Disusun oleh:
Kelompok 3
MEDAN
2019
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur hanyalah milik Allah SWT. Kepada-Nya kita memuji dan
bersyukur, memohon pertolongan dan ampunan, Kepada-Nya pula kita memohon
perlindungan dari keburukan diri dan syaiton yang selalu menghembuskan
kebatilan pada diri kita.
Dengan rahmat dan pertolongan-Nya, Alhamdulillah Mini Research yang
berjudul “Analisis Kualitas Lingkungan tempat Wisata Sejarah Masjid Raya Al-
Mashun kota Medan “ ini dapat diselesaikan dengan baik. Tidak lupa sholawat
dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita, Nabi
Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita semua jalan yang lurus
berupa ajaran Islam yang sempurna dan menjadi anugerah terbesar bagi seluruh
alam semesta.
Kami sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan Mini Research yang
menjadi tugas mata kuliah Analisis Kualitas Lingkungan. Disamping itu kami
berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami selama
pembuatan Mini Research ini.
Kelompok 3
ii
NAMA ANGGOTA KELOMPOK
1. ABDILLAH SARAGIH
4. DESI DEWAYANTI
iii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
Masjid Raya Al Mashun atau Masjid Raya Medan atau kadang juga
disebut Masjid Raya Deli, merupakan salah satu dari dua masjid yang pernah
menjadi Masjid resmi kesultanan Deli pada masa jayanya. Masjid Raya Al
Mashun juga merupakan masjid tertua ke tiga di kota Medan setelah Masjid Al
Osmani di Labuan Deli yang juga merupakan masjid kesultanan Deli yang
pertama dan Masjid Lama Gang Bengkok di Jalan Masjid Kesawan.
2
1.2.Tinjauan Pustaka
1.2.1. Objek Wisata Religi
Obyek dan Daya Tarik Wisata (ODTW) adalah suatu bentukan dan
fasilitas yang berhubungan, yang dapat menarik minat wisatawan atau
pengunjung untuk datang ke suatu daerah atau tempat tertentu.Obyek dan
daya tarik wisata merupakan fokus utama penggerak pariwisata di sebuah
destinasi. Dalam arti, obyek dan daya tarik wisata sebagai penggerak utama
yang memotivasi wisatawan untuk mengunjungi suatu tempat. Contoh
wisatawan akan mendatangi pesisir pantai yang memiliki ombak tinggi,
pasir putih dan air biru sebagai daya tarik. Daya tarik wisata juga menjadi
fokus orientasi bagi pembangunan wisata terpadu. Misalnya dengan
ditemukannya situs sejarah purbakala, wisatawan yang tertarik akan datang
mengunjungi dan masyarakat setempat menyediakan berbagai fasilitas
untuk kebutuhan wisatawan selama berlibur, seperti akomodasi, fasilitas
makan minum, dan transportasi (Ismayanti , 2010 : 147).
Daya tarik wisata juga disebut objek wisata merupakan potensi yang
menjadi pendorong kehadiran wisatawan ke suatu daerah tujuan wisata.
Menurut Suwantoro dalam bukunya Dasar-dasar Pariwisata (1997:19)
mengatakan bahwa objek dan daya tarik wisata dikelompokkan atas:
1. Pengusahaan objek dan daya tarik wisata dikelompokkan ke dalam
pengusahaan objek dan daya tarik wisata alam, pengusahaan objek dan
daya tarik wisata budaya, pengusahaan objek dan daya tarik wisata minat
khusus.
2. Umumnya daya tarik suatu objek wisata berdasar pada:
3. Adanya sumberdaya yang dapat menimbulkan rasa senang, indah, nyaman
dan bersih.
4. Adanya aksesbilitas yang tinggi untuk dapat mengunjunginya.
5. Adanya ciri khusus/spesifikasi yang bersifat langka.
6. Adanya sarana dan prasarana penunjang untuk melayani para wisatawan
yang hadir.
7. Objek wisata alam mempunyai daya tarik karena keindahan alam,
pegunungan, sungai, pantai, pasir, hutan dan sebagainya.
3
8. Objek wisata budaya mempunyai daya tarik tinggi karena memiliki nilai
khusus dalam bentuk atraksi kesenian, upacara-upacara adat, nilai luhur
yang terkandung dalam suatu objek buah karya manusia pada masa
lampau. Pembangunan suatu objek wisata harus dirancang dengan
bersumber pada potensi daya tarik yang memiliki objek tersebut dengan
mengacu pada kriteria keberhasilan pengembangan yang meliputi berbagai
kelayakan.
