Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN MINI RISET “SITUS SEJARAH DI MEDAN”

DISUSUN OLEH:

NURAZIZAH (0604182021)
ROHAYA (0604181005)
YULFERA ERIYANI (0604183047)

Dosen Pengampuh : Dr. Yusra Dewi Siregar.

Progam Studi Sosiologi Agama

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SUMATERA UTARA MEDAN

2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillah segala puji bagi Allah, yang telah melimpahkan rahmat,


nikmatserta  hidayah-Nya, sehingga kita masih dapat melakukan aktifitas kita masing-masing.
Shalawat dan salam marilah selalu kita curahkan kepada junjungan alam Nabi besar  kita yakni
Muhammad SAW, dengan mengucapkan Allahummasholli ala sayyidina Muhammad wa ala ali
Muhammad, mudah-muadhan dengan memperbanyak shalawat kepada beliau kita akan
mendapatkan syafa’at beliau dengan izin Allah SWT di hari kiamat kelak.

Pada kesempatan ini tidak lupa kami ucapkan terimakasih atas tugas yang telah diberikan
oleh ibu Dr. Yusra Dewi Siregar guna untuk memenuhi nilai Ujian Tengah Semester Genap ini,
semoga hasil mini riset saya ini dapat memberikan manfaat kepada kami selaku peneliti, para
pembaca, dan masyarakat.

Kami  menyadari dalam penyusunan penelitian ini masih terdapat banyak kekurangan
sehingga hasil yang diperoleh jauh dari sempurna. Oleh sebab itu saran dan kritik yang membangun
sangat saya harapkan.

Medan, 24 Mei 2019
BAB I
PENDAHULUAN

I. Latar Belakang
Kota Medan merupakan ibukota provinsi Sumatra Utara. Kota ini merupakan kota
terbesar ketiga di Indonesia dan kota terbesar di luar pulau Jawa. Kota Medan merupakan pintu
gerbang wilayah Indonesia bagian barat dengan keberadaan Pelabuhan Belawan dan Bandar
Udara Internasional Kuala Namu yang merupakan bandara terbesar kedua di Indonesia.
Berbatasan dengan Selat Malaka menjadikan Medan kota perdagangan, industri, dan bisnis yang
sangat penting di Indonesia.
Medan berawal dari sebuah kampung yang didirikan oleh Guru Patimpus di pertemuan
Sungai Deli dan Sungai Babura. Hari jadi Kota Medan ditetapkan pada tanggal 1 Juli 1590.
Selanjutnya pada tahun 1632, Medan dijadikan pusat pemerintahan Kesultanan Deli, sebuah
kerajaan Melayu. Bangsa Eropa mulai menemukan Medan sejak kedatangan John Anderson dari
Inggris pada tahun 1823. Peradaban di Medan terus berkembang hingga Pemerintah Hindia
Belanda memberikan status kota dan menjadikannya pusat pemerintahan Karesidenan Sumatra
Timur. Memasuki abad ke-20, Medan menjadi kota yang penting di luar Jawa, terutama setelah
pemerintah kolonial membuka perusahaan perkebunan secara besar-besaran.

Menurut Bappenas, Medan adalah salah satu dari empat pusat pertumbuhan utama di
Indonesia, bersama dengan Jakarta, Surabaya, dan Makassar. Medan adalah kota multietnis yang
mana penduduknya terdiri dari orang-orang dengan latar belakang budaya dan agama yang
berbeda-beda. Selain Melayu dan Karo sebagai penghuni awal, Medan didominasi oleh etnis
Jawa, Batak, Tionghoa, Mandailing, dan India. Mayoritas penduduk Medan bekerja di sektor
perdagangan, sehingga banyak ditemukan ruko di berbagai sudut kota. Di samping kantor-kantor
pemerintah provinsi, di Medan juga terdapat kantor-kantor konsulat dari berbagai negara seperti
Amerika Serikat, Jepang, Malaysia, dan Jerman.
II. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah berdirinya Maha Vihara Maitreya Cemara Asri?


2. Siapa yang terlibat dalam pendirian Maha Vihara Maitreya Cemara Asri?
3. Bagaimana perkembangan Maha Vihara Maitreya Cemara Asri?
4. Apakah penyebab Maha Vihara Maitreya Cemara Asri diminati wisatawan?

III. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui sejarah berdirinya Maha Vihara Maitreya Cemara Asri.


2. Mengetahui orang-orang yang terlibat dalam pembangunanya.
3. Mengetahui perkembangan Maha Vihara Maitreya Cemara Asri.
4. Mengetahui hal-hal yang menyebabkan Maha Vihara Maitreya Cemara Asri ramai
dikunjungi wisatawan.

