Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

EJAAN BAHASA INDONESIA

Makalah ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Tertukstur Pada Mata Kuliah Bahasa
Indonesia

DOSEN PEMBIMBING :

DISUSUN OLEH:

Ipal 3623014

Muhammad Fajar Alfarik 3623010

PROGRAM STUDI

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI (UIN)

SJECH M. DJAMIL DJAMBEK BUKITTINGGI

2023 M/ 1445 H
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat allah SWT atas rahmat karunia-Nya lah, kami dapat menyelesaikan
tugas makalah ini. Tanpa pertolongan-Nya mungkin kami tidak akan dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik.

Makalah ini merupakan salah satu tugas dari mata kuliah Bahasa Indonesia tentang Ejaan
Bahasa Indonesia. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca

Kami mengakui makalah ini jauh dari kata sempurna, maka dari itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Semoga kritik dan saran pembaca dapat menjadi
bahan acuan kami untuk lebih baik lagi pada pembuatan makalah selanjutnya.

Terimakasih.

Bukittinggi, 24 September 2023

Pemakalah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii
BAB I Pendahuluan.......................................................................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................................................1
BAB II Pembahasan......................................................................................................................3
A. Pemakaian dan Penulisan Huruf..........................................................................................3
B. Penulisan Kata.....................................................................................................................4
C. Penulisan Singkatan dan Akronim.......................................................................................6
D. Penulisan Angka dan Lambang Bilangan............................................................................8
F. Pemakaian Tanda Baca......................................................................................................12
BAB III Penutup..........................................................................................................................16
A. Kesimpulan...............................................................................................................................16
B. Saran..........................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................17

ii
BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi dan bahasa persatuan di Indonesia.


Keharmonisan dan keberlanjutan penggunaan bahasa Indonesia yang benar sangat penting dalam
konteks sosial, budaya, pendidikan, dan komunikasi di negara ini. Oleh karena itu, pemahaman
yang mendalam tentang ejaan bahasa Indonesia menjadi hal yang sangat relevan.

Pada era digital ini, penggunaan bahasa Indonesia semakin meluas, terutama di media
sosial, situs web, dan komunikasi elektronik. Namun, penggunaan yang kurang tepat dan ejaan
yang salah seringkali menjadi masalah yang merugikan, mengingat bahasa adalah alat
komunikasi yang mendasar dalam masyarakat.

Selain itu, bahasa Indonesia juga mengalami perkembangan yang terus-menerus,


terutama dalam hal adaptasi terhadap perkembangan teknologi, sains, dan perkembangan budaya
global. Oleh karena itu, pemahaman yang baik tentang ejaan bahasa Indonesia yang benar sangat
penting bagi setiap individu agar dapat berkomunikasi dengan efektif, menjaga identitas bahasa
dan budaya, serta berpartisipasi dalam perkembangan positif bahasa Indonesia.

Dalam konteks ini, makalah ini akan membahas aspek-aspek kunci dalam ejaan bahasa
Indonesia, menggali peraturan-peraturan yang berlaku, dan memberikan panduan praktis untuk
penggunaan bahasa yang baik dan benar. Hal ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif
terhadap pemeliharaan dan pengembangan bahasa Indonesia sebagai bahasa yang kuat dan
bermartabat.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana aturan dan pedoman yang berlaku dalam pemakaian dan penulisan huruf
dalam bahasa Indonesia?

2. Bagaimana penulisan kata yang benar sesuai dengan ejaan bahasa Indonesia yang baik
dan benar?

1
3. Apa ketentuan dalam menulis singkatan dan akronim dalam bahasa Indonesia?

4. Bagaimana cara penulisan angka dan lambang bilangan yang sesuai dengan ejaan
bahasa Indonesia?

5. Bagaimana penulisan kata-kata serapan dari bahasa asing dalam bahasa Indonesia?

6. Apa aturan yang harus diikuti dalam pemakaian tanda baca dalam bahasa Indonesia?

2
BAB II

Pembahasan

A. Pemakaian dan Penulisan Huruf

Pemakaian dan penulisan huruf merupakan aspek fundamental dalam ejaan bahasa
Indonesia. Bahasa Indonesia menggunakan alfabet Latin yang terdiri dari 26 huruf. Bagian ini
akan membahas secara rinci aturan dan pedoman yang berlaku dalam pemakaian dan penulisan
huruf dalam bahasa Indonesia.

