep dasar yang ditetapkan dalam Ejaan ini sebenarnya
merupakan kelanjutan dari Ejaan Baru atau Ejaan LBK (Mustakim, 1996).

7. Ejaan Bahasa Indonesia (EBI) (2015-2022)


Ejaan Bahasa Indonesia (EBI) juga dikenal dengan istilah PUEBI,
atau singkatan dari Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia. Ditetapkan
berdasarkan peraturan Menteri Pendidikan tahun 2015 dan resmi menjadi
pedoman ejaan yang baru. Ejaan ini menyempurnakan EYD, seiring dengan
berkembangnya seni, teknologi, dan pengetahuan sehingga pemakaian
Bahasa Indonesia perlu diperluas (Marwanto, 2022).

8. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD) (2022-sekarang)


Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD) adalah pedoman
resmi yang dapat dipergunakan oleh instansi pemerintah dan swasta serta
masyarakat dalam penggunaan bahasa Indonesia secara baik dan benar.
EYD edisi kelima ini diluncurkan bertepatan dengan 50 tahun penetapan
EYD pada tanggal 16 Agustus 1972. Edisi kelima ini merupakan

5
pemutakhiran dari pedoman ejaan sebelumnya, yaitu Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia (PUEBI) yang ditetapkan oleh Keputusan Kepala Badan
No. 0321/I/BS.00.00/2021. Dalam EYD ini terdapat penambahan kaidah
baru dan perubahan kaidah lama yang disesuaikan dengan perkembangan
bahasa Indonesia (Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, 2022).

C. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan


Keputusan Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia
Nomor 0424/I/BS.00.01/2022 tentang Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan, menetapkan bahwa Keputusan Kepala Badan Pengembangan
dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
Teknologi Nomor 0321/I/BS.00.00/2021 tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia dicabut dan dinyatakan tidak berlaku karena sudah tidak sesuai
dengan kaidah bahasa Indonesia. Berikut ini adalah ejaan bahasa Indonesia yang
disempurnakan sesuai Keputusan Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan
Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik
Indonesia Nomor 0424/I/BS.00.01/2022.
1. Penggunaan Huruf
a. Huruf Abjad
Huruf dalam abjad bahasa Indonesia ada 26.

Huruf
Nama Ucapan
Kapital Nonkapital

A a a a

B b be be

C c ce ce

D d de de

E e e e

6
F f ef ef

G g ge ge

H h ha ha

I i i i

J j je je

K k ka ka

L l el el

M m em em

N n en en

O o o o

P p pe pe

Q q qi ki

R r er er

S s es es

T t te te

U u u u

V v ve ve

W w we we

X x eks eks

Y y ye ye

7
Z z zet zet

b. Huruf Vokal
Vokal dalam bahasa Indonesia dilambangkan menjadi lima huruf, yaitu a,
e, i, o, dan u.

Contoh Penggunaan
Huruf Vokal
Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir

a api padi lusa

enak petak sore


e*
emas kena tipe

i itu simpan murni

o oleh kota radio

u ulang bumi ibu

*) Untuk membedakan pengucapan, pada huruf e pepet dapat diberikan


tanda diakritik (ê) yang dilafalkan [ə].
Contoh :
1. Seret saja barang itu jika berat!
2. Makanan ini membuat kerongkonganku seret [sêrêt].

c. Huruf Konsonan
Konsonan dalam bahasa Indonesia dilambangkan menjadi 21 huruf yaitu
b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z.

Contoh Penggunaan
Huruf Konsonan
Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir
b bahasa sebut adab
c cakap kaca -

8
d dua ada abad
f fakir kafan maaf
g guna tiga mug
h hari saham tuah
j jalan manja mikraj
k kami paksa politik
l lekas alas akal
m maka kami diam
n nama tanah daun
p pasang apa siap
q* qariah iqra Benuaq
r raih bara putar
s sampai asli tangkas
t tali mata rapat
v variasi lava molotov
w wanita hawa takraw
x* xenon marxisme Max
y yakin payung alay
z zeni lazim juz

*) Huruf q dan x khusus digunakan untuk nama diri dan keperluan


bidang
tertentu. Huruf x pada posisi awal kata diucapkan [s] dan pada posisi
tengah atau akhir diucapkan [ks].

d. Gabungan Huruf Vokal


1) Monoftong
Monoftong dalam bahasa Indonesia dilambangkan dengan gabungan
huruf vokal eu yang dilafalkan [ɘ].

Monoftong Contoh Penggunaan

9
Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir

eu eurih seudati sadeu

2) Diftong
Diftong dalam bahasa Indonesia dilambangkan dengan gabungan
huruf vokal ai, au, ei, dan oi.

Contoh Penggunaan
Diftong
Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir
ai aikido kailan pandai
au audit taufik harimau
ei eigendom geiser survei
oi oikumene boikot koboi

e. Gabungan Huruf Konsonan


Gabungan huruf konsonan kh, ng, ny, dan sy melambangkan satu bunyi
konsonan.

Gabungan Huruf Contoh Penggunaan


Konsonan Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir
kh khusus akhir tarikh
ng ngarai bangun senang
ny nyata banyak -
sy syarat musyawarah arasy

f. Huruf Kapital
1) Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama awal kalimat.
Contoh: Kita harus bekerja keras.
2) Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama unsur nama orang,
termasuk julukan.
Contoh: Amir Hamzah, Dewi Sartika

10
3) Huruf kapital digunakan pada nama orang seperti pada nama teori,
hukum, dan rumus.
Contoh: hukum Archimedes, rumus Phytagoras
4) Huruf kapital digunakan pada awal kalimat dalam petikan langsung.
Contoh: Ibu berpesan, "Berhati-hatilah, Nak!"
5) Huruf kapital digunakan pada huruf pertama kaya yang berkenaan
dengan agama, kitab suci, dan nama Tuhan.
Contoh: Islam, Al-Qur‘an, Allah
6) Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama unsur nama gelar
kehormatan, kebangsawanan, keturunan, keagamaan, atau akademik
yang diikuti nama orang dan gelar akademik yang mengikuti nama
orang.
Contoh: Mahaputra Yamin, Teuku Umar, Doktor Mohammad Hatta
7) Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama unsur nama gelar
kehormatan, keturunan, keagamaan, profesi, serta nama jabatan dan
kepangkatan yang digunakan sebagai sapaan.
Contoh: Selamat pagi, Dokter. Silakan duduk, Prof.
8) Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama unsur nama jabatan
dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang digunakan sebagai
pengganti nama orang, nama instansi, atau nama tempat.
Contoh: Wakil Presiden Adam Malik
9) Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama seperti pada nama
bangsa, suku, bahasa, dan aksara.
Contoh: bangsa Indonesia, suku Jawa
10) Huruf kapital digunakan pada huruf pertama, seperti pada nama
tahun, bulan, hari, dan hari besar atau hari raya.
Contoh: tahun Hijriah, bulan Agustus
11) Huruf kapital digunakan pada huruf pertama unsur nama peristiwa
sejarah.
Contoh: Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
12) Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama nama geografi.
Contoh: Teluk Persia, Jazirah Arab

11
13) Huruf kapital digunakan untuk nama geografi yang menyatakan asal
daerah.
Contoh: batik Cirebon, tari Bali
14) Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama semua kata
(termasuk unsur bentuk ulang utuh) seperti pada nama negara,
lembaga, badan, organisasi, atau dokumen, kecuali kata tugas.
Contoh: Inggris, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
15) Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama setiap kata (termasuk
unsur bentuk ulang utuh) di dalam judul buku, karangan, artikel, dan
makalah, serta nama media massa, kecuali kata tugas yang tidak
terletak pada posisi awal.
Contoh: Tulisan itu dimuat dalam majalah Bahasa dan Sastra.
16) Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama unsur singkatan
nama gelar dan nama pangkat.
Contoh: M.Si. magister sains
17) Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama kata penunjuk
hubungan kekerabatan, seperti bapak, ibu, kakak, dan adik serta kata
atau ungkapan lain (termasuk unsur bentuk ulang utuh) yang
digunakan sebagai sapaan.
Contoh: Dedi bertanya, "Itu apa, Bu?"
Catatan:
● Kata Anda ditulis dengan huruf awal kapital.
Contoh: Hanya teman Anda yang mengerti masalah itu.
● Kata atau ungkapan yang digunakan dalam pengacuan ditulis
dengan huruf awal kapital.
Contoh: "Bu, saya sudah melaporkan hal ini kepada Bapak."

g. Huruf Miring
1) Huruf miring digunakan untuk menuliskan judul buku, judul film,
judul album lagu, judul acara televisi, judul siniar, judul lakon, dan
nama media massa yang dikutip dalam tulisan, termasuk dalam daftar
pustaka.

12
Contoh: Saya sudah membaca buku Salah Asuhan karangan Abdoel
Moeis.
2) Huruf miring digunakan untuk menegaskan atau mengkhususkan
huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata dalam kalimat.
Contoh: Huruf terakhir kata abad adalah d.
3) Huruf miring digunakan untuk menuliskan kata atau ungkapan dalam
bahasa daerah dan bahasa asing.
Contoh: Nama ilmiah buah manggis adalah Garcinia mangostana.
Catatan:
● Nama diri, seperti nama orang, lembaga, organisasi, atau merek
dagang dalam bahasa asing atau bahasa daerah tidak ditulis dengan
huruf miring.
● Dalam naskah tulisan tangan atau mesin tik (bukan komputer),
bagian yang akan dicetak miring ditandai dengan garis bawah satu.

h. Huruf Tebal
1) Huruf tebal digunakan untuk menegaskan bagian tulisan yang sudah
ditulis miring.
Contoh: Huruf dh, seperti pada kata Ramadhan, tidak terdapat dalam
ejaan bahasa Indonesia.
Catatan:
Dalam naskah tulisan tangan atau mesin tik (bukan komputer), bagian
yang akan dicetak tebal ditandai dengan garis bawah dua.
2) Huruf tebal digunakan untuk menegaskan bagian karangan, seperti
bab atau subbab.
Contoh:
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang dan Masalah
Kondisi kebahasaan di Indonesia saat ini diwarnai oleh bahasa standar
….
1.1.1 Latar Belakang

13
Masyarakat Indonesia yang heterogen menyebabkan munculnya sikap
beragam ….
1.1.2 Masalah
Penelitian ini hanya membatasi perencanaan bahasa ….
1.2 Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengukur sikap bahasa
….
(Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, 2022)

