“SEJARAH EJAAN”
KELOMPOK 2 :
1. FADHILATUL JANNAH (221160024)
2. FAUZY (221160026)
3. ZULFIANI S. KALAMUNTING (221160038)
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga Makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Tidak lupa shalawat dan
salam semoga terlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya,
dan kepada kita selaku umatnya.
Makalah ini kami buat untuk melengkapi tugas mata kuliah Kami ucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Makalah ini. Dan kami juga
menyadari pentingnya akan sumber bacaan dan referensi internet yang telah membantu dalam
memberikan informasi yang akan menjadi bahan makalah ini.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
arahan serta bimbingannya selama ini sehingga penyusunan makalah dapat dibuat dengan
sebaik-baiknya. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan Makalah ini
sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
penyempurnaan makalah ini.
Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah SWT, dan
kekurangan pasti milik kita sebagai manusia. Semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semuanya.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR………………………………………………………ii
DAFTAR ISI …………………………………………………………...iii
BAB I : PENDAHULUAN
BAB II : PEMBAHASAN
3.2 Saran…………………………………………………………………………....12
1.
iii
BAB I
PENDAHULUAN
digunakansebagai alat komunikasi secara langsung atau lisan, bahasa juga dapat
sosial secara baik dan benar. Untukmemahami informasi tersebut, bahasa berfungsi
peranaturan baku digunakan. Dalam hal ini kita selaku warga negara yang
yangbaik dan benar. Ejaan adalah salah satu dari rambu-rambu tersebut.
1
berbahasasecara tertulis sehingga diharapkan informasi tersebut dapat disampaikan
2
BAB II
PEMBAHASAN
2. Menurut Keraf
Pengertian ejaan menurut Keraf adalah seluruh aturan tentang bunyi, ujaran, dan
hubungan antara lambang-lambang tersebut (pemisahan atau penggabungannya) dalam suatu
bahasa.
3. Menurut Arifin
3
Pengertian ejaan menurut Arifin adalah aturan-aturan tentang bagaimana
melambangkan bunyi uraian dan bagaimana hubungan antara lambang-lambang yang
dimaksud.
2. Penulisan Huruf
Ada banyak sekali jenis huruf, seperti huruf kecil, huruf kapital, dan huruf miring.
Huruf kapital digunakan untuk awal kalimat, huruf pertama petikan langsung, huruf pertama
nama orang, huruf pertama nama jabatan, huruf pertama nama orang, dan lain sebagainya.
Sedangkan huruf miring dipakai untuk menulis nama buku atau nama majalah yang dikutip
dari karangan tertentu, menegaskan huruf, kata, atau kelompok kata, serta menulis nama
ilmiah atau ungkapan asing.
3. Penulisan Kata
Kata juga memiliki beragam jenis, seperti kata dasar, kata turunan, dan lain
sebagainya. Kata dasar harus ditulis sebagai satu kesatuan. Sedangkan untuk penulisan kata
turunan, imbuhan harus ditulis serangkai dengan kata dasar.
4
a. Tanda titik (.)
b. Tanda koma (,)
c. Tanda titik koma (;)
d. Tanda titik dua (:)
e. Tanda hubung (-)
f. Tanda tanya (?)
g. Tanda seru (!)
h. Tanda kurung ((…))
i. Tanda garis miring (/)
j. Tanda pisah (--)
k. Tanda kurung siku ([])
l. Tanda petik satu ( ‘ )
m. Tanda petik dua (“)
C. Fungsi Ejaan
Ejaan memiliki fungsi yang sangat penting dalam kaitannya dengan pembakuan
bahasa, baik itu yang berkaitan dengan pembakuan tata bahasa ataupun kosakata dan
peristilahan. Fungsi-fungsi tersebut antara lain adalah sebagai berikut:
1. Sebagai landasan pembakuan tata bahasa.
2. Sebagai landasan pembakuan kosakata dan peristilahan
3. Alat penyaring masuknya unsur-unsur bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia.
Selain tiga fungsi di atas, sebenarnya ejaan juga memiliki fungsi lain. Secara praktis,
ejaan memiliki fungsi untuk mempermudah pembaca dalam mencerna informasi yang
disampaikan dalam bentuk tulisan.
5
tulisan latin-romawi mengikuti ejaan Belanda. Hingga pada 1972 Ejaan Yang Disempurnakan
(EYD) dicanangkan. Berikut 5 sejarah perkembangan ejaan dari masa ke masa.
6
· itoe menjadi itu
· oemoer menjdi umur
Ø Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan /k/, seperti dalam kata berikut:
· tida’ menjadi tidak
· Pa’ menjadi Pak
· ma’lum menjadi maklum
· ra’yat menjadi rakyat
Ø Angka dua boleh dipakai untuk menyatakan pengulangan, seperti kata berikut:
· beramai-ramai menjadi be-ramai2
· anak-anak menjadi anak2
· berlari-larian menjadi ber-lari-2an
· berjalan-jalan menjadi ber-jalan2
Ø Awalan di- dan kata depan di kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata yang
mengikutinya, seperti berikut :
diluar (kata depan), dikebun (kata depan), ditulis (awalan),
diantara (kata depan),
disimpan (awalan), dipimpin (awalan), dimuka (kata depan), ditimpa (awalan),
disini (kata depan).
Ø Tanda trema tidak dipakai lagi sehingga tidak ada perbedaan antar suku kata dipotong,
seperti kata berikut:
· Didjoempaϊ menjadi didjumpai
· Dihargaϊ menjadi dihargai
· Moelaϊ menjadi mulai
Ø Tanda aksen pada huruf e tidak dipakai lagi, seperti pada kata berikut
· ẻkor menjadi ekor
· hẻran mejadi heran
· mẻrah menjadi merah
· berbẻda menjadi berbeda
Ø Di hadapan tj dan dj, bunyi sengau ny dituliskan sebagai n untuk mengindahkan cara tulis
7
· Menjtjuri menjdi mentjuri
· Menjdjual menjadi mendjual
Ø Ketika memotong kata-kata di ujung baris, awalan dan akhiran dianggap sebagai suku-suku
kata yang terpisah
· be-rangkat menjadi ber-angkat
· atu-ran menjadi atur-an
Ø Huruf-huruf q, x , dan y tidak diatur pemakainnya dalam ejaan. Huruf c hanya dipakai
dalam hubungannya dengan huruf ch.
D. Sejarah Ejaan Pembaharuan
Ejaan ini urung diresmikan. Namun, ejaan ini diduga menjadi pemantik awal
diberlakukannya EYD tahun 1972 (Erikha, 2015). Ejaan Pembaharuan direncanakan untuk
memperbarui Ejaan Republik. Pembaruan ejaan ini dilandasi oleh rasa prihatin Menteri
Moehammad Yamin akan kondisi bahasa Indonesia yang belum memiliki kejatian. Maka
diadakanlah Konggres Bahasa Indonesia Kedua di Medan. Medan dipilih karena di kota itulah
bahasa Indonesia digunakan dengan baik oleh masyarakat. Pada konggres tersebut diusulkan
perubahan ejaan dan perlu adanya badan yang menyusun peraturan ejaan yang praktis bagi
bahasa Indonesia. Selanjutnya, dibentuk panitia oleh Menteri Pengajaran, Pendidikan dan
Kebudayaan. Keberadaan panitia tersebut diperkuat dengan surat keputusan tanggal 19 Juli
1956, nomor 44876/S (Tim Pengembang Pedoman Bahasa Indonesia, 2016). Panitia tersebut
beranggotakan Profesor Prijono dan E. Katoppo (Admin Padamu, 2016). Panitia tersebut
berhasil merumuskan aturan baru pada tahun 1957. Aturan baru tersebut tidak diumumkan,
tetapi menjadi bahan penyempurnaan pada EYD yang diresmikan pada tahun 1972. Panitia
tersebut membuat aturan tentang satu fonem diwakili dengan satu huruf. Penyederhanaan ini
sesuai dengan itikad agar dibuat ejaan yang praktis saat dipakai dalam keseharian (Erikha,
2016). Selain aturan satu fonem satu huruf, terdapat pula aturan bahwa gabungan huruf ditulis
menjadi satu huruf.Menurut Admin Padamu (2016) ciri khas Ejaan Pembaharuan ada empat,
yaitu perubahan gabungan konsonan dan gabungan vokal. Berikut keempat ciri khas tersebut.
1) Gabungan konsonan ng diubah menjadi ŋ
Perubahan penulisan gabungan huruf konsonan dari gabungan konsonan ng menjadi satu
huruf ŋ. Misalnya, mengalah menjadi meŋalah.
2) Gabungan konsonan nj diubah menjadi ń
Perubahan penulisan gabungan huruf konsonan dari gabungan konsonan njmenjadi satu
hurufń. Misalnya, menjanjimenjadimeńańi.
3) Gabungan konsonan sj menjadi š
Perubahan penulisan gabungan huruf konsonan dari gabungan konsonansjmenjadi satu hurufš.
Misalnya, sjarat menjadi šarat.
8
4) Gabungan vokal ai, au, dan oi, menjadi ay, aw, dan oy
Perubahan penulisan gabungan huruf vokal (diftong) dari gabungan vokal ai, au,
danoimenjadiay, aw, dan oy. Misalnya, balai, engkau, dan amboi menjadi balay,
engkaw, dan amboy.
9
pemakaian Ejaan Bahasa Indonesia. Peresmian ejaan baru itu berdasarkan Putusan Presiden
No. 57, Tahun 1972. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menyebarkan buku kecil yang
berjudul Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, sebagai patokan pemakaian
ejaan itu.
Karena penuntun itu perlu dilengkapi, Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, yang dibentuk oleh Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan dengan surat putusannya tanggal 12 Oktober 1972, No. 156/P/1972 (Amran
Halim, Ketua), menyusun buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan yang berupa pemaparan kaidah ejaan yang lebih luas. Setelah itu, Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat putusannya No. 0196/1975 memberlakukan
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum
Pembentukan Istilah. Sejak saat itulah konsep ini diberi nama Ejaan Yang Disempurnakan
(EYD). Jika dianalogkan dengan Ejaan Van Ophuijsen dan Ejaan Soewandi, Ejaan Yang
Disempurnakan (EYD) dapat disebut sebagai Ejaan Mashuri karena Mashurilah yang dengan
sepenuh tenaga sebagai Mentri pendidikan dan kebudayaan, memperjuangkan sampai
diresmikan oleh Presiden.
10
Awalan “di-” dan kata depan “udi” dibedakan penulisannya. Kata depan “di” pada contoh di
rumah, di sawah, penulisannya dipisahkan dengan spasi, sementara “di-” pada dibeli atau
dimakan ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya Kata ulang ditulis penuh dengan
mengulang unsur-unsurnya. Angka dua tidak digunakan sebagai penanda perulangan.
Secara umum, hal-hal yang diatur dalam EYD adalah:
a. Penulisan huruf, termasuk huruf kapital dan huruf miring.
b. Penulisan kata.
c. Penulisan tanda baca.
d. Penulisan singkatan dan akronim.
e. Penulisan angka dan lambang bilangan.
f. Penulisan unsur serapan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari uraian singkat di atas maka kita bisa menarik kesimpulan penulis memberikan
kesimpulan berdasarkan data data dan fakta dilapangan menunjukkan masih banyak orang
orang tidak memahami pemakain bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai dengankaidah
kaidah yang benar. tadi dilhat dari fungsinya bahasa merupakan jantung dari kehidupan ini
karena tanpa bahasa kita tidak akan bisa berinteraksi sesama yang lain. maka dari itu kita
sebagai warga negara Indonesia harus bisa menjaga keaslian berbahasaIndonesia yang baik
dan benar, karena dipandangnya suatu bangsa itu tidak lepas dari bagaimana kita
menggunakan basaha yang dapat dipahami atau mudah dimengerti oleh bangsa lain. Mudah
mudahan urain singkat diatas dapat memberi sumbang sih bagi pembawa, saran dan kritik
yang sifatnya membangun selalu penulis harapkan, demi kesempurnaan karya tulis kami ini
yang berjudul sejarah ejaan
11
3.2 Saran
Sudah selayaknya kita sebagai bagian dari bangsa Indonesia dapat menggunakan
bahasaIndonesia yang baik dan benar khususnya dalam bahasa tulis. (engan adanya
penjabaran tentang pamakaian %;( diharapkan para pemba4a dapat memahami dan
menerapkan penggunaan %;(dalam pembuatan suatu karya tulis.(an semoga penjabaran ini
12