1. Huruf Kapital (Besar)

Huruf kapital (huruf besar) digunakan dalam beberapa situasi tertentu, antara lain:

a) Awal Kalimat: Setiap kalimat dimulai dengan huruf kapital. Contohnya: "Dia pergi
ke pasar."

b) Nama Properti: Nama-nama properti seperti nama jalan, gedung, perusahaan, atau
merek dagang ditulis dengan huruf kapital. Contohnya: "Jalan Sudirman," "Hotel
Merdeka."

c) Nama Diri: Nama orang, tempat, atau organisasi selalu ditulis dengan huruf kapital.
Contohnya: "Siti Rahma," "Jakarta," "PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa)."

2. Huruf Kecil

Huruf kecil digunakan dalam sebagian besar tulisan dalam bahasa Indonesia. Beberapa
pedoman yang perlu diperhatikan adalah:

a) Kata Benda Umum: Kata benda umum seperti "rumah," "mobil," atau "pohon"
ditulis dengan huruf kecil jika tidak berada di awal kalimat atau bukan bagian dari
nama properti.

b) Nama Hewan dan Tanaman: Nama hewan dan tanaman umumnya ditulis dengan
huruf kecil, kecuali jika mereka adalah bagian dari nama ilmiah atau jika digunakan

3
dalam konteks yang memerlukan huruf kapital. Contohnya: "kucing," "mawar,"
tetapi "Panthera leo" dan "Taman Nasional Baluran."

3. Huruf Vokal dan Konsonan

Dalam bahasa Indonesia, terdapat lima huruf vokal (a, e, i, o, u) dan 21 huruf konsonan.
Huruf vokal digunakan untuk membentuk suku kata dalam kata-kata dalam bahasa Indonesia.
Huruf konsonan digunakan untuk membentuk konsonan di antara suku kata. Perlu diperhatikan
bahwa ejaan beberapa kata yang berasal dari bahasa asing dapat memiliki huruf vokal dan
konsonan tambahan.

4. Penggunaan Huruf Ë dan Ö

Huruf Ë dan Ö tidak termasuk dalam alfabet asli bahasa Indonesia. Namun, mereka
digunakan dalam penulisan kata-kata serapan dari bahasa asing, terutama bahasa Belanda.
Contohnya, kata "bëlajar" (belajar) dan "ötomatis" (otomatis).

5. Penggunaan Huruf Ç, Ny, Sy, Kh, dan Ng

Dalam ejaan bahasa Indonesia, terdapat beberapa konsonan gabungan yang diwakili oleh huruf
Ç, Ny, Sy, Kh, dan Ng. Contohnya, kata "Çinta" (Cinta) atau "Nyasár" (Nyasar). Huruf-huruf ini
digunakan untuk menggambarkan bunyi khusus dalam bahasa Indonesia yang tidak terdapat
dalam bahasa Inggris atau bahasa lainnya.

Dengan memahami aturan dan pedoman dalam pemakaian dan penulisan huruf,
pengguna bahasa Indonesia dapat menghindari kesalahan ejaan yang umum terjadi dan menjaga
kualitas bahasa yang baik dan benar. Pemahaman yang baik mengenai aspek ini penting dalam
upaya menjaga integritas bahasa Indonesia sebagai sarana komunikasi yang efektif dan tepat.

B. Penulisan Kata

Bagian ini akan mengulas secara rinci aturan dan pedoman yang berlaku dalam penulisan
kata dalam bahasa Indonesia. Penulisan kata yang benar adalah aspek kunci dalam ejaan bahasa
Indonesia yang baik dan benar.

