Anda di halaman 1dari 23

MINI RESEARCH

ANALISIS ASPEK KESEHATAN LINGKUNGAN TEMPAT


WISATA RELIGI MASJID RAYA AL-MASHUN MEDAN

Dosen : Syafran Arrazy, SKM, MKM

Disusun oleh:

Kelompok 3

Kelas IKM 4 Semester 4

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

MEDAN

2019

i
KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirahim, Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji dan syukur hanyalah milik Allah SWT. Kepada-Nya kita memuji dan
bersyukur, memohon pertolongan dan ampunan, Kepada-Nya pula kita memohon
perlindungan dari keburukan diri dan syaiton yang selalu menghembuskan
kebatilan pada diri kita.
Dengan rahmat dan pertolongan-Nya, Alhamdulillah Mini Research yang
berjudul “Analisis Kualitas Lingkungan tempat Wisata Sejarah Masjid Raya Al-
Mashun kota Medan “ ini dapat diselesaikan dengan baik. Tidak lupa sholawat
dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita, Nabi
Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita semua jalan yang lurus
berupa ajaran Islam yang sempurna dan menjadi anugerah terbesar bagi seluruh
alam semesta.
Kami sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan Mini Research yang
menjadi tugas mata kuliah Analisis Kualitas Lingkungan. Disamping itu kami
berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami selama
pembuatan Mini Research ini.

Medan, 13 juli 2019

Kelompok 3

ii
NAMA ANGGOTA KELOMPOK

1. ABDILLAH SARAGIH

2. ABDUR SURIPTO B.MANALU

3. AUDRY REGINA MAZLY LUTHAN

4. DESI DEWAYANTI

5. LILI WARDANI POHAN 0801172227

6. ZENNI CHRISTIA FERNANDA SINAGA 0801172

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................... i

NAMA ANGGOTA KELOMPOK ................................................... ii

DAFTAR ISI ....................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Analisis Situasi ...............................................................................................1


1.2. Tinjauan Pustaka.............................................................................................2
1.3. Perumusan Masalah ......................................................................................10

BAB II TUJUAN DAN MANFAAT

2.1. Tujuan ..........................................................................................................11


2.2. Manfaat ........................................................................................................11

BAB III ANALISIS DATA

3.1. Kerangka Teoritis .........................................................................................12


3.2. Desain Penelitian ..........................................................................................12
3.3. Teknik Pengumpulan Data ...........................................................................13

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................ 14

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan ...................................................................................................18


5.2. Saran .............................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 19

DAFTAR LAMPIRAN DOKUMENTASI ..................................... 20

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Analisis Situasi

Mesjid Raya Medan atau Masjid Raya Al-Mashun merupakan sebuah


mesjid yang terletak di Medan, Indonesia. Masjid ini dibangun pada tahun 1906
dan selesai pada tahun 1909. Pada wal pendiriannya, masjid ini menyatu dnegan
kompleks istana. Gaya arsitekturnya khas Timur Tengah, India dan Spanyol.
Masjid ini berbentuk segi delapan dan memiliki sayap dibagian selatan, timur,
utara dan barat. Masjid Raya Medan ini merupakan saksi sejarah kehebatan Suku
Melayu sang pemilik dari Kesultanan Deli (Kota Medan).

Sultan Ma’mun Al Rasyid Perkasa Alam sebagai pemimpin Kesultanan


Deli memulai pembangunan Masjid Raya Al-Mashun pada tanggal 21 Agustus
1906 (1 Rajab 1324 H). Kesultanan pembangunan rambung pada tanggal 10
September 1909 (25 Sya’ban 1329 H) sekaligus digunakan yang ditandai dengan
pelaksanaan sholat Jum’at pertama di masjid ini. Keseluruhan pembangunanya
menghabiska dana sebesar satu juta gulden. Sultan memang sengaja membangun
masjid kerajaan ini dengan megah, karena menurut prinsipnya hal itu lebih utama
ketimbang kemegahan istannya sendiri, Istana Maimun. Pendanaan pembangunan
masjid ini ditanggung sendiri oleh Sultan, tetapi konon Tjong A Fie, tokoh kota
Medan dari etnis Tionghoa yang sezaman dengan Sultan Ma’mun Al Rasyid turut
berkontribusi mendanai pembangunan masjid ini.

Bangunan masjidnya terbagi menjadi ruang utama, tempat wudhu, gerbang


masuk dan menara. Ruang utama, temta sholat, berbentuk segi delapan tidak sama
sisi. Pada sisi berhadapan lebih kecil, jendela-jendela yang mengelilingi pintu
beranda terbuat dari kayu dengan kaca-kaca patri yang snagat berharga.
Sedangkan kubah masjid mengikuti model Turki, dengan bentuk yang patah-patah
bersegi delapan. Kubah utama dikelilingi empat kubah lain diatas masing-masing
beranda, dengan ukuran yang lebih kecil. Gerbang masjid ini berbentuk bujur
sangkar beratap datar. Sedangkan menara masjid berhias paduan antara Mesir,
Iran dan Arab.

