Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“SEJARAH EJAAN”
KELOMPOK 2 :
1. FADHILATUL JANNAH (221160024)
2. FAUZY (221160026)
3. ZULFIANI S. KALAMUNTING (221160038)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI DATOKARAMA PALU


PRODI TADRIS BAHASA INGGRIS
TAHUN 2022/ 2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga Makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Tidak lupa shalawat dan
salam semoga terlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya,
dan kepada kita selaku umatnya.
Makalah ini kami buat untuk melengkapi tugas mata kuliah Kami ucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Makalah ini. Dan kami juga
menyadari pentingnya akan sumber bacaan dan referensi internet yang telah membantu dalam
memberikan informasi yang akan menjadi bahan makalah ini.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
arahan serta bimbingannya selama ini sehingga penyusunan makalah dapat dibuat dengan
sebaik-baiknya. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan Makalah ini
sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
penyempurnaan makalah ini.
Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah SWT, dan
kekurangan pasti milik kita sebagai manusia. Semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semuanya.

Palu, 22 Desember 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR………………………………………………………ii
DAFTAR ISI …………………………………………………………...iii
BAB I : PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang ………………………………….…………….…………….1


1.2 Rumusan makalah…………………………………………………………….2
1.3 Tujuan makalah .…………………………………………………..................2

BAB II : PEMBAHASAN

2.1 Pengertian ejaan…...…..


……………........................................................................3

2.2 Sejarah perkembangan ejaan di


indonesia…………................................................4

a. Ejaan Van Ophuijsen


b. Ejaan Republik/ Ejaan Suwandi
c Ejaan Malindo (Melayu-Indonesia)
d. Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)

BAB III : PENUTUP


3.1 kesimpulan……………………………………………………..........................12

3.2 Saran…………………………………………………………………………....12

3.3 Daftar Pustaka……………………………………………………………….….13

1.

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan karena selain

digunakansebagai alat komunikasi secara langsung atau lisan, bahasa juga dapat

digunakan sebagaialat komunikasi secara tulisan. Dalam era globalisasi dan

pembangunan reformasidemokrasi seperti sekarang ini, masyarakat dituntut secara

aktif untuk dapat mengawasidan memahami informasi di segala aspek kehidupan

sosial secara baik dan benar. Untukmemahami informasi tersebut, bahasa berfungsi

sebagai media penyampaian secara baikdan tepat dan dengan penyampaian

informasi secara tertulis, diharapkan masyarakat dapatmenggunakan media

tersebut secara baik dan benar.

Guna memadukan satu kesepakatan dalam etika berbahasa, di sinilah

peranaturan baku digunakan. Dalam hal ini kita selaku warga negara yang

baikhendaknya selalumemperhatikan rambu-rambu ketatabahasaan Indonesia

yangbaik dan benar. Ejaan adalah salah satu dari rambu-rambu tersebut.

Seringkaliejaan di Indonesia mengalami pergantian dari tahun ke tahun guna

mengikutiperkembangan zaman. Adapuntujuan dari pergantian sistem ejaan di

Indonesia taklain untuk menyempurnakan aturan berbahasa masyarakat Indonesia

dan PedomanUmum Ejaaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan adalah wujud

kongkret daripenyempurnaan ejaan di Indonesia saat ini. Perkembangan ejaan,

khususnya Ejaanyang Disempurnakan (EYD) di Indonesia adalah submateri dalam

ketatabahasaanIndonesia yang memiliki peran cukup besar dalam mengatur etika

1
berbahasasecara tertulis sehingga diharapkan informasi tersebut dapat disampaikan

dandipahami secara baik dan terarah. Dalam praktiknya diharapkan aturan

tersebutdapat digunakan dalam keseharian masyarakat sehingga proses

penggunaan tatabahasa Indonesia dapat dilakukan secara baik dan benar

1.2 Rumusan Makalah

1. Apakah Pengertian ejaan ?

2. Bagaimana sejarah perkembangan ejaan di Indonesia ?

3. Untuk mengetahui perbedaan EYD dengan ejaan sebelumnya. ?

`1.3 Tujuan Makalah

1. Untuk mengetahui tentang Ejaan.

2. Untuk memahami sejarah perkembangan ejaan.

3. Untuk mengetahui perbedaan EYD dengan ejaan sebelumnya.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Ejaan


Ejaan adalah seperangkat aturan tentang cara menuliskan bahasa dengan menggunakan
huruf, Kata, dan tanda baca sebagai sarananya. Batasan tersebut menunjukan pengertian kata
ejaan berbeda dengan kata mengeja. Mengeja adalah kegiatan melafalkan huruf, suku kata,
atau kata; sedangkan ejaan adalah suatu sistem aturan yang jauh lebih luas dari sekedar
masalah pelafalan. Ejaan mengatur keseluruhan cara menuliskan bahasa.
Ejaan merupakan kaidah yang harus dipatuhi oleh pemakai bahasa demi keteraturan
dan keseragaman bentuk, terutama dalam bahasa tulis. Keteraturan bentuk akan berimplikasi
pada ketepatan dan kejelasan makna. Ibarat sedang mengemudi kendaraan, ejaan adalah
rambu lalu lintas yang harus dipatuhi oleh setiap pengemudi. Jika para pengemudi mematuhi
rambu-rambu yang ada, terciptalah lalu lintas yang tertib dan teratur. Seperti itulah kira-kira
bentuk hubungan antara pemakai bahasa dengan ejaan.
Ejaan yang berlaku sekarang dinamakan Ejaan yang disempurnakan (EYD). EYD
mulai diberlakukan pada tanggal 16 Agustus 1972. Ejaan ketiga dalam sejarah bahasa
Indonesia ini memang merupakan upaya penyempurnaan ejaan sebelumnya yang sudah
dipakai selama dua puluh lima tahun yang dikenal dengan Ejaan Republik atau Ejaan
Soewandi (Menteri PP dan K Republik Indonesia pada saat Ejaan itu diresmikan pada tahun
1947).

A. Pengertian ejaan menurut para ahli:


1. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
Pengertian ejaan menurut KBBI adalah kaidah atau cara yang mengambarkan bunyi
kata dan bunyi kalimat dalam bentuk tulisan serta mengatur penggunaan tanda baca.

2. Menurut Keraf
Pengertian ejaan menurut Keraf adalah seluruh aturan tentang bunyi, ujaran, dan
hubungan antara lambang-lambang tersebut (pemisahan atau penggabungannya) dalam suatu
bahasa.

3. Menurut Arifin

3
Pengertian ejaan menurut Arifin adalah aturan-aturan tentang bagaimana
melambangkan bunyi uraian dan bagaimana hubungan antara lambang-lambang yang
dimaksud.

B. Ruang Lingkup Ejaan dalam Bahasa Indonesia:


Secara garis besar,ruang lingkup ejaan dalam bahasa Indonesia terdiri atas
hal hal berikut.
1. Pemakaian Huruf
Dalam bahasa Indonesia, terdapat huruf abjad dan juga penggabungan untuk
melambangkan diftong, seperti au (harimau), atau ng (lambang). Berbeda dengan bahasa
Inggris, ejaan Indonesia menggunakan ejaan fonemis, di mana hanya ada satu bunyi untuk
satu lambang. Hal-hal yang perlu diperhatikan saat pemenggalan kata adalah harus
menggunakan tanda hubung, tidak boleh memenggal kata dengan garis bawah, tidak boleh
memenggal satu huruf,dan lain sebagainya.

2. Penulisan Huruf
Ada banyak sekali jenis huruf, seperti huruf kecil, huruf kapital, dan huruf miring.
Huruf kapital digunakan untuk awal kalimat, huruf pertama petikan langsung, huruf pertama
nama orang, huruf pertama nama jabatan, huruf pertama nama orang, dan lain sebagainya.
Sedangkan huruf miring dipakai untuk menulis nama buku atau nama majalah yang dikutip
dari karangan tertentu, menegaskan huruf, kata, atau kelompok kata, serta menulis nama
ilmiah atau ungkapan asing.

3. Penulisan Kata
Kata juga memiliki beragam jenis, seperti kata dasar, kata turunan, dan lain
sebagainya. Kata dasar harus ditulis sebagai satu kesatuan. Sedangkan untuk penulisan kata
turunan, imbuhan harus ditulis serangkai dengan kata dasar.

4. Penulisan Unsur Serapan


Banyak sekali bahasa asing yang diserap ke dalam bahasa Indonesia, salah satu
contohnya adalah bahasa Arab. Untuk menyerap bahasa Arab, kita harus memperhatikan
beberapa hal, seperti unsur mad (panjang) harus dihilangkan, konsonan yang tak ada dalam
bahasa Indonesia sebaiknya disesuaikan dengan fonem yang berdekatan dengan fonem bahasa
Indonesia. Jika tidak ada, maka tulislah kata tersebut sesuai dengan lafal sebenarnya dan
jangan lupa gunakan huruf miring.

5. Pemakaian Tanda Baca


Tanda baca seringkali diabaikan dalam suatu tulisan. Padahal tanda baca sangat
membantu kita dalam memahami suatu tulisan. Contoh tanda baca antara lain:

4
a. Tanda titik (.)
b. Tanda koma (,)
c. Tanda titik koma (;)
d. Tanda titik dua (:)
e. Tanda hubung (-)
f. Tanda tanya (?)
g. Tanda seru (!)
h. Tanda kurung ((…))
i. Tanda garis miring (/)
j. Tanda pisah (--)
k. Tanda kurung siku ([])
l. Tanda petik satu ( ‘ )
m. Tanda petik dua (“)

C. Fungsi Ejaan
Ejaan memiliki fungsi yang sangat penting dalam kaitannya dengan pembakuan
bahasa, baik itu yang berkaitan dengan pembakuan tata bahasa ataupun kosakata dan
peristilahan. Fungsi-fungsi tersebut antara lain adalah sebagai berikut:
1. Sebagai landasan pembakuan tata bahasa.
2. Sebagai landasan pembakuan kosakata dan peristilahan
3. Alat penyaring masuknya unsur-unsur bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia.
Selain tiga fungsi di atas, sebenarnya ejaan juga memiliki fungsi lain. Secara praktis,
ejaan memiliki fungsi untuk mempermudah pembaca dalam mencerna informasi yang
disampaikan dalam bentuk tulisan.

2. Sejarah Perkembangan Ejaan.


Kedudukan bahasa Indonesia yaitu sebagai bahasa Nasionalseperti dalam ikrar sumpah
pemuda sebagai alat pemersatu bangsa dalam suku yang berbeda-beda, dan bahasa negara
yang tercantum dalam UUD ’45 terutama sebagai bahasa pengantar di dunia pendidikan.
Namun seiring berjalannya waktu dan berkembangnya zaman, begitupun bahasa yang
terus mengalami perubahan dan perkembangan ragam dan variasi bahasa karena fungsi,
kedudukan, serta lingkungan yang berbeda-beda. Mulanya bahasa Indonesia ditulis dengan

5
tulisan latin-romawi mengikuti ejaan Belanda. Hingga pada 1972 Ejaan Yang Disempurnakan
(EYD) dicanangkan. Berikut 5 sejarah perkembangan ejaan dari masa ke masa.

a. Sejarah Ejaan Ophuijsen


Pada 1901 diadakan pembukuan ejaan Bahasa Indonesia yang pertama kali oleh Prof.
Charles van Ophuijsen dibantu oleh Engku Nawawi gelar Sultan Makmur dan Moh. Toib
Sultan Ibrahim. Hari pembukuan mereka ditulis dalam sebuah buku. Dalam kitab itu dimanut
sistem ejaan latin untuk Bahasa Indonesia.
Van Ophuijsen atau seorang ahli bahasa berkebangsaan Belanda. Buku berjudul
Makische Spraakhunst Tata Bahasa Melayu karya Ch. A. Van Ophuijsen menjadi acuan ejaan
pertama yang ada di nusantara, oleh karena itu, acuan ejaan tersebut dikenal dengan nama
ejaan Van Ophuijsen. Ejaan ini diakui sebagai acuan baku ejaan bahasa melayu di nusantara
dan kemudian pemerintah kolonial belanda meresmikan ejaan tersebut pada tahun 1901.

Ejaan Van Ophuijsen memiliki enam ciri khusus yaitu:


1) Huruf i untuk membedakan antara huruf i sebagai akhiran yang disuarakan tersendiri
seperti diftong., misal mulai dan ramai, dan untuk menulis huruf y misal Soerabaia.
2) Huruf j untuk menuliskan kata-kata, misalnya jang, saja, wajang.
3) Huruf oe untuk menuliskan kata-kata, misalnya doeloe, akoe, repoeblik.
4) Tanda diakritis, seperti koma ain dan tanda trema untuk menuliskan kata-kata
ma’moer, jum’at, ta’ dan pa’.
5) Huruf tj dieja menjadi c seperti Tjikini, tcara, pertjaya.
6) Huruf ch yang dieja kh seperti achir, chusus, machloec’.

b. Sejarah Ejaan Soewandi


Beberapa tahun sebelum Indonesia merdeka yakni pada masa pendudukan Jepang,
pemerintah sudah mulai memikirkan keadaan ejaan kita yang sangat tidak mampu mengikuti
perkembangan ejaan internasional. Oleh sebab itu, Pemerintah melalui Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan melakukan pengubahan ejaan untuk menyempurnakan ejaan yang dirasakan
sudah tidak sesuai lagi dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh sebab itu,
pada tahun 1947 muncullah sebuah ejaan yang baru sebagai pengganti ejaan Van Ophuijsen.
Ejaan tersebut diresmikan oleh Menteri Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan Republik
Indonesia, Dr. Soewandi, pada tanggal 19 Maret 1947 yang disebut sebagai Ejaan Republik.
Karena Menteri Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan adalah Dr. Soewandi, ejaan yang
diresmikan itu disebut juga sebagai Ejaan Soewandi. Hal-hal yang menonjol dalam Ejaan
Soewandi atau Ejaan Republik itu adalah sebagai berikut :
Ø Huruf /oe/ diganti dengan /u/, seperti dalam kata berikut:
· goeroe menjdi guru

6
· itoe menjadi itu
· oemoer menjdi umur
Ø Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan /k/, seperti dalam kata berikut:
· tida’ menjadi tidak
· Pa’ menjadi Pak
· ma’lum menjadi maklum
· ra’yat menjadi rakyat
Ø Angka dua boleh dipakai untuk menyatakan pengulangan, seperti kata berikut:
· beramai-ramai menjadi be-ramai2
· anak-anak menjadi anak2
· berlari-larian menjadi ber-lari-2an
· berjalan-jalan menjadi ber-jalan2
Ø Awalan di- dan kata depan di kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata yang
mengikutinya, seperti berikut :
diluar (kata depan), dikebun (kata depan), ditulis (awalan),
diantara (kata depan),
disimpan (awalan), dipimpin (awalan), dimuka (kata depan), ditimpa (awalan),
disini (kata depan).
Ø Tanda trema tidak dipakai lagi sehingga tidak ada perbedaan antar suku kata dipotong,
seperti kata berikut:
· Didjoempaϊ menjadi didjumpai
· Dihargaϊ menjadi dihargai
· Moelaϊ menjadi mulai
Ø Tanda aksen pada huruf e tidak dipakai lagi, seperti pada kata berikut
· ẻkor menjadi ekor
· hẻran mejadi heran
· mẻrah menjadi merah
· berbẻda menjadi berbeda
Ø Di hadapan tj dan dj, bunyi sengau ny dituliskan sebagai n untuk mengindahkan cara tulis

7
· Menjtjuri menjdi mentjuri
· Menjdjual menjadi mendjual
Ø Ketika memotong kata-kata di ujung baris, awalan dan akhiran dianggap sebagai suku-suku
kata yang terpisah
· be-rangkat menjadi ber-angkat
· atu-ran menjadi atur-an
Ø Huruf-huruf q, x , dan y tidak diatur pemakainnya dalam ejaan. Huruf c hanya dipakai
dalam hubungannya dengan huruf ch.
D. Sejarah Ejaan Pembaharuan
Ejaan ini urung diresmikan. Namun, ejaan ini diduga menjadi pemantik awal
diberlakukannya EYD tahun 1972 (Erikha, 2015). Ejaan Pembaharuan direncanakan untuk
memperbarui Ejaan Republik. Pembaruan ejaan ini dilandasi oleh rasa prihatin Menteri
Moehammad Yamin akan kondisi bahasa Indonesia yang belum memiliki kejatian. Maka
diadakanlah Konggres Bahasa Indonesia Kedua di Medan. Medan dipilih karena di kota itulah
bahasa Indonesia digunakan dengan baik oleh masyarakat. Pada konggres tersebut diusulkan
perubahan ejaan dan perlu adanya badan yang menyusun peraturan ejaan yang praktis bagi
bahasa Indonesia. Selanjutnya, dibentuk panitia oleh Menteri Pengajaran, Pendidikan dan
Kebudayaan. Keberadaan panitia tersebut diperkuat dengan surat keputusan tanggal 19 Juli
1956, nomor 44876/S (Tim Pengembang Pedoman Bahasa Indonesia, 2016). Panitia tersebut
beranggotakan Profesor Prijono dan E. Katoppo (Admin Padamu, 2016). Panitia tersebut
berhasil merumuskan aturan baru pada tahun 1957. Aturan baru tersebut tidak diumumkan,
tetapi menjadi bahan penyempurnaan pada EYD yang diresmikan pada tahun 1972. Panitia
tersebut membuat aturan tentang satu fonem diwakili dengan satu huruf. Penyederhanaan ini
sesuai dengan itikad agar dibuat ejaan yang praktis saat dipakai dalam keseharian (Erikha,
2016). Selain aturan satu fonem satu huruf, terdapat pula aturan bahwa gabungan huruf ditulis
menjadi satu huruf.Menurut Admin Padamu (2016) ciri khas Ejaan Pembaharuan ada empat,
yaitu perubahan gabungan konsonan dan gabungan vokal. Berikut keempat ciri khas tersebut.
1) Gabungan konsonan ng diubah menjadi ŋ
Perubahan penulisan gabungan huruf konsonan dari gabungan konsonan ng menjadi satu
huruf ŋ. Misalnya, mengalah menjadi meŋalah.
2) Gabungan konsonan nj diubah menjadi ń
Perubahan penulisan gabungan huruf konsonan dari gabungan konsonan njmenjadi satu
hurufń. Misalnya, menjanjimenjadimeńańi.
3) Gabungan konsonan sj menjadi š
Perubahan penulisan gabungan huruf konsonan dari gabungan konsonansjmenjadi satu hurufš.
Misalnya, sjarat menjadi šarat.

