Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

EJAAN BAHASA INDONESIA

DI SUSUN

OLEH :

KELOMPOK V

Nama : Sani Melisa Duwila

: Yunita Yakseb

: Irnawati Lidamona

Jurusan : Tarbiyah

Prodi : PAI

Semester : I (Satu)

Mata kuliah : Bahasa Indonesia

Dosen Mk : Sarni Soamole, S.HI., M.Si

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)


BABUSSALAM SULA MALUKU UTARA
TAHUN AKADEMIK 2022/2023

KATA PENGANTAR
Bahasa adalah sebuah lambang bunyi yang bersifat arbitrer, yang digunakan
untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri. Bahasa merupakan
alat komunikasi yang sempurna. Dalam penyampaiannya mutlak susunan kalimat dan
sebagainya menjadi hal yang perlu untuk diperhatikan.

Kesalahpahaman dalam menerima informasi ini dapat terjadi apabila dalam


berkomunikasi tidak memperhatikan aturan-aturan yang berlaku. Maka dari itu,
aturan-aturan ini perlu untuk dipelajari, dan termasuk didalamnya adalah ejaan Bahasa
Indonesia. Kesalahan dalam pengejaan dapat menghambat terjadinya komunikasi.

Berkomunikasi memang bukan hanya melalui lisan, dapat pula melalui sebuah
tulisan. Berkomunikasi melalui lisan lebih mudah daripada tulisan, karena mimik,
gerak-gerik, irama, jeda, dan unsur-unsur nonbahasa lainnya ikut memperlancar
komunikasi itu. Dalam hal ini, unsur-unsur nonbahasa tidak dapat dituliskan, dan hal
ini dapat menyulitkan komunikasi dan memberi peluang terjadinya kesalahpahaman.
Disinilah ejaan dan tanda baca (fungtuasi) berperan sampai batas-batas tertentu, yakni
menggantikan beberapa unsur nonbahasa yang diperlukan untuk memperjelas gagasan
atau pesan.

Dengan ditulisnya makalah ini semoga menjadi pelajaran dan bermanfaat bagi
kita semua, dan kami sangat membutuhkan kritik dan saran yang membangun untuk
laporan ini, agar tercapainya laporan yang lebih baik lagi untuk kedepannya.

Sanana, 19 Nov 2022

Penyusun

DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL.......................................................................................I

KATA PENGANTAR........................................................................................II

DAFTAR ISI......................................................................................................II

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1

A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................3

A. Sejarah Singkat Ejaan Bahasa Indonesia.....................................................3


B. Pengertian Ejaan..........................................................................................5
C. Pelafalan Ejaan............................................................................................6
D. Pemakaian Huruf.........................................................................................7
E. Pemisahan Suku Kata..................................................................................9
F. Penulisan Huruf...........................................................................................10
G. Penulisan Kata.............................................................................................11
H. Partikel.........................................................................................................12
I. Angka Dan Bilangan....................................................................................13

BAB III PENUTUP............................................................................................15

A. Kesimpulan...................................................................................................15
B. Saran.............................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................16

BAB I
PENDAHULUAN
A. Pendahuluan
Banyak diantara kita yang masih banyak menggunakan kata dan susukan
kalimat yang masih salah dalam beberapa forum. Ada saatnya kita menggunakan
kalimat-kalimat baku, dan ada saatnya pula kita menggunakan kalimat nonbaku.
Hal ini perlu untuk diperhatikan. Ketika penggunaan kalimat telah sesuai
namun penggunaan ejaannya masih belum benar, ini dapat mengakibatkan
kesalahpahaman, atau bahkan informasi yang hendak disampaikan tidak dapat
diterima dengan baik oleh pendengar. Ejaan sangat diperlukan, baik untuk
komunikasi secara lisan atau bahkan tulisan.
Sehingga apa yang telah ada pada masyarakat umumnya, perlahan pemahaman
ejaan yang digunakan diperhatikan dan diperbaiki dari keadaan semula yang
mungkin terjadi kesalahan dalam pemakaiannya.
Salah kata Adalah kesalahan besar jika kita menganggap bahwa persoalan
dalam pemilihan kata adalah suatu persoalan yang sederhana, tidak perlu
dibicarakan atau dipelajari karena akan terjadi dengan sendirinya secara wajar
pada diri manusia. Dalam kehidupan sehari-hari sering kali kita menjumpai orang-
orang yang sangat sulit mengungkapkan maksud atau segala sesuatu yang ada
dalam pikirannya dan sedikit sekali variasi bahasanya.Kita pun juga menjumpai
orang-orang yang boros sekali dalam memakai perbendaharaan katanya, namun
tidak memiliki makna yang begitu berarti.Oleh karena itu agar tidak terseret ke
dalam dua hal tersebut, kita harus mengetahui betapa pentingnya peranan kata
dalam kehidupan sehari-hari.
Pengertian yang tersirat dalam sebuah kata mengandung makna bahwa
setiap kata mengungkapkan sebuah gagasan. Kata-kata merupakan alat penyalur
gagasan yang akan disampaikan kepada orang lain. Jika kita sadar akan hal itu,
berarti semakin banyak kata yang kita kuasai, semakin banyak pula ide atau
gagasan yang kita kuasai dan sanggup kita ungkapkan.
Tujuan manusia berkomunikasi lewat bahasa adalah agar saling
memahami antara pembicara dan pendengar, atau antara penulis dan
pembaca.Dalam berkomunikasi, kata-kata disatu-padukan dalam suatu konstruksi
yang lebih besar berdasarkan kaidah-kaidah sintaksis yang ada dalam suatu
bahasa.Dalam hal ini, pemilihan kata yang tepat menjadi salah satu faktor penentu
dalam komunikasi.
Pemilihan kata merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam hal
tulis-menulis maupun berbicara dalam kehidupan sehari-hari.Pemilihan kata
berhubungan erat dengan kaidah sintaksis, kaidah makna, kaidah hubungan sosial,
dan kaidah mengarang. Kaidah-kaidah ini saling mendukung sehingga tulisan atau
apa yang kita bicarakan menjadi lebih berbobot dan bernilai serta lebih mudah
dipahami dan dimengerti oleh orang lain.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah tentang ejaan Bahasa Indonesia?
2. Apa yang dimaksud dengan sejaan?
3. Bagaimana pelafalan ejaan?
4. Bagaimana pemakaian huruf?
5. Apa yang dimaksud engan pemisahan suku kata?
6. Bagaimana cara penulisan huruf?
7. Bagaimana cara penulisan kata?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah itu yaitu yang pertama tidak lain untuk
memenuhi tugas yang diberika oleh dosen pengampuh dan juga untuk menjelaskan
pokok bahasan dari makalah ini yang ada di daftar isi dan rumusan masalah.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Singkat Ejaan Bahasa Indonesia
Ejaan ditinjau dari dua segi, meliputi segi khusus dan segi umum. Secara
khusus, ejaan dapat diartikan sebagai perlambangan bunyi-bunyi bahasa dengan
huruf, baik berupa huruf demi huruf maupun huruf yang telah disusun menjadi
kata, kelompok kata atau kalimat. Secara umum, ejaan berarti keseluruhan
ketentuan yang mengatur perlambangan bunyi.
1. Ejaan Van Ophuysen
Ejaan Van Ophuysen ditetapkan pada tahun 1901 dan diterbitkan dalam
sebuah buku Kitab Logat Melajoe, dan mulai berlaku. Ejaan tersebut disusun
oleh Ch.A.Van Ophuysen, yang dibantu oleh Engku Nawawi gelar Soetan
Ma’moer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim. Sebelum ejaan ini dituliskan
oleh penulis, pada umumnya memiliki aturan sendiri dan sangat beragam dalam
menuliskan konsonan, vokal, kata, kalimat, dan tanda baca. Terbitnya Ejaan
Van Ophuysen sedikit banyak mengurangi kekacauan ejaan yang terjadi pada
masa itu.
Beberapa hal yang cukup menonjol dalam Ejaan Van Ophuysen antara lain sebagai
berikut:
a) Huruf “y” ditulis dengan “j”
Contoh:
1) Sayang – Sajang
2) Yakin – Jakin
b) Huruf “u” ditulis dengan “oe”
Contoh:
1) Umum – Oemoem
2) Sempurna – Sempoerna
c) Huruf “k” ditulis dengan ( ‘ )
Contoh:
1) Rakyat – Ra’yat
2) Bapak – Bapa’
d) Huruf “j” ditulis dengan “dj”
Contoh:
1) Jakarta – Djakarta
2) Raja – Radja
e) Huruf “c” ditulis dengan “tj”
Contoh:
1) Pacar – Patjar
2) Cara – Tjara
2. Ejaan Republik (Ejaan Soewandi)
Ejaan Republik disusun oleh Mr.Soewandi. Penyusunan ini dimaksudkan
untuk menyempurnakan Ejaan Van Ophuysen dan diresmikan dan ditetapkan
berdasarkan surat keputusan menteri pendidikan, pengajaran, dan kebudayaan
Republik Indonesia Nomor 264/Bhg.A, tanggal 19 Maret 1947 dan diresmikan
dengan nama Ejaan Republik.
1) Gabungan huruf oe dalam Ejaan Van Ophuysen diganti dengan u dalam
Ejaan Republik.
2) Bunyi hamzah (‘) dalam Ejaan Van Ophuysen diganti dengan k dalam Ejaan
Republik.
3) Kata ulang boleh ditandai dengan angka dua dalam Ejaan Republik.
4) Huruf e taling dan pepet dalam Ejaan Republik tidak dibedakan.
5) Tanda trema (“) dalam Ejaan Van Ophuysen dihilangkan dalam Ejaan
Republik.

Van Ophuysen Republik


Republik Umur
Ma’loem Maklum
Rata-rata Rata2,Rata-rata
ẽkor ekor
3. Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
EYD (Ejaan yang Disempurnakan) adalah tata bahasa dalam Bahasa
Indonesia yang mengatur penggunaan bahasa Indonesia dalam tulisan, mulai
dari pemakaian dan penulisan huruf capital dan huruf miring, serta penulisan
unsur serapan. EYD disini diartikan sebagai tata bahasa yang disempurnakan.
Dalam penulisan karya ilmiah perlu adanya aturan tata bahasa yang
menyempurnakan sebuah karya tulis. Karena dalam sebuah karya tulis
memerlukan tingkat kesempurnaan yang mendetail. Singkatnya EYD digunakan
untuk membuat tulisan dengan cara yang baik dan benar.
Ejaan Yang disempurnakan (EYD) diresmikan oleh Presiden Republik
Indonesia Soeharto pada tanggal 16 Agustus 1972. Pedoman ejaan bahasa
Indonesia di sebut pedoman umum, karena dasarnya hanya mengatur hal-hal
yang bersifat umum. Namun ada hal-hal lain yang bersifat khusus, yang belum
di atur dalam pedoman itu, yang di sesuaikan dengan bertitik tolak pada
pedoman umum itu. Ejaan Yang Disempurnakan merupakan hasil
penyempurnaan dari beberapa ejaan yang di susun sebelumnya.
Hal-hal yang diatur dalam EYD:
1) Pemakaian huruf, termasuk huruf kapital dan huruf miring
2) Penulisan kata
3) Penulisan tanda baca
4) Penulisan singkatan dan akronim
5) Penulisan angka dan lambang bilangan
6) Penulisan unsur serapan
B. Pengertian Ejaan
Ejaan ialah penggambaran bunyi bahasa dengan kaidah tulis-menulis yang
distandardisasikan. Lazimnya, ejaan mempunyai tiga aspek, yakni aspekfonologis
yang menyangkut penggambaran fonem dengan huruf dan penyusunan abjad,
aspek morfologi yang menyangkut penggambaran satuan-satuan morfemis dan
aspek sintaksis yang menyangkut penanda ujaran tanda baca (Badudu, 1984:7).
Keraf (1988:51) mengatakan bahwa ejaan ialah keseluruhan peraturan bagaimana
menggambarkan lambang-lambang bunyi ujaran dan bagaimana interrelasi antara
lambang-lambang itu (pemisahannya, penggabungannya) dalam suatu bahasa.
Adapun menurut KBBI (1993:250) ejaan ialah kaidah-kaidah cara
menggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat, dan sebagainya) dalam bentuk tulisan
(huruf-huruf) serta penggunaan tanda baca. Dengan demikian, secara sederhana
dapat dikatakan bahwa ejaan adalah seperangkat kaidah tulis-menulis yang
meliputi kaidah penulisan huruf, kata, dan tanda baca.
C. Pelafalan
Salah satu hal yang diatur dalam ejaan ialah cara pelafalan atau cara
pengucapan dalam bahasa Indonesia. Pada akhir-akhir ini sering kita dengar orang
melafalkan bunyi bahasa Indonesia dengan keraguan. Keraguan yang dimaksud
ialah ketidakteraturan pengguna bahasa dalam melafalkan huruf. Kesalahan
pelafalan dapat terjadi karena lambang (huruf) diucapkan tidak sesuai dengan
bunyi yang melambangkan huruf tersebut.
Kaidah pelafalan bunyi bahasa Indonesia berbeda dengan kaidah bunyi bahasa
lain, terutama bahasa asing, seperti bahasa Inggris, bahasa Belanda, dan bahasa
Jerman. Dalam bahasa tersebut, satu bunyi yang dilambangkan dengan satu huruf,
misalnya /a/ atau /g/, dapat diucapkan dengan berbagai wujud bunyi bergantung
pada bunyi atau fonem yang ada di sekitarnya. Lain halnya dengan bahasa
Indonesia, ketentuan pelafalan yang berlaku dalam bahasa Indonesia cukup
sederhana, yaitu bunyi-bunyi dalam bahasa Indonesia harus dilafalkan sesuai
dengan apa yang tertulis. Tegasnya, lafal dalam bahasa Indonesia disesuaikan
dengan tulisan.
Perhatikan contoh berikut!
 teknik Lafal yang salah: tehnik Lafal yang benar: teknik [t e k n i k]
 tegel Lafal yang salah: tehel Lafal yang benar: tegel [t e g e l]
 energi Lafal yang salah: enerhi, enersi, enerji Lafal yang benar: energi [e n e r g
i]

Masalah lain yang sering muncul dalam pelafalan ialah mengenai singkatan
kata dengan huruf. Sebaiknya pemakai bahasa memperhatikan pelafalan yang
benar seperti yang sudah dibakukan dalam ejaan.

Perhatikan pelafalan berikut!

 TV Lafal yang salah: [tivi] Lafal yang benar: [t e ve]


 MTQ Lafal yang salah: [emtekyu], [emtekui] Lafal yang benar: [em te ki]

Hal yang perlu mendapat perhatian ialah mengenai pemakaian dan pelafalan
huruf pada penulisan dan pelafalan nama diri. Di dalam kaidah ejaan dikatakan
bahwa penulisan dan pelafalan nama diri, yaitu nama orang, badan hukum,
lembaga, jalan, kota, sungai, gunung, dan sebagainya disesuaikan dengan kaidah
ejaan yang berlaku, kecuali kalau ada pertimbangan lain. Pertimbangan yang
dimaksud ialah pertimbangan adat, hukum, agama, atau kesejahteraan, dengan
kebebasan memilih apakah mengikuti Ejaan Republik (Soewandi) atau Ejaan yang
Disempurnakan. Jadi, pelafalan nama orang dapat saja diucapkan tidak sesuai
dengan yang tertulis, bergantung pada pemilik nama tersebut.

Demikian pula halnya dengan pelafalan unsur kimia, nama minuman, atau
nama obat-obatan, bergantung pada kebiasaan yang berlaku untuk nama tersebut.
Jadi, pemakai bahasa dapat saja melafalkan unsur tersebut tidak sesuai dengan
yang tertulis. Hal tersebut memerlukan kesepakatan lebih lanjut dari pakar yang
bersangkutan.

Perhatikan contoh berikut!

 coca Lafal yang benar: cola [ko ka ko la]


 HCI Lafal yang benar: [Ha Se El]

Kaidah pelafalan yang perlu dibicarakan di sini ialah pelafalan bunyi /h/.
Pelafalan bunyi /h/ ada aturannya dalam bahasa Indonesia. Bunyi /h/ yang terletak
di antara dua vokal yang sama harus dilafalkan dengan jelas, seperti pada kata
mahal, pohon, luhur, leher, sihir. Bunyi /h/ yang terletak di antara dua vokal yang
berbeda dilafalkan dengan lemah atau hampir tidak kedengaran, seperti pada kata
tahun, lihat, pahit. Bunyi /h/ pada kata seperti itu umumnya dilafalkan dengan
bunyi luncur /w/ atau /y/, yaitu tawun, liyat, payit. Aturan ini tidak berlaku bagi
kata-kata pungut karena lafal kata pungut disesuaikan dengan lafal bahasa
asalnya, seperti kata mahir, lahir, kohir, kohesi.

D. Pemakaian Huruf
Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan menggunakan 26 huruf didalam
abjadnya, yaitu mulai dengan huruf /a/ sampai dengan huruf /z/. Beberapa huruf di
antaranya, yaitu huruf /f/, /v/, /x/, dan /z/, merupakan huruf serapan dan sekarang
huruf-huruf tersebut dipakai secara resmi di dalam bahasa Indonesia. Dengan
demikian, pemakaian huruf itu tetap dipertahankan dan jangan diganti dengan
huruf lain.
Contoh:
 fakta tidak boleh diganti dengan pakta
 aktif tidak boleh diganti dengan aktip
 valuta tidak boleh diganti dengan paluta
 pasif tidak boleh diganti dengan pasip
 ziarah tidak boleh diganti dengan jiarah, siarah

Meskipun huruf-huruf serapan sudah dimasukkan ke dalam bahasa Indonesia,


harus kita ingat ketentuan pemakaian huruf /q/ dan /x/. Huruf /q/ hanya dapat
dipakai untuk nama istilah khusus, sedangkan untuk istilah umum harus diganti
dengan huruf /k/. Demikian pula huruf /x/ dapat dipakai untuk lambang, seperti
xenon, sinar x, x, + y. Huruf /x/ apabila terdapat pada tengan kata dan akhir kata
diganti dengan huruf gugus konsonan /ks/.

Contoh:

 Quran tetap ditulis Quran (nama)


 aquarium harus ditulis dengan akuarium
 quadrat harus ditulis dengan kuadrat
 taxi harus ditulis dengan taksi
 complex harus ditulis dengan kompleks

Huruf /k/ selain untuk melambangkan bunyi /k/, juga digunakan untuk
melambangkan bunyi huruf hamzah (glotal). Ternyata masih ada pengguna bahasa
yang menggunakan tanda ‘ain’ /’/ untuk bunyi hamzah (glotal) tersebut.

Contoh:

 ta’zim harus diganti dengan taksim


 ma’ruf harus diganti dengan makruf
 da’wah harus diganti dengan dakwah
 ma’mur harus diganti dengan Makmur
E. Pemisahan Suku Kata
Setiap suku kata bahasa Indonesia ditandai oleh sebuah vokal. Huruf
vokal itu dapat didahului atau diikuti oleh huruf konsonan. Persukuan atau
pemisahan suku kata biasanya kita dapati pada penggantian baris, yaitu
terdapat pada bagian akhir setiap baris tulisan. Pengguna bahasa tidak boleh
melakukan pemotongan kata berdasarkan kepentingan lain, misalnya
mencari kelurusan baris pada pinggir baris setiap halaman atau hanya untuk
memudahkan pengetikan. Penulisan harus mengikuti kaidah-kaidah
pemisahan suku kata yang diatur dalam Ejaan yang Disempurnakan seperti
berikut ini.
 Apabila di tengah kata terdapat dua vokal berurutan, pemisahan
dilakukan di antara vokal tersebut. Contoh:
Main ma-in, taat ta-at
 Apabila di tengan kata terdapat dua konsonan berurutan, pemisahan
dilakukan di antara kedua konsonan tersebut. Contoh :
ambil am-bil undang un-dang
 Apabila di tengan kata terdapat konsonan di antara dua vokal
pemisahannya dilakukan sebelum konsonan. Contoh:
bapak ba-pak sulit su-lit
 Apabila di tengah kata terdapat tiga atau empat konsonan,
pemisahannya dilakukan di antara konsonan pertama dan konsonan
kedua. Contoh:
bangkrut bang-krut instumen in-stru-men
 Imbuhan termasuk awalan yang mengalami perubahan bentuk partikel
yang biasanya ditulis serangkai dengan kata dasarnya, penyukuannya
dipisahkan sebagai satu kesatuan. Contoh:
minuman mi-num-an bantulah ban-tu-lah
 Pada akhir baris dan awal baris tidak diperkenankan ada huruf yang
berdiri sendiri, baik vokal maupun konsonan. Contoh:
Salah Benar
ikut ju- ikut j-
ga uga
masalah masalah i-
tu itu
 Tanda pemisah (tanda hubung) tidak diperkenankan diletakkan di
bawah huruf dan juga tidak boleh berjauhan dengan huruf, tetapi
diletakkan di samping kanan huruf.
Contoh:
Salah Benar
pengam- pengam
bilan . bilan.
bela- bela –
F. Penulisan Huruf
a. Penulisan Huruf Kapital
Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal
kalimat.
Misalnya:
Dia membaca buku.
Kita harus bekerja keras.
b. Penulisan Huruf Miring
1) Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah,
dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan.
Misalnya:
Saya belum pernah membaca buku Negarakertagama karangan Prapanca.
Majalah Bahasa dan Sastra diterbitkan oleh Pusat Bahasa.
Berita itu muncul dalam surat kabar Suara Merdeka.
Catatan:
Judul skripsi, tesis, atau disertasi yang belum diterbitkan dan dirujuk dalam
tulisan tidak ditulis dengan huruf miring, tetapi diapit dengan tanda petik.
2) Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan
huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata.
Misalnya:
Huruf pertama kata abad adalah a.
Dia bukan menipu, melainkan ditipu.
Bab ini tidak membicarakan pemakaian huruf kapital.
3) Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata atau ungkapan
yang bukan bahasa Indonesia.
Misalnya:
Nama ilmiah buah manggis ialah Carcinia mangostana.
Orang tua harus bersikap tut wuri handayani terhadap anak.
G. Penulisan Kata
a. Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu-kesatuan.
Contoh:
Ibu percaya bahwa engkau tahu.
Kantor pajak penuh sesak.
b. Kata turunan
 Imbuhan (awalan,sisipan,akhiran) ditulis serangkai dengan kata
dasarnya.
Contoh:bergeletar,dikelola,penatapan,menengok,mempermainkan.
 Jika bentuk dasar berupa gabungan kata,awalan atau akhiran ditulis
serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya.
Misalnya:
bertepuk tangan,garis bawahi,menganak sungai,sebar luaskan
c. Penulisan kata ulang
 Bentuk ulang ditulis dengan menggunakan tanda hubung di antara
unsur-unsurnya.
Misalnya:
anak-anak mata-mata
berjalan-jalan menulis-nulis
biri-biri mondar-mandir
 Awalan dan akhiran ditulis serangkai dengan bentuk ulang.
Misalnya:
kekanak-kanakan
perundang-undangan
melambai-lambaikan
d. Gabungan Kata
 Unsur-unsur gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk ditulis
terpisah.
Misalnya:
duta besar model linear
kambing hitam orang tua
simpang empat persegi Panjang
 Gabungan kata yang dapat menimbulkan kesalahan pengertian dapat
ditulis dengan menambahkan tanda hubung di antara unsur-unsurnya
untuk menegaskan pertalian unsur yang bersangkutan.
Misalnya:
anak-istri Ali anak istri-Ali
ibu-bapak kami ibu bapak-kami
buku-sejarah baru buku sejarah-baru
 Gabungan kata yang dirasakan sudah padu benar ditulis serangkai.
Misalnya:
acapkali darmasiswa puspawarna
adakalanya darmawisataradioaktif
akhirulkalam dukacita saptamarga
H. Partikel
Partikel lah, kah, dan tah ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya.
Misalnya:
Bacalah buku itu baik-baik!
Apakah yang tersirat dalam surat itu?
Siapakah gerangan dia?
Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Apa pun permasalahannya, dia dapat mengatasinya dengan bijaksana.
Hendak pulang tengah malam pun sudah ada kendaraan.
Jangankan dua kali, satu kali pun engkau belum pernah datang ke
rumahku.
Partikel per yang berarti ‘demi’, ‘tiap’, atau ‘mulai’ ditulis terpisah dari
kata yang mengikutinya.
Misalnya:
Mereka masuk ke dalam ruang satu per satu.
Harga kain itu Rp50.000,00per helai.
Pegawai negeri mendapat kenaikan gaji per 1 Januari.
I. Angka dan Bilangan
Bilangan dapat dinyatakan dengan angka atau kata.Angka dipakai sebagai
lambang bilangan atau nomor.Di dalam tulisan lazim digunakan angka Arab atau
angka Romawi.
Angka Arab : 0,1,2,3,4,5,6,7,8,9
Angka Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100), D (500), M
(1.000), V (5.000), M (1.000.000)
 Bilangan dalam teks yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis
dengan huruf, kecuali jika bilangan itu dipakai secara berurutan seperti dalam
perincian atau paparan.
Misalnya:
Mereka menonton drama itu sampai tiga kali.
Koleksi perpustakaan itu mencapai dua juta buku.
Di antara 72 anggota yang hadir 52 orang setuju, 15 orang tidak setuju, dan 5
orang tidak memberikan suara.
 Bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf, jika lebih dari dua kata,
susunan kalimat diubah agar bilangan yang tidak dapat ditulis dengan huruf itu
tidak ada pada awal kalimat.
Misalnya:
Lima puluh siswa kelas 6 lulus ujian.
Panitia mengundang 250 orang peserta.
Bukan: 250 orang peserta diundang Panitia dalam seminar itu.
 Angka yang menunjukkan bilangan utuh besar dapat dieja sebagian supaya
lebih mudah dibaca.
Misalnya:
Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 550 miliar rupiah.
Dia mendapatkan bantuan Rp250 juta rupiah untuk mengembangkan usahanya.
 Angka digunakan untuk menyatakan (a) ukuran panjang, berat, luas, dan isi; (b)
satuan waktu; (c) nilai uang; dan (d) jumlah.
Misalnya
5 kilogram 17 Agustus 1945
4 meter persegi 1 jam 20 menit
10 liter pukul 15.00
Rp5.000,00 10 persen
US$3,50* 27 orang
£5,10*
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari uraian singkat di atas maka kita bisa menarik kesimpulan/penulis mencoba
memberikan kesimpulan berdasarkan data-data dan fakta dilapangan menunjukkan
masih banyak orang-orang tidak memahami pemakain bahasa Indonesia yang baik
dan benar sesuai dengan kaidah-kaidah yang benar. Jadi dilhat dari fungsinya
bahasa merupakan jantung dari kehidupan ini karena tanpa bahasa kita tidak akan
bisa berinteraksi sesama yang lain.
Maka dari itu kita sebagai warga negara Indonesia harus bisa menjaga keaslian
berbahasa Indonesia yang baik dan benar, karena dipandangnya suatu bangsa itu
tidak lepas dari bagaimana kita menggunakan basaha yang dapat dipahami atau
mudah dimengerti oleh bangsa lain. Mudah-mudahan urain singkat diatas dapat
memberi sumbang sih bagi pembaca, saran dan kritik yang sifatnya membangun
selalu penulis harapkan, demi kesempurnaan karya tulis kami ini yang berjudul
”Berbahasa Indonesia Yang Baik Dan Benar”.
B. Saran
Sudah selayaknya kita sebagai bagian dari bangsa Indonesia dapat
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar khususnya dalam bahasa
tulis. Dengan adanya penjabaran tentang pamakaian EYD diharapkan para
pembaca dapat memahami dan menerapkan penggunaan EYD dalam pembuatan
suatu karya tulis. Dan semoga penjabaran ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA

Tim Pengembang Pedoman Bahasa Indonesia. 2016. Pedoman Umum Ejaan Bahasa

Indonesia. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.

Trim, Bambang. 2014. “Beginilah Menyusun Daftar Pustaka”. Manis Tebu. Diakses

23 Feb 2019. https://manistebu.com/2014/04/beginilah-menyusun-daftar-


pustaka/.

West Virginia University. 2018. “Chicago Citation Style Guide”. WVU Libraries.

Diakses 23 Feb 2019. https://libguides.wvu.edu/chicago

https://linguabahasa.id/penulisan-daftar-pustaka-yang-baik-dan-benar/

Anda mungkin juga menyukai