2. Penulisan Kata
a. Penulisan Kata Dasar
Kata dasar adalah kata yang ditulis secara mandiri.
Contoh: kantor, pergi, ramai

b. Penulisan Kata Turunan


1) Kata Berimbuhan
● Kata yang mendapat imbuhan (awalan, sisipan, akhiran, serta
gabungan awalan dan akhiran) ditulis serangkai dengan
imbuhannya.
Contoh: berjalan, terbatas, kemilau, kinerja, lukisan
● Kata yang mendapat bentuk terikat ditulis serangkai jika mengacu
pada konsep keilmuan tertentu.
Contoh: adibusana, semiprofesional, mikrobiologi, pascasarjana
● Kata yang diawali dengan huruf kapital dan mendapat bentuk
terikat dirangkaikan dengan tanda hubung (-).
Contoh: non-ASEAN, pasca-Orba
● Kata yang ditulis dengan huruf miring dan mendapat bentuk terikat
dirangkaikan dengan tanda hubung (-).
Contoh: anti-mainstream, pasca-reshuffle
● Bentuk terikat maha- dan kata dasar atau kata berimbuhan yang
mengacu pada nama atau sifat Tuhan ditulis terpisah dengan huruf
awal kapital sebagai pengkhususan.

14
Contoh: Tuhan Yang Maha Kuasa

2) Penulisan Kata Ulang


● Bentuk ulang ditulis dengan menggunakan tanda hubung (-) di
antara unsur-unsurnya.
Contoh: anak-anak, berjalan-jalan, ramah-tamah, dag-dig-dug.
● Bentuk ulang gabungan kata ditulis dengan mengulang unsur
pertama.
Contoh: rak buku → rak-rak buku

3) Penulisan Gabungan Kata


● Unsur gabungan kata, termasuk istilah khusus, ditulis terpisah.
Contoh: cendera mata, duta besar, orang tua, ibu kota, rumah sakit
● Gabungan kata yang dapat menimbulkan salah pengertian ditulis
dengan membubuhkan tanda hubung (-) di antara unsur-unsurnya.
Contoh: buku-sejarah baru 'buku sejarah yang baru, bukan buku
bekas'
● Gabungan kata yang mendapat awalan dan akhiran sekaligus ditulis
serangkai.
Contoh: dilipatgandakan, menyebarluaskan , pertanggungjawaban
● Gabungan kata yang hanya mendapat awalan atau akhiran ditulis
terpisah.
Contoh: bertepuk tangan, garis bawahi, sebar luaskan
● Gabungan kata yang ditulis serangkai.
Contoh: adakala, sukarela, apalagi, saputangan, kacamata, matahari

c. Penulisan Pemenggalan Kata


1) Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut.
● Jika di tengah kata terdapat huruf vokal yang berurutan,
pemenggalannya dilakukan di antara kedua huruf vokal itu.
Contoh: bu-ah, sa-at
● Monoftong eu tidak dipenggal.

15
Contoh: seu-da-ti, seu-lu-mat
● Diftong ai, au, ei, dan oi tidak dipenggal.
Contoh: pan-dai, sau-da-ra, sur-vei
● Jika di tengah kata dasar terdapat huruf konsonan (termasuk
gabungan huruf konsonan) di antara dua huruf vokal,
pemenggalannya dilakukan sebelum huruf konsonan itu.
Contoh: ba-pak, ke-nyang
● Jika di tengah kata dasar terdapat dua huruf konsonan yang
berurutan, pemenggalannya dilakukan di antara kedua huruf
konsonan itu.
Contoh: Ap-ril, ban-tu
● Jika di tengah kata dasar terdapat tiga huruf konsonan atau lebih
yang masing-masing melambangkan satu bunyi, pemenggalannya
dilakukan di antara huruf konsonan yang pertama dan huruf
konsonan yang kedua.
Contoh: am-bruk, in-fra
● Gabungan huruf konsonan yang melambangkan satu bunyi tidak
dipenggal.
Contoh: ba-nyak, kong-res
2) Pemenggalan kata pada kata berimbuhan dilakukan sebagai berikut.
● Pemenggalan kata berimbuhan dilakukan di antara bentuk dasar
dan unsur pembentuknya.
Contoh: ber-jalan, di-ambil
● Pemenggalan kata berimbuhan yang bentuk dasarnya mengalami
perubahan dilakukan seperti pemenggalan pada kata dasar.
Contoh: me-ma-kai, me-ngun-ci, pe-mi-kir
● Pemenggalan kata yang mendapat sisipan dilakukan seperti pada
kata dasar.
Contoh: ge-lem-bung, ge-mu-ruh, ge-ri-gi
● Pemenggalan kata yang menyebabkan munculnya satu huruf di
awal atau akhir baris tidak dilakukan.
Contoh:

16
Penerapan protokol kesehatan adalah cara termudah mengakhir-i
pandemi ini.
Penulisan yang seharusnya : Penerapan protokol kesehatan adalah
cara termudah meng-akhiri pandemi ini.
3) Jika kata terdiri atas dua unsur atau lebih dan salah satu unsurnya itu
dapat bergabung dengan unsur lain, pemenggalannya dilakukan di
antara unsur-unsur itu.
Contoh: biografi bio-grafi
4) Nama orang yang terdiri atas dua kata atau lebih pada akhir baris
dipenggal di antara kata tersebut.
Contoh:
Pencetus nama bahasa Indonesia dalam Kongres Pemuda adalah
Mohammad Tabrani.
5) Singkatan tidak dipenggal.
Contoh:
Ia telah mengabdi selama sepuluh tahun di BKK-BN. Seharusnya
adalah Ia telah mengabdi selama sepuluh tahun di BKKBN.

d. Penulisan Kata Depan


Kata depan, seperti di, ke, dan dari, ditulis terpisah dari kata yang
mengikutinya.
Contoh: Di mana dia sekarang?

e. Penulisan Partikel
1) Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya.
Contoh: Bacalah buku itu baik-baik!
2) Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
Contoh:
Apa pun permasalahan yang muncul, dia dapat mengatasinya dengan
bijaksana.

17
3) Bentuk pun yang merupakan bagian kata penghubung seperti adapun,
kendatipun, maupun, ataupun, meskipun, bagaimanapun, sekalipun,
walaupun, sementangpun ditulis serangkai.
Contoh:
Sementangpun aku ini bukan sanak-saudaramu, tidak sampai hati juga
aku melihat penderitaanmu itu.
4) Partikel per yang berarti 'demi', 'tiap', 'mulai', atau 'melalui' ditulis
terpisah dari kata yang mengikutinya.
Contoh: Harga kain itu Rp50.000,00 per meter.

f. Penulisan Singkatan
1) Singkatan nama orang, gelar, sapaan, atau pangkat diikuti dengan
tanda titik di setiap unsur singkatan itu.
Contoh:
A.H. Nasution Abdul Haris Nasution
2) Singkatan nama orang dalam bentuk inisial ditulis tanpa tanda titik.
Contoh:
SDD Sapardi Djoko Damono
3) Singkatan, termasuk akronim, yang terdiri atas huruf awal setiap kata
ditulis dengan huruf kapital tanpa tanda titik.
Contoh:
KTP kartu tanda penduduk
4) a. Singkatan yang terdiri atas lebih dari dua huruf yang lazim
digunakan dalam dokumen atau surat-menyurat diikuti dengan
tanda titik.
Contoh: dkk. dan kawan-kawan
b. Singkatan yang terdiri atas dua huruf yang lazim digunakan dalam
dokumen atau surat-menyurat diikuti tanda titik pada setiap huruf.
Contoh: a.n. atas nama
c. Singkatan yang lazim digunakan dalam penulisan alamat dapat
ditulis dengan dua huruf atau lebih dan diakhiri tanda titik.
Contoh: Jl. Rawamangun Jalan Rawamangun

18
5) Singkatan satuan ukuran, takaran, dan timbangan; lambang kimia; dan
mata uang tidak diikuti tanda titik.
Contoh: kVA kilovolt-ampere
6) Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf dan suku kata atau
gabungan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal kapital.
Contoh: Bulog Badan Urusan Logistik
7) Akronim bukan nama diri yang berupa gabungan huruf dan suku kata
atau gabungan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf
nonkapital.
Contoh: iptek ilmu pengetahuan dan teknologi

g. Penulisan Angka dan Bilangan


1) Angka Arab atau angka Romawi lazim digunakan sebagai lambang
bilangan atau nomor.
Contoh:
Angka Arab : 1234567890
Angka Romawi : I,II,III,IV,V,IX, X, L(50), C(100), D(500), M(1000)
2) Bilangan dalam teks yang dapat dinyatakan dengan satu kata ditulis
dengan huruf, kecuali jika digunakan secara berurutan seperti dalam
perincian.
Contoh : Mereka menonton drama itu sampai tiga kali.
3) Angka digunakan untuk menyatakan (a) ukuran, seperti ukuran
panjang, berat, luas, isi, dan waktu, serta (b) nilai, seperti nilai uang
dan persentase.
Contoh : 0,5 sentimeter, Rp5.000,00
4) Bilangan berupa angka pada awal kalimat yang terdiri atas lebih dari
satu kata didahului kata seperti sebanyak, sejumlah, dan sebesar atau
diubah susunan kalimatnya.
Contoh : Sebanyak 2.500 orang peserta diundang panitia.
5) Angka yang menunjukkan bilangan besar dapat ditulis sebagian
dengan huruf supaya lebih mudah dibaca.
Contoh :

19
Sebanyak 500 ribu dosis vaksin telah didistribusikan ke beberapa
wilayah.
6) Angka digunakan sebagai bagian dari alamat, seperti jalan, rumah,
apartemen, atau kamar.
Contoh : Jalan Kartika I No. 15
7) Angka digunakan untuk menomori bagian karangan atau bagian kitab
suci.
Contoh : Bab II, Pasal 3, halaman 13
8) Penulisan bilangan dengan huruf seperti dalam peraturan perundang-
undangan, akta, dan kuitansi dilakukan sebagai berikut.
 Bilangan utuh ditulis secara mandiri.
Contoh : dua belas (12)
 Bilangan pecahan ditulis dengan per- yang dilekatkan pada
bilangan penyebut yang mengikutinya.
Contoh : setengah atau seperdua (½)
9) Penulisan bilangan tingkat dapat menggunakan angka Romawi,
gabungan awalan ke- dan angka Arab, atau huruf.
Contoh : abad VII,abad ketujuh
10) Penulisan angka dan akhiran -an dirangkaikan dengan tanda hubung
(-).
Contoh : lima lembar uang 5.000-an (lima lembar uang lima ribuan)
11) Bilangan seperti yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan,
akta, atau kuitansi dapat ditulis dengan angka dan diikuti oleh huruf.
Contoh :

Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp900.500,50 (Sembilan


ratus ribu lima ratus rupiah lima puluh sen).

12) Bilangan yang digunakan sebagai unsur nama geografi ditulis dengan
huruf secara serangkai.
Contoh : Kelapadua

h. Penulisan Kata Ganti

20
1) Kata ganti ku- dan kau- ditulis serangkai dengan kata yang
mengikutinya, sedangkan -ku, -mu, dan -nya ditulis serangkai dengan
kata yang mendahuluinya.
Contoh: Majalah ini boleh kaubaca.
2) Kata ganti kau yang bukan bentuk terikat ditulis terpisah dengan kata
yang lain.
Contoh: Aku ingin kau bersungguh-sungguh dengan apa yang
kaukatakan.

i. Penulisan Kata Sandang


1) Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Contoh: Surat itu dikembalikan kepada si pengirim.
2) Kata sang ditulis dengan huruf awal kapital jika merupakan unsur
nama Tuhan.
Contoh: Kita harus berserah diri kepada Sang Pencipta.
(Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, 2022)

3. Penggunaan Tanda Baca


a. Tanda Titik (.)
1) Tanda titik digunakan pada akhir kalimat pernyataan.
Contoh: Dia akan datang pada pertemuan itu.
2) Tanda titik digunakan untuk mengakhiri pernyataan lengkap yang
diikuti perincian berupa kalimat baru, paragraf baru, atau subjudul
baru.
Contoh:
Kondisi kebahasaan di Indonesia yang diwarnai oleh bahasa
standar dan nonstandar, ratusan bahasa daerah, dan ditambah
beberapa bahasa asing membutuhkan penanganan yang tepat dalam
perencanaan bahasa. Agar lebih jelas, latar belakang dan masalah
akan diuraikan secara terpisah seperti tampak pada paparan berikut.
1. Latar Belakang

21
Masyarakat Indonesia yang heterogen menyebabkan
munculnya sikap yang beragam terhadap penggunaan bahasa yang
ada di Indonesia, yaitu (1) sangat bangga terhadap bahasa asing, (2)
sangat bangga terhadap bahasa daerah, dan (3) sangat bangga
terhadap bahasa Indonesia.
2. Masalah
Penelitian ini hanya membatasi masalah pada sikap bahasa
masyarakat Kalimantan terhadap bahasa-bahasa yang ada di
Indonesia. Sikap masyarakat tersebut akan digunakan sebagai
formulasi kebijakan perencanaan bahasa yang diambil.
3. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengukur
sikap bahasa masyarakat Kalimantan, khususnya yang tinggal di kota
besar, terhadap bahasa-bahasa yang ada di Indonesia.
3) Tanda titik digunakan di belakang angka atau huruf dalam suatu
daftar, perincian, tabel, atau bagan.
Contoh Penggunaan Tanda Titik dalam Daftar
I. Kondisi Kebahasaan di Indonesia
A. Bahasa Indonesia
1. Kedudukan
2. Fungsi
B. Bahasa Daerah
1. Kedudukan
2. Fungsi
C. Bahasa Asing
1. Kedudukan
2. Fungsi
4) Tanda titik digunakan untuk memisahkan angka jam, menit, dan
detik yang menunjukkan waktu atau jangka waktu.
Contoh: pukul 01.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik atau pukul
1, 35 menit, 20 detik)

22
5) Tanda titik digunakan untuk memisahkan bilangan ribuan atau
kelipatannya yang menunjukkan jumlah.
Contoh: Indonesia memiliki lebih dari 13.000 pulau.

b. Tanda Koma (,)


1) Tanda koma digunakan di antara unsur-unsur dalam perincian berupa
kata, frasa, atau bilangan.
Contoh: Telepon seluler, komputer, atau internet bukan barang
mewah lagi.
2) Tanda koma digunakan sebelum kata penghubung, seperti tetapi,
melainkan, dan sedangkan, dalam kalimat majemuk pertentangan.
Contoh: Saya ingin membeli kamera, tetapi uang saya belum cukup.
3) Tanda koma digunakan untuk memisahkan anak kalimat yang
mendahului induk kalimat.
Contoh: Karena baik hati, dia mempunyai banyak teman.
4) Tanda koma digunakan di belakang kata atau ungkapan penghubung
antarkalimat, seperti oleh karena itu, jadi, dengan demikian,
sehubungan dengan itu, dan meskipun demikian.
Contoh: Mahasiswa itu rajin dan pandai. Oleh karena itu, dia
memperoleh beasiswa belajar di luar negeri.
5) Tanda koma digunakan sebelum dan/atau sesudah kata seru, seperti o,
ya, wah, aduh, atau hai, dan kata yang dipakai sebagai sapaan, seperti
Bu, Dik, atau Nak.
Contoh: O, begitu?
Wah, bukan main!
6) Tanda koma digunakan untuk memisahkan petikan langsung dari
bagian lain dalam kalimat.
Contoh: Kata nenek saya, "Kita harus berbagi dalam hidup ini."
7) Tanda koma digunakan di antara (a) nama dan alamat, (b) bagian-
bagian alamat, (c) tempat dan tanggal, serta (d) nama tempat dan
wilayah yang ditulis berurutan.

