Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH BAHASA INDONESIA

KAIDAH EJAAN YANG DISEMPURNAKAN

DOSEN PENGAMPU : SULASTRI, M.Pd

DISUSUN OLEH KELOMPOK 2 :

1. IMAM GUSTI PRAYOGI (02072300002)


2. DEVINA REVALIA SYAVALIZA (02072300009)
3. RIZAL RAMLI (02072300022)
4. HORAS RONGGUR PARNINGOTAN (02072300014)
5. RIDHO RIZKY RAMADHANI (02072300021)

UNIVERSITAS MUSI RAWAS

FALKUTAS ILMU TEKNIK

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

TAHUN AJARAN 2023/2024


KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur atas berkah Rahmat Tuhan yang maha esa yang dilimpahkan berkat Rahmat dan karunianya,
kelompok kami dapat menyelesaikan tugas kelompok makalah yang berjudul “kaidah ejaan yang disempurnakan”
untuk memenuhi mata kuliah Bahasa Indonesia ibu Sulastri. M.Pd.., yang telah memberikan bimbingan dan arahan
sehingga makalah dapat kami selesaikan.
Tak lupa juga kami mengucapkan terimakasih kepada teman kelompok atas dukungan dan kerja sama nya.Kami
menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna,masih banyak kekurangan nya, untuk itu kami sangat
mengharapkan adanya kritik dan saran yang sifatnya membangun,sehingga ke depan nya makalah yang akan kami buat
lebih baik lagi dari yang sekarang.akhir nya kami berharap makalah ini bisa menjadi berguna dan menambah wawasan
ilmu pengetahuan khusunya tentang makalah pembahasan kaida ejaan yang disempurnakan.

Lubuklinggau, 18 oktober 2023

Peserta kelompok 2
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR ...............................................................................
....................... 2
DAFTAR
ISI ..................................................................................................
................... 3
BAB I
PENDAHULUAN………………………………………………
……………... 1
1.1 Latar
Belakang…………………………………………………………
…………. 1
1.2 Rumusan
Masalah…………………………………………………………
……... 2
1.3
Tujuan……………………………………………………………
………………... 2
1.4
Manfaat…………………………………………………………
…………………. 2
BAB II
PEMBAHASAN…………………………………………………
……………. 3
2.1 Konsep Kaidah Ejaan Bahasa
Indonesia………………………………… 3
2.2 Pentingnya Ejaan Bahasa Indonesia dalam Kegiatan
Literasi……………………………………………………
……………….... 8
2.3 Cara Mengaplikasikan Ejaan Bahasa Indonesia yang
baik dan benar
pada Karya Tulis Ilmiah…...…………..…………. 9
BAB III
KESIMPULAN……………………………………………
………..... 17
DAFTAR
PUSTAKA…………………………………………………
…….…..
18
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR ...............................................................................
....................... 2
DAFTAR
ISI ..................................................................................................
................... 3
BAB I
PENDAHULUAN………………………………………………
……………... 1
1.1 Latar
Belakang…………………………………………………………
…………. 1
1.2 Rumusan
Masalah…………………………………………………………
……... 2
1.3
Tujuan……………………………………………………………
………………... 2
1.4
Manfaat…………………………………………………………
…………………. 2
BAB II
PEMBAHASAN…………………………………………………
……………. 3
2.1 Konsep Kaidah Ejaan Bahasa
Indonesia………………………………… 3
2.2 Pentingnya Ejaan Bahasa Indonesia dalam Kegiatan
Literasi……………………………………………………
……………….... 8
2.3 Cara Mengaplikasikan Ejaan Bahasa Indonesia yang
baik dan benar
pada Karya Tulis Ilmiah…...…………..…………. 9
BAB III
KESIMPULAN……………………………………………
………..... 17
DAFTAR
PUSTAKA…………………………………………………
…….…..
18
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR ...............................................................................
....................... 2
DAFTAR
ISI ..................................................................................................
................... 3
BAB I
PENDAHULUAN………………………………………………
……………... 1
1.1 Latar
Belakang…………………………………………………………
…………. 1
1.2 Rumusan
Masalah…………………………………………………………
……... 2
1.3
Tujuan……………………………………………………………
………………... 2
1.4
Manfaat…………………………………………………………
…………………. 2
BAB II
PEMBAHASAN…………………………………………………
……………. 3
2.1 Konsep Kaidah Ejaan Bahasa
Indonesia………………………………… 3
2.2 Pentingnya Ejaan Bahasa Indonesia dalam Kegiatan
Literasi……………………………………………………
……………….... 8
2.3 Cara Mengaplikasikan Ejaan Bahasa Indonesia yang
baik dan benar
pada Karya Tulis Ilmiah…...…………..…………. 9
BAB III
KESIMPULAN……………………………………………
………..... 17
DAFTAR
PUSTAKA…………………………………………………
…….…..
18
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................................................................................. i