9. Kelayakan Finansial
Studi kelayakan ini menyangkut perhitungan secara komersial dari
pembangunan objek wisata tersebut.
10. Kelayakan Sosial Ekonomi Regional
Studi kelayakan ini dilakukan untuk melihat apakah investasi yang
ditanamkan untuk membangun suatu objek wisata juga akan memilki
dampak sosial ekonomi secara regional, dapat menciptakan lapangan
pekerjaan, dapat meningkatkan devisa
a. Layak Teknis
Pembangunan objek wisata harus dapat dipertanggung-jawabkan
secara teknis dengan melihat daya dukung yang ada. Tidaklah perlu
memaksakan diri untuk membangun suatu objek wisata apabila daya
dukung oleh wisata tersebut rendah. Daya tarik suatu objek wisata akan
berkurang atau bahkan hilang bila objek wisata tersebut membahayakan
keselamatan para wisatawan.
b. Layak Lingkungan
Analisis dampak lingkungan dapat dipergunakan sebagai acuan
kegiatan pembangunan suatu objek wisata. Pembangunan objek wisata yang
mengakibatkan rusaknya lingkungan harus dihentikan pembangunannya.
Pembangunan objek wisata buaknlah untuk merusak lingkungan tetapi
sekedar memanfaatkan sumber daya alam untuk kebaikan manusia dan
untukmeningkatkan kulitas hidup manusia sehingga menjadi keseimbangan,
keselarasan dan keserasian (Suwantoro, 1997:20)
4
11. Prasraana Parawisata
Prasarana wisata adalah sumberdaya alam dan sumberdaya buatan
manusia yang mutlak dibutuhkan oleh wisatawan perjalanannya di daerah
tujuan wisata, seperti jalan, listrik, air, telekomunikasi, terminal, jembatan
dan lain sebagainya. Untuk kesiapan objek-objek wisata yang akan
dikunjungi oleh wisatawan di daerah tujuan wisata, prasarana wisata
tersebut perlu dibangun dengan disesuaikan lokasi dan kondisi objek wisata
yang bersangkutan (Suwantoro, 1997: 21).
Pembangunan prasarana wisata yang mempertimbangkan kondisi
dan lokasi akan meningkatkan aksesbilitas suatu objek wisata yang pada
gilirannya akan dapat meningkatkan daya tarik objek wisata itu sendiri. Di
samping berbagai kebutuhan yang telah disebutkan di atas, kebutuhan
wisatawan yang lain juga perlu disediakan di daerah tujuan wisata seperti
bank, apotik, rumah sakit, pom bensin, pusat-pusat pembelanjaan dan
sebagainya.
Dalam melaksanakan pembangunan prasarana wisata diperlakukan
koordinasi yang mantang antara instansi terkait bersama dengan instalasi
pariwisata di berbagai tingkatan. Dukungan instansi terkait dalam
membangun prasarana wisata sangat diperlukan bagi pengembangan
pariwisata di daerah. Koordinasi di tingkat perencanaan yang dilanjutkan
dengan koordinasi di tingkat pelaksanaan merupakan modal utama
suksesnya pembangunan periwisata.
Dalam pembangunan prasarana pariwisata pemerintah lebih dominan
karena pemerintah dapat mengambil manfaat ganda dari pembangunan
tersebut, seperti untuk meningkatkan arus informasi, arus lalu lintas
ekonomi, arus mobilitas manusia antara daerah dan sebagainya yang tentu
saja dapat meningkatkan kesempatan berusaha dan bekerja.
Yang dimaksud dengan prasarana adalah semua fasilitas yang
memungkinkan proses perekonomian, dalam hal ini adalah sektor pariwisata
dapat berjalan dengan lancar sedemikian rupa, sehingga dapat memudahkan
manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Jadi fungsinya adalah melengkapi
5
sarana kepariwisataan sehingga dapat memberikan pelayanan sebagaimana
mestinya.
Prasarana pariwisata adalah semua fasilitas utama atau dasar yang
memungkinkan sarana kepariwisataan dapat hidup dan berkembang dalam
rangka memberikan pelayanan kepada para wisatawan.
Prasarana wisata adalah sumber daya alam dan sumberdaya manusia
yang mutlak dibutuhkan oleh wisatawan dalam perjalanannya di daerah
tujuan wisata, seperti jalan, listrik, air, telekomunikasi, terminal, jembatan,
dan lain sebagainya. Suwantoro (2004:21)
Prasarana khusus bagi pariwisata dapat dikatakan tidak ada.
Pembagunan prasarana wisata yang mempertimbangkan kondisi dan lokasi
akan meningkatkan daya tarik obyek wisata itu sendiri. Disamping berbagai
kebutuhan yang telah disebutkan di atas, kebutuhan wisatawan yang lain
juga perlu disediakan di daerah tujuan wisata, seperti bank, apotik. Untuk
lebih jelasnya Prasarana dibagi atas tiga komponen :
a. Prasarana Umum
Yaitu prasarana yang menyangkut kebutuhan umum bagi kelancaran
perekonomian. Adapun yang termasuk dalam kelompok ini diantaranya
ialah :
Jaringan Air bersih,
Jaringan Listrik,
Jaringan Jalan,
Dainase : Sanitasi dan Penyaluran Limbah
Sistem Persampahan dan
Jaringan Telekomunikasi dan Internet
b. Prasarana Penunjang (RS,Apotek, Pusat Perdagangan, Kantor
Pemerintah, Perbankan)
c. Prasarana Wisata (Kantor Informasi, Tempat Promosi dan
Tempat Rekreasi , pengawas pantai)
6
Ada lima kategori yang termasuk dalam
prasarana (infrastructures), masing-masing adalah:
1. Prasarana Umum (General Infrastructures) meliputi prasarana umum,
mencakup hal-hal sebagai berikut sistem penyedian air bersih, tenaga
listrik, jalan dan jembatan, pelabuhan, airport, terminal atau stasiun kereta
api.
2. Kebutuhan Masyarakat Banyak (Basic Needs of Civilized Life) Kebutuhan
pokok manusia modern, seperti: kantor pusat dan telepon, rumah sakit,
apotik bank, pusat-pusat perbelanjaan, bar dan restoran, salon kecantikan.,
barbershop, kantor polisi, toko obat, penjualan rokok, toko kacamata,
took-toko penjual Koran dan majalah, pompa bensin bengkel mobil,
wartel, warnet dan lainnya.
3. Prasarana Kepariwisataan
1. Residential tourist plants.
2. Semua fasilitas yang dapat menampung kedatangan para
wisatawan untuk menginap dan tinggal untuk sementara waktu di
daerah tujuan wisata. Termasuk ke dalam kelompok ini adalah
semua bentuk akomodasi yang diperuntukan bagi wisatawan dan
juga segala bentuk rumah makan dan restoran yang ada. Misalnya
hotel, motor hotel (motel), wisma, homestay, cottages, camping,
youth hostel, serta rumah makan, restoran, self-services, cafetaria,
coffee shop, grill room, bar, tavern, dan lain-lain
3. Receptive tourist plants
7
biro perjalanan, alat transportasi, restoran dan rumah makan serta sarana
pendukung lainnya. Tidak semua objek wisata memerlukan sarana yang
sama atau lengkap. Pengadaan sarana wisata tersebut harus disesuaikan
dengan kebutuhan wisatawan.
8
masyarakat. Potensi wisata ziarah atauwisata religi di Negara Indonesia
sangatlah besar. Hal ini dikarenakansejak dulu Indonesia dikenal sebagai
Negara religius. Banyak bangunanatau tempat bersejarah yang memiliki arti
khusus bagi umat beragama,merupakan sebuah potensi tersendiri bagi
berkembangnya wisata religi.
Pendapat Pendit S Nyoman mengenai pengertian wisata
spiritualyang dinyatakan dengan wisata pilgrim, sebagai berikut : “Jenis
wisata ini dikaitkan dengan agama, sejarah, adat – istiadatdan kepercayaan
umat atau kelompok dalam masyarakat. IniBanyak dilakukan oleh
rombongan atau perorangan ke tempat –tempat suci, ke makam – makam
orang besar, bukit atau gunungyang dianggap keramat, tempat pemakaman
tokoh atau pemimpin yang di anggap legenda. Contoh makam Bung Karno
di Blitar.”
Aktifitas perjalanan ziarah dan wisata religi atau spiritual
dapatmasukkan ke dalam definisi pariwisata karena baik peziarah,
perjalanan spiritual, maupun perjalanan religi melibatkan keputusan untuk
melakukan perjalanan dari tempat tinggalnya dengan niat bukan untuk
tinggal menetap. Berkemenn 2006 (dalam Sutama, 2013) menyatakan
bahwa secara umum pariwisata spiritual berarti segala bentuk perjalanan
wisata yang menyangkut perjalanan fisik dan spiritual, interaksi antara
tubuh (body) dan pikiran (mind). Pendapat lain menurut Smith & Kelly
(2006) dalam Maulana yang memberikan penjelasan mengenai wisata
spiritual sebagai berikut: “spiritual tourism as one that provides the visitor
with activities and/ or treatment aimed at developing, maintaining and
improving the body, mind and spirit”. Pengertian tersebut dapat diterangkan
bahwawisata spiritual adalah segala jenis aktivitas dan atau perlakuan yang
bertujuan untuk mengembangkan merawat, dan meningkatkan badan,
pikiran dan jiwa.
9
1.2.2. Kesehatan Lingkungan
Kesehatan lingkungan merupakan bagian dari dasar-dasar kesehatan
masyarakat modern yang meliputi terhadap semua aspek manusia dalam
hubungannya dengan lingkungan, dengan tujuan untuk meningkatkan dan
memperttahankan nilai-nilai kesehatan manusia pada tingkat setinggi-
tingginya dengan jalan memodifisir tidak hanya faktor social dan
lingkungan fisik sematamata, tetapi juga terhadap semua sifat-sifat dan
kelakkan-kelakuan lingkungan yang dapat membawa pengarh terhadap
ketenangan, kesehatan dan keselamatan organisme umat manusia ( Mulia
Ricky M, 2005).
Menurut World Health Organization (WHO), kesehatan lingkungan
adalah suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan
lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia. Menurut
Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia (HAKLI) kesehatan
lingkungan adalah suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang
keseimbangan ekologi yang dinamis antara manusia dan lingkungannya
untuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat dan
bahagia.
Ruang lingkup kesehatan lingkungan Menurut WHO ada 17 ruang
lingkup kesehatan lingkungan, yaitu :
Penyediaan Air Minum
Pengelolaan air Buangan dan pengendalian pencemaran
Pembuangan Sampah Padat
Pengendalian Vekto
Pencegahan/pengendalian pencemaran tanah oleh ekskreta manusia
Higiene makanan, termasuk higiene susu
Pengendalian pencemaran udara
Pengendalian radiasi
Kesehatan kerja
Pengendalian kebisingan
Perumahan dan pemukiman
Aspek kesling dan transportasi udara
10
Perencanaan daerah dan perkotaan
Pencegahan kecelakaan
Rekreasi umum dan pariwisata
Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan
epidemi/wabah, bencana alam dan perpindahan penduduk.
Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan.
11
1.3. Rumusan Masalah
Adapun Rumusan masalah pada penelitian ini yatu melihat bagaimana
kondisi lingkungan dan sanitasi pada tempat wisata Mesjid Raya Al-Mashun yang
terletak di Jl. Sisingamangaraja Kecamatan Medan Kota, Kota Medan, Sumatera
Utara.
12
BAB II
2.1. Tujuan
Adapun tujuan dari mini research ini untuk mengetahui bagaimana kondisi
lingkungan serta kondisi sanitasi pada tempat wisata Rligi Masjid Raya Al-
Mashun kota Medan.
2.2. Manfaat
Untuk menambah informasi dan pengetahuan masyarakat tentang
pentingnya menjaga kesehatan lingkungan di lingkungan tempat wisata.
13
BAB III
ANALISIS DATA
Air Bersih
Tempat
Sampah
Saluran
Analisis Aspek Kesehatan Pembuangan
Lingkungan di Tempat Fasilitas Sanitasi
Air Kotor
Wisata Religi Masjid Al Wisata
Mahsun
Pedagang
Makanan
Vektor Lalat
Area Parkir
Keamanan
Tempat
Ibadah
14
3.2 Desain Penelitian
15
BAB IV
16
BAB V
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah kami lakukan maka dapat diperoleh
kesimpulan:
1. Masyarakat Paluh Sebaji banyak yang bekerja sebagai nelayan, dan
ibu rumah tangga yang membantu membelah ikan dan
mengeringkannya.
2. Akibat letak Tempat Pembuangan Sementara (TPS) yang jauh,
mengakibatkan masyarakat banyak yang membuang sampah dengan
cara membakar dibelakang rumah.
3. Masyarakat masih mempercayai laut itu memiliki kekuatan
supranatural, setiap 3 atau 5 tahun sekali mereka melakukan sedekah
laut.
4. Ada pengaruh air pasang terhadap kesehatan di desa Paluh Sebaji hal
ini dikarenakan banyaknya sampah yang ikut ketika air pasang dan
ketika surut tidak segera dibersihkan karena kurangnya kesaradaran
masyarakat terhadap pentingnya kesehatan.
5.2. Saran
Saran untuk pemerintah adalah lebih peduli kepada masyarakat kecil,
dengan membuat program yang bisa memimalisir terjadinya air pasang. Untuk
petugas kesehatan diharapkan melakukan penyuluhan tentang PHBS dan
pengelolaan sampah yang baik.
17
DAFTAR PUSTAKA
18
DAFTAR LAMPIRAN DOKUMENTASI
19