23
Contoh: Sdr. Rahmat Hidayat, Jalan Sumbawa I/18, Kelurahan
Merdeka, Kecamatan Sumurbandung, Bandung 40113
8) Tanda koma digunakan sesudah salam pembuka (seperti dengan
hormat atau salam sejahtera), salam penutup (seperti salam takzim
atau hormat kami), dan nama jabatan penanda tangan surat.
Contoh:
Dengan hormat,
Salam sejahtera,
9) Tanda koma digunakan di antara nama orang dan singkatan gelar
akademis yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan
nama diri, nama keluarga, atau nama marga.
Contoh: B. Ratulangi, S.E.
Catatan:
 Bandingkan Siti Khadijah, M.A. (Siti Khadijah, Master of Arts)
dengan Siti Khadijah M.A. (Siti Khadijah Mas Agung).
 Spasi digunakan untuk memisahkan unsur nama dan
singkatannya serta antargelar dan singkatannya.
10) Tanda koma digunakan sebelum angka desimal atau di antara rupiah
dan sen yang dinyatakan dengan angka.
Contoh: 12,5 m; 27,3 kg
11) Tanda koma digunakan untuk mengapit keterangan tambahan atau
keterangan aposisi.
Contoh: Di daerah kami, misalnya, masih banyak bahan tambang
yang belum diolah.
12) Tanda koma dapat digunakan di belakang keterangan yang terdapat
pada awal kalimat untuk menghindari salah pengertian.
Contoh: Dalam pengembangan bahasa Indonesia, kita dapat
memanfaatkan bahasa daerah.

c. Tanda Titik Koma (;)


1) Tanda titik koma dapat digunakan sebagai pengganti kata penghubung
untuk memisahkan kalimat setara di dalam kalimat majemuk.

24
Contoh: Hari sudah malam; anak-anak masih membaca buku.
2) Tanda titik koma digunakan pada bagian perincian yang berupa frasa
verbal.
Contoh:
Syarat mengikuti ujian penerimaan pegawai di lembaga ini adalah
(1) berkewarganegaraan Indonesia;
(2) berijazah sarjana S-1;
(3) berbadan sehat; dan
(4) bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
3) Tanda titik koma digunakan untuk memisahkan bagian-bagian
perincian dalam kalimat yang sudah menggunakan tanda koma.
Contoh: Ibu membeli buku, pensil, dan tinta; baju, celana, dan kaus;
serta pisang, apel, dan jeruk.
4) Tanda titik koma digunakan untuk memisahkan sumber-sumber
kutipan.
Contoh: Kasus perencanaan bahasa di Indonesia dianggap sebagai
salah satu yang paling berhasil (Fishman, 1974; Moeliono,
1985; Samuel, 2008; Wardhaugh dan Fuller, 2015).

d. Titik Dua (:)


1) Tanda titik dua digunakan pada akhir suatu pernyataan lengkap yang
langsung diikuti perincian atau penjelasan.
Contoh: Mereka memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja, dan
lemari.
2) Tanda titik dua digunakan sesudah kata atau frasa yang memerlukan
pemerian.
Contoh:
Narasumber: Prof. Dr. Saputra Effendi
Pemandu : Abdul Gani, M.Hum.
Pencatat : Sri Astuti Amelia, S.Pd.

25
3) Tanda titik dua digunakan dalam naskah drama sesudah kata yang
menunjukkan pelaku dalam percakapan.
Contoh:
Ibu : "Bawa koper ini, Nak!"
4) Tanda titik dua digunakan di antara (a) jilid atau nomor dan halaman,
(b) surah dan ayat dalam kitab suci, serta (c) judul dan anak judul
suatu karangan.
Contoh:
Surah Ibrahim: 2–5
5) Tanda titik dua dapat digunakan untuk memisahkan angka jam,
menit, dan detik yang menunjukkan waktu atau jangka waktu.
Contoh: pukul 01:35:20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik atau pukul
1, 35 menit, 20 detik)
6) Tanda titik dua digunakan untuk menuliskan rasio dan hal lain yang
menyatakan perbandingan dalam bentuk angka.
Contoh: Skala peta ini 1:10.000.

e. Tanda Hubung (-)


1) Tanda hubung digunakan untuk menandai bagian kata yang
terpenggal oleh pergantian baris.
Contoh:
Di samping cara lama, diterapkan juga ca-
ra baru.
2) Tanda hubung digunakan untuk menyambung unsur bentuk ulang.
Contoh: anai-anai, berulang-ulang
3) Tanda hubung digunakan untuk (a) menyambung tanggal, bulan, dan
tahun yang dinyatakan dengan angka, (b) menyambung huruf dalam
kata yang dieja satu demi satu, dan (c) menyatakan skor
pertandingan.
Contoh: 11-11-2022
4) Tanda hubung digunakan untuk memperjelas hubungan bagian kata
atau ungkapan.

26
Contoh: meng-urus (merawat; memelihara; mengatur) dibandingkan
dengan me-ngurus (menjadi kurus)
5) Tanda hubung digunakan untuk merangkaikan unsur yang berbeda,
yaitu di antara huruf kapital dan nonkapital serta di antara huruf dan
angka.
Contoh: se-Indonesia
6) Tanda hubung digunakan untuk merangkai unsur bahasa Indonesia
dengan unsur bahasa daerah, bahasa asing, atau slang.
Contoh: mem-back up 'menyokong; membantu' (bahasa Inggris)
7) Tanda hubung digunakan untuk menandai imbuhan atau bentuk
terikat yang menjadi objek bahasan.
Contoh: Imbuhan pe- pada pekerja bermakna 'orang yang' atau
'pelaku'.
8) Tanda hubung digunakan untuk menandai dua unsur yang merupakan
satu kesatuan.
Contoh: Soekarno-Hatta

f. Tanda Pisah (—)


1) Tanda pisah dapat digunakan untuk mengapit keterangan atau
penjelasan yang bukan bagian utama kalimat.
Contoh:
Kemerdekaan bangsa itu—saya yakin akan tercapai—diperjuangkan
oleh bangsa itu sendiri.
2) Tanda pisah dapat digunakan untuk mengapit keterangan atau
penjelasan yang merupakan bagian utama kalimat dan dapat saling
menggantikan dengan bagian yang dijelaskan.
Contoh:
Soekarno-Hatta—Proklamator Kemerdekaan RI—diabadikan
menjadi nama jalan di beberapa kota di Indonesia.
3) Tanda pisah digunakan di antara dua bilangan, tanggal (hari, bulan,
tahun), atau tempat yang berarti 'sampai dengan' atau 'sampai ke'.
Contoh: Tahun 2019—2022

27
g. Tanya Tanya (?)
1) Tanda tanya digunakan di akhir kalimat tanya.
Contoh: Kapan Hari Pendidikan Nasional diperingati?
2) Tanda tanya digunakan di dalam tanda kurung untuk menyatakan
bagian kalimat yang diragukan atau yang kurang dapat dibuktikan
kebenarannya.
Contoh: Monumen Nasional mulai dibangun pada tahun 1961 (?).

h. Tanda Seru (!)


Tanda seru digunakan untuk mengakhiri ungkapan yang menggambarkan
kekaguman, kesungguhan, emosi yang kuat, seruan, atau perintah.
Contoh: Alangkah indahnya Taman Laut Bunaken!

i. Tanda Elipsis (...)


1) Tanda elipsis digunakan untuk menunjukkan bahwa dalam suatu
kalimat atau kutipan ada bagian yang dihilangkan atau tidak
disebutkan.
Contoh: Penyebab kemerosotan ... akan diteliti lebih lanjut.
2) Tanda elipsis digunakan untuk menulis ujaran yang tidak selesai
dalam dialog.
Contoh: "Jadi, simpulannya .... Oh, sudah saatnya kita beristirahat!"
3) Tanda elipsis digunakan untuk menandai jeda dalam tuturan yang
dituliskan.
Contoh: Maju ... jalan!
4) Tanda elipsis di akhir kalimat diikuti dengan tanda baca akhir kalimat
berupa tanda titik, tanda tanya, atau tanda seru.
Contoh: "Pergi dari sini jika kamu ...!"

j. Tanda Petik (―...‖)


1) Tanda petik digunakan untuk mengapit petikan langsung yang
berasal dari pembicaraan, naskah, atau bahan tertulis lain.

28
Contoh: "Merdeka atau mati!" seru Bung Tomo dalam pidatonya.
2) Tanda petik digunakan untuk mengapit judul puisi, judul lagu, judul
artikel, judul naskah, judul bab buku, judul pidato/khotbah, atau
tema/subtema yang terdapat di dalam kalimat.
Contoh: Marilah, kita menyanyikan lagu "Maju Tak Gentar"!
3) Tanda petik digunakan untuk mengapit istilah ilmiah yang kurang
dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus.
Contoh: Dilarang memberikan "amplop" kepada petugas!

k. Tanda petik Tunggal (‗...‘)


1) Tanda petik tunggal digunakan untuk mengapit petikan yang terdapat
dalam petikan lain.
Contoh: Tanya dia, "Kaudengar bunyi 'kring-kring' tadi?"
2) Tanda petik tunggal digunakan untuk mengapit makna, padanan, atau
penjelasan kata atau ungkapan.
Contoh: tergugat 'yang digugat'

l. Tanda Kurung ((...))


1) Tanda kurung digunakan untuk mengapit keterangan tambahan,
seperti singkatan atau padanan kata asing.
Contoh:
Bahasa Indonesia mempunyai tes standar yang disebut Uji
Kemahiran Berbahasa Indonesia (UKBI).
2) Tanda kurung digunakan untuk mengapit keterangan atau penjelasan
yang bukan bagian utama kalimat.
Contoh:
Keterangan itu (lihat Tabel 10) menunjukkan arus perkembangan
baru pasar dalam negeri.
3) Tanda kurung digunakan untuk mengapit kata yang keberadaannya di
dalam teks dapat dimunculkan atau dihilangkan.
Contoh: Dia berangkat ke kantor dengan (bus) Transjakarta.

29
4) Tanda kurung digunakan untuk mengapit huruf atau angka sebagai
penanda perincian yang ditulis ke samping atau ke bawah di dalam
kalimat.
Contoh:
Faktor produksi menyangkut (a) bahan baku, (b) biaya produksi, dan
(c)tenaga kerja.

m. Tanda Kurung Siku ([...])


1) Tanda kurung siku digunakan untuk mengapit huruf, kata, atau
kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan atas kesalahan atau
kekurangan di dalam naskah asli yang ditulis orang lain.
Contoh:
Penggunaan bahasa dalam karya ilmiah harus sesuai [dengan] kaidah
bahasa Indonesia.
2) Tanda kurung siku digunakan untuk mengapit keterangan dalam
kalimat penjelas yang terdapat dalam tanda kurung.
Contoh:
Persamaan kedua proses itu (perbedaannya dibicarakan di dalam Bab
II [lihat halaman 35—38]) perlu dibentangkan di sini.

n. Tanda Garis Miring (/)


1) Tanda garis miring digunakan dalam nomor surat, nomor pada
alamat, dan penandaan masa 1 tahun yang terbagi dalam 2 tahun
takwim.
Contoh:
Nomor: 7/PK/II/2022
Jalan Kramat III/10
2) Tanda garis miring digunakan sebagai pengganti kata dan, atau, serta
setiap.
Contoh:
Semua organisasi harus memiliki AD/ART. 'Semua organisasi harus
memiliki anggaran dasar dan anggaran rumah tangga.'

30
3) Tanda garis miring dapat digunakan untuk mengapit huruf, kata, atau
kelompok kata sebagai koreksi atau pengurangan atas kesalahan atau
kelebihan di dalam naskah asli yang ditulis orang lain.
Contoh:
Asmara/n/dana merupakan salah satu tembang macapat budaya Jawa.

o. Tanda Apostrof (‗)


Tanda apostrof dapat digunakan untuk menunjukkan penghilangan
bagian kata atau bagian angka tahun dalam konteks tertentu.
Contoh: Diriku s‘lalu dimanja. (s‘lalu = selalu), 5-2-‘21 (‘21 = 2021)
Catatan:
Penggunaan tanda apostrof ini lazim dalam ragam nonstandar.
(Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, 2022)

31
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Berdasarkan paparan materi yang sudah ditulis dapat disimpulkan bahwa
pengertian ejaan adalah keseluruhan peraturan atau kaidah cara melambangkan
bunyi ujaran, pemisahan dan penggabungan kata, penulisan kata, huruf, serta
tanda baca dalam bentuk tulisan.
Ejaan Bahasa di Indonesia telah mengalami perkembangan dan
perubahan sesuai perkembangan zaman. Ejaan-ejaan yang pernah digunakan di
Indonesia, yaitu Ejaan van Ophuysen (1901-1947), Ejaan Soewandi/Ejaan
Republik (1947-1956), Ejaan Pembaharuan (1956-1961), Ejaan Melindo (1961-
1967), Ejaan Baru/LBK (1967-1972), Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan (1972-2015), Ejaan Bahasa Indonesia (2015-2022) dan Ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan edisi kelima (2022-sekarang).
Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD) edisi kelima ini
meliputi penggunaan huruf, penulisan kata dan penggunaan tanda baca. Masing-
masing memiliki kaidahnya sendiri-sendiri sesuai dengan Keputusan Kepala
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan,
Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia Nomor
0424/I/BS.00.01/2022.

B. Saran
Sudah selayaknya kita sebagai bagian dari bangsa Indonesia dapat
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar khususnya dalam bahasa
tulis. Dengan adanya penjabaran tentang pamakaian Ejaan Bahasa Indonesia
yang Disempurnakan (EYD) ini, diharapkan para pembaca dapat memahami dan
menerapkan penggunaannya dalam pembuatan suatu karya tulis. Dan semoga
penjabaran ini dapat bermanfaat serta menambah wawasan dan pengetahuan
bagi kita semua.

32
Kosa Kata Baru Kurang Populer
1. Andala : Laut yang sangat dalam
2. Asrar : Rahasia
3. Distraksi : Mengalihkan perhatian
4. Jenggala : Hutan ; rimba
5. Teyan : Pemungutan; pengumpulan uang

33
DAFTAR PUSTAKA

Alek dan Achmad. 2011. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. 2022. Surat Keputusan Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan.
(https://badanbahasa.kemdikbud.go.id/resource/doc/files/SK_EYD_Edisi_V_1
6082022.pdf, diakses: 6 April 2023)
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. 2023. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
KBBI V (Online).
Machasin, dkk. 2019. Islam dalam Goresan Pena Budaya. Yogyakarta: DIVA Press.
Marwanto. 2022. Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa di Perguruan Tinggi.ALBI
(Online).
Mustakim. 1996. Tanya Jawab Ejaan Bahasa Indonesia untuk Umum. Jakarta: Penerbit
PT Gramedia Pustaka Utama.

34
LAMPIRAN

35
36

Anda mungkin juga menyukai