DAFTAR ISI ............................................................................................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………….........................................................................………... 1
1.1 Latar Belakang………………………………………………………………………………………………………………. 1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………………………………………………………... 1
1.3 Tujuan………………………………………………………………………………………………………………………... 1
1.4 Manfaat………………………………………………………………………………………………………………………. 1
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………..........................................................................……………………. 2
2.1 Konsep Kaidah Ejaan Bahasa Indonesia…………………………………………………………………………………… 2
2.2 Pentingnya Ejaan Bahasa Indonesia dalam Kegiatan Literasi……………………………………….......................….... 5
2.3 Cara Mengaplikasikan Ejaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar pada Karya Tulis Ilmiah…...…………..……. 6
BAB III KESIMPULAN…………………………………………………………………………………………..…………………..... 11
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………………………………………………..….. 12
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ejaan ialah kaidah kadiah cara menggambarkan bunyi bunyi kata, kalimat , dan sebagainya, Ejaan marupakan
bagian penting dalam penggunaan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar, namun faktanya dalam kehidupan
sehari hari tanpa kita sadari kita menggunakan kata yang tidak sesuai dengan ejaan yang baik dan benar, mungkin jika
didalam kehidupan bermasyarakat sekarang ini hal ini merupakan sebuah kelumrahan, namun jika tidak dibendung
dapat menjadikan hal kurang baik kedepannya. Dalam penulisan karya tulis ilmiah pun, penggunaan ejaan juga
perlu diperhatikan masih banyak penggunaan ejaaan yang kurang tepat, kesalahan kesalahan seperti itu menjadi
terpinggirkan karena penulis enggan untuk memperbaiki penulisannya atau bahkan tidak mengetahui bahwa ejaan
tersebut salah. Penggunaan ejaan Bahasa Indonesia meliputi pemakaian huruf kapital,miring,penulisan kata,unsur
serapan maupun penggunaan tanda baca, kita sadar bahwa penggunaan ejaan Bahasa Indonesia masih memiliki
beberapa kerumpangan , maka dibuatlah EYD, dengan hal ini menjadikan wawasan kita semakin luas dalam
mempelajari Bahasa Indonesia. Penggunaan ejaan Bahasa juga penting dalam proses literasi, sebagai kemampuan
seseorang dalam membaca dan menulis ,Penguasaan literasi merupakan indicator penting untuk meningkatkan
prestasi generasi muda dalam mencapai kesuksesan, dengan literasi kita dapat menambah kemampuan membaca
menulis individu maupun kelompok, dan juga agar bangsa kita tidak mudah terombang ambing dengan adanya
informasi yang belum jelas darimana sumbernya, dengan literasi kita dapat menggali informasi lebih dalam terlebih
dahulu saat mendapatkan sebuah informasi.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep kaidah ejaan Bahasa Indonesia?


2. Mengapa ejaan sangat penting dalam literasi Bahasa Indonesia ?
3. Bagaimana cara mengaplikasikan ejaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar pada penulisa karya
tulis b ilmiah?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep kaidah ejaan Bahasa Indonesia
2. Untuk mengetahui pentingnya ejaan dalan literasi Bahasa Indonesia
3. Untuk mengetahui cara pengaplikasian ejaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam penulisan
karya ilmiah

1.4 Manfaat
1. Dapat menambah wawasan bagi para pembaca tentang konsep kaidah Bahasa Indonesia
2. Dapat menumbuhkan rasa cinta terhadap bahasa Indonesia.
3. Bisa menjadi referensi mahasiswa dalam membuat makalah tentang kaidah penggunaan Bahasa Indonesia.
Sehingga dalam penulisannya tidak akan menghilangkan makna aslinya.

BAB II
PEMBAHASAN

2. 1 Konsep Kaidah Ejaan Bahasa Indonesia

A. Pengertian Ejaan Bahasa Indonesia

Ejaan Bahasa Indonesia adalah ejaan bahasa Indonesia yang berlaku sejak tahun 2015 berdasarkan Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2015 tentang Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia. Ejaan ini menggantikan Ejaan yang Disempurnakan. Dalam buku Konsep Dasar
Bahasa Indonesia (2019) karya Yunus Abidin, ejaan merupakan aturan yang melambangkan bunyi bahasa
menjadi bentuk huruf, kata serta kalimat. Ejaan juga bisa diartikan sebagai kumpulan peraturan penulisan huruf,
kata serta penggunaan tanda baca. Mengutip dari buku Esai Penerapan Ejaan Bahasa Indonesia (2020)
karya Widya Fitrianti, yang dimaksud ejaan adalah kaidah yang harus dipatuhi oleh pemakai bahasa supaya
keteraturan dan keseragaman dalam penulisan bahasa dapat tercapai.

B. Fungsi Ejaan Bahasa Indonesia

Fungsi ejaan Menurut Siti Mutmainah dalam buku Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi (2019), ejaan
harus diterapkan dalam penulisan bahasa. Ejaan memiliki sejumlah fungsi penting, yaitu:

1. Landasan pembakuan tata bahasa Penggunaan ejaan dalam penulisan bahasa akan membuat tata bahasa
yang digunakan semakin baku.
2. Landasan pembakuan kosa kata serta istilah tidak hanya membuat tata bahasa semakin baku, ejaan
juga membuat pemilihan kosa kata dan istilah menjadi lebih baku.
3. Penyaring masuknya unsur bahasa lain ke bahasa Indonesia Ejaan juga memiliki fungsi penting
sebagai penyaring bahasa lain ke bahasa Indonesia.
4. Membantu pemahaman pembaca dalam mencerna informasi.
5. Penggunaan ejaan akan membuat penulisan bahasa lebih teratur. Hal ini membuat pembaca semakin
mudah dalam memahami informasi yang disampaikan secara tertulis.

C. Penulisan Ejaan Bahasa Indonesia

Penulisan ejaan dilansir dari situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, penulisan ejaan mencakup beberapa
hal, yaitu:
1. Penulisan huruf abjad
Dalam ejaan bahasa Indonesia, huruf abjad terdiri atas huruf A, B, C, D, E, F, G, H, I, J, K, L, M, N, O, P, Q, R,
S, T, U, V, W, X, Y, Z. Huruf abjad ini bisa ditulis dalam bentuk huruf kapital maupun tidak, tergantung
pada pemakaian dan tujuan penggunaannya.

2. Penulisan huruf vokal


Dalam ejaan bahasa Indonesia, huruf vokal terdiri atas huruf a, i, u, e, o. Sama seperti huruf abjad, huruf vokal
juga bisa ditulis dalam huruf kapital atau tidak.

3. Penulisan huruf konsonan


Dalam ejaan bahasa Indonesia, huruf konsonan adalah huruf yang tidak termasuk huruf vokal, yakni a, b,
c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, z. Penulisan kapital atau tidaknya juga bergantung pada
pemakaian dan tujuan penggunaannya.

4. Penulisan huruf diftong


Dalam ejaan bahasa Indonesia, huruf diftong merupakan dua vokal yang diucapkan bersamaan. Huruf
diftong terdiri atas ai, au, oi. Contoh katanya ialah 'santai', 'pulau', 'survei', dan 'kalian'.

5. Penulisan gabungan huruf konsonan


Dalam ejaan bahasa Indonesia, penulisan gabungan huruf konsonan berarti dua huruf konsonan dijadikan satu,
seperti kh, ny, sy, ng. contoh katanya 'ikhtisar', 'nyata', 'syarat', dan 'ngarai'.

6. Penulisan pemenggalan kata

Dalam ejaan bahasa Indonesia, pemenggalan kata sering dilakukan jika:


a. Ada huruf vokal yang berurutan dan terletak di tengah kata. Pemenggalan dilakukan di antara kedua
huruf vokalnya. Contoh kata ‘aula’ jika dipenggal menjadi ‘au-la’.

b. Ada huruf konsonan, termasuk gabungan huruf konsonan di antara dua huruf vokal, yang terletak di
tengah kata. Pemenggalan dilakukan sebelum huruf konsonan. Contohnya kata ‘ba-pak’, dan ‘mu-ta-
khir’.

c. Ada dua huruf konsonan yang berurutan yang terletak di tengah kata. Pemenggalan dilakukan di antara
kedua huruf konsonan. Contohnya ‘man-di’, dan ‘makh-luk’.

d. Ada tiga huruf konsonan atau lebih yang terletak di tengah kata. Pemenggalan kata dilakukan di antara
huruf konsonan pertama dan kedua. Contohnya ‘in-stru-men’.

7. Pemakaian ejaan Huruf kapital


Penggunaan huruf kapital bisa dari huruf vokal ataupun huruf konsonan. Berikut beberapa contoh
pemakaiannya:

a. Huruf kapital dipakai di awal kalimat. Contohnya: ‘Aku lapar.’


b. Huruf kapital dipakai di awal petikan langsung. Contohnya: ‘Jinnie
berkata, “Besok aku tidak masuk sekolah” kepadaku.’
c. Huruf kapital dipakai di huruf pertama dalam ungkapan yang
berhubungan dengan nama Tuhan serta Kitab Suci, termasuk kata
ganti untuk Tuhan. Contohnya: ‘Allah’, ‘Yang Maha Kuasa’,
‘Islam’, ‘Alkitab’, dan lainnya.
d. Huruf kapital dipakai di huruf pertama gelar kehormatan, keturunan
dan keagamaan. Contohnya ‘Sultan Hasanuddin’, ‘Haji Agus Salim’.
e. Huruf kapital dipakai di huruf pertama unsur nama jabatan atau
pangkat. Contohnya ‘Presiden Jokowi’.
f. Huruf kapital dipakai di huruf pertama unsur nama orang.
Contohnya ‘Ed Sheeran’.
g. Huruf kapital dipakai di huruf pertama nama bangsa, suku dan
bahasa. Contohnya: ‘bahasa Indonesia’, ‘Bangsa Indonesia’.
h. Huruf kapital dipakai di huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari
raya dan peristiwa sejarah. Contohnya: ‘tahun Masehi’, ‘bulan Juni’,
‘hari Natal’.
i. Huruf kapital dipakai di huruf pertama nama geografi. Contohnya
‘Asia Tenggara’.
8. Huruf miring
Berikut beberapa contoh pemakaiannya:
a. Huruf miring dipakai untuk menulis nama buku, majalah, dan surat
kabar yang dikutip dalam tulisan.
Contohnya ‘Majalah Bahasa’.
b. Huruf miring dipakai untuk menegaskan kata.
Contohnya: ‘Huruf pertama kata aku adalah a.’
b. Huruf kapital dipakai di awal petikan langsung. Contohnya: ‘Jinnie berkata, “Besok aku tidak masuk
sekolah” kepadaku.’
c. Huruf kapital dipakai di huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan serta
Kitab Suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan. Contohnya: ‘Allah’, ‘Yang Maha Kuasa’, ‘Islam’,
‘Alkitab’, dan lainnya.