4
1. Pembentukan Kata

Dalam bahasa Indonesia, kata-kata dapat dibentuk melalui berbagai cara, termasuk:

a) Penambahan Awalan dan Akhiran: Awalan (prefix) dan akhiran (suffix) sering
digunakan untuk membentuk kata-kata baru. Contohnya, kata "bermain" terbentuk
dari dasar kata "main" dengan tambahan awalan "ber-."

b) Penggabungan Kata: Beberapa kata dapat digabungkan untuk membentuk kata yang
lebih kompleks. Contohnya, "buku tulis" adalah penggabungan kata "buku" dan
"tulis."

c) Pemendekan Kata: Kadang-kadang, kata-kata dapat dipendekkan untuk


menghasilkan kata yang lebih sederhana. Contohnya, "pesawat terbang" menjadi
"pesawat."

2. Tanda Hubung (Hyphen)

Tanda hubung ("-") digunakan dalam beberapa situasi, antara lain:

a) Penggabungan Kata Sifat: Dalam penggabungan dua kata sifat yang memiliki arti
tunggal, tanda hubung digunakan. Contohnya, "anak-anak" untuk menyatakan
"banyak anak."

b) Penulisan Angka: Dalam penulisan angka ribuan, tanda hubung digunakan.


Contohnya, "25.000" untuk "dua puluh lima ribu."

3. Penggunaan Apostrof (')

Apostrof digunakan dalam beberapa konteks dalam bahasa Indonesia:

a) Penggabungan Kata: Dalam penggabungan kata dengan unsur serapan, apostrof


digunakan untuk memisahkan unsur tersebut. Contohnya, "sosialisme" menjadi
"sosial-isme."

b) Penggunaan Singkatan dan Akronim: Dalam beberapa singkatan dan akronim,


apostrof digunakan. Contohnya, "M.Pd." untuk "Magister Pendidikan."

5
4. Kata Tepat dan Baku

Pemilihan kata yang tepat dan baku sangat penting dalam ejaan bahasa Indonesia. Perlu
diperhatikan bahwa dalam bahasa Indonesia, terdapat variasi kata yang dapat digunakan dalam
konteks yang sama. Pemilihan kata yang tepat dapat mempengaruhi makna dan kejelasan
komunikasi. Sebagai contoh, perbedaan antara "lebih baik" dan "lbh bgs" dalam komunikasi
sehari-hari.

5. Penggunaan Tanda Baca dalam Kata

Tanda baca seperti tanda titik, koma, tanda seru, dan lainnya digunakan untuk
memisahkan dan memberikan arti yang tepat pada kata dan kalimat. Misalnya, "Dia makan, dan
dia minum" mengindikasikan dua tindakan yang berbeda, sedangkan "Dia makan dan dia
minum" menunjukkan bahwa dia melakukan dua tindakan secara bersamaan.

6. Pemahaman Idiom dan Ungkapan

Bahasa Indonesia juga kaya dengan idiom dan ungkapan khas. Pemahaman tentang idiom
dan ungkapan ini penting agar komunikasi tidak salah diartikan. Contohnya, "makan hati" dalam
bahasa Indonesia bukan berarti seseorang benar-benar memakan hati secara fisik, melainkan
merasa sangat sedih atau kecewa.

Dengan memahami aturan penulisan kata, pengguna bahasa Indonesia dapat


meningkatkan kemampuan komunikasi mereka, menghindari kesalahan ejaan yang umum, dan
menjaga kejelasan serta akurasi dalam tulisan dan percakapan sehari-hari. Penulisan kata yang
benar juga memperkuat integritas bahasa Indonesia sebagai sarana komunikasi yang efektif dan
tepat.

C. Penulisan Singkatan dan Akronim

Bagian ini akan membahas dengan rinci aturan dan pedoman yang berlaku dalam
penulisan singkatan dan akronim dalam bahasa Indonesia. Singkatan dan akronim adalah bagian
penting dari bahasa, dan pemahaman yang benar tentang cara menulisnya adalah kunci untuk
komunikasi yang efektif.

6
1. Singkatan dan Akronim

a) Singkatan: Singkatan adalah representasi singkat dari kata atau frasa yang lebih
panjang. Singkatan sering kali terbentuk dengan mengambil huruf awal dari setiap
kata dalam frasa tersebut. Contoh: "Bpk." untuk "Bapak" atau "dr." untuk "dokter."

b) Akronim: Akronim adalah singkatan yang terbentuk dari huruf awal beberapa kata
dan diucapkan sebagai satu kata yang lengkap. Contoh: "UNESCO" (United
Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization) atau "NATO" (North
Atlantic Treaty Organization).

2. Penulisan Singkatan

Dalam penulisan singkatan, perlu diperhatikan beberapa aturan berikut:

a) Penambahan Titik: Singkatan sering kali diikuti oleh titik (.) yang dipisahkan dari
huruf-huruf singkatan. Contoh: "dll." untuk "dan lain-lain."

b) Penulisan dengan Huruf Kapital: Huruf-huruf dalam singkatan biasanya ditulis


dengan huruf kapital. Contoh: "No." untuk "Nomor."

c) Singkatan Resmi: Beberapa singkatan memiliki bentuk resmi yang ditentukan oleh
badan resmi atau lembaga yang berwenang. Misalnya, "KPU" untuk "Komisi
Pemilihan Umum."

d) Pemahaman Konteks: Penting untuk memahami konteks penggunaan singkatan.


Beberapa singkatan mungkin memiliki lebih dari satu arti tergantung pada
konteksnya.

3. Penulisan Akronim

Penulisan akronim memiliki aturan tersendiri:

a) Huruf Kapital: Akronim selalu ditulis dengan huruf kapital. Contohnya, "WHO"
untuk "World Health Organization."

7
b) Pengucapan sebagai Kata Tunggal: Akronim diucapkan sebagai satu kata, bukan
huruf demi huruf. Contohnya, "UNICEF" diucapkan sebagai "Yunisef."

c) Penjelasan Awal: Saat pertama kali mengacu pada akronim, seringkali diberikan
penjelasan lengkapnya. Contohnya, "ASEAN (Association of Southeast Asian
Nations)".

4. Penulisan Singkatan dalam Dokumen Resmi

Dalam dokumen resmi, penulisan singkatan dan akronim harus sesuai dengan panduan
resmi yang berlaku. Dokumen resmi sering menggunakan singkatan yang standar dan
menghindari singkatan yang tidak jelas.

5. Penggunaan Singkatan dalam Komunikasi Sehari-hari

Dalam komunikasi sehari-hari, penggunaan singkatan yang terlalu banyak atau tidak
relevan dapat membingungkan pembaca atau pendengar. Oleh karena itu, penting untuk memilih
singkatan yang benar dan relevan dengan konteks.

6. Peran Penting Penulisan Singkatan dan Akronim

Singkatan dan akronim memainkan peran penting dalam menghemat waktu dan ruang
dalam komunikasi tertulis dan lisan. Namun, penggunaan yang salah atau tidak sesuai dengan
aturan dapat mengganggu pemahaman dan mengakibatkan kesalahan komunikasi.

Dengan memahami aturan penulisan singkatan dan akronim, pengguna bahasa Indonesia
dapat menghindari kesalahan yang umum terjadi dan menjaga kejelasan serta akurasi dalam
komunikasi mereka. Pemilihan dan penulisan singkatan dan akronim yang benar juga
memperkuat integritas bahasa Indonesia sebagai sarana komunikasi yang efektif dan tepat.

D. Penulisan Angka dan Lambang Bilangan

Bagian ini akan membahas secara rinci aturan dan pedoman yang berlaku dalam
penulisan angka dan lambang bilangan dalam bahasa Indonesia. Penulisan angka yang benar
adalah aspek penting dalam ejaan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

8
1. Penulisan Angka Dasar

a) Angka 0-9: Angka 0 hingga 9 biasanya ditulis dengan menggunakan simbol angka
0 hingga 9 seperti yang umum digunakan dalam alfabet Latin.

Contoh: 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 0.

2. Penulisan Angka dalam Kata

a) Penggunaan Angka dalam Kata: Untuk angka yang merupakan bagian dari kata,
angka tersebut biasanya ditulis dalam bentuk huruf.

Contoh: satu, dua, tiga ratus, empat ribu, lima puluh.

3. Penulisan Angka dalam Kalimat

a) Awal Kalimat: Setiap kalimat yang dimulai dengan angka harus menggunakan
angka dalam bentuk huruf. Contoh: "Tujuh puluh siswa datang ke acara tersebut."

b) Campuran Angka dan Huruf: Jika dalam satu kalimat terdapat campuran angka dan
huruf, angka biasanya ditulis dalam bentuk angka, kecuali jika angka tersebut lebih
baik ditulis dalam bentuk huruf untuk alasan kejelasan.

Contoh: "Dia memiliki 2 buku dan 3 pensil." atau "Dia memiliki dua puluh ribu rupiah."

4. Penulisan Angka Pecaha

a) Penggunaan Tanda Pecahan: Tanda pecahan (garis miring - /) digunakan untuk


memisahkan pembilang dan penyebut. Contoh: 1/2 (satu per dua), 3/4 (tiga per
empat).

b) Penggunaan Koma: Dalam bahasa Indonesia, koma digunakan sebagai tanda


desimal, bukan titik. Contoh: 3,14 (tiga koma empat belas).

5. Penulisan Persentase dan Permille

a) Persentase: Persentase (%) ditulis setelah angka dan diikuti oleh spasi.

Contoh: 25% (dua puluh lima persen).

9
b) Permille: Permille (‰) digunakan untuk menunjukkan per seribu dan juga ditulis
setelah angka.

Contoh: 2‰ (dua per seribu).

6. Penggunaan Lambang Mata Uang

a) Rupiah (IDR): Mata uang rupiah ditulis dengan lambang "Rp" sebelum angka.

Contoh: Rp 50.000 (lima puluh ribu rupiah).

7. Penulisan Tanggal dan Waktu

a) Tanggal: Penulisan tanggal dalam bahasa Indonesia biasanya mengikuti format


"tanggal/bulan/tahun." Contoh: 25/09/2023 (dua puluh lima September dua ribu dua
puluh tiga).

b) Waktu: Waktu dalam bahasa Indonesia dapat ditulis dengan format 24 jam atau 12
jam. Jika menggunakan format 12 jam, harus menyertakan "pagi" atau "malam"
untuk menjelaskan apakah waktu tersebut pagi atau malam.

Contoh: pukul 08.30 (delapan tiga puluh pagi) atau pukul 20.30 (delapan tiga puluh malam).

8. Penulisan Nomer atau Nomor

a) Nomer: Kata "nomer" atau "no." biasanya digunakan untuk merujuk pada nomor
atau kode. Contoh: nomer telepon, nomer identitas.

Contoh: nomer telepon saya adalah 0812-345-6789.

9. Peran Penting Penulisan Angka

Penulisan angka yang benar adalah kunci untuk menghindari kebingungan dalam
komunikasi tertulis dan membuat informasi lebih mudah dipahami. Pemahaman tentang aturan
dan pedoman penulisan angka dan lambang bilangan juga mendukung integritas bahasa
Indonesia sebagai alat komunikasi yang akurat dan tepat. Kesalahan dalam penulisan angka
dapat mengakibatkan kesalahpahaman yang dapat dihindari dengan mengikuti pedoman yang
benar.

10
E. Penulisan Unsur Serapan

Bagian ini akan membahas secara rinci aturan dan pedoman yang berlaku dalam
penulisan unsur serapan dalam bahasa Indonesia. Unsur serapan adalah kata-kata yang berasal
dari bahasa asing yang telah diterima dan digunakan dalam bahasa Indonesia. Penulisan yang
benar dari unsur serapan adalah penting untuk mempertahankan integritas bahasa Indonesia.

1. Asal Mula Unsur Serapan

Unsur serapan dalam bahasa Indonesia berasal dari berbagai bahasa asing, terutama
bahasa Belanda, Arab, Sanskerta, Inggris, dan lainnya. Ini adalah hasil dari sejarah kolonial,
perdagangan internasional, dan pengaruh budaya dari berbagai sumber.

2. Penulisan yang Bena

a) Penggunaan Alfabet Latin: Unsur serapan ditulis dengan menggunakan alfabet


Latin, seperti dalam bahasa Indonesia pada umumnya.

Contoh: "televisi" (dari bahasa Latin "televisio").

b) Penyelarasan dengan Ejaan Indonesia: Unsur serapan harus disesuaikan dengan


ejaan Indonesia yang baik dan benar.

Contoh: "revolusi" (bukan "révolusi" seperti dalam bahasa Prancis).

c) Penyesuaian Fonemik: Dalam beberapa kasus, unsur serapan mengalami


penyesuaian fonemik untuk cocok dengan fonologi bahasa Indonesia.

Contoh: "polisi" (dari bahasa Belanda "politie").

3. Penulisan Tunggal atau Jamak

Penulisan unsur serapan dalam bentuk tunggal atau jamak mengikuti aturan dalam bahasa
Indonesia:

11
a) Penulisan Tunggal: Unsur serapan dalam bentuk tunggal mengikuti aturan
penulisan kata tunggal dalam bahasa Indonesia.

Contoh: "museum," "krisis."

b) Penulisan Jamak: Untuk membuat unsur serapan menjadi jamak, aturan penulisan
jamak dalam bahasa Indonesia berlaku.

Contoh: "museum-museum," "krisis-krisis."

4. Unsur Serapan dalam Perubahan Makna

Dalam beberapa kasus, unsur serapan dapat memiliki makna yang berbeda dalam bahasa
asalnya dan dalam bahasa Indonesia. Penting untuk memahami makna yang sesuai dengan
konteks penggunaan dalam bahasa Indonesia.

Contoh: "disko" dalam bahasa Inggris mengacu pada tempat hiburan musik, sementara
dalam bahasa Indonesia, "disko" sering digunakan untuk mengacu pada perangkat penyimpanan
data.

5. Peran Penting Unsur Serapan dalam Bahasa Indonesia

Unsur serapan memiliki peran penting dalam memperkaya kosa kata bahasa Indonesia
dan memungkinkan ekspresi yang lebih luas dalam komunikasi. Mereka juga mencerminkan
keragaman budaya dan pengaruh bahasa-bahasa asing terhadap bahasa Indonesia. Oleh karena
itu, penulisan yang benar dari unsur serapan adalah penting untuk menjaga integritas dan
kejelasan dalam komunikasi dalam bahasa Indonesia.

Dengan memahami aturan penulisan unsur serapan, pengguna bahasa Indonesia dapat
menghindari kesalahan yang umum terjadi, seperti penulisan yang salah atau ketidakcocokan
makna. Ini juga membantu memperkuat bahasa Indonesia sebagai bahasa yang dapat
mengakomodasi pengaruh global tanpa mengorbankan keakuratan komunikasi.

F. Pemakaian Tanda Baca

12
Bagian ini akan membahas secara rinci aturan dan pedoman yang berlaku dalam
pemakaian tanda baca dalam bahasa Indonesia. Pemahaman yang benar tentang tanda baca
adalah kunci untuk komunikasi yang efektif dan pemahaman yang tepat dalam tulisan dan
percakapan.

1. Tanda Titik (.)

Tanda titik digunakan dalam beberapa situasi:

a) Akhir Kalimat: Setiap kalimat diakhiri dengan tanda titik.

Contoh: "Dia sedang membaca buku."

b) Dalam Singkatan: Tanda titik digunakan dalam singkatan yang diakhiri dengan
huruf-huruf awal.

Contoh: "dr." untuk "dokter," "dll." untuk "dan lain-lain."

2. Tanda Koma (,)

Tanda koma digunakan dalam beberapa konteks:

a) Memisahkan Unsur dalam Daftar: Tanda koma digunakan untuk memisahkan


unsur-unsur dalam daftar.

Contoh: "Saya membeli apel, pisang, dan jeruk."

b) Memisahkan Frasa Depan dan Belakang: Tanda koma digunakan untuk


memisahkan frasa depan dan belakang dalam kalimat.

Contoh: "Ketika hujan turun, kami tetap di dalam rumah."

c) Dalam Kalimat Pasif: Tanda koma digunakan untuk memisahkan subjek dan
predikat dalam kalimat pasif.

Contoh: "Pohon itu, yang sudah tua, ditebang kemarin."

