DI SUSUN
OLEH :
KELOMPOK V
: Yunita Yakseb
: Irnawati Lidamona
Jurusan : Tarbiyah
Prodi : PAI
Semester : I (Satu)
KATA PENGANTAR
Bahasa adalah sebuah lambang bunyi yang bersifat arbitrer, yang digunakan
untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri. Bahasa merupakan
alat komunikasi yang sempurna. Dalam penyampaiannya mutlak susunan kalimat dan
sebagainya menjadi hal yang perlu untuk diperhatikan.
Berkomunikasi memang bukan hanya melalui lisan, dapat pula melalui sebuah
tulisan. Berkomunikasi melalui lisan lebih mudah daripada tulisan, karena mimik,
gerak-gerik, irama, jeda, dan unsur-unsur nonbahasa lainnya ikut memperlancar
komunikasi itu. Dalam hal ini, unsur-unsur nonbahasa tidak dapat dituliskan, dan hal
ini dapat menyulitkan komunikasi dan memberi peluang terjadinya kesalahpahaman.
Disinilah ejaan dan tanda baca (fungtuasi) berperan sampai batas-batas tertentu, yakni
menggantikan beberapa unsur nonbahasa yang diperlukan untuk memperjelas gagasan
atau pesan.
Dengan ditulisnya makalah ini semoga menjadi pelajaran dan bermanfaat bagi
kita semua, dan kami sangat membutuhkan kritik dan saran yang membangun untuk
laporan ini, agar tercapainya laporan yang lebih baik lagi untuk kedepannya.
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL.......................................................................................I
KATA PENGANTAR........................................................................................II
DAFTAR ISI......................................................................................................II
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................3
A. Kesimpulan...................................................................................................15
B. Saran.............................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pendahuluan
Banyak diantara kita yang masih banyak menggunakan kata dan susukan
kalimat yang masih salah dalam beberapa forum. Ada saatnya kita menggunakan
kalimat-kalimat baku, dan ada saatnya pula kita menggunakan kalimat nonbaku.
Hal ini perlu untuk diperhatikan. Ketika penggunaan kalimat telah sesuai
namun penggunaan ejaannya masih belum benar, ini dapat mengakibatkan
kesalahpahaman, atau bahkan informasi yang hendak disampaikan tidak dapat
diterima dengan baik oleh pendengar. Ejaan sangat diperlukan, baik untuk
komunikasi secara lisan atau bahkan tulisan.
Sehingga apa yang telah ada pada masyarakat umumnya, perlahan pemahaman
ejaan yang digunakan diperhatikan dan diperbaiki dari keadaan semula yang
mungkin terjadi kesalahan dalam pemakaiannya.
Salah kata Adalah kesalahan besar jika kita menganggap bahwa persoalan
dalam pemilihan kata adalah suatu persoalan yang sederhana, tidak perlu
dibicarakan atau dipelajari karena akan terjadi dengan sendirinya secara wajar
pada diri manusia. Dalam kehidupan sehari-hari sering kali kita menjumpai orang-
orang yang sangat sulit mengungkapkan maksud atau segala sesuatu yang ada
dalam pikirannya dan sedikit sekali variasi bahasanya.Kita pun juga menjumpai
orang-orang yang boros sekali dalam memakai perbendaharaan katanya, namun
tidak memiliki makna yang begitu berarti.Oleh karena itu agar tidak terseret ke
dalam dua hal tersebut, kita harus mengetahui betapa pentingnya peranan kata
dalam kehidupan sehari-hari.
Pengertian yang tersirat dalam sebuah kata mengandung makna bahwa
setiap kata mengungkapkan sebuah gagasan. Kata-kata merupakan alat penyalur
gagasan yang akan disampaikan kepada orang lain. Jika kita sadar akan hal itu,
berarti semakin banyak kata yang kita kuasai, semakin banyak pula ide atau
gagasan yang kita kuasai dan sanggup kita ungkapkan.
Tujuan manusia berkomunikasi lewat bahasa adalah agar saling
memahami antara pembicara dan pendengar, atau antara penulis dan
pembaca.Dalam berkomunikasi, kata-kata disatu-padukan dalam suatu konstruksi
yang lebih besar berdasarkan kaidah-kaidah sintaksis yang ada dalam suatu
bahasa.Dalam hal ini, pemilihan kata yang tepat menjadi salah satu faktor penentu
dalam komunikasi.
