Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

EJAAN DAN TANDA BACA


Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
BAHASA INDONESIA
Dosen : Raden Aulia Utami H, M.Pd.

Disusun oleh :

Kelompok 3

 Santi Nuraeni
 Putri Ayu Lestari
 Fatha Malihatus Sa‘diyah
 Yusril Rizki

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) SILIWANGI GARUT


Jl. Raya Tutugan No 117 Leles - Garut
2021 M/1443 H
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan
penyusunan Makalah tentang ―Ejaan dan Tanda Baca‖ dengan lancar . Shalawat serta
salam semoga dicurah limpahkan kepada Rasulullah SAW, kepada keluarganya para
sahabatnya serta insya Allah kepada kita semua selaku umatnya yang senantiasa patuh
dan taat kepada sunahnya, amiin ya robbal ‗alamiin.
Maksud dan tujuan dari penyusunan Makalah ini tidaklah lain untuk memenuhi
salah satu tugas terstruktur dari dosen mata kuliah ―Bahasa Indonesia oleh Ibu Raden
Aulia Utami H, M.Pd.‖ Dan sebagai bahan presentasi kelompok 3 . Rasa terima kasih
penyusun ucapkan kepada Dosen mata kuliah yang telah memberikan tugas terstruktur
ini sehingga kami jadi lebih paham arti kekeluargaan dan kerja sama dalam penyusunan
makalah ini .
Demikian pengantar yang dapat kami sampaikan, Penyusun pun menyadari
bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari tingkat kesempurnaan. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dalam rangka
perbaikan Makalah ini. Semoga dengan adanya Makalah ini dapat memberikan manfaat
khususnya untuk penyusun dan umumnya untuk kita semua .

Garut, 02 November 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................... 1
1.3 Tujuan Masalah ................................................................... 1
1.4 Manfaat penulisan ................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Ejaan ................................................................................... 2
2.2 Tanda Baca ......................................................................... 6
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan......................................................................... 11
3.2 Saran ................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan karena selain
digunakan sebagai alat komunikasi secara langsung, bahasa juga dapat
digunakan sebagai alat komunikasi secara tulisan, di zaman era globalisasi dan
pembangunan reformasi demokrasi ini, masyarakat dituntut secara aktif untuk
dapat mengawasi dan memahami infrormasi di segala aspek kehidupan sosial
secara baik dan benar, sebagai bahan pendukung kelengkapan tersebut, bahasa
berfungsi sebagai media penyampaian informasi secara baik dan tepat, dengan
penyampaian berita atau materi secara tertulis, diharapkan masyarakat dapat
menggunakan media tersebut secara baik dan benar.
Bahasa merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan
manusia. Penyampaian pesan, perasaan, ataupun ide hanaya akan efektif jika
menggunakan bahasa. Salah satu penyampaian pesan, perasaan ataupun ide itu
dilakukan dengan menulisnya. Terkadang bahasa yang diungkapkan dalam
bentuk tulisan menjadi tidak efektif yang penyebabnya antara lain kesalahan
ejaan ataupun tanda baca.
Tanda baca dan ejaan menjadi penting karena penggunaan yang tidak
sesuai akan mengubah makna bahasa yang akan diungkapkan. Secara teknis
ejaan merupakan penulisan huruf, penulisan kata dan pemakaian tanda baca.
Sedangkan tanda baca itu sendiri dimaksudkan agar bahasa tulis menjadi mudah
untuk dipahami, sehingga pesan yang diungkapkan dapat dipahami sama.
1.2 Rumusan masalah
 Apa pengertian, fungsi, dan jenis Ejaan dalam bahasa Indonesia ?
 Apa pengertian, fungsi, jenis dan contoh penggunaan Tanda baca dalam
bahasa Indonesia ?
1.3 Tujuan masalah
 Mengetahui pengertian, fungsi, dan jenis Ejaan dalam bahasa Indonesia.
 Mengetahui pengertian, fungsi, jenis dan contoh penggunaan Tanda baca
dalam bahasa Indonesia.
1.4 Manfaat
 Dapat Memahami pengertian, fungsi, dan jenis Ejaan dalam bahasa
Indonesia.
 Dapat Memahami pengertian, fungsi, jenis dan contoh penggunaan Tanda
baca dalam bahasa Indonesia.

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Ejaan
a) Pengertian Ejaan
Kata ―ejaan‖ berasal bari bahasa arab hija‘ menjadi eja yang mendapat
akhiran –an. Hakikat bahasa adalah bahasa lisan. Bahasa tulis merupaka turunan
dari bahasa lisan. Perbedaan antara ragam tulis dan lisan adalah bahsa lisan
terutama yang tidak baku, sangat simpel. Setelah Islam datang, di Nusantara
digunakan huruf arab untuk menulis bahasa melayu. Pada 1901 pertama kali
penggunaan huruf latin untuk bahasa melayu. Ejaan ini dikenal dengan ejaan
Van Ophuijsen.
Menurut KBBI ejaan adalah kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi-
bunyi (kata, kalimat, dsb) dalam bentuk tulisan (huruf-huruf) serta penggunaan
tanda baca.
Ejaan adalah seperangkat aturan tentang cara menuliskan bahasa dengan
menggunakan huruf, kata, dan tanda baca sebagai sarananya. Batasan tersebut
menunjukan pengertian kata ejaan berbeda dengan kata mengeja. Mengeja
adalah kegiatan melafalkan huruf, suku kata, atau kata; sedangkan ejaan adalah
suatu sistem aturan yang jauh lebih luas dari sekedar masalah pelafalan. Ejaan
mengatur keseluruhan cara menuliskan bahasa.
Ejaan merupakan kaidah yang harus dipatuhi oleh pemakai bahasa demi
keteraturan dan keseragaman bentuk, terutama dalam bahasa tulis. Keteraturan
bentuk akan berimplikasi pada ketepatan dan kejelasan makna. Ibarat sedang
mengemudi kendaraan, ejaan adalah rambu lalu lintas yang harus dipatuhi oleh
setiap pengemudi. Jika para pengemudi mematuhi rambu-rambu yang ada,
terciptalah lalu lintas yang tertib dan teratur. Seperti itulah kira-kira bentuk
hubungan antara pemakai bahasa dengan ejaan.
b) Fungsi Ejaan
Dalam kaitannya dengan pembakuan bahasa, baik yang menyangkut
pembakuan tata bahasa maupun kosakata dan peristilahan, ejaan mempunyai
fungsi yang sangat penting. Fungsi tersebut antara lain sebagai berikut :
a. Sebagai landasan pembakuan tata bahasa