3. Tanda Titik Koma (;)

13
Tanda titik koma digunakan dalam beberapa konteks:

a) Memisahkan Frasa yang Berhubungan: Tanda titik koma digunakan untuk


memisahkan dua frasa yang berhubungan secara erat tetapi bisa berdiri sendiri
sebagai kalimat.

Contoh: "Dia bekerja keras; dia ingin mencapai tujuannya."

b) Pada Akhir Baris Puisi atau Pantun: Dalam puisi atau pantun, tanda titik koma
digunakan untuk menandai akhir baris.

Contoh: "Bunga mawar berwarna merah muda; Senyumnya selalu manis seperti
cokelat."

4. Tanda Titik Dua (::)

Tanda titik dua digunakan dalam beberapa situasi:

a) Pada Awal Pembicaraan atau Kutipan: Tanda titik dua digunakan untuk memulai
pembicaraan atau kutipan dalam percakapan atau tulisan.

Contoh: Dia berkata, "Saya sudah selesai."

b) Pada Label atau Judul: Tanda titik dua digunakan setelah label atau judul untuk
memperkenalkan daftar atau informasi lebih lanjut.

Contoh: "Daftar belanjaan saya:: telur, susu, roti."

5. Tanda Tanya (?) dan Tanda Seru (!)

Tanda tanya digunakan untuk pertanyaan, sementara tanda seru digunakan untuk ekspresi
kagum, kejutan, atau perintah.

Contoh Tanda Tanya: "Apa kamu sudah makan?"

Contoh Tanda Seru: "Wow, itu luar biasa!"

6. Tanda Hubung (-) dan Gedash (—)

14
Tanda hubung (-) digunakan untuk menghubungkan kata atau menggabungkan kata
sementara gedash (—) digunakan untuk merinci atau menjelaskan.

Contoh Tanda Hubung: "Buku-buku itu diambil oleh anak-anak."

Contoh Gedash: "Saya ingin mengunjungi tiga kota besar—Jakarta, Surabaya, dan Bandung."

7. Tanda Kutip (" " atau ' ')

Tanda kutip digunakan untuk menunjukkan ucapan langsung atau kutipan dari sumber
lain.

Contoh: "Dia berkata, 'Saya suka buku ini.'"

8. Peran Penting Pemakaian Tanda Baca

Pemahaman yang benar tentang pemakaian tanda baca adalah penting untuk menjaga kejelasan
dan akurasi komunikasi tertulis. Tanda baca membantu menghindari kebingungan dan
memastikan pesan disampaikan dengan tepat. Penggunaan yang benar juga mendukung
penulisan yang baik dan benar dalam bahasa Indonesia, menghasilkan teks yang lebih mudah
dipahami dan profesional.

15
BAB III

Penutup

A. Kesimpulan

Ejaan bahasa Indonesia adalah aspek krusial dalam komunikasi, identitas budaya, dan
pendidikan. Makalah ini telah membahas secara mendalam berbagai aspek ejaan bahasa
Indonesia, termasuk pemakaian huruf, penulisan kata, singkatan, angka, unsur serapan, tanda
baca

B. Saran

Demikianlah penulisan makalah ini, kami berharap makalah ini dapat ,menambah
pengetahuan serta membuka wawasan bagi pembaca. Kami juga mengharapkan saran yang
membangun dari para pembaca agar kami lebih baik lagi dalam penulisan karya ilmiah
selanjutnya

16
DAFTAR PUSTAKA

Soenjono Dardjowidjojo. (2008). Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Pusat Bahasa
Departemen Pendidikan Nasional.

Gorys Keraf. (2003). Ejaan yang Disempurnakan. Penerbit Erlangga.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2015). Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
yang Disempurnakan. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi
Keempat. Balai Pustaka.

W.J.S. Poerwadarminta. (1992). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Balai Pustaka.

Ganjar Mulya Hidayat. (2019). Penggunaan Ejaan dan Tanda Baca yang Benar dalam Media
Sosial. Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 3(1), 10-20.

Tim Penyusun. (2010). Panduan Menulis Karya Ilmiah dengan Ejaan yang Disempurnakan.
Universitas Indonesia Press.

17

Anda mungkin juga menyukai