8
4) Gabungan vokal ai, au, dan oi, menjadi ay, aw, dan oy
Perubahan penulisan gabungan huruf vokal (diftong) dari gabungan vokal ai, au,
danoimenjadiay, aw, dan oy. Misalnya, balai, engkau, dan amboi menjadi balay,
engkaw, dan amboy.

E. Sejarah Ejaan Melindo


Ejaan Melindo adalah bentuk penggabungan aturan penggunaan huruf latin di
Indonesia dan aturan huruf latin oleh Persekutuan Tanah Melayu pada tahun 1959. Hal ini
bermula dari peristiwa Kongres Bahasa Indonesia Kedua yang dilaksanakan pada tahun 1954
di Medan. Malaysia sebagai salah satu delegasi yang hadir, memiliki keinginan untuk
menyatukan ejaan. Keinginan ini semakin kuat sejak Malaysia merdeka pada tahun
1957.Kemudian kedua pemerintahan ini (Indonesia dan Malaysia) menandatangani
kesepakatan untuk merumuskan aturan ejaan yang dapat dipakai bersama. Akhirnya
keputusan itu terjadi pada tahun 1959.
Akan tetapi, karena terjadi masalah antara Indonesia dan Malaysia, kesepakatan
perumusan ejaan tersebut tidak dapat dilanjutkan atau dilaksanakan. Faktor pemicunya adalah
masalah politik antara Indonesia dan Malaysia yang sedang memanas. Indonesia yang saat itu
sedang terpengaruh Moskow-Peking-Pyongyang. Sedangkan Malaysia sedang condong
kepada Inggris Akhirnya Ejaan Melindo tidak dapat dilanjutakan.
Ejaan Melindo dapat dikenali dari enam ciri berikut (Admin Padamu, 2016 dan
Erikha, 2015) :
2) Gabungan konsonan nj pada kata njanji, ditulis dengan huruf nc, sehingga menjadi
huruf yang baru
3) Kata menyapu akan ditulis meղapu
4) Gabungan sy pada kata syair ditulis menjadi ŝyair.
5) Gabungan ng pada kata ngopi ditulis menjadi ղopi.
6) Diftong oi seperti pada kata koboi ditulis menjadi koboy.

F. Sejarah Ejaan yang Disempurnakan


Dengan munculnya Orde Baru, maka perhatian kepada persoalan bahasa dan
penyempurnaannya bangkit kembali, terutama oleh usaha Lembaga Bahasa dan Kesusastraan
yang tahun 1968 bernama Lembaga Bahasa Nasional yang kemudian menjadi pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa hingga sekarang. Atas usaha dan dorongan badan
inilah program pembakuan bahasa Indonesia di segala bidang makin digalakkan.
Ejaan yang disempurnakan ini menggantikan ejaan sebelumnya, Ejaan Republik atau
Ejaan Soewandi. Pada tanggal 16 Agustus 1972 Presiden Republik Indonesia meresmikan

9
pemakaian Ejaan Bahasa Indonesia. Peresmian ejaan baru itu berdasarkan Putusan Presiden
No. 57, Tahun 1972. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menyebarkan buku kecil yang
berjudul Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, sebagai patokan pemakaian
ejaan itu.
Karena penuntun itu perlu dilengkapi, Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, yang dibentuk oleh Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan dengan surat putusannya tanggal 12 Oktober 1972, No. 156/P/1972 (Amran
Halim, Ketua), menyusun buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan yang berupa pemaparan kaidah ejaan yang lebih luas. Setelah itu, Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat putusannya No. 0196/1975 memberlakukan
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum
Pembentukan Istilah. Sejak saat itulah konsep ini diberi nama Ejaan Yang Disempurnakan
(EYD). Jika dianalogkan dengan Ejaan Van Ophuijsen dan Ejaan Soewandi, Ejaan Yang
Disempurnakan (EYD) dapat disebut sebagai Ejaan Mashuri karena Mashurilah yang dengan
sepenuh tenaga sebagai Mentri pendidikan dan kebudayaan, memperjuangkan sampai
diresmikan oleh Presiden.

3. Perbedaan EYD dengan Ejaan Sebelumnya.


Diterbitkannya EYD yang berlaku sampai saat ini tidak terlepas dengan peran tokoh-
tokoh yang menilai ejaan-ejaan sebelumnya, dari mulai menggganti huruf sampai mengganti
kaidah yang ada. Berikut beberapa perbedaan EYD yang merupakan Ejaan sekarang dengan
Ejaan terdahulu:
a. Adanya huruf ‘c’ yang menggantikan huruf ‘tj’
b. Adanya huruf ‘j’ untuk menggantikan huruf ‘dj’
c. Adanya huruf ‘ch’ untuk menggantikan huruf ‘ch’, contohnya achir menjadi akhir
d. Adanya huruf ‘y’ untuk menggantikan huruf ‘j’
e. Adanya huruf ‘ny’ untuk menggantikan huruf ‘nj’
f. Adanya huruf ‘sy’ untuk menggantikan huruf ‘sj’
g. Adanya huruf ‘j’ untuk menggantikan huruf ‘dj’
Beberapa ketetapan baru:
Memasukkan huruf f, v, dan z dalam huruf resmi bahasa Indonesia yang mana huruf tersebut
berasal dari bahasa asing

10
Awalan “di-” dan kata depan “udi” dibedakan penulisannya. Kata depan “di” pada contoh di
rumah, di sawah, penulisannya dipisahkan dengan spasi, sementara “di-” pada dibeli atau
dimakan ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya Kata ulang ditulis penuh dengan
mengulang unsur-unsurnya. Angka dua tidak digunakan sebagai penanda perulangan.
Secara umum, hal-hal yang diatur dalam EYD adalah:
a. Penulisan huruf, termasuk huruf kapital dan huruf miring.
b. Penulisan kata.
c. Penulisan tanda baca.
d. Penulisan singkatan dan akronim.
e. Penulisan angka dan lambang bilangan.
f. Penulisan unsur serapan.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari uraian singkat di atas maka kita bisa menarik kesimpulan penulis memberikan
kesimpulan berdasarkan data data dan fakta dilapangan menunjukkan masih banyak orang
orang tidak memahami pemakain bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai dengankaidah
kaidah yang benar. tadi dilhat dari fungsinya bahasa merupakan jantung dari kehidupan ini
karena tanpa bahasa kita tidak akan bisa berinteraksi sesama yang lain. maka dari itu kita
sebagai warga negara Indonesia harus bisa menjaga keaslian berbahasaIndonesia yang baik
dan benar, karena dipandangnya suatu bangsa itu tidak lepas dari bagaimana kita
menggunakan basaha yang dapat dipahami atau mudah dimengerti oleh bangsa lain. Mudah
mudahan urain singkat diatas dapat memberi sumbang sih bagi pembawa, saran dan kritik
yang sifatnya membangun selalu penulis harapkan, demi kesempurnaan karya tulis kami ini
yang berjudul sejarah ejaan

11
3.2 Saran

Sudah selayaknya kita sebagai bagian dari bangsa Indonesia dapat menggunakan

bahasaIndonesia yang baik dan benar khususnya dalam bahasa tulis. (engan adanya

penjabaran tentang pamakaian %;( diharapkan para pemba4a dapat memahami dan

menerapkan penggunaan %;(dalam pembuatan suatu karya tulis.(an semoga penjabaran ini

dapat bermanfaat bagi kita semua.

12

Anda mungkin juga menyukai