2
b. Sebagai landasan pembakuan kosakata dan peristilahan, serta
c. Alat penyaring masuknya unsur-unsur bahasa lain ke dalam bahasa
Indonesia
Di samping ketiga fungsi yang telah disebutkan diatas, ejaan sebenarnya
juga mempunyai fungsi yang lain. Secara praktis, ejaan berfungsi untuk
membantu pemahaman pembaca di dalam mencerna informasi yang
disampaikan secara tertulis.
c) Jenis-Jenis Ejaan
1. Ejaan Van Ophuijsen
pada tahun 1900, menurut C.A. Mees (1956:30), Van Ophuijsen,
seorang ahli bahasa dari Belanda mendapat perintah untuk merancang suatu
ejaan yang dapai dipakai dalam bahasa Melayu, terutama untuk kepentingan
pengajaran. Jika penyususnan ejaan itu tidak cepat-cepat dilakukan,
dikhawatirkan bahwa sekolah-sekolah tersebut akan menyusun dengan cara
yang tidak terpimpin sehingga akan muncul kekacauan dalam ejaan tersebut.
Dalam menyusun ejaan tersebut, Van Ophuijsen dibantu oleh dua
orang pakar bahasa dari Melayu, yaitu Engkoe Nawawi Soetan Ma‘moer dan
Moehammad Thaib Soetan Ibrahim. Dengan menggabungkan dasar-dasar
ejaan Latin dan Ejaan Belanda, Van Ophuijsen dan teman-teman berhasil
membuat ejaan bahasa Melayu, yang ejaan tersebut lazim disebut sebagai
―Ejaan Van Ophuijsen‖. Ejaan tersebut diresmikan pemakaiannya pada tahun
1901. Ejaan van Ophuijsen dipakai selama 46 tahun, lebih lama dari Ejaan
Republik, dan baru diganti setelah dua tahun Indonesia merdeka.
Beberapa hal yang cukup menonjol dalam Ejaan Van Ophuysen antara
lain:
 Huruf y ditulis dengan j Misalnya Sayang : Sajang, Saya : Saja
 Huruf u ditulis dengan oe Misalnya Sempurna : Sempoerna
 Huruf k pada akhir kata atau suku kata ditulis dengan tanda koma diatas
Misalnya Rakyat : Ra‘yat, Bapak : Bapa‘
 Huruf j ditulis dengan dj Misalnya Jakarta : Djakarta, Raja : Radja
 Huruf c ditulis dengan tj Misalnya Pacar : Patjar, Cara : Tjara
 Gabungan konsonan kh ditulis dengan ch Misalnya Khawatir : Chawatir
Akhir : Achir
3
2. Ejaan Republik (Ejaan Soewandi)
Ejaan ini diresmikan oleh Menteri Pendidikan Pengajaran dan
Kebudayaan Republik Indonesia, Dr. Soewandi, pada tanggal 19 Maret 1947
yang disebut sebagai Ejaan Republik. Karena Menteri Pendidikan Pengajaran
dan Kebudayaan adalah Dr. Soewandi, ejaan yang diresmikan itu disebut juga
sebagai Ejaan Soewandi.
Hal-hal yang menonjol dalam Ejaan Soewandi atau Ejaan Republik itu
adalah sebagai berikut :
 Huruf /oe/ diganti dengan /u/, seperti dalam kata berikut goeroe menjdi
guru, itoe menjadi itu, oemoer menjadi umur
 Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan /k/, seperti dalam kata
berikut Pa‘ menjadi Pak, ma‘lum menjadi maklum.
 Awalan di- dan kata depan di kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata
yang mengikutinya, seperti berikut Diluar (kata depan), dikebun (kata
depan), ditulis (awalan), diantara (kata depan), disimpan (awalan).
 Angka dua boleh dipakai untuk menyatakan pengulangan, seperti kata
berikut anak-anak menjadi anak2, berlari-larian menjadi ber-lari-2an
 Tanda trema tidak dipakai lagi sehingga tidak ada perbedaan antar suku
kata difotong, seperti kata berikut Didjoempaϊ menjadi didjumpai.
 Tanda aksen pada huruf e tidak dipakai lagi, seperti pada kata berikut
ekor menjadi ekor, heran mejadi heran
 Di hadapan tj dan dj, bunyi sengau ny dituliskan sebagai n untuk
mengindahkan cara tulis contohnya Menjtjuri menjdi mentjuri Menjdjual
menjadi mendjual.
 Ketika memotong kata-kata di ujung baris, awalan dan akhiran dianggap
sebagai suku-suku kata yang terpisah seperti kata be-rangkat menjadi
ber-angkat, atu-ran menjadi atur-an.
3. Ejaan Yang Disempurnakan
Pada tanggal 16 Agustus 1972, Presiden Republik Indonesia (Bapak
Soeharto) meresmikan pemakaian Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan yang lazim disingkat dengan EYD. Peresmian ejaan tersebut
berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 57 Tahun 1972. Dengan dasar itu,

4
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menyebarkan buku kecil yang
berjudul Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan yang
memuat berbagai patokan pemakaian ejaan yang baru. Buku yang beredar
yang memuat kaidah-kaidah ejaan tersebut direvisi dan dilengkapi oleh suatu
badan yang berada di bawah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, yang
diketuai oleh Prof. Dr. Amran Halim dengan dasar surat keputusan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan tanggal 12 Oktober 1972, Nomor 156/P/1972.
Hasil kerja komisi tersebut adalah berupa sebuah buku yang berjudul
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan yang
diberlakukan dengan surat keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 0196/1975.
Beberapa hal yang perlu dikemukakan sehubungan dengan Ejaan
Bahasa Indonesia yang disempurnakan itu adalah sebagai berikut :
 Huruf yang berubah fungsi contohnya /dj/ djalan menjadi /j/ jalan, /ch/
achir menjdi /kh/ akhir.
 Peresmian penggunaan huruf berikut yang sebelumnya belum resmi
contoh pemakaian huruf /f/ dalam kata maaf dan fakir
 Huruf yang hanya dipakai dalam ilmu eksakta contoh pemakaian huruf
/x/ dalam istilah Sinar-X
 Penulisan di- sebagai awalan dan penulisan di sebagai kata depan
dilakukan seperti berikut penulisan kata depan di dipisahkan dengan kata
yang mengikutinya, seperti di muka, di pojok, di antara.
4. Ejaan yang tidak diresmikan (Ejaan Melindo)
Gagasan tersebut dibawa ke dalam pertemuan dua Negara, yaitu
Indonensia dan Malaysia. Dari pertemuan itu, pada akhir tahun 1959 Sidang
Perutusan Indonensia dan Melayu (Slametmulyana dan Syeh Nasir bin
Ismail masing-masing berperanan sebagai ketua perutusan) menghasilkan
konsep ejaan bersama yang kemudian dikenal dengan nama Ejaan Melindo
(Melayu-Indonesia).
Konsep bersama itu memperlihatkan bahwa satu bunyi bahasa
dilambangkan dengan satu huruf. Salah satu lambang itu adalah huruf j
sebagai pengganti dj, huruf c sebagai pengganti huruf tj,

5
huruf η sebagai pengganti ng, dan huruf ή sebagai pengganti nj. Sebagai
contoh : sejajar sebagai pengganti sedjadjar, mencuci sebagai pengganti
mentjutji, meηaηa sebagai pengganti dari menganga, berήaήi sebagai
pengganti berjanji.
2.2 Tanda Baca
a) Pengertian Tanda Baca
Tanda baca adalah simbol dalam bahasa Indonesia yang memiliki banyak
bentuk. Selain tersedia dalam berbagai bentuk, fungsi tanda baca juga berbeda-
beda. Dalam membuat sebuah karya tulis seperti naskah, laporan, hingga novel,
tanda baca adalah pelengkap yang harus digunakan. Tanda baca yang dapat
mempermudah pembaca dalam memaknai karya tulis yang dibuat tersebut.
Tanda baca tidak memiliki keterikatan dengan suara atau fenom dan frasa.
Peranan tanda baca dapat menunjukkan struktur tulisan, intonasi, dan jeda
sewaktu dibacakan. Setiap karya tulis memiliki ciri khas tanda baca yang
berbeda-beda. Perbedaan ini sangat bergantung dengan karakter tulisan
penulisnya. Akan tetapi, selalu ada aturan khusus dapat praktik penerapannya.
b) Jenis Tanda Baca yang Umum Digunakan
Terdapat dua jenis tanda baca yang paling sering digunakan dalam
berbagai tulisan, yakni tanda baca titik (.) dan tanda baca koma (,) . Fungsi tanda
baca titik adalah untuk mengakhiri sebuah kalimat. Sementara fungsi tanda baca
koma adalah untuk memberikan jeda dalam sebuah kalimat. Keduanya saling
melengkapi satu sama lain.
Selain tanda baca titik dan koma, masih ada 13 jenis tanda baca lainnya
yang umum digunakan dalam pembuatan karya tulis. Misalnya tanda titik koma
(;), titik dua (:), hubung (-), pisah (__), tanya (?), seru (!), elipsis (…), petik
(―…‖), petik tunggal (‗…‘), kurung ((…)), kurung siku ([…]), garis miring (/),
dan penyingkat (―).
c) Fungsi Tanda Baca
Secara umum, fungsi tanda baca yaitu untuk menjaga keefektifan
komunikasi. Setiap tanda baca dapat mengartikan apakah sebuah kalimat
berbentuk kalimat tanya, kalimat perintah ataupun kalimat deklaratif. Pemberian
tanda baca yang salah dapat membuat arti kalimat menjadi berbeda dengan
konsep maknanya.
6
d) Contoh Penggunaan Tanda Baca
1. Tanda baca titik (.)
Ada beberapa kaidah dalam penggunaan tanda baca titik (.) yaitu :
 Tanda baca titik (.) digunakan untuk mengakhiri kalimat yang bukan
yang bukan berupa kalimat tanya atau kalimat seruan. Contoh : Saya
beragama islam. Hakikat pendidikan adalah memanusiakan manusia.
 Tanda baca titik (.) digunakan dibelakang angka atau huruf dalam suatu
bagan, ikhtisar atau daftar. Contoh : 4.1 Pembahasan. Lampiran 2. Calon
jamaah haji.
 Tanda baca titik (.) digunakan untuk memisahkan angka jam, menit, dan
detik yang menunjukan jangka waktu. Contoh : pukul 01.35.20 (pukul 1
lewat 35 menit 20 detik).
 Tanda baca titik (.) digunakan diantara nama penulis, judul tulisan yang
tidak berakhir dengan tanda tanya dan tanda seru, dan tempat terbit
dalam daftar pustaka. Contoh : Lesatariningrum, Dwi. 1989. Teknik
Menjahit. Malang: Intan.
2. Tanda baca koma (,)
Kaidah-kaidah penggunaan tanda baca koma (,) adalah sebagai berikut:
 Tanda baca koma (,) digunakan di antara unsur-unsur dalam suatu
perincian. Contoh: Saya membeli kertas, pena, dan tinta.
 Tanda baca koma (,) digunakan untuk memisahkan kalimat setara,
apabila kalimat setara berikutnya diawali kata tetapi atau melainkan.
Contoh: Semua pergi, tetapi dia tidak. Dia bukan kakakku, melainkan
adikku.
 Tanda baca koma (,) digunakan apabila anak kalimat mendahului induk
kalimat. Contoh: Jika hari ini tidak hujan, saya akan dating
 Tanda baca koma (,) digunakan untuk memisahkan anak kalimat jika
anak kalimatnya itu mendahului induk kalimatnya. Contoh: Saya akan
memaafkan, jika ia bertobat.
 Tanda baca koma (,) digunakan di belakang ungkapan penghubung antar
kalimat yang terdapat pada awal kalimat. Contoh: Dia malas belajar.
Oleh karena itu, dia tidak naik kelas.

7
3. Tanda baca titik koma (;)
Kaidah penggunaannya sebagai berikut :
 Digunakan untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis atau
setara. Contoh: Matahari hamper terbenam; sinarnya yang kemerah-
merahan; memantul di atas permukaan laut; indah sekali pemandangan
ketika itu.
 Digunakan untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam suatu
kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung. Contoh: Sore itu
kami sekeluarga sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Ayah sedang
membaca Koran; ibu menjahit baju; saya asyik membersihkan taman di
depan rumah.
4. Tanda baca titik dua (:)
Kaidah penggunaannya sebagai berikut:
 Digunakan sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan perincian.
Contoh Ketua : Ahmad Wijaya, Sekretaris : Imam Tantowi Bendahara:
Siti Khotijah
 Digunakan di anatara jilid atau nomor dan halaman, di antara bab dan
ayat di dalam kitab suci, di antara judul dan sub judul, serta nama kata
dan penerbit buku acuan. Contoh: Tempo, I (1971). 34:7, Surat Yasin:19,
Karangan Ali Hakim, Pendidikan Seumur Hidup : Sebuah Studi, sudah
terbit.
5. Tanda hubung (-)
Kaidah penggunaannya sebagai berikut :
 Digunakan untuk merangkaikan se-dengan kata berikutnya yang di
dimulai dengan huruf capital, ke- dengan angka, angka dengan- an,
singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata, dan nama jabatan
rangkap. Contoh: Se-Indonesia, hadiah ke-2, tahun 50-an,Men-PHK-kan.
 Digunakan untuk merangkai bahasa Indonesia dengan bahasa asing.
Contoh: di-smash, di-drill, mem-beckup, di-carge
6. Tanda Pisah (–)
Tanda pisah (–) digunakan di antara dua bilangan atau tanggal dengan
arti ―sampai ke― atau ―sampai dengan‖.

8
Penulisan tanda baca pisah (–) dinyatakan dengan dua buah tanda hubung
tanpa spasi sebelum dan sesudahnya. Contoh: 1920–1945, Tanggal 15—10
April 19970, (Samsudin), 1999:25—34, Samsudin (1999:25—34).
7. Tanda elipsis (…)
Tanda ini digunakan untuk menunjukan bahwa dalam suatu kalimat atau
naskah ada bagian yang hilang. Contoh: Sebab-sebab kemerosotan akhlak
dikalangan mahasiswa…atau diteliti lebih lanjut.
8. Tanda kurung ((…))
Tanda ini digunakan untuk hal-hal sebagai berikut:
 Digunakan untuk mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
Contoh: Dalam buku KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana) Bab
II pasal 10.
 Digunakan untuk mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan
bagian integral pokok pembicaraan. Contoh: Aku (sebuah puisi karangan
Chairul Anwar) adalah puisi angkatan 45.
9. Tanda tanya (?)
Tanda tanya (?) digunakan pada akhir kalimat tanya, yakni kalimat yang
membutuhkan jawaban. Contoh: Siapa yang membawa tas saya ?
10. Tanda seru (!)
Tanda ini digunakan sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa
seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan,
atau emosi yang kuat. Contoh: Alangkah seramnya peristiwa itu!, Ambilkan
buku itu!, Duduklah!, Dasar mata keranjang!
11. Tanda kurung siku ( [] )
Tanda ini digunakan untuk mengapit keterangan dalam kalimat penjelas
yang sudah bertanda kurung. Contoh: Persamaan kedua proses ini
(perbedaannya dibicarakan dalam Bab II [lihat halaman 67-89])
12. Tanda petik (―…..‖)
Tanda petik digunakan untuk mengakhiri petikan langsung . Contoh:
Kata Toto,‖Saya juga berpuasa.‖ ―Hakikat pendidikan adalah memanusiakan
manusia‖ (Imran,1998)

9
13. Tanda petik tunggal (‗…‘)
Tanda ini digunakan untuk mengapit makna, terjemahan, dan penjelasan
kata atau ungkapan asing. Contoh: Mastery Learning ‗belajar tuntas‘,
Reformasi ‗perubahan‘, Keplicuk ‗dalam Bahasa Indonesia disebut terkilir‘,
Islami ‗bernuansa islam‘
14. Tanda garis miring (/)
Tanda garis miring digunakan dalam menulis nomor surat, nomor pada
alamat, dan penandaan masa satu tahun yang tebagi dalam dua tahun takwim.
Contoh: 14/YPU-i/12/99, Jalan Kramat III/10 Jakarta, Tahun Anggaran
1985/19986.
15. Tanda apostrof (‗)
Tanda ini berfunsi untuk penyingkat suatu kata yang digunakan untuk
menunjukan penghilangan bagian suatu kata atau bagian angka tahun.
Contoh: malam ‗lah tiba (‗lah = telah) , 1 Januari ‘88 (‘88 = 1988)
Berdasarkan uraian di atas tentang penggunaan tanda baca yang
berlaku di dalam EYD dalam Bahasa Indonesia secara garis besar prinsip-
prinsip umum pemakain tanda baca dapat diuraikan sebagai berikut:
 Tanda tanya (?), tanda titik (.), tanda titk koma (;), tanda titik dua (:), dan
tanda seru (!), ditulis rapat (tanpa spasi) dengan huruf akhir dengan kata
yang mendahuluinya dan diberi spasi dengan kata yang sesudahnya.
 Tanda petik ganda (―), tanda petik tunggal (‗), dan tanda kurung (())
masing-masing diketik rapat dengan kata, frase, atau kalimat yand diapit.
 Tanda hubung (-), tanda pisah (–), dan garis miring (/) masing-masing
diketik rapat dengan huruf yang mendahului dan yang mengikutinya.
 Tanda hitungan, seperti: sama dengan (=), tambah (+), kurang (-), kali
(x), bagi (:), lebih kecil (<), lebih besar (>) ditulis dengan jarak satu spasi
dengan huruf yang mendahului dan mengikutinya.

10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Setelah kita memahami apa yang telah di paparkan di atas, kita dapat
mengambil sebuah kesimpulan bahwa bahasa itu tidak terlepas dari yang
namanya tata ejaan dan tanda baca. Dan ternyata ejaan dan tanda baca itu saling
keterkaitan. Dan ejaan itu ternyata mengalami beberapa tahap hingga menjadi
yang sempurna, dimana yang kita gunakan saat ini.
Ejaan adalah seperangkat aturan tentang cara menuliskan bahasa dengan
menggunakan huruf, kata, dan tanda baca sebagai sarananya. Batasan tersebut
menunjukan pengertian kata ejaan berbeda dengan kata mengeja. Mengeja
adalah kegiatan melafalkan huruf, suku kata, atau kata; sedangkan ejaan adalah
suatu sistem aturan yang jauh lebih luas dari sekedar masalah pelafalan. Ejaan
mengatur keseluruhan cara menuliskan bahasa.
Tanda baca adalah simbol dalam bahasa Indonesia yang memiliki banyak
bentuk dan fungsi. Fungsi tanda baca berkaitan dengan struktur, jeda, dan
intonasi dari bacaan. Intinya adalah, tanda baca memudahkan Anda dalam
memahami sebuah tulisan.
Penggunaan tanda baca sangat penting karena penggunaan yang tidak
sesuai akan mengubah makna bahasa yang akan di ungkapkan. Tanda baca
memiliki banyak jenis dan masing-masing jenis memiliki fungsi yang berbeda.
3.2 Saran
Kami sebagai Penyusun tentunya masih menyadari jika makalah diatas
masih terdapat banyak kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis
mengharapkan kritik dan saran untuk memperbaiki makalah tersebut dengan
berpedoman pada banyak sumber yang membangun dari para pembaca.

11
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, 2004, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan dan

Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Jakarta: Yrama Widya.

Amran Halim, 1979, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Chaer, Abdul, 1984. Dewan Bahasa. Jakarta: FPBS-IKIP.

Keraf, Gorys, 1980, Tata Bahasa Indonesia. Nusa Indah: Ende-Flores.

Anda mungkin juga menyukai