1
Masjid Raya Al Mashun atau Masjid Raya Medan atau kadang juga
disebut Masjid Raya Deli, merupakan salah satu dari dua masjid yang pernah
menjadi Masjid resmi kesultanan Deli pada masa jayanya. Masjid Raya Al
Mashun juga merupakan masjid tertua ke tiga di kota Medan setelah Masjid Al
Osmani di Labuan Deli yang juga merupakan masjid kesultanan Deli yang
pertama dan Masjid Lama Gang Bengkok di Jalan Masjid Kesawan.

Al-Mashun yang berarti ‘dipelihara’, sesuai namanya hingga kini masih


terpelihara dan terawat dengan baik. Tidak heran, karena masjid ini di masa silam
merupakan Masjid Negara pada masa jayanya Kesultanan Melayu Deli, lokasinya
berdiri hanya terpaut sekitar 200 meter dari Istana Maimun yang merupakan
Istana kesultanan Deli. Pembangunan Masjid Raya Al Mashun dimulai pada tahun
1906, dan selesai pada tahun 1909. Secara keseluruhan biaya pembangunan
masjid ditanggung sendiri oleh Sultan Maamun Al-Rasyid Perkasa
Alamsjah, menghabiskan dana sebesar satu juta gulden Belanda.

Secara tradisi turun temurun keluarga Sultan sangat berperan dalam


pengelolaan masjid ini. Sejak era kemerdekaan, pemerintah kota Medan
mengambil andil dalam perawatan dan pengelolaan masjid. Pengurus masjid
sangat ketat menjaga masjid ini termasuk menjaga keaslian bangunan dengan
tidak sembarangan melakukan perbaikan apalagi perombakan mengingat material
yang dipakai untuk membangun masjid ini memang dari bahan bahan pilihan
yang kini tidak mudah untuk didapatkan.

Sebagai bangunan tua, Pemkot Medan dan Pengelola Masjid Raya Al


Mashun memberikan penangangan khusus terhadap masjid ini. Di sebuah papan
yang berada dipintu gerbang masuk kompleks masjid misalnya, para pengunjung
hendak memasuki masjid di”warning” agar tidak melakukan tujuh hal, yaitu
dilarang masuk bagi segala jenis kendaraan, dilarang memakai alas kaki, dilarang
berjualan di dalam kompleks, dilarang bermain segala jenis olahraga, dilarang
meludah di atas lantai, dilarang membuang sampah sembarangan, dan dilarang
merokok. Bagi yang melakukan ketujuh larangan tersebut, akan dituntut
melanggar pasal 406 ayat 1 KUHP, dengan ancaman 2 tahun dan 8 bulan penjara.

2
1.2.Tinjauan Pustaka
1.2.1. Objek Wisata Religi
Obyek dan Daya Tarik Wisata (ODTW) adalah suatu bentukan dan
fasilitas yang berhubungan, yang dapat menarik minat wisatawan atau
pengunjung untuk datang ke suatu daerah atau tempat tertentu.Obyek dan
daya tarik wisata merupakan fokus utama penggerak pariwisata di sebuah
destinasi. Dalam arti, obyek dan daya tarik wisata sebagai penggerak utama
yang memotivasi wisatawan untuk mengunjungi suatu tempat. Contoh
wisatawan akan mendatangi pesisir pantai yang memiliki ombak tinggi,
pasir putih dan air biru sebagai daya tarik. Daya tarik wisata juga menjadi
fokus orientasi bagi pembangunan wisata terpadu. Misalnya dengan
ditemukannya situs sejarah purbakala, wisatawan yang tertarik akan datang
mengunjungi dan masyarakat setempat menyediakan berbagai fasilitas
untuk kebutuhan wisatawan selama berlibur, seperti akomodasi, fasilitas
makan minum, dan transportasi (Ismayanti , 2010 : 147).
Daya tarik wisata juga disebut objek wisata merupakan potensi yang
menjadi pendorong kehadiran wisatawan ke suatu daerah tujuan wisata.
Menurut Suwantoro dalam bukunya Dasar-dasar Pariwisata (1997:19)
mengatakan bahwa objek dan daya tarik wisata dikelompokkan atas:
1. Pengusahaan objek dan daya tarik wisata dikelompokkan ke dalam
pengusahaan objek dan daya tarik wisata alam, pengusahaan objek dan
daya tarik wisata budaya, pengusahaan objek dan daya tarik wisata minat
khusus.
2. Umumnya daya tarik suatu objek wisata berdasar pada:
3. Adanya sumberdaya yang dapat menimbulkan rasa senang, indah, nyaman
dan bersih.
4. Adanya aksesbilitas yang tinggi untuk dapat mengunjunginya.
5. Adanya ciri khusus/spesifikasi yang bersifat langka.
6. Adanya sarana dan prasarana penunjang untuk melayani para wisatawan
yang hadir.
7. Objek wisata alam mempunyai daya tarik karena keindahan alam,
pegunungan, sungai, pantai, pasir, hutan dan sebagainya.

3
8. Objek wisata budaya mempunyai daya tarik tinggi karena memiliki nilai
khusus dalam bentuk atraksi kesenian, upacara-upacara adat, nilai luhur
yang terkandung dalam suatu objek buah karya manusia pada masa
lampau. Pembangunan suatu objek wisata harus dirancang dengan
bersumber pada potensi daya tarik yang memiliki objek tersebut dengan
mengacu pada kriteria keberhasilan pengembangan yang meliputi berbagai
kelayakan.
9. Kelayakan Finansial
Studi kelayakan ini menyangkut perhitungan secara komersial dari
pembangunan objek wisata tersebut.
10. Kelayakan Sosial Ekonomi Regional
Studi kelayakan ini dilakukan untuk melihat apakah investasi yang
ditanamkan untuk membangun suatu objek wisata juga akan memilki
dampak sosial ekonomi secara regional, dapat menciptakan lapangan
pekerjaan, dapat meningkatkan devisa
a. Layak Teknis
Pembangunan objek wisata harus dapat dipertanggung-jawabkan
secara teknis dengan melihat daya dukung yang ada. Tidaklah perlu
memaksakan diri untuk membangun suatu objek wisata apabila daya
dukung oleh wisata tersebut rendah. Daya tarik suatu objek wisata akan
berkurang atau bahkan hilang bila objek wisata tersebut membahayakan
keselamatan para wisatawan.
b. Layak Lingkungan
Analisis dampak lingkungan dapat dipergunakan sebagai acuan
kegiatan pembangunan suatu objek wisata. Pembangunan objek wisata yang
mengakibatkan rusaknya lingkungan harus dihentikan pembangunannya.
Pembangunan objek wisata buaknlah untuk merusak lingkungan tetapi
sekedar memanfaatkan sumber daya alam untuk kebaikan manusia dan
untukmeningkatkan kulitas hidup manusia sehingga menjadi keseimbangan,
keselarasan dan keserasian (Suwantoro, 1997:20)

4
11. Prasraana Parawisata
Prasarana wisata adalah sumberdaya alam dan sumberdaya buatan
manusia yang mutlak dibutuhkan oleh wisatawan perjalanannya di daerah
tujuan wisata, seperti jalan, listrik, air, telekomunikasi, terminal, jembatan
dan lain sebagainya. Untuk kesiapan objek-objek wisata yang akan
dikunjungi oleh wisatawan di daerah tujuan wisata, prasarana wisata
tersebut perlu dibangun dengan disesuaikan lokasi dan kondisi objek wisata
yang bersangkutan (Suwantoro, 1997: 21).
Pembangunan prasarana wisata yang mempertimbangkan kondisi
dan lokasi akan meningkatkan aksesbilitas suatu objek wisata yang pada
gilirannya akan dapat meningkatkan daya tarik objek wisata itu sendiri. Di
samping berbagai kebutuhan yang telah disebutkan di atas, kebutuhan
wisatawan yang lain juga perlu disediakan di daerah tujuan wisata seperti
bank, apotik, rumah sakit, pom bensin, pusat-pusat pembelanjaan dan
sebagainya.
Dalam melaksanakan pembangunan prasarana wisata diperlakukan
koordinasi yang mantang antara instansi terkait bersama dengan instalasi
pariwisata di berbagai tingkatan. Dukungan instansi terkait dalam
membangun prasarana wisata sangat diperlukan bagi pengembangan
pariwisata di daerah. Koordinasi di tingkat perencanaan yang dilanjutkan
dengan koordinasi di tingkat pelaksanaan merupakan modal utama
suksesnya pembangunan periwisata.
Dalam pembangunan prasarana pariwisata pemerintah lebih dominan
karena pemerintah dapat mengambil manfaat ganda dari pembangunan
tersebut, seperti untuk meningkatkan arus informasi, arus lalu lintas
ekonomi, arus mobilitas manusia antara daerah dan sebagainya yang tentu
saja dapat meningkatkan kesempatan berusaha dan bekerja.
Yang dimaksud dengan prasarana adalah semua fasilitas yang
memungkinkan proