DISUSUN OLEH :
FAIZZATUL MUKARROMAH (03)
Guru Pembimbing :
Ach. Arif S.Pd
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi maha Penyayang, kami
panjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpah rahmat, taufiq serta
hidayah dan inayahnya kepada kami, sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan
makalah dimana makalah ini membahas tentang “Ejaan yang Disempurnakan” sebagai salah
satu tugas ujian praktek di kelas XII pada semester II ini.
Dalam penyusunan makalah ini, kami mengalami beberapa kesulitan maupun
hambatan. Namun berkat bantuan dari Guru Pembimbing sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah ini. Dan kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kami mengharapkan kepada para pembaca untuk
senantiasa memberikan masukan, kritik, saran yang membangun demi kesempurnaan
makalah kami ini.
Akhirnya, ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu dalam pembuatan makalah ini, kami harapkan makalah ini dapat bermanfaat dan
mampu menambah wawasan bagi semua orang.
Penyusun
Faizzatul Mukarromah
DAFTAR ISI
Halaman judul……………………………………………………………………... 1
KATA PENGANTAR……………………………………………………………... 2
DAFTAR ISI……………………………………………………………………….. 3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………….. 4
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………. 4
1.3 Tujuan…………………………………………………………………........ 4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian dan Sejarah Perkembangan Ejaan Bahasa Indonesia
2.1.1 Pengertian Ejaan…………………………………………………….
2.1.2 Fungsi Ejaan…………………………………………………………
2.1.3 Sejarah Perkembangan Ejaan Bahasa Indonesia…………………
2.2 Ejaan yang disempurnakan dan penggunaan yang benar pada penulisan
huruf dan kata
2.2.1 Penggunaan Huruf Pada Pedoman EYD…………………………..
2.2.2 Penggunaan EYD yang benar pada angka dan tanda baca………
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan…………………………………………………………………....
3.2 Saran………………………………………………………………………..
Daftar Pustaka…………………………………………………………….……
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mendeskripsikan tentang pengertian ejaan.
2. Untuk Mendeskripsikan fungsi ejaan.
3. Untuk mendeskripsikan perkembangan ejaan di Indonesia.
4. Untuk mengidentifikasi penulisan kata yang benar sesuai dengan EYD.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Ejaan dan EYD
1. Pengertian Ejaan
Ejaan dapat ditinjau dari dua segi, yaitu segi khusus dan segi umum, secara
khusus ejaan dapat diartikan sebagai pelambangan bunyi-bunyi bahasa dengan huruf,
baik berupa huruf demi huruf maupun huruf yang telah disusun menjadi kata,
kelompok kata atau kalimat. Secara umum, ejaan berarti keseluruhan ketentuan yang
mengatur pelambangan bunyi bahasa, termasuk pemisahan dan penggabungannya
yang dilengkapi pula dengan penggunaan tanda baca.
Dari Keterangan tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa ejaan merupakan
hal-hal mencakup penulisan huruf, penulisan kata, termasuk singkatan, akronim,
angka dan lambang bilangan, serta menggunakan tanda baca. Selain itu, juga tentang
pelafalan dan peraturan dalam penyerapan unsur asing.
2. Fungsi Ejaan
Dalam kaitanya dengan pembakuan bahasa, baik yang menyangkut pembagian
tata bahasa maupun kosakata dan peristilahan, ejaan mempunyai fungsi yang sangat
penting. Fungsi tersebut antara lain sebagai berikut :
A. Sebagai landasan pembakuan tata bahasa
B. Sebagai landasan pembakuan kosakata dan peristilahan, serta
C. Alat penyaring masuknya unsur-unsur bahasa lain ke dalam bahasa Indonesia
Di samping ketiga fungsi yang telah disebutkan diatas, ejaan sebenarnya juga
mempunyai fungsi yang lain. Secara praktis, ejaan berfungsi untuk membantu
pemahaman pembaca di dalam mencerna Informasi yang disampaikan secara tertulis.
Ejaan Van Ophuysen ditetapkan pada tanggal 1901 dan diterbitkan dalam
sebuah buku Kitab Logat Melajoe. Sejak ditetapkannya itu, Ejaan Van Ophuysen pun
dinyatakan berlaku. Sesuai dengan namanya ejaan ini disusun oleh Ch.A.Van
Ophuysen, yang dibantu oleh Engku Nawawi gelar Soetan Ma'moer dan Moehammad
Taib Soetan Ibrahim. Sebelum Ejaan Van Ophuysen disusun para penulis pada
umumnya mempunyai aturan sendiri-sendiri dalam menuliskan konsonan, vokal, kata,
kalimat, dan tanda baca. Oleh karena itu, sistem ejaan yang digunakan pada waktu itu
sangat beragam. Terbitnya Ejaan Van Ophuysen sedikit banyak mengurangi
kekacauan ejaan yang terjadi pada masa itu.
Beberapa hal yang cukup menonjol dalam Ejaan Van Ophuysen antara lain
sebagai berikut :
3. Huruf k pada akhir kata atau suku kata ditulis dengan tanda koma diatas
Ejaan Republik ialah ejaan baru yang disusun oleh Mr. Soewandi.
Ejaan Repubik lazim disebut Ejaan Soewandi karena nama itu disesuaikan dengan
nama orang yang memprakarsainya. Seperti kita ketahui, Soewandi merupakan nama
Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan ketika ejaan itu disusun oleh karena
itu, kiranya wajar jika ejaan yang disusunnya juga dikenal sebagai Ejaan Soewandi.
2. Bunyi hamzah ( dalam Ejaan Van Ophuysen diganti dengan k dalam Ejaan
Republik (Maloem-maklum)
3. Kata ulang boleh ditandai dengan angka dua dalam Ejaan Republik (rata-
rata Rata2)
4. Huruf e taling dan pepet dalam Ejaan Republik tidak dibedakan Keritik =
Kritik)
5. Tanda trema (") dalam Ejaan Van Ophuysen dihilangkan dalam Ejaan Republik(ekor Eker)
Ejaan Baru Merupakan lanjutan dari rintisan panitia ejaan melindo.Pelaksananya pun terdiri
dari panitia Ejaan LBK (Lembaga bahasa dan Kasusaatraan, sekarang bernama Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa) juga dari panitia Ejaan bahasa Melayu yang berhasil
merumuskan ejaan yang disebut Ejaan Baru. Namun lebih di kenal dangan ejaan LBK.
Adapun Perubahan yang terdapat dalam ejaan Baru Adalah
Dalam butir 5 Pedoman EYD dinyatakan, huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama
unsure nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang tertentu, nama instansi, atau
nama tempat. Contoh, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Gubernur Jawa Barat,
Profesor Jalaluddin Rakhmat. Sekretaris Jendral, Departemen Pendidikan Nasional.
Jabatan tidak diikuti nama orang tidak memakai huruf kapital. Contoh. Menurut bupati,
anggaran untuk pendidikan naik 25% dari tahun sebelumnya.
Dalam butir 7 dinyatakan, huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama nama bangsa,
suku bangsa, dan bahasa. Contoh, bangsa Indonesia, suku Suada, bahasa Inggris.
Ditegaskan, huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa,
dan bahasa yang dipakai bentuk dasar kata turun. Contoh: ke- Sunda-Sundann.ke-Inggris-
Inggrisan,ke-Batak-Batakan, meng Indonesiakan.Sebanisnya: kesunda-sundaan,
keinggris- inggrisan, kebatak- batakan, mengindonesiakan.
Dalam butir 9 ditegaskan, huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah
geografi yang tidak menjadi unsur nama diri. Contoh. berlayar ke teluk mandi di kali,
menyebrangi selat, pergi ke arah renggara, kacang bogor, salak bali, pisang ambon,
pepaya bangkok, nanas subang, tahu sumedang, peuyeum bandung dan telur brebes.
Dalam butir 11 dinyatakan, huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur
bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama badan lembaga pemerintah dan
ketatanegaraan, serta dokumen resmi. Contoh, Perserikatan Bangsa-Bangsa, Yayasan
Ilmu-Ilmu Sosial, Yayasan Ahli-Ahli Bedah Plastik Jawa Barat, Undang-Undang Dasar
Republik Indonesia, Garis-Garis Besar, Haluan Negara.
Dalam butir 12 dinyatakan, huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua
kata di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan kecuali kata seperti di,
ke, dari, dan, yang, dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal. Biasanya dipakai pada
penulisan judul cerpen, novel. Contoh, Harimau Tua dan Ayam Centil, Hari-Hari
Penantian dalam Gua Neraka, Kado untuk Setan, Taksi yang Menghilang.
2. Penulisan Huruf Miring
Pada butir 1 pedoman penulisan huruf mining ditegaskan, huruf miring dalam cetakan
dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam
tulisan. Contoh, Buku Jurnalistik Indonesia, Majalah Sunda Mangle. Surat Kabar
Bandung Pos
Butir 2 pedoman penulisan huruf miring menyatakan, huruf miring dalam cetakan dipakai
untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata.
Butir 3 pedoman penulisan huruf mining menegaskan, huruf mining dan cetakan dipakai
untuk menuliskan kata nama ilmiah dan ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan
ejaumya. Contoh, royal-purple amethyst,
Butir 2 pedoman penulisan gabungan kata mengingatkan, gabungan kata, termasuk istilah
khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian dapat ditulis dengan tanda
hubung untuk menegaskan pertalian di antara unsur yang bersangkutan. Contoh: alat
pandang- dengar, anak-istri saya, buku sejarah-baru, mesin-hitung tangan, ibu-bapak
kami.
Butir 3 pedoman penulisan gabungan kata menegaskan, gabungan kata berikut harus
ditulis serangkai. Contoh, acapkali, adakalanya, akhirulkalam, daripada, darmawisata,
belasungkawa, dukacita, kacamata, kasatmata, manakala, manasuka, matahari, olahraga,
padahal, peribahasa, radioaktif, saptamarga, saripati, sediakala, segitiga, sekalipun,
sukacita, sukarela, sukaria, titimangsa.
1. Penulisan Angka
Pedoman EYD menetapkan empat jenis penulisan angka,
(4) kuanitas.
Keempat, angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci.