Rudianto Longi
Sahrul Fajarullah
Leni Apriani
Aulia Mo Saja
KELAS 03
FAKULTAS TEKNIK
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-
NYA jualah kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Bahasa Indonesia dengan judul
Kaidah Dasar Bahasa Indonesia. Tidak lupa saya ucapkan terimakasih kepada Bapak dosen
pengajar Bahasa Indonesia Bapak Dosen Dr. Abd. Khalik S. Pd M yang telah memberikan tugas
ini, serta teman-teman anggota kelompok 3 dalam proses pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh
sebab itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan semoga dengan
selesai nya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, Aamiin.
Kelompok 3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................2
C. Tujuan Penulisan.............................................................................2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................3-16
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................18
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kaidah kebahasaan secara sederhana adalah sejumlah aturan yang dijadikan sebagai pedoman
dalam suatu bahasa, termasuk dalam pembuatan suatu teks.
Jika ditelaah secara etimologi, kaidah kebahasaan berasal dari dua kata, yakni kaidah dan
kebahasaan. Kedua kata tersebut memiliki makna yang berbeda lalu membentuk suatu istilah
yang mempunyai makna tersendiri.
Kaidah adalah rumusan asas yang menjadi hukum atau aturan yang sudah pasti atau patokan,
sedangkan kebahasaan adalah suatu hal yang berkaitan dengan bahasa (perihal bahasa).
Berdasarkan penjelasan etimologi di atas, dapat disimpulkan bahwa kaidah kebahasaan adalah
suatu aturan dalam penggunaan suatu bahasa untuk membentuk tata bahasa yang baik.
Menurut Taufiqur Rahman dan Hamidulloh Ibda dalam buku yang berjudul Teks dalam Kajian
Struktur dan Kebahasaan, kaidah kebahasaan adalah aturan-aturan mendasar yang menjadi
standar untuk dipakai dalam pemahaman bahasa.
Kaidah kebahasaan juga digunakan untuk memahami bagaimana ketentuan mengatur tata cara
berbahasa baik secara lisan maupun tulisan.
Dalam suatu teks, kaidah kebahasaan dapat digunakan menjadi ciri-ciri atau karakteristik yang
membedakan teks tersebut dengan jenis teks lainnya.
B. Rumusan Masalah
1. Untuk mengetahui apa apa saja kaidah kaidah yang terdapat pada bahasa indonesia.
PEMBAHASAN
Tahun 2019, Presiden menerbitkan Peraturan Presiden nomor 63 tahun 2019 tentang Penggunaan
Bahasa Indonesia. Apa kiranya yang diatur dan apa imbasnya kepada komunikasi kita dalam
kehidupan sehari-hari? Inti peraturan tersebut ada pada Bab II, Bagian 1, Pasal 2, tentang
“Ketentuan Penggunaan Bahasa Indonesia”. Dicantumkan dalam Bab II, Bagian 1, bahwa
“Penggunaan Bahasa Indonesia harus memenuhi kriteria Bahasa Indonesia yang baik dan benar”.
Berikut akan dibahas kriteria bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Berbahasa Indonesia yang benar berarti bahwa harus digunakan bahasa Indonesia yang sesuai
dengan kaidah atau aturan bahasa Indonesia. Kaidah bahasa Indonesia meliputi kaidah tata
bahasa, kaidah ejaan, dan kaidah pembentukan istilah. Kaidah tata bahasa dan kaidah
pembentukan istilah berkaitan dengan bahasa Indonesia lisan dan tulis. Penggunaan bahasa yang
tidak memperhatikan kaidah tata bahasa akan membingungkan. Misalnya, kesalahan tata bahasa
dalam kalimat “Karena sering kebanjiran, gubernur melarang pembangunan gedung di sana”.