d. Huruf kapital dipakai di huruf pertama gelar kehormatan, keturunan dan keagamaan. Contohnya ‘Sultan
Hasanuddin’, ‘Haji Agus Salim’.

e. Huruf kapital dipakai di huruf pertama unsur nama jabatan atau pangkat. Contohnya ‘Presiden Jokowi’.

f. Huruf kapital dipakai di huruf pertama unsur nama orang. Contohnya ‘Ed Sheeran’.

g. Huruf kapital dipakai di huruf pertama nama bangsa, suku dan bahasa. Contohnya: ‘bahasa Indonesia’,
‘Bangsa Indonesia’.

h. Huruf kapital dipakai di huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya dan peristiwa sejarah. Contohnya:
‘tahun Masehi’, ‘bulan Juni’, ‘hari Natal’.

i. Huruf kapital dipakai di huruf pertama nama geografi. Contohnya ‘Asia Tenggara’.

8. Huruf miring
Berikut beberapa contoh pemakaiannya:
a. Huruf miring dipakai untuk menulis nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan.
Contohnya ‘Majalah Bahasa’.
b. Huruf miring dipakai untuk menegaskan kata. Contohnya: ‘Huruf pertama kata aku adalah a.’
c. Huruf miring dipakai di nama ilmiah. Contohnya ‘Politik devide et impera’.

D. Sejarah Ejaan Bahasa Indonesia

Sejarah ejaan Bahasa Indonesia diawali dengan ditetapkannya Ejaan van Ophuijsen. Setelahnya, ada
beberapa pembaruan ejaan yang diubah oleh pemerintah, mulai dari Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi, Ejaan
Pembaharuan, Ejaan Melindo, Ejaan Baru/Lembaga Bahasa dan Kasusastraan (LBK), Ejaan yang
Disempurnakan (EyD), hingga Ejaan Bahasa Indonesia (EBI).

1. Ejaan Van Ophuijsen (1901-1947)


Sejarah ejaan Bahasa Indonesia diawali dengan ditetapkannya Ejaan van Ophuijsen pada 1901. Ejaan ini
menggunakan huruf Latin dan sistem ejaan Bahasa Belanda yang diciptakan oleh Charles A. van Ophuijsen.
Ejaan van Ophuijsen berlaku sampai dengan tahun 1947.

2. Ejaan Republik/Ejaan Soewandi (1947-1956)


Ejaan Republik berlaku sejak tanggal 17 Maret 1947. Pemerintah berkeinginan untuk
menyempurnakan Ejaan van Ophuijsen. Adapun hal tersebut dibicarakan dalam Kongres Bahasa Indonesia I,
pada tahun 1938 di Solo. Kongres Bahasa Indonesia I menghasilkan ketentuan ejaan yang baru yang disebut Ejaan
Republik/Ejaan Soewandi.

3. Ejaan Pembaharuan (1956-1961)


Kongres Bahasa Indonesia II digelar pada tahun 1954 di Medan. Kongres ini digagas oleh Menteri
Mohammad Yamin. Dalam Kongres Bahasa Indonesia II ini, peserta kongres membicarakan tentang perubahan
sistem ejaan untuk menyempurnakan ejaan Soewandi.

4. Ejaan Melindo (1961-1967)


Ejaan ini dikenal pada akhir 1959 dalam Perjanjian Persahabatan Indonesia dan Malaysia. Pembaruan
ini dilakukan karena adanya beberapa kosakata yang menyulitkan penulisannya. Akan tetapi, rencana peresmian
ejaan bersama tersebut gagal karena adanya konfrontasi Indonesia dengan Malaysia pada 1962.

5. Ejaan Baru/Lembaga Bahasa dan Kesusastraan (LBK) (1967-1972)


Pada 1967, Lembaga Bahasa dan Kesusastraan yang sekarang bernama Badan Pengembangan dan
Pembinaan Bahasa mengeluarkan Ejaan Baru. Pembaharuan Ejaan ini merupakan kelanjutan dari Ejaan
Melindo yang gagal diresmikan pada saat itu.

6. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD) (1972-2015)


Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan berlaku sejak 23 Mei 1972 hingga 2015 pada masa menteri
Mashuri Saleh. Ejaan ini menggantikan Ejaan Soewandi yang berlaku sebelumnya. Ejaan Bahasa Indonesia
yang Disempurnakan ini mengalami dua kali perbaikan yaitu pada 1987 dan 2009.
7. Ejaan Bahasa Indonesia (2015-sekarang)
Pemerintah terus mengupayakan pembenahan terhadap Ejaan Bahasa Indonesia melalui Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Indonesia. Pasalnya, pemerintah meyakini bahwa ejaan merupakan
salah satu aspek penting dalam pemakaian Bahasa Indonesia yang benar. Ejaan Bahasa Indonesia ini
diresmikan pada 2015 di masa pemerintahan Joko Widodo dan Anies Baswedan sebagai Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Republik Indonesia.

2. 2 Pentingnya Ejaan Bahasa Indonesia dalam Kegiatan Literasi

Bahasa Indonesia merupakan Bahasa negara Indonesia, yang wajib dipakai oleh seluruh Masyarakat
Indonesia baik dalam situasi formal atau resmi. Selain itu Bahasa Indonesia juga dipakai sebagai bahasa pengantar
di dalam dunia Pendidikan mulai dari Pendidikan usia dini sampai dengan Pendidikan tinggi. Bahasa Indonesia juga
digunakan pada hal yang berkaitan dengan komunikasi tingkat nasional,pengembangan kebudayaan nasional,
transaksi serta dokumen niaga dan Bahasa dalam media massa. Perkembangan era Revolusi Industri tidak sekadar
wacana. Namun, memberikan tantangan sekaligus peluang terhadap perkembangan pendidikan. Tantangan itu
berupa disrupsi atau ketercerabutan dalam berbagai ranah kehidupan termasuk bahasa dan budaya manusia.
Tantangan berita palsu, bohong, perundungan siber harus dijawab melalui penguatan literasi dalam pembelajaran
Bahasa Indonesia. Menghadapi Revolusi Industri diperlukan literasi yang digunakan sebagai modal untuk berkiprah
di kehidupan masyarakat. Literasi mencakup kompetensi membaca, menulis, dan berhitung. Tak hanya itu literasi juga
mencakup literasi data, literasi teknologi, dan literasi manusia. Literasi data terkait kemampuan membaca,
menganalisis, membuat konklusi berpikir berdasarkan data dan informasi. Oleh karena itu masyarakat Indonesia
diharapkan dapat memahami sebuah kaidah dalam menggunakan Bahasa Indonesia. Penggunaan Bahasa Indonesia
tulis berkaitan dengan ejaan, tujuan penggunaan ejaan agar pembaca maksud dengan apa yang penulis sampaikan.
Keraf (1998:51) mengatakan bahwa ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana menggambarkan lambang-
lambang itu (pemisahnya-penggabungnya) dalam suatu Bahasa. Arifin dan Tasai (2015:164) juga menjelaskan
bahwa ejaan adalah aturan dalam melambangkan bunyi ujaran lambang-lambang bahasa. Hal ini menunjukkan
bahwa ejaan merupakan aturan tentang tata cara dalam menuliskan lambang-lambang bahasa tulis yang berkaitan
dengan tata tulis huruf, kata, tanda baca sebagai sarananya. Penggunaan kaidah ejaan dalam Bahasa Indonesia yang
tidak tepat, terutama dalam bentuk tulis akan mempengaruhi pemahaman makna pembaca terhadap suatu gagasan.
Karena itu pentingnya kaidah ejaan untuk dipelajari. Kaidah ejaan dapat dipelajari secara bertahap dengan melalui
kegiatan literasi. Literasi sangat berpengaruh dalam meningkatkan pemahaman kaidah ejaan, karena dengan
membaca masyarakat belajar cara menggunakan kaidah ejaan dengan benar. Terutama dalam dunia Pendidikan,
kaidah ejaan sangat penting untuk dipahami. Dimana siswa dan mahasiswa sebagai salah satu pengguna Bahasa
Indonesia yang dihadapi untuk mengerjakan tugas keakademisan. Kemampuan penggunaan kaidah ejaan yang baik dan
tepat bertujuan untuk mempermudah guru maupun dosen dalam menilai sebuah tugas.

2. 3 Cara Mengaplikasikan Ejaan Bahasa Indonesia Yang Baik Dan Benar Pada Karya Tulis Ilmiah
Dalam penulisan karya tulis ilmiah bukan hanya persoalan materi, ide atau gagasan yang disampaikan,
melainkan persoalan bahasa khususnya kekurangcermatan pemakaian ejaan menjadi persoalan untuk dapat
menghasilkan karya tulis ilmiah yang berkualitas sebab penulisan karya tulis ilmiah merupakan salah satu aktivitas
berbahasa tulis yang pada hakikatnya tidak dapat diabaikan persoalan ejaan dalam hal ini ejaan bahasa Indonesia
yang disempurnakan. Ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan adalah keseluruhan peraturan bagaimana
melambangkan bunyi ujaran dan bagaimana antar hubungan antara lambanglambang bahasa Indonesia dalam
bentuk tulisan. Dengan demikian ejaan bahasa Indonesia meliputi pemakaian huruf, pemakaian huruf kapital dan
huruf miring, penulisan kata, penulisan unsur serapan, dan pemakaian tanda baca.

1. Pemakaian Huruf
Salah satu bagian pemakaian huruf yang perlu dicermati kembali dalam penulisan karya tulis ilmiah adalah
persoalan pemenggalan kata. Penulis karya tulis ilmiah sering mengalami kesulitan memenggal kata pada
pergantian baris. Misalnya penulisan kata berikut.

a.saudara : sau-da-ra mutakhir : mu-ta-khir


b.menaati : me-na-at-i instrumental : in-stru-men-tal
c.introspeksi: in-tro-spek-si bangkrut: bang-krut

Penulisan gabungan vokal yang disebut diftong: ai, au, dan oi dalam kata pantai, harimau, dan asoi tidak dipisah
antara gabungan vokal itu, tetapi gabungan vokal itu merupakan satu kesatuan (diftong) sehingga pemenggalan
kata-kata itu menjadi pan-tai, ha-ri-mau, dan a-soi.

2. Pemakaian Huruf Kapital dan Huruf Miring


Pemakaian huruf kapital dan huruf miring dalam penulisan karya ilmiah ering menyimpang dari kaidah-
kaidah ejaan. Pengkapitalan dan pemiringan huruf sering dilakukan karena huruf awal dari kata-kata dan kata yang
dicetak miring dianggap
penting. Misalnya:

(a) Penambahan Program Studi di Universitas dilakukan untuk ...


(b) Sebagai calon terpilih Gubernur dan Wakil Gubernur mereka ...
(c) Dalam pandangan Hukum Adat seseorang wajib menaati Awig-Awig ...

Pengkapitalan huruf pada beberapa kata di atas, seperti kata Program Studi, Universitas, Gubernur, Wakil
Gubernur, Hukum Adat, Awig-Awig, jelas menunjukkan bahwa kata-kata itu dianggap penting. Demikian pula
pencetak piringan kata-kata tertentu tidak dilakukan sebagaimana aturan yang ada, tetapi
malah diganti dengan pemakaian tanda petik ganda, seperti kata “ngayahang” dan “Kalangwan: Sastra Jawa Kuno
Selayang Pandang”. Cara penulisan kata-kata semacam itu jelas tidak sesuai dengan aturan ejaan bahasa Indonesia.

3. Penulisan Kata
Penulisan kata yang perlu mendapat perhatian dalam penulisan karya tulis ilmiah adalah penulisan bentuk ulang,
gabungan kata, kata depan, kata si dan sang, Partikel, singkatan dan akronim, serta angka dan bilangan. Ketujuh
persoalan itu dibahas secara ringkas berikut ini.
a. Bentuk Ulang Umumnya
Bentuk ulang dalam bahasa Indonesia berfungsi untuk menyatakan keanekaragaman, keserupaan, dan
menyatakan jamak, misalnya: daun daunan, bunga-bungaan, rumah-rumahan,anak-anak, dan buku-buku. Di
samping itu, ada bentuk ulang kupu-kupu, paru-paru,biri-biri bentuk dasarnya bukan kupu, paru, dan biri karena
bentukan itu tidak memiliki makna, agak berbeda dengan mata-mata, kuda-kuda, hati-hati yang memiliki kaitan
dengan bentuk dasar mata, kuda, dan hati. Penulisan bentu-bentuk ulang itu menggunakan tanda hubung, bukan dengan
angka dua, seperti buku2 , anak2. Ada pula penulisan bentuk ulang dengan tanpa menggunakan tanda
penghubung, seperti ramah tamah, sayur mayur. Penulisan bentuk ulang semacam itu tentu tidak sesuai dengan aturan
ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan, seharusnya ditulis ramah-tamah, sayur-mayur, bolak balik, dan
tunggang-langgang.

b. Gabungan Kata
Penulisan gabungan kata dapat dipilah menjadi empat, yakni gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk;
gabungan kata yang dianggap sebagai satu kesatuan; gabungan kata yang salah satu unsurnya dipakai dalam kombinasi;
gabungan kata yang mendapat awalan dan akhiran sekaligus; dan gabungan kata yang mungkin
menimbulkan kesalahan pengertian.

c. Kata Depan
Penulisan kata depan yang sering dipersoalkan dalam penulisan karya tulis ilmiah adalah penulisan kata depan di
yang dipertukarkan penulisannya dengan di sebagai prefiks, misalnya: di sebelah sering ditulis disebelah, sedangkan
dikontrakkan sering ditulis di kontrakkan; penulisan kata depan ke dengan bentuk dasar yang mengandung ke,
misalnya: ke luar dengan keluar, dan penulisan kata depan dari yang perlu dan tidak, misalnya: datang dari sana dan
tujuan dari penelitian ini.

d. Partikel Dalam Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (1994)


disebutkan bahwa terdapat partikel -lah, -tah, -kah, dan -pun yang ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya, misalnya: tulislah, mungkinkah, apatah, dan walaupun. Penulisan partikel -lah, -kah, dan –tah
tidak ditemukan kesalahan dalam penulisannya, tetapi penulisan partikel –pun sering mengalami
kesalahan, misalnya: sekalipun atau sekali pun, apapun atau apa pun, ataupun atau atau pun.

e. Singkatan dan Akronim Kaidah


penulisan singkatan meliputi singkatan nama orang, nama gelar, jabatan atau pangkat diikuti dengan tanda
titik, misalnya: A. A. P. Putra, Moh. Yamin, Dr. A. A. Putu Putra, M.Hum, Kol. Soeharto, Sdr. I Made Buda, Bpk.
I Wayan Subawa; Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta
nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan 13 huruf kapital dan tidak diikuti dengan
tanda titik, misalnya: DPR, SMUN, PT, KTP; singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti oleh satu
titik, misalnya: dll., dst., hlm., sda., tetapi apabila terdiri atas dua huruf ditulis dengan dua titik, misalnya, a.n.,
s.d., u.b.

f. Angka dan Lambang Bilangan


Penulisan angka yang digunakan untuk menyatakan ukuran panjang, luas, isi, satuan waktu, nilai uang, dan
kuantitas, misalnya: 1 cm, 5 kg, 15 l, pukul 17.30, 2.000 rupiah, Rp 5.000,00, dan 25 orang. Penulisan angka yang
menunjukkan 14 bilangan utuh yang besar dapat dieja sebagian supaya lebih mudah dibaca, misalnya: 300 juta,
500 juta. Penulisan bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara berikut, misalnya: Bab I, Bab kesatu, Bab ke-1, abad
21, Abad kedua puluh satu, Abad ke-21. Kenyataannya, sering ditulis Bab ke I, Abad ke XXI.
Penulisan lambang bilangan yang mendapat akhiran –an, misalnya: tahun 2000-an, uang 5000-an, tetapi sering
ditulis 2000 an dan 5000 an; penulisan lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata
ditulis dengan huruf, kecuali jika beberapa bilangan dipakai secara berurutan

4. Penulisan Unsur Serapan Berdasarkan taraf integrasinya unsur serapan dalam bahasa Indonesia dapat dipilah
menjadi dua, yakni unsur serapan yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia dan unsur serapan yang
pelafalan dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Unsur yang belum sepenuhnya terserap ke
dalam bahasa Indonesia, misalnya: reshuffle [rie`syafel] dan shuttlecock [syatel`kak], sedangkan unsur serapan
serapan yang pelafalan dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia diusahakan agar ejaan
asingnya hanya diubah 15 seperlunya sehingga bentuk Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya.

5. Pemakaian Tanda Baca Pemakaian tanda baca meliputi lima belas bagian, tetapi tidak semua bagian itu dibahas
dalam makalah ini. Hanya beberapa kaidah atau aturan yang terkait dengan penulisan karya tulis ilmiah
dibicarakan, diantaranya: pemakaian tanda titik; tanda koma; tanda titik koma, tanda titik dua; tanda pisah [-
-]; tanda kurung (...); tanda petik ganda ”...”; dan tanda petik tunggal `...`. Kedelapan hal itu dibahas satu per satu
berikut ini.

A. Tanda Titik [.]


Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau
daftar, misalnya:

2. Pokok-Pokok Ejaan Bahasa Indonesia;


Pemakaian Huruf;
2.2 Pemakaian Huruf Kapital dan Huruf Miring;
2.3 Penulisan Kata;
2.4 Pemakaian Unsur Serapan; dan
2.5 Pemakaian Tanda Baca.

Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan jangka waktu,
misalnya: 1.30.10 jam (1 jam, 30 menit, 10 detik), 0.45.55 (45 menit, 55 detik), dan 0.0.30 (30 detik). Tanda titik
dipakai di antara nama penulis, judul tulisan, dan tempat terbit dalam daftar pustaka, misalnya: Putra, Anak Agung
Putu, 2007. “Segmentasi Dialektal Bahasa Sumba di Pulau Sumba: Suatu Kajian Dialektologi”. Denpasar: Disertasi
Program Doktor Linguistik, Program Pascasarjana Universitas Udayana. Tanda titik dipakai untuk memisahkan
bilangan ribuan atau kelipatannya, misalnya: Mahasiswa yang mendaftar SNMPTN berjumlah 5.300 orang.
B. Tanda Koma [,]
Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan, misalnya: Ibu membeli
sayur, daging, dan tahu; Tanda titik dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara
berikutnya yang didahului oleh kata tetapi, melainkan, sedangkan, misalnya: Sistem pendidikan nasional membuat
pembelajar dalam bidang teori, tetapi kurang dalam bidang praktik; Tanda koma dipakai di belakang kata atau
ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat, termasuk di dalamnya: oleh karena itu,; jadi,;
dengan demikian,; bahkan,; akan tetapi,;Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan
tambahan yang sifatnya tidak membatasi, misalnya: Dewa Made Beratha, Gubernur Bali melakukan sidak ke beberapa
daerah kabupaten; Tanda titik dipakai -- untuk menghindari salah baca--di belakang keterangan yang terdapat pada
awal kalimat, misalnya: Atas perhatian Bapak/ibu/Sdr., saya ucapkan terima kasih.

C. Tanda Titik Koma [;]


Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat sejenis dan setara dan dapat dipakai sebagai
pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk, misalnya:
#Ibu sedang mencuci pakaian; nenek sedang menginang sirih, dan tanda titik koma#
#Bapak menyiram tanaman; Ibu sibuk bekerja di dapur#

D. Tanda Titik Dua [:]


Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian atau pemerian; dipakai
sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian; dapat dipakai dalam teks drama sesudah kata yang
menunjukkan pelaku dalam percakapan, misalnya:
#Ibu membeli perabotan rumah tangga: mesin cuci, kulkas, dan kompor gas#
a. Ketua : Drs. A. A. Bagus Surya Krama Sekretaris : Dr. A. A. Putu Putra, M.Hum.
b. Ibu : (meletakkan beberapa kopor) ”bawa koper ini, Ca Ucca : ”Baik, Bu”
(mengangkat kopor dan masuk)

E. Tanda Pisah [--]


Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun kalimat dan
menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas, misalnya:
#Kemerdekaan bangsa ini—saya yakin akan tercapai—diperjuangkan oleh bangsa itu sendiri#
#Tanda titik dipakai--untuk menghindari salah baca--di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat#

F. Tanda Petik Ganda [”...”]

Tanda petik ganda dipakai untuk mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah atau
bahan tertulis lain; dipakai untuk mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat;
dan dipakai untuk mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus,
misalnya: ”Saya belum siap”, kata Ucca, ”tunggu sebentar”. “Disertasi saya berjudul ‘Segmentasi Dialektal Bahasa
Sumba di Pulau Sumba: Suatu Kajian Dialektologi’ belum diterbitkan”. Ia bercelana panjang yang dikenal dengan
nama ”cutbray”.

G. Tanda Petik Tunggal [`...`]


Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain dan dipakai untuk
mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata atau ungkapan asing, misalnya:
”Ibu, `Bapak pulang`, dan rasa letihku lenyak seketika”, ujar Ucca
Ngaben `upacara pembakaran mayat` di Bali

BAB III
KESIMPULAN
Hingga saat ini Bahasa Indonesia menggunakan Ejaan Bahasa Indonesia yang berlaku mulai tahun 2015,
berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2015 tentang
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia.
Bahasa merupakan bagian penting dari kehidupan kita karena tanpa Bahasa kita tidak dapat berkomunikasi dan
berinteraksi dengan orang lain. Saat ini masih banyak masyarakat yang belum memahami penggunaan bahasa
Indonesia yang baik dan benar menurut kaidah yang benar. Dalam bahasa Indonesia yang benar dan benar, anda
perlu memahami ejaan bahasa Indonesia. Oleh karena itu, sebagai warga negara Indonesia, kita harus mampu
menjaga kredibilitas Indonesia yang baik dan benar. Ejaan berdampak besar bagi perkembangan negara
Indonesia. Ejaan meliputi uraian huruf, singkatan, akronim, angka, uraian kata termasuk lambang angka, dan
penggunaan tanda baca. Suatu negara tidak terlepas dari penggunaan bahasa yang dapat dipahami atau mudah dipahami
oleh orang lain.
DAFTAR PUSTAKA

Eneste, P. (2013). Buku pintar penyunting naskah-edisi kedua. Gramedia Pustaka Utama.
Mijianti, Y. (2018). Penyempurnaan Ejaan Bahasa Indonesia. BELAJAR BAHASA: Jurnal Ilmiah
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 3(1).
Pujiatna, T. (2018). Penguasaan Ejaan Bahasa Indonesia dalam Kemampuan Menulis Mahasiswa Baru sebagai Bahan
Penyusunan Silabus Mata Kuliah Umum Bahasa Indonesia Universitas
Swadaya Gunung Jati Cirebon. Deiksis: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 5(1), 9199.
Puspitaningrum, A. D. (2019). PENGARUH LITERASI DAN KAIDAH EJAAN TERHADAP
KEMAMPUAN MENULIS NARASI SISWA KELAS V. Joyful Learning Journal, 8(4), 213-217.
Subandiyah, H. (2017). Pembelajaran literasi dalam mata pelajaran bahasa indonesia.
Paramasastra, 2(1).
Wicaksono, A. (2016). Sekilas Tentang Bahasa Indonesia: Catatan mengenai kebijakan bahasa,
kaidah ejaan, pembelajaran sastra, penerjemahan dan BIPA. Garudhawaca.
Winarto, Y. T., Suhardiyanto, T., & Choesin, E. M. (Eds.). (2016). Karya Tulis Ilmiah Sosial:
Menyiapkan, Menulis, dan Mencermatinya. Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Yanti, P. G., Zabadi, F., & Rahman, F. (2016). Bahasa Indonesia: konsep dasar dan penerapan.
Gramedia Widiasarana Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai