Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

EJAAN DALAM KARYA ILMIAH


Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia

Dosen Pembimbing :

Hemas Haryas Harja S, M.Pd

Disusun Oleh :

Kelompok 3

1. Nur Mauliska (0036)


2. Siti Mukarromah (0039)
3. Siti Rohmatilla (0041)

TADRIS MATEMATIKA

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT ILMU KEISLAMAN ZAINUL HASAN

GENGGONG KRAKSAAN PROBOLINGGO

2019/2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Mari kita panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kita, terutama kepada
penulis. Sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Sholawat serta salam
semoga selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW,
beserta keluarga, para sahabat, dan juga kita semua para umatnya sampai akhir
zaman.

Makalah ini kita buat sebagai tugas mata kuliah Bahasa Indonesia, dengan
judul makalah “Ejaan Dalam Karya Ilmiah”, yang kita susun dengan maksimal
dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak dan beberapa sumber sehingga
dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu di makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kita menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
banyak kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karena itu, kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ini. Semoga makalah Bahasa Indonesia tentang “Ejaan
Dalam Karya Ilmiah” ini bisa bermanfaat bagi kami selaku penulis khususnya
dan bagi para pembaca pada umumnya. Terima Kasih.

Kraksaan, 11 Maret 2020

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1
1.1 Latar Belakang ................................................................................1
1.2 Rumusah Masalah............................................................................2
1.3 Tujuan .............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................3
2.1 Pemakaian Huruf..............................................................................3
A. Huruf Kapital...............................................................................3
B. Huruf Cetak Miring.....................................................................6
2.2 Penulisan Kata..................................................................................6
A. Kata Turunan...............................................................................6
B. Kata Depan..................................................................................7
C. Partikel –pun................................................................................8
D. Singkatan dan Akronim...............................................................8
E. Angka dan Lambang Bilangan....................................................9
2.3 Penulisan Unsur Serapan..................................................................10
2.4 Pemakaian Tanda Baca....................................................................11
A. Tanda Titik (.)..............................................................................11
B. Tanda Koma (,)............................................................................13
C. Tanda Titik Koma (;)...................................................................14
D. Tanda Titik Dua (:) .....................................................................16
E. Tanda Hubung (-) .......................................................................16
F. Tanda Pisah (--)...........................................................................17
G. Tanda Petik Dua (“...”)................................................................17
H. Tanda Petik Satu (‘...’)................................................................17
BAB III PENUTUP..........................................................................................18
3.1 Kesimpulan ..........................................................................................18
3.2 Saran.....................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................19

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa merupakan salah satu faktor pendukung kemajuan suatu bangsa


karena bahasa merupakan sarana yang dapat mengantarkan suatu bangsa untuk
membuka wawasannya terhadap pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang semakin canggih. Begitu pula dalam penulisan karangan ilmiah, bahasa
sangat penting untuk pemahaman bagi pembacanya, terutama pada ejaan yang
digunakan. Ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi
ujaran, dan bagaimana menghubungkan serta memisahkan lambang-lambang.
Secara teknis, ejaan adalah aturan penulisan huruf, penulisan kata, penulisan
unsur serapan, dan penulisan tanda baca.

Dalam penulisan karya tulis ilmiah, selain memperhatikan


perbendaharaan kata dan tata bahasa, ejaan memegang peranan yang cukup
penting agar tulisan yang dibuat tertata dengan baik. Penggunaan ejaan bahasa
Indonesia dalam penulisan karya tulis ilmiah secara benar masih jauh dari yang
diharapkan karena masih banyak dijumpai kesalahan dalam pemakiannya.
Banyaknya kesalahan ejaan yang terjadi dalam pemakaiannya ini menunjukkan
bahwa masih diabaikannya persoalan penerapan ejaan yang baik dan benar
dalam penulisan karya tulis. Kesalahan-kesalahan ejaan menjadi terpinggirkan
karena penulis tidak ingin memperbaikinya atau malah tidak tahu bahwa yang
ditulisnya itu salah dari sudut pemakaian ejaan. Bahkan, kesalahan ejaan
dianggap hal yang biasa karena tidak sampai mengganggu makna kalimat yang
dibuat. Inilah permasalahannya, kesalahan dalam penulisan ejaan dianggap
sepele.

Bahasa Indonesia telah mempunyai kaidah penulisan (ejaan) yang telah


dibakukan, yaitu Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan atau lebih
dikenal dengan istilah EYD. Kaidah ejaan tersebut tertuang dalam buku:
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (1994) yang
diterbitkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Dalam kesempatan ini kami mencoba untuk menjelaskan kembali hal-


hal yang terkait dengan penerapan ejaan dalam penulisan karya tulis ilmiah.
Dalam pembahasan ini hanya difokuskan pada aturan-aturan yang perlu
mendapat perhatian ekstra karena seringnya persoalan itu diabaikan
pemakaiannya.

1
1.2 Rumusan Masalah
a. Bagaimana pemakaian huruf secara benar dalam karya ilmiah?
b. Bagaimana penulisan kata yang baik dalam karya ilmiah?
c. Bagaimana penulisan unsur serapan dalam karya ilmiah?
d. Bagaimana pemakaian tanda baca secara benar dalam karya ilmiah?

1.3 Tujuan Penulisan


a. Untuk mengetahui pemakaian huruf secara benar dalam karya ilmiah.
b. Untuk mengetahui penulisan kata yang baik dalam karya ilmiah.
c. Untuk mengetahui penulisan unsur serapan dalam karya ilmiah.
d. Untuk mengetahui pemakaian tanda baca secara benar dalam karya
ilmiah.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pemakaian Huruf


A. Huruf Kapital
Huruf kapital merupakan suatu huruf yang berukuran lebih besar
dibandingkan huruf biasa. Huruf ini dipakai untuk sejumlah penggunaan, di
mana penggunaan huruf kapital tersebut antara lain untuk huruf pertama
dalam kata pertama suatu kalimat, untuk petikan langsung, dan lain
sebagainya.
Berikut ini merupakan penjelasan tentang tata cara penulisan huruf
kapital dalam kaidah Bahasa Indonesia yaitu :
1. Huruf kapital atau besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal
kalimat.
Misalnya: Mereka akan melakukan penelitian di laboratorium.
Jangan membuang sampah sembarangan!
Di mana rumahmu?

2. Huruf kapital sebagai huruf pertama petikan langsung.


Misalnya: Ayah bertanya, “Apakah kita sudah siap berangkat?”
“Lebih baik kita pulang sekarang,” kata Andi.
“Minggu ini juga,” kata Paman, “Kita akan mengecat
bangunan ini.”

3. Huruf kapital sebagai huruf pertama dalam kata dan ungkapan yang
berhubungan dengan agama, kitab suci, dan Tuhan, termasuk kata ganti
untuk Tuhan.
Misalnya: Islam Qur’an
Kristen Alkitab
Allah Yang Mahakuasa
Yang Maha Pengasih
Tuhan akan menunjukkan jalan kepada hamba-Nya.
Bimbinglah hamba-Mu, ya Tuhan, ke jalan yang Engkau
beri rahmat.

4. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan,


keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.
Misalnya: Nabi Muhammad Saw.
Pangeran Diponegoro
Imam Syafii
Haji Rangkayo Rasuna Said

3
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar
kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.
Misalnya: Ia menjadi imam di dalam keluarga itu.
Mereka akan pergi naik haji tahun ini.
Ia bergurau kepada seorang kiai

5. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan yang
diikuti nama orang, nama instansi, atau nama tempat yang digunakan
sebagai pengganti nama orang tertentu.
Misalnya: Jenderal Sudirman
Wakil Presiden Ir. Joko Widodo
Pedana Menteri Indira Ghani
Profesor Supomo
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan atau nama
instansi yang merujuk kepada bentuk lengkapnya.
Misalnya: Sidang itu dipimpin oleh Presiden Republik Indonesia.
Kegiatan itu sudah direncanakan oleh Kementian Kelautan
dan Perikanan.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan
pangkat yang tidak merujuk kepada nama orang, nama instansi, atau
nama tempat tertentu.
Misalnya: Para gubernur se-Indonesia berkumpul di Bali.
Tahun ini ia akan naik pangkat menjadi brigadir jenderal.
Kami diundang pesta di rumah bupati.

6. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.


Misalnya: Sapardi Djoko Damono
Dewi Sartika
Husein Sastranegara

7. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa,
dan bahasa.
Misalnya: bangsa Asia suku Sunda
suku Batak bahasa Indonesia
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku,
dan bahasa yang digunakan sebagai bentuk dasar kata turunan.
Misalnya: pengindonesiaan kata asing
kebelanda-belandaan
kejawa-jawaan

8. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari,
dan hari raya dan peristiwa bersejarah.

4
Misalnya: tahun Hijriah tarikh Masehi
bulan November bulan Syakban
hari Senin hari Natal
Perang Padri Perang Dunia 1
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Huruf kapital tidak digunakan sebagai huruf pertama peristiwa sejarah
yang tidak digunakan sebagai nama.
Misalnya: Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan
bangsa Indonesia.
Perlombaan senjata membawa risiko pecahnya perang
dunia.

9. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama khas dalam geografi.
Misalnya: Asia Timur Amerika Sekirat
Uni Emirat Arab Korea Selatan
Sulawesi Selatan Jawa Timur
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama geografi
yang diikuti nama diri geografi.
Misalnya: Jalan Buah Batu Pulau Bali
Bukit Barisan Lembah Baliem
Gunung Merapi Samudera Pasifik

10. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama resmi badan,
lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi.
Misalnya: Kementrian Dalam Negeri
Majelis Permusyawaratan Rakyat
Undang-Undang Dasar 1945

11. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama
gelar, pangkat, dan sapaan yang disertai dengan nama diri.
Misalnya: Prof. profesor Sdr. saudara
S.Si. sarjana sains Dr. doktor
S.H. sarjana hukum K.H. kiai haji
S.Ip. sarjana ilmu pemerintahan Hj. hajjah
M.Si. magister of sains Ny. Nyonya

12. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan
kekerabatan, seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang
digunakan dalam penyapaan atau pengacuan.
Misalnya: “Siapa namamu, Nak?” tanya lelaki tua itu.
Besok Paman akan datang.
Permohonan Saudara sedang kami pertimbangkan.

5
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk
hubungan kekerabatan, yang tidak digunakan dalam penyapaan atau
pengacuan.
Misalnya: Semua kakak dan adik saya tinggal di Surabaya.
Dia sudah tidak mempunyai ibu dan bapak lagi.
13. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata Anda yang digunakan
dalam penyapaan.
Misalnya: Pernahkah Anda melakukan penelitian di lapangan?
Di mana Anda tinggal?
Laporan Anda akan kami tindaklanjuti.

B. Huruf Cetak Miring


Huruf cetak miring adalah huruf yang letaknya miring, tetapi tidak
menyerupai tulisan tangan. Biasanya cetak miring digunakan untuk
menandai atau mengkhususkan suatu kata tertentu.
Berikut ini merupakan penjelasan tentang tata cara penulisan huruf
cetak miring yaitu :
1) Huruf miring dipakai untuk menuliskan nama buku, makalah, dan surat
kabar yang dikutip dalam karangan.
Misalnya: Saya sudah membaca novel Laskar Pelangi karangan
Andrea Hirata.
Pusat Bahasa menerbitkan majalah Bahasa dan Sastra.
2) Huruf miring dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf,
bagian kata, atau kelompok kata.
Misalnya: Kata sastra diawali dengan huruf s.
Bab ini tidak membicarakan pemakaian huruf kapital.
3) Huruf miring dipakai untuk menuliskan nama-nama ilmiah atau
ungkapan asing, kecuali kata yang telah disesuaikan ejaannya.
Misalnya: Nama ilmiah jagung adalah Zea mays.
Apakah tidak sebaiknya kita menggunakan kata
mengunduh untuk kata download?

2.2 Penulisan Kata


Penulisan kata yang perlu mendapat perhatian dalam penulisan karya tulis
ilmiah adalah kata turunan, kata depan, partikel, singkatan dan akronim, angka dan
lambang bilangan. Hal tersebut akan dibahas dalam makalah ini.
A. Kata Turunan
1) Imbuhan (awalan, sisipan, dan akhiran) ditulis serangkai dengan kata
dasar.
Contoh : bergeletar, dikelola, gerigi, duduki.

6
2) Jika kata dasar terbentuk gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis
serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya.
Tanda hubung boleh digunakan untuk memperjelas.
Contoh : bertepuk tangan, bertepuk-tangan, garis bawahi, garis-
bawahi.
3) Jika kata dasar berbentuk gabungan kata yang mendapat awalan dan
akhiran sekaligus, unsur gabungan ditulis serangkai. Tanda hubung
boleh digunakan untuk memperjelas.
Contoh : menggarisbawahi, menggaris-bawahi, dilipatgandakan,
dilipat-gandakan.
4) Jika salah satu unsur gabungan hanya dipakai dalam kombinasi,
gabungan kkata ditulis serangkai.
Contoh : adipati, mancanegara, pascasarjana, telepon, nonaktif.
5) Jika huruf awal kata dasar adalah huruf kapital, diselipkan tanda
hubung.
Contoh : non-Indonesia, se-ASEAN, pro-Barat.
6) Jika kata maha sebagai unsur gabungan diikuti kata esa dan kata yang
bukan kata dasar, unsur gabungan itu ditulis terpisah.
Contoh : Tuhan Yang Maha Esa, Maha Penyayang, dan Maha
Pengasih.
Mereka masih mahasiswa.
Manusia tidak pantas disebut mahakaya.
7) Jika kata peri sebagai unsur gabungan diikuti kata yang bukan kata
dasar, unsur gabungan itu ditulis terpirah.
Contoh : Segala tindakannya berdasarkan peri kemanusiaan dan peri
keadilan.
Beberapa guru memperhatikan perilaku siswanya dengan
baik.
B. Kata Depan
Kata depan atau preposisi di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata
yang mengikutinya, kecuali di dalam gabungan kata yang sudah lazim
dianggap sebagai satu kata, seperti kepada dan daripada.
Contoh : Di mana sekarang?
Kami akan bertamasya ke pantai Bentar.
Makanan ini berasal dari Madura.

Kata-kata yang dicetak miring di dalam kalimat seperti dibawah ini


ditulis serangkai.
Contoh : Dia masuk, lalu keluar lagi.
Masalah ini sudah diserahkan kepadanya.
Kesampingkan saja dulu permasalahan itu.
Lemparkan bola itu kemari!

7
C. Partikel –pun
Partikel –pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya,
kecuali yang lazim dianggap padu ditulis serangkai, seperti adapun,
bagaimanapun, sekalipun, sungguhpun, kalaupun, biarpun, kedatipun,
walaupun, dan meskipun.
Contoh : Apa pun yang kita katakan, dia tidak mau menuruti.
Hendak pulang tengah malam pun sudah tidak ada kendaraan.
Kami pun terbiasa minum teh bersama.

D. Singkatan dan Akronim


1) Singkatan ialah bentuk singkat yang terdiri atas satu huruf atau lebih.
a. Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat
diikuti dengan tanda titik di belakang tiap-tiap singkatan itu.
Contoh : H. Saleh Haji Saleh
Suman Hs. Suman Hasibuan
B.J. Habibie Baharuddin Jusuf Habibie
M.B.A. master of business administration
b. Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan,
badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas
gabungan huruf awal kata, ditulis dengan huruf kapital dan tidak
diikuti dengan tanda titik.
Contoh : DPD Dewan Perwakilan Daerah
ITB Institut Teknologi Bandung
KPK Komisi Pemberantasan Korupsi
STNK Surat Tanda Nomor Kendaraan
c. Singkatan kata yang berupa gabungan huruf diikuti dengan tanda
titik.
Contoh : dgn. dengan dl. dalam
hlm. halaman jml. jumlah
kpd. kepada tgl. tanggal
d. Singkatan gabungan kata yang terdiri atas tiga huruf diakhiri
dengan tanda titik.
Contoh : dsb. dan sebagainya ybs. yang bersangkutan
dll. dan lain-lain yth. yang terhormat
dst. dan seterusnya sda. sama dengan atas
e. Singkatan gabungan kata yang terdiri atas dua huruf (lazim
digunakan dalam surat-menyurat) masing-masing diikuti oleh
tanda titik.
Contoh : a.n. atas nama u.b. untuk beliau
d.a. dengan alamat u.p. untuk perhatian
f. Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan
mata uang tidak diikuti tanda dengan titik.

8
Contoh : Pb plumbum l liter
hm hektometer Rp rupiah
kg kilogram kVA kilovolt-ampere

2) Akronim ialah singkatan dari dua kata atau lebih yang diperlakukan
sebagai sebuah kata.
a. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal unsur-unsur
nama diri ditulis seluruhnya dengan huruf kapital tanpa tanda titik.
Contoh : KONI Komite Olahraga Nasional Indonesia
LIPI Lembaga Ilmu Pendidikan Indonesia
LAN Lembaga Administrasi Negara
FIFA Federation of International Football
Assocation
b. Akronim nama diri yang berupa singkatan dari beberapa unsur
ditulis dengan huruf awal kapital.
Contoh : Bakin Badan Kordinasi Intelijen Negara
Koramil Komando Rayon Militer
Kemendiknas Kementrian Pendidikan Nasional
Jamsostek Jaminan Sosial Tenaga Kerja
c. Akronim bukan nama diri yang berupa singkatan dari dua kata atau
lebih ditulis dengan huruf kecil.
Contoh : gelora gelanggang olahraga
iptek ilmu pengetahuan dan teknologi
rudal peluru kendali
radar radio detecting and ranging

E. Angka dan Lambang Bilangan


Berikut adalah ringkasan pedoman umum penulisan angka/bilangan.
1) Penulisan angka digunakan untuk menyatakan lambang bilangan atau
nomor.
Contoh : 1, 2, 3, 4, I, II, III, X, L, C
2) Penulisan angka digunakan untuk menyatakan ukuran panjang, berat,
isi, satuan waktu, nilai uang, dan kuantitas.
Contoh : 0,5 cm, 1 jam 20 menit, $1,00
3) Penulisan angka digunakan untuk nomor jalan dan alamat.
Contoh : Jalan Harjuno 34, Hotel Indonesia, Kamar 169.
4) Penulisan angka digunakan untuk bagian karangan, ayat di dalam kitab
suci.
Contoh : Bab X, Pasal 5, halaman 252
Surat Yasin: 12
5) Penulisan lambang bilangan tingkat adalah seperti berikut.

9
Contoh : Paku Buwono 1 abad ke-20
awal abad XX Bab II, Pasal 5
6) Penulisan lambang bilangan yang berakhiran –an adalah seperti
berikut.
Contoh : tahun 50-an, uang 5000-an, lima lembar uang 1000-an.
7) Penulisan angka dapat ditulis dengan huruf, kecuali yang dipakai
secara berurutan.
Contoh : Amir menonton drama sebanyak tiga kali.
Di antara 50 anggota yang hadir, 7 setuju, 35 tidak setuju,
dan 8 abstain.
8) Penulisan angka di awal kalimat berbentuk huruf.
Contoh : Tiga puluh tahun yang lalu kami tinggal di Jakarta.
9) Penulisan bilangan yang besar dapat dieja dengan huruf.
Contoh : Penduduk Indonesia berjumlah lebih dari 220 juta.
10) Penulisan bilangan dan huruf tidak perlu sekaligus, kecuali dalam akta
atau dokumen resmi.
Contoh : Tanah ini akan dijual dengan harga Rp300.000.000,00.
Perusahaan itu mempekerjakan enam puluh lima orang
pegawai.
Di lemari itu tersimpan 250 buku dan majalah.
11) Penulisan yang dilambangkan dengan angka dan huruf harus tepat.
Contoh : Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp900.550,50
(sembilan ratus ribu lima ratus lima puluh rupiah lima puluh
sen).
Dita membeli uang dolar Amerika Serikat sebanyak
$1,000.00 (seribu dolar).

2.3 Penulisan Unsur Serapan


Kosa kata bahasa Indonesia banyak menyerap berbagai unsur dari
bahasa lain, baik bahasa daerah maupun bahasa asing, seperti Sanskerta,
Arab, Belanda, dan Inggris.
Penyerapan unsur bahasa asing dalam bahasa Indoseia dilakukan dengan
cara-cara berikut.
1) Penerjemahan langsung
Contoh : supermarket - pasar swalayan
merger - gabung usaha
skycrapper - pencakar langit
2) Penyerapan dengan penyesuaian ejaan dan lafal.
Contoh : camera - kamera
microphone - mikrofon
system - sistem

10
3) Penyerapan dengan penyesuaian ejaan tanpa penyesuaian lafal.
Contoh : design - desain
photocopy - fotokopi
science - sains
4) Penyerapan tanpa penyesuaian ejaan, tetapi dengan penyesuaian lafal.
Contoh : bias - bias
nasal - nasal
wig - wig (rambut palsu)
5) Penyerapan tanpa penyesuaian ejaan dan lafal.
a. Penyerapan istilah asing tanpa penyesuaian ejaan dan lafal
dilakukan jika ejaan dan lafal istilah asing itu tidak berubah dalam
banyak bahasa di dunia internasional. penulisan istilah itu dicetak
dengan huruf miring.
Contoh : et al divide et impera
Status quo in vitro
De facto dulce et utile
b. Penyerapan istilah tanpa penyesuaian ejaan dan lafal dilakukan jika
istilah itu juga dipakai secara luas dalam kosa kata umum.
Penulisannya tidak dalam huruf miring.
Contoh : golf – golf lift - lift
internet – internet orbit – orbit

2.4 Pemakaian Tanda Baca


Pemakaian tanda baca meliputi lima belas bagian, tetapi tidak semua bagian
itu dibahas dalam makalah ini. Hanya beberapa kaidah atau aturan yang terkait
dengan penulisan karya tulis ilmiah dibicarakan, di antaranya: pemakaian tanda titik
(.); tanda koma (,); tanda titik koma (;); tanda titik dua (:); tanda hubung (-); tanda
pisah [--]; tanda petik ganda (”...”); dan tanda petik tunggal (`...`). Kedelapan hal itu
dibahas satu per satu berikut ini.
A. Tanda Titik (.)
1) Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau
seruan.
Contoh : Ayahku tinggal di Solo.
Biarlah mereka duduk di sana.
Hari ini tanggal 6 Maret 2020.
Marilah kita mengheningkan cipta.
Tanda titik tidak dipakai pada akhir kalimat yang unsur akhirnya
sudah bertanda titik.
Contoh : Buku ini disusun oleh Drs. Sudjatmiko, M.A.
Dia mengatakan, “kaki saya sakit.”

11
2) Tanda titik dipakai dibelakang angka atau huruf dalam satu bagan,
ikhtisar, atau daftar.
Contoh : a) II. Kementrian Pendidikan Nasional
A. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
B. Direktorat Jenderal Pendidikan dasar dan
Menengah
1. Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini
2. ...
b) 1. Patokan Umum
1.1 Isi Karangan
1.2 Ilustrasi
1.2.1 Gambar Tangan
1.2.2 Tabel
1.2.3 Grafik
2. Patokan Khusus
2.1 ...
2.2 ...
3) Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik
yang menunjukkan waktu.
Contoh : Pukul 2.45.30 (pukul 2 lewat 45 menit 30 detik)
4) Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka, jam, menit, dan detik
yang menunjukkan jangka waktu.
Contoh : 2.45.30 jam (2 jam, 45 menit, 30 detik)
0.20.30 jam (20 menit, 30 detik)
5) Tanda titik dipakai di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak
berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru, dan tempat terbit di dalam
daftar pustaka.
Contoh : Alwi, Hasan, dkk. 2003. Tata Bahasa Baku
Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
6) Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatan.
Contoh : Desa itu berpenduduk 24.200 orang.
Gempa yang terjadi semalam menewaskan 1.231 jiwa.
Tanda titik tidak dipakai pada untuk memisahkan bilangan ribuan atau
kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah.
Contoh : Lihat halaman 247 dan seterusnya.
Pak Amir lahir pada tahun 1976 di Surabaya.
7) Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala
karangan atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya.
Contoh : Acara Kunjungan Menteri Penidikan Nasional
Bentuk dan Kebudayaan (Bab 1 UUD 1945)
8) Tanda titik tidak dipakai di belakang (1) alamat pengirim dan tanggal
surat atau (2) nama dan alamat penerima surat.

12
Contoh : 5 Maret 2020
Yth. Sdr. Moh. Abi (tanpa titik)
Jalan Panglima Sudirman 360 (tanpa titik)
Palembang (tanpa titik)

B. Tanda Koma (,)


1) Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau
pembilangan.
Contoh : Saya membeli kertas, pena, dan tinta.
Satu, dua,... tiga!
2) Tanda koma dipakai untuk memisahkan suatu kalimat setara yang satu
dari kalimat setara berikutnya yang didahului kata tetapi atau
melainkan.
Contoh : Saya ingin datang, tetapi hari hujan.
Rudi bukan anak Pak Saleh, melainkan anak Pak Kasim.
3) Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk
kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk kalimat.
Contoh : Kalau hari hujan, saya tidak akan datang.
Karena sibuk, ia lupa akan janjinya.
4) Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antar
kalimat yang terdapat pada awal kalimat, termasuk di dalamnya oleh
karena itu, jadi, lagi pula, meskipun, demikian, dan akan tetapi.
Contoh : .... Oleh karena itu, kita harus berhati-hati.
.... Jadi, soalnya tidak semudah itu.
5) Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata, seperti, oh, ya, wah,
aduh, kasihan, dari kata lain yang terdapat di dalam kalimat.
Contoh : Oh, begitu?
Wah, bukan main!
Hati-hati, ya, nanti jatuh.
6) Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian
lain di dalam kalimat.
Contoh : Kata Ina, “Saya akan belajar menari.”
“Saya senang sekali,” kata Rina, “karena lulus ujian.”
7) Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari
bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung
itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru.
Contoh : “Kapan kita akan berlatih pencak silat?” tanya Ali.
“Lemparkan kemari bolanya!” seru Pak Guru.
8) Tanda koma dipakai di antara (a) nama dan alamat, (b) bagian-bagian
alamat, (c) tempat dan tanggal, (d) nama tempat dan wilayah atau
negeri yang ditulis berurutan.
Contoh : Dekan Fakultas Tarbiyah,

13
Universitas Zainul Hasan,
Jalan Jenderal Sudirman 360,
Kraksaan
9) Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian mana yang dibalik
susunannya dalam daftar pustaka.
Contoh : Junus, H. Mahmud. 1973. Kamus Arab-Indonesia. Jakarta:
Yayasan Penyelenggara Penerjemah/Penafsir Alquran.
10) Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian di dalam catatan kaki.
Contoh : Hilman, Hadikusuma. Ensiklopedi Hukum Adat dan Adat
Budaya Indonesia (Bandung: Alumni, 1977), hlm.12.
11) Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akaemik yang
mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri,
keluarga, atau marga.
Contoh : B. Ratulangi, S.E.
Ny. Khadijah, M.A.
Siti Aminah, S.E., M.M.
12) Tanda koma dipakai di muka angka persepuluh atau di antara rupiah
dan sen yang dinyatakan dengan angka.
Contoh : 15,5 m, 18,3 kg, Rp650,00
13) Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang
sifatnya tidak membatasi.
Contoh : Setiap warga negara, baik laki-laki maupun perempuan,
mempunyai kedudukan sama di mata hukum.
Guru saya, Pak Ahmad, pandai sekali.
Andini, yang berbaju biru, manager baru di perusahaan
kami.
14) Tanda koma dapat dipakai untuk menghindari salah baca di belakang
keterangan yang terdapat pada awal kalimat.
Contoh : Dalam pengembangan bangsa, kita dapat memanfaatkan
bahasa-bahasa di kawasan nusantara ini.
Atas bantuan Agus, Dela mengucapkan terimakasiih.
Bandingkan dengan kalimat berikut.
Kita dapat memanfaatkan bahasa-bahasa di kawasan
nusantara ini dalam pengembangan bahasa.
Dela mengucapkan terimakasih atas bantuan Agus.

C. Tanda Titik Koma (;)


1) Tanda titik koma dipakai untuk memisahkan dua kalimat yang setara
atau lebih apabila unsur-unsur setiap bagian itu dipisahkan oleh tanda
baca atau tanda hubung.
Contoh : Ibu membeli buku, pensil, dan tinta; baju, celana dan kaos;
nanas, melon, dan apel.

14
2) Tanda titik koma dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk
memisahkan yang setara di dalam kalimat majemuk.
Contoh : Ayah mengurus tanaman di kebun; Ibu memasak di dapur;
Adik membaca di teras depan.
3) Tanda titik koma dipakai untuk mengakhiri pernyataan perincian
dalam kalimat yang berupa frasa atau kelompok kata. Dalam hubungan
itu, sebelum perincian terakhir tidak perlu digunakan kata dan.
Contoh : Syarat-syarat penerimaan pegawai negeri sipil di lembaga
ini :
(1) Berkewarganegaraan Indonesia;
(2) Berijazah sarjana S1 sekurang-kurangnya;
(3) Berbadan sehat;
(4) Bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara
kesatuan Republik Indonesia.

D. Tanda Titik Dua (:)


1) Tanda titik dua dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika
diikuti rangkaian perintah.
Contoh : Hanya ada dua pilihan bagi para pejuang kemerdekaan itu:
hidup atau mati.
Kita sekarang memerlukan perabot rumah tangga: meja,
kursi, dan lemari.
Tanda titik dua tidak dipakai jika rangkaian atau pemerian itu
merupakan rincian yang mengakhiri pernyataan.
Contoh : Kita memerlukan meja, kursi, dan lemari.
Para pejuang harus memilih hidup atau mati.
2) Tanda titik du dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan
rincian.
Contoh : a. Ketua : Kresna Wijaya
Sekretaris : Cindy Puspitasari
Bendahara : Syahrani Danur
b. Tempat sidang : Ruang 102
Hari : Senin
Pukul : 09.30 WIB
3) Tanda titik dua dipakai dalam teks drama sesudah kata yang
menunjukkan pelaku dalam percakapan.
Contoh : Ibu : “Bawa keranjang buah ini, Nis!”
Nisa : “Baik, Bu.”
Ibu : “Letakkan di meja makan!”
4) Tanda titik dua dipakai di antara (a) jilid atau nomor dan halaman, (b)
bab dan ayat dalam kitab suci, (c) judul dan anak judul suatu karangan,
serta (d) nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan.