Apakah “gubernur” yang sering kebanjiran atau “suatu daerah”? Kesalahan seperti itu sering
terjadi dalam kalimat majemuk. Kaidah ketatabahasaannya adalah “Dalam kalimat majemuk
bertingkat, subjek dalam anak kalimat dapat dihilangkan jika induk kalimat dan anak kalimat
mengandung subjek yang sama”. Dalam kalimat contoh, subjek pada induk kalimat tidak sama
dengan subjek pada anak kalimat. Akibatnya, subjek pada anak kalimat wajib hadir. Kaidah
pembentukan istilah berkaitan penggunaan kata serapan. Seringkali, ditemukan ucapan “Selamat
pagi. Selamat menjalankan aktifitas hari ini”.
Pengguna bahasa tidak secara cermat membedakan penulisan aktif dan aktivitas karena dalam
bahasa Indonesia bunyi [f] dan [v] tidak membedakan arti. Contoh lainnya, dalam kalimat
Pengakuannya menunjukkan sisi gentle dari dirinya. Seharusnya, istilah yang digunakan adalah
gentlemen. Kedua kata sifat ini berbeda arti. Kata gentle berarti ‘lemah lembut’, sedangkan
gentlemen berarti ‘lelaki yang memiliki etika, moral, dan berbudi bahasa halus’. Penggunaan
istilah asing, sebaiknya, disertai dengan pengetahuan tentang bahasa asing yang digunakan.
Adapun kaidah ejaan hanya berkaitan dengan penggunaan bahasa Indonesia tulis dan berkaitan
dengan dua hal. Pertama, kaidah ejaan berkaitan dengan penulisan kata, misalnya sekadar bukan
*sekedar; di antara bukan *diantara sebaliknya ditonton bukan *di tonton. Kedua, kaidah ejaan
berkaitan dengan penggunaan tanda baca. Misalnya, “Yuk, kita makan, Eyang” akan berbeda
artinya dengan “Yuk, kita makan Eyang”. Kalimat pertama ‘mengajak eyang untuk makan
bersama’, sedangkan kalimat kedua berarti ‘mengajak kita untuk memakan eyang’. Penggunaan
koma yang kecil menghasilkan perbedaan arti yang besar.
Lalu, apakah itu berarti bahwa kita harus selalu berbahasa ragam formal? Pada saat kita
berbicara dengan tukang sayur atau kepada teman, kita tentu tidak perlu menggunakan ragam
formal. Permasalahannya adalah apakah pada saat berbahasa ragam nonformal, kita harus tetap
mengindahkan kaidah berbahasa? Jawabannya adalah ya! Menggunakan kaidah dalam ragam
nonformal berarti menggunakan pilihan kata yang sesuai dan tepat serta menggunakan kaidah
tata bahasa yang benar. Misalnya, pada saat membeli bakso, jangan mengatakan, “*Bang, saya
bakso pake bihun.” Kalimat itu bukan kalimat yang benar. Saya bukan bakso, saya orang. Untuk
menjadi kalimat yang baik dan benar, hanya dibutuhkan satu kata, yaitu “mau” menjadi “Bang,
saya mau bakso pake bihun.”
Jadi, berbahasa Indonesia yang baik dan benar berarti menyampaikan pikiran dengan informasi
yang lengkap secara teratur. Ragam bahasa yang digunakan dapat berupa ragam bahasa formal
atau nonformal, bergantung pada konteksnya.
B. Tata Kaidah bahasa, Tata kaidah ejaan, Tata kaidah pembentukan istilah
Menurut Keraf (dalam Misriyah: 2011), tata bahasa merupakan suatu himpunan dari berbagai
patokan di dalam struktur bahasa. Struktur bahasa yang dimaksud meliputi tata bunyi, tata
bentuk, tata kata, tata kalimat, dan juga tata makna. Artinya, tata bahasa ini meliputi bidang-
bidang yakni fonologi, morfologi, dan sintaksis.
2. Crystal (dalam Tarigan: 1989)
Crystal (dalam Tarigan: 1989) mengatakan bahwa tata bahasa atau grammar adalah studi
mengenai struktur kalimat, terutama sekali dengan acuan kepada sintaksis dan morfologi dan
kerap kali dijadikan buku teks atau buku pegangan.
Crystal juga menjelaskan bahwa tata bahasa merupakan suatu pemerian kaidah-kaidah yang
mengendalikan bahasa secara umum atau bahasa-bahasa tertentu yang mencakup semantik,
fonologi, dan juga bisa mengenai pragmatik.
3. Djiwandono (2011)
Djiwandono mengungkapkan pendapatnya bahwa tata bahasa sebagai bagian dari paparan
tentang bahasa yang berkaitan dengan kemampuan tentang kata pada tataran morfologi dan juga
kemampuan tentang kalimat pada tataran sintaksis.
Dari penjelasan para ahli di atas, didapatkan kesimpulan bahwa tata bahasa memiliki pengertian
yakni merupakan cabang ilmu bahasa yang mempelajari tentang struktur dan kaidah dalam suatu
bahasa. Oleh sebab itu, sudah disepakati bahwa struktur bahasa mencakup bidang tata bunyi, tata
bentuk, tata makna, dan tata kalimat.
Atau dengan kata lain, tata bahasa memiliki ruang lingkup yakni fonologi, sintaksis, morfologi,
dan juga semantik.
1. Pembentukan kata dilihat dari afiksasi atau pengimbuhan dan juga reduplikasi atau
pengulangan.
2. Berbagai sarana dari tingkat leksikal maupun pada tingkat gramatikal dapat digunakan untuk
menyatakan suatu arti.
Biasanya, kalimat ini digunakan untuk menirukan ucapan orang lain, sehingga perlu diketahui
bahwa penulisan kalimat ini diberi 2 tanda petik (“…”). Berikut contoh-contohnya:
Berbeda dengan penggunaan kalimat langsung, kalimat tak langsung ini merupakan hasil
perubahan kalimat dari kalimat tak langsung di mana tidak menggunakan tanda petik. Berikut
contohnya:
a. Kartika berpesan padaku bahwa aku harus hadir ke acara ulang tahunnya besok
Tata Kaidah ejaan
Dalam penggunaannya, bahasa mempunyai berbagai aturan tertentu. Salah satu dari aturan itu
disebut sebagai kaidah ejaan. Bahkan kaidah ejaan juga mempunyai pedoman baku yang harus
dipatuhi oleh para penutur bahasa. Contohnya, bahasa Indonesia memiliki aturan Ejaan Yang
Disempurnakan atau EYD yang harus dipatuhi.
EYD (Ejaan yang Disempurnakan) adalah tata bahasa dalamBahasa Indonesia yang
mengatur penggunaan bahasa Indonesia dalamtulisan, mulai dari pemakaian dan penulisan
huruf capital dan huruf miring,serta penulisan unsur serapan. EYD disini diartikan sebagai tata
bahasayang disempurnakan. Dalam penulisan karya ilmiah perlu adanya aturantata bahasa
yang menyempurnakan sebuah karya tulis. Karena dalamsebuah karya tulis memerlukan
tingkat kesempurnaan yang mendetail.Singkatnya EYD digunakan untuk membuat tulisan
dengan cara yang baikdan benar.
1. Pemakaian Huruf
a.Huruf Abjad
Abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiriatas huruf berikut.Nama
setiap huruf disertakan disebelahnya.
b. Huruf Vokal
c. Huruf Konsonan
Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesiaadalah huruf yang selain huruf
vokal yang terdiri atas huruf-huruf b,c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z.
d. Huruf Diftong
Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkandengan ai, au, dan oi. Contoh
pemakaian dalam kata
2. Penulisan Huruf
Dua hal yang harus diperhatikan dalam penulisan huruf berdasarkan EYD, yaitu:
3. Digunakan sebagai huruf pertama dalam ungkapanyang berhubungan dengan nama Tuhan,
kata ganti Tuhan,dan nama kitab suci. Misalnya :
Allah Yang Maha kuasa lagi Maha penyayang
4. Digunakan sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan , keturunan, keagamaan yang diikuti
nama orang. Misalnya :
5. Digunakan sebagai huruf pertama unsur nama jabatan danpangkat yang diikuti nama
orang, pengganti nama orangtertentu, nama instansi, dan nama tempat. Misalnya :
Ibrahim NakiNofayanti
7. Digunakan sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan nama bahasa. Misalnya :
bangsa Indonesia
suku Sunda
8. Digunakan sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah.
Misalnya :
9. Digunakan sebagai huruf pertama nama geografi unsur nama diri. Misalnya :
Republik Indonesia
11. Digunakan sebagai huruf pertama penunjuk kekerabatan atau sapaan dan pengacuan.
Misalnya :
13. Digunakan sebagai huruf pertama unsur singkatan namagelar, pangkat dan sapaan.
Misalnya :
14.Digunakan sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulangsempurna yang terdapat pada
nama badan lembagapemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi
Misalnya:
Perserikatan Bangsa-Bangsa
15.Digunakan sebagai huruf pertama semua kata di dalamjudul, majalah, surat kabar, dan
karangan ilmiah lainnya,kecuali kata depan dan kata penghubung. Misalnya :
1. Menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan. Misalnya :
2. Menegaskan dan mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, dan kelompok kata. Misalnya :
3. Penulisan Kata
Ada bebrapa hal yang pelru diperhatikan dalam penulisan kata, yaitu :
Kata Dasar
Kata dasar adalah kata yang belum mengalami perubahanbentuk, yang ditulis sebagai suatu
kesatuan. Misalnya
Kata Turunan (Kata berimbuhan) Kaidah yang harus diikut dalam penulisan kata turunan,
yaitu :
•Membaca
•Menulis
Awalan dan akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsungmengikuti atau mendahuluinya
jika bentuk dasarnya berupagabungan kata. Misalnya :
• Bertepuk tangan
•Sebar luaskan.
Jika bentuk dasarnya berupa gabungan kata dan sekaligusmendapat awalan dan
akhiran, kata itu ditulis serangkai.Misalnya:
•Menandatangani
•Keanekaragaman.
Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalamkombinasi, gabungan kata itu
ditulis serangkai. Misalnya :
•Antarkota
•Mahaadil
•Dwilingga yaitu pengulangan utuh atau secara keseluruhan. Misalnya = Laki : Laki-laki
Istilah adalah kata atau gabungan kata yang digunakan sebagai nama atau lambang yang dengan
cermat mengungkapkan makna konsep, proses, keadaan, atau sifat yang khas di bidang ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni. Istilah dapat tercipta melalui pemadanan yang mencakup
empat pendekatan.
Ternyata, dalam pembentukan istilah, ada syarat-syarat yang harus dipenuhi. Kita tidak bisa
melakukan pemadanan dengan sembarangan. Apa saja syarat pembentukan istilah?
1. Tepat
Ketepatan adalah syarat pertama yang harus diperhatikan. Kata atau gabungan kata yang dipilih
harus bisa mengungkapkan suatu konsep dengan tepat, tanpa menyimpang dari makna yang
dimaksud. Kata area, daerah, kawasan, dan wilayah, misalnya. Keempat kata tersebut memiliki
kemiripan makna, tetapi kita bisa memilih dengan tepat berdasarkan konteks bidangnya. Lewat
riset, cari tahulah tentang kolokasi empat kata tersebut dalam bidang-bidang keilmuan.
1. Ringkas
Istilah sebisa mungkin terbentuk lewat kata atau frasa yang paling ringkas. Misalnya, untuk
memadankan vocabulary, kita bisa memanfaatkan kosakata, alih-alih perbendaharaan
kata. Makanan ternak pun bisa diwakili dengan pakan.
1. Berkonotasi Baik
Konotasi baik di sini bisa juga diartikan sebagai konotasi positif. Contohnya
adalah tunawisma untuk gelandangan, panti wreda untuk rumah jompo,
dan tunakarya untuk penganggur.
1. Eufonik
Yang dimaksud eufonik adalah enak didengar. Istilah sebaiknya dibentuk lewat kata atau frasa
yang memiliki kepaduan bunyi. Contohnya adalah
pemilihan efektif dan efisien ketimbang mangkus dan sangkil.
Tentu saja, pembentukan istilah harus selaras dengan kaidah bahasa Indonesia. Contohnya
adalah kerja sama, bukan kerjasama; penerjemah, bukan penterjemah; dan pengebom,
bukan pembom.
Itulah lima syarat dalam pembentukan istilah. Kita tahu bahwa bahasa hidup bersama manusia.
Seiring dengan perkembangan teknologi dan persilangan budaya, bahasa pun ikut tumbuh.
Munculnya istilah-istilah baru merupakan konsekuensi pasti dari pertumbuhan tersebut. Dengan
demikian, syarat pembentukan istilah menjadi sebuah landasan penting yang harus diprioritaskan
dalam perencanaan bahasa Indonesia.
Bahasa indonesia bukanlah sebuah sistem yang tunggal. Bahasa indonesia sebagai bahasa yang
hidup mempunyai variasi yang masing masing mempunyai fungsi sendiri dalam proses
komunikasi. Variasi tersebut dinamakan bahasa standar atau baku.
Variasi variasi lain yang disebut bahasa non standar atau tidak baku tetap hidup dan berkembang
sesuai dengan fungsinya yaitu dalam pemakaian bahasa yang tidak resmi.Adapun fungsi
pemakaian bahasa Indonesia standar atau baku yaitu :
1. Dipergunakan dalam wacana teknis, misalnya karangan karangan ilmiah, buku - buku
pelajaran, dan laporan laporan resmi.
2. Sebagai alat komunikasi resmi, yakni dalam menyurat resmi, pengumuman pengumuman yang
di keluarkan oleh instansi - instansi resmi, undang-undang,surat-surat keputusan dan sebagainya.
3. Dipakai dalam pembicaraan dengan orang-orang yang dihormati, termasuk di antaranya ialah
pembicaraan dengan orang-orang yang belum akrab benar atau baru kita kenal.
Bahasa Indonesia standar atau baku tersebut mempunyai ciri ciri sebagai berikut :
2. Memakai ejaan resmi (sekarang Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan, EYD)
4. Pemakaian fungsi dramatikal (subyek, prediket, dan sebagainya) secara eksplisit dan
konsisten.
6. Pemakaian awalan me- atau ber- (bila ada) secara eksplisit dan konsisten.
7. Pemakaian partikel lah, kah, tah, pun, (bila ada) konsisten
11. Menghindari pemakaian unsur - unsur leksikal yang terpengaruh oleh bahasa- bahasa dialek
atau bahasa sehari- hari.
Menurut Siti Mutmainah dalam buku Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi(2019),ejaan
harus di terapkan dalam penulisan bahasa. Ejaan memiliki sejumlah fungsi penting,yaitu:
1) Landasan pembukaan tata bahasa penggunaan ejaan dalam penulisan bahasa akan membuat
tata bahasa yang digunakan semakin baku.
Tidak hanya membuat tata bahasa semakin baku,ejaan juga membuat pemilihan kosa kata dan
istilah menjadi lebih baku.
Ejaan juga memiliki fungsi penting sebagai penyaring bahasa lain ke bahasa Indonesia. Sehingga
dalam penulisannya tidak akan menghilangkan makna aslinya
Penggunaan ejaan akan membuat penulisan bahasa lebih teratur. Hal ini membuat pembaca
semakin mudah dalam memahami informasi yang disampaikan secara tertulis.
BAB III
KESIMPULAN