Pemilihan kata merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam hal
tulis-menulis maupun berbicara dalam kehidupan sehari-hari.Pemilihan kata
berhubungan erat dengan kaidah sintaksis, kaidah makna, kaidah hubungan sosial,
dan kaidah mengarang. Kaidah-kaidah ini saling mendukung sehingga tulisan atau
apa yang kita bicarakan menjadi lebih berbobot dan bernilai serta lebih mudah
dipahami dan dimengerti oleh orang lain.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah tentang ejaan Bahasa Indonesia?
2. Apa yang dimaksud dengan sejaan?
3. Bagaimana pelafalan ejaan?
4. Bagaimana pemakaian huruf?
5. Apa yang dimaksud engan pemisahan suku kata?
6. Bagaimana cara penulisan huruf?
7. Bagaimana cara penulisan kata?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah itu yaitu yang pertama tidak lain untuk
memenuhi tugas yang diberika oleh dosen pengampuh dan juga untuk menjelaskan
pokok bahasan dari makalah ini yang ada di daftar isi dan rumusan masalah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Singkat Ejaan Bahasa Indonesia
Ejaan ditinjau dari dua segi, meliputi segi khusus dan segi umum. Secara
khusus, ejaan dapat diartikan sebagai perlambangan bunyi-bunyi bahasa dengan
huruf, baik berupa huruf demi huruf maupun huruf yang telah disusun menjadi
kata, kelompok kata atau kalimat. Secara umum, ejaan berarti keseluruhan
ketentuan yang mengatur perlambangan bunyi.
1. Ejaan Van Ophuysen
Ejaan Van Ophuysen ditetapkan pada tahun 1901 dan diterbitkan dalam
sebuah buku Kitab Logat Melajoe, dan mulai berlaku. Ejaan tersebut disusun
oleh Ch.A.Van Ophuysen, yang dibantu oleh Engku Nawawi gelar Soetan
Ma’moer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim. Sebelum ejaan ini dituliskan
oleh penulis, pada umumnya memiliki aturan sendiri dan sangat beragam dalam
menuliskan konsonan, vokal, kata, kalimat, dan tanda baca. Terbitnya Ejaan
Van Ophuysen sedikit banyak mengurangi kekacauan ejaan yang terjadi pada
masa itu.
Beberapa hal yang cukup menonjol dalam Ejaan Van Ophuysen antara lain sebagai
berikut:
a) Huruf “y” ditulis dengan “j”
Contoh:
1) Sayang – Sajang
2) Yakin – Jakin
b) Huruf “u” ditulis dengan “oe”
Contoh:
1) Umum – Oemoem
2) Sempurna – Sempoerna
c) Huruf “k” ditulis dengan ( ‘ )
Contoh:
1) Rakyat – Ra’yat
2) Bapak – Bapa’
d) Huruf “j” ditulis dengan “dj”
Contoh:
1) Jakarta – Djakarta
2) Raja – Radja
e) Huruf “c” ditulis dengan “tj”
Contoh:
1) Pacar – Patjar
2) Cara – Tjara
2. Ejaan Republik (Ejaan Soewandi)
Ejaan Republik disusun oleh Mr.Soewandi. Penyusunan ini dimaksudkan
untuk menyempurnakan Ejaan Van Ophuysen dan diresmikan dan ditetapkan
berdasarkan surat keputusan menteri pendidikan, pengajaran, dan kebudayaan
Republik Indonesia Nomor 264/Bhg.A, tanggal 19 Maret 1947 dan diresmikan
dengan nama Ejaan Republik.
1) Gabungan huruf oe dalam Ejaan Van Ophuysen diganti dengan u dalam
Ejaan Republik.
2) Bunyi hamzah (‘) dalam Ejaan Van Ophuysen diganti dengan k dalam Ejaan
Republik.
3) Kata ulang boleh ditandai dengan angka dua dalam Ejaan Republik.
4) Huruf e taling dan pepet dalam Ejaan Republik tidak dibedakan.
5) Tanda trema (“) dalam Ejaan Van Ophuysen dihilangkan dalam Ejaan
Republik.
Masalah lain yang sering muncul dalam pelafalan ialah mengenai singkatan
kata dengan huruf. Sebaiknya pemakai bahasa memperhatikan pelafalan yang
benar seperti yang sudah dibakukan dalam ejaan.
Hal yang perlu mendapat perhatian ialah mengenai pemakaian dan pelafalan
huruf pada penulisan dan pelafalan nama diri. Di dalam kaidah ejaan dikatakan
bahwa penulisan dan pelafalan nama diri, yaitu nama orang, badan hukum,
lembaga, jalan, kota, sungai, gunung, dan sebagainya disesuaikan dengan kaidah
ejaan yang berlaku, kecuali kalau ada pertimbangan lain. Pertimbangan yang
dimaksud ialah pertimbangan adat, hukum, agama, atau kesejahteraan, dengan
kebebasan memilih apakah mengikuti Ejaan Republik (Soewandi) atau Ejaan yang
Disempurnakan. Jadi, pelafalan nama orang dapat saja diucapkan tidak sesuai
dengan yang tertulis, bergantung pada pemilik nama tersebut.
Demikian pula halnya dengan pelafalan unsur kimia, nama minuman, atau
nama obat-obatan, bergantung pada kebiasaan yang berlaku untuk nama tersebut.
Jadi, pemakai bahasa dapat saja melafalkan unsur tersebut tidak sesuai dengan
yang tertulis. Hal tersebut memerlukan kesepakatan lebih lanjut dari pakar yang
bersangkutan.
Kaidah pelafalan yang perlu dibicarakan di sini ialah pelafalan bunyi /h/.
Pelafalan bunyi /h/ ada aturannya dalam bahasa Indonesia. Bunyi /h/ yang terletak
di antara dua vokal yang sama harus dilafalkan dengan jelas, seperti pada kata
mahal, pohon, luhur, leher, sihir. Bunyi /h/ yang terletak di antara dua vokal yang
berbeda dilafalkan dengan lemah atau hampir tidak kedengaran, seperti pada kata
tahun, lihat, pahit. Bunyi /h/ pada kata seperti itu umumnya dilafalkan dengan
bunyi luncur /w/ atau /y/, yaitu tawun, liyat, payit. Aturan ini tidak berlaku bagi
kata-kata pungut karena lafal kata pungut disesuaikan dengan lafal bahasa
asalnya, seperti kata mahir, lahir, kohir, kohesi.
D. Pemakaian Huruf
Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan menggunakan 26 huruf didalam
abjadnya, yaitu mulai dengan huruf /a/ sampai dengan huruf /z/. Beberapa huruf di
antaranya, yaitu huruf /f/, /v/, /x/, dan /z/, merupakan huruf serapan dan sekarang
huruf-huruf tersebut dipakai secara resmi di dalam bahasa Indonesia. Dengan
demikian, pemakaian huruf itu tetap dipertahankan dan jangan diganti dengan
huruf lain.
Contoh:
fakta tidak boleh diganti dengan pakta
aktif tidak boleh diganti dengan aktip
valuta tidak boleh diganti dengan paluta
pasif tidak boleh diganti dengan pasip
ziarah tidak boleh diganti dengan jiarah, siarah
Contoh:
Huruf /k/ selain untuk melambangkan bunyi /k/, juga digunakan untuk
melambangkan bunyi huruf hamzah (glotal). Ternyata masih ada pengguna bahasa
yang menggunakan tanda ‘ain’ /’/ untuk bunyi hamzah (glotal) tersebut.
Contoh:
A. Kesimpulan
Dari uraian singkat di atas maka kita bisa menarik kesimpulan/penulis mencoba
memberikan kesimpulan berdasarkan data-data dan fakta dilapangan menunjukkan
masih banyak orang-orang tidak memahami pemakain bahasa Indonesia yang baik
dan benar sesuai dengan kaidah-kaidah yang benar. Jadi dilhat dari fungsinya
bahasa merupakan jantung dari kehidupan ini karena tanpa bahasa kita tidak akan
bisa berinteraksi sesama yang lain.
Maka dari itu kita sebagai warga negara Indonesia harus bisa menjaga keaslian
berbahasa Indonesia yang baik dan benar, karena dipandangnya suatu bangsa itu
tidak lepas dari bagaimana kita menggunakan basaha yang dapat dipahami atau
mudah dimengerti oleh bangsa lain. Mudah-mudahan urain singkat diatas dapat
memberi sumbang sih bagi pembaca, saran dan kritik yang sifatnya membangun
selalu penulis harapkan, demi kesempurnaan karya tulis kami ini yang berjudul
”Berbahasa Indonesia Yang Baik Dan Benar”.
B. Saran
Sudah selayaknya kita sebagai bagian dari bangsa Indonesia dapat
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar khususnya dalam bahasa
tulis. Dengan adanya penjabaran tentang pamakaian EYD diharapkan para
pembaca dapat memahami dan menerapkan penggunaan EYD dalam pembuatan
suatu karya tulis. Dan semoga penjabaran ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
https://linguabahasa.id/penulisan-daftar-pustaka-yang-baik-dan-benar/