15
Contoh : Surah Ibrahim: 5
Dari Pemburu ke Terapeutik: Antologi Cerpen Nusantara
Rendra. 2007. Seni Drama untuk Remaja. Jakarta:
Gramedia

E. Tanda Hubung (-)


1) Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh
pergantian baris.
Contoh : Dokter muda yang baru lulus itu ditung-
gu pasien-pasiennya.
2) Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata yang
mengikutinya atau akhiran dengan bagian kata yang mendahuluinya
pada pergantian baris.
Contoh : TNI adalah kekuatan pendukung dan pem-
bela ideologi negara,
3) Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang.
Contoh : anak-anak, kemerah-merahan, berlari-lari.
4) Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan
bagian-bagian tanggal.
Contoh : p-a-n-i-t-i-a
02-02-2020
5) Tanda hubung boleh dipakai untuk memperjelas (a) hubungan bagian-
bagian kata atau ungkapan dan (b) penghilangan bagian-bagian
kelompok data.
Contoh : ber-evolusi
dua puluh lima-ribuan
6) Tanda hubung dipakai untuk merangkai:
(a) se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital,
(b) ke- dengan angka,
(c) angka dengan –an,
(d) singkatan dengan huruf kapital atau dengan imbuhan atau kata, dan
(e) nama jabatan rangkap.
Contoh : se-ASIA peringkat ke-3
tahun 2000-an hari-H
sinar-X di-PHK
kehendak-Nya atas rahmat-Mu
Bandara Soekarno-Hatta alat pandang-dengar
7) Tanda hubung dipakai untuk merangkai unsur bahasa Indonesia
dengan unsur bahasa asing.
Contoh : me-review pen-tackle-an
di-mark-up di-up grade

16
F. Tanda Pisah (--)
1) Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi
penjelasan di luar bangun kalimat.
Contoh : Kemerdekaan bangsa itu–saya yakin akan tercapai–
diperjuangkan oleh bangsa itu sendiri.
2) Tanda pisah menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan
yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas.
Contoh : Gerakan Pengutamaan Bahasa Indonesia—amanat Sumpah
Pemuda—harus terus ditingkatkan.
3) Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan, tanggal, atau tempat
dengan arti “sampai dengan”.
Contoh : tanggal 5—10 April 2020
Probolinggo—Surabaya

G. Tanda Petik Dua (“...”)


1) Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan
dan naskah atau bahan tertulis lain.
Contoh : “Saya belum siap,” kata Mira, “tunggu sebentar!”
Pasal 36 UUD 1945 berbunyi “Bahasa Negara ialah bahasa
Indonesia”
2) Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang
dipakai dalam kalimat.
Contoh : Bacalah “Bola lampu” dalam buku Dari suatu Masa, Dari
Suatu Tempat.
Sajak “Berdiri Aku” karya Amir Hamzah terdapat pada
halaman 5 buku itu.
3) Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata
yang mempunyai arti khusus.
Contoh : Ia bercelana panjang “cutbrai”
Pekerjaan itu dilakanakan dengan cara “coba dan ralat”.
4) Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan
langsung.
Contoh : Kata Ani, “Saya minta maaf.”

H. Tanda Petik Satu (‘...’)


1) Tanda petik satu mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.
Contoh : Tanya Ayu, “Kau dengar bunyi ‘kring—kring’ tadi?”
2) Tanda petik satu mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan
ungkapan asing.
Contoh : feed-back ‘balikan’
Supermarket ‘pasar swalayan’

17
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan
bunyi ujaran, dan bagaimana menghubungkan serta memisahkan lambang-
lambang. Secara teknis, ejaan adalah aturan penulisan huruf, penulisan
kata, penulisan unsur serapan, dan penulisan tanda baca.
Penggunaan tanda baca perlu diperhatikan dalam penulisan karya
tulis ilmiah karena masing-masing tanda baca memiliki aturan dan tata
letak pada penggunaannya. Ada banyak sekali tata penulisan dalam
penggunaan huruf kapital, kata, unsur serapan, dan tanda baca, yang
kesemuanya telah diatur dalam pedoman umum Ejaan yang
Disempurnakan (EYD).
Penggunaan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) sangat dibutuhkan
dalam penulisan karya ilmiah agar sebuah karya tulis ilmiah tersebut dapat
tersusun dengan baik dan mudah dipahami oleh pembaca.

3.2 Saran
Sebaiknya sebelum melakukan pembuatan karya ilmiah, penulis
harus menerapkan ejaan yang benar dan santun, sehingga penulisan karya
ilmiah tersebut dapat dipahami oleh pembacanya.

18
DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan, dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.

Wridah, Ernawati. 2013. EYD & Seputar KebahasaanIndonesiaan. Bandung:


Ruang Kata.

Wijayanti, Sri Hapsari, dkk. 2013. Penulisan dan Penyajian Karya Ilmiah.
Jakarta: Rajawali Pers.

Kridalaksana, Harimurti. 2007. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia.


Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Alamsyah, Teuku. 2008. Bahasa Indonesia: MKU untuk mahasiswa. Banda Aceh:
FKIP, Unsyiah.

19

Anda mungkin juga menyukai