IV.Metode Penelitian

Teknik pengumpulan data : Wawancara


Lokasi : Jl. Cemara Boulevard Utara No.8, Komplek Cemara Asri
Tanggal : Senin, 13 Mei 2019
Waktu : 14.00 WIB
Narasumber : Bikhu Dhira
BAB II
PEMBAHASAN

Sejarah Maha Vihara Maitreya Cemara Asri

Bila menyebut Cemara Asri Medan orang akan langsung teringat Maha Vihara Maitreya
Cemara Asri. Maha Vihara Maitreya Cemara Asri didirikan pada tahun 1991 pada tahan seluar 4,5
hektar dan baru diresmikan pada 21 Agustus 2008. Orang yang ikut terlibat di dalamnya termasuk
pemilik komplek Cemara Asri dan keluarga Edi Surya (Keluarga Haji Anif). Nama Maha Maitreya
dalam vihara diambil dari nama Budha Maitreya yang ditinggikan karena ajarannya tentang cinta
kasih semesta kepada umat Budha. Vihara ini merupakan salah satu vihara Maitreya terbesar di
Indonesia, selain itu juga memiliki daya tarik tersendiri,

Maha Vihara Maitreya Cemara Asri ini tampil dengan ornamen khas Tiongkok pada
beberapa bagiannya. Sehingga menarik dijadikan latar belakang pemotretan. Vihara yang dapat
menampung ribuan orang ini banyak dikunjungi oleh turis lokal maupun yang datang dari luar kota
Medan, bahkan turis mancanegara. Para pengunjung dapat masuk ke dalam tanpa dipungut biaya,
tetapi harus tetap menjaga kebersihan dan ketenangan.

Gedung vihara ini terbagi menjadi tiga balai dengan kapasitas berbeda-beda, di antaranya
Baktisala dengan kapasistas sekitar 1.500 orang, Baktisala Maitreya berkapasitas sekitar 2.500
orang, dan balai pertemuan berkapasistas sekitar 2.000 orang. Pada sisi kiri vihara ini ada sebuah
patung Dewi Kwan In dengan air kolam berisi ikan koi yang dipercaya dapat membawa
keberuntungan serta dua buah patung naga yang berhadapan mengarah ke patung Dewi Kwan In.

Vihara ini menjadi salah satu bukti tentang tingginya toleransi umat beragama di Medan,
bahwa masyarakat Medan dapat bersatu dan tidak mempermasalahkan perbedaan yang ada. Karena
masyarakat dengan agama apa saja boleh berkunjung ke Maha Vihara Maitreya Cemara Asri. Meski
termasuk agama minoritas, umat Budha tetap mendapatkan haknya dalam membangun rumah
ibadah. Bahkan, pembangunan Maha Vihara Maitreya Cemara Asri ini merupakan salah satu
terbesar di kota Medan.

Selain itu, di dalam vihara ini terdapat sebuah toko yang menjual souvenir yang dapat
digunakan sebagai kenang-kenangan. Selain itu juga nemiliki restoran vegetarian di dalam vihara
ini. Vihara ini terletak di Jl. Cemara Boulevard Utara No.8, Komplek Cemara Asri.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari sejarah yang kita baca atau kita pahami tadi, tentang apa itu
sejarah atau asal usulnya Maha Vihara Maitreya di cemara asri itu yang
viharanya ini, dapat menjadi bukti tentang kemakmuran masyarakat di
medan dan sekaligus menjadi bukti yang menyatakan bahwa tingginya
toleransi umat beragama di sana. Dan masyarakat medan pun mampu
bersatu dan tidak mempermasalahkan perbedaan yang ada, karena
masyarakat yang berbeda agamanya boleh saja berkunjung ke Maha Vihara
Maitreya ini. Dan tampilan vihara ini dengan ornamen khas dari tiongkok
pada beberapa bagiannya, sehingga menarik dijadikan latar belakang untuk
berfoto atau pemotretan. Suasana di Maha Vihara Maitreya ini, tempat
ibadah ini yang sangat ramai dikunjungi, dan suasana disana sangat tenang
dan damai. Dan ini lah yang membuat suasana beribadah mereka menjadi
lebih khusyuk dan sakral.

Kemudian desain dan penataan vihara ini sangat terlihat sederhana


dengan beberapa sudut tempat yang menarik bagi beberapa kalangan
yang mempunyai hobi selfie. Dan di sisi dari vihara ada sebuah patung
Dewi Kuan Yim dengan air kolam berisi ikan koi yang dipercaya dapat
membawa keberuntungan. Selain itu, ada dua buah patung naga yang
berhadapan dan mengarah ke patung Dewi Kuan Yim. Di Maha Vihara
Maitreya ini juga memiliki taman burung bangau, juga petangkaran
binatang seperti kolam ikan mas,danau, bahkan rumah ular dan merpati,
inilah yang membuat pengunjung yang datang menjadi betah dengan
suasananya.
Lampiran Fhoto Hasil Penelitian

Anda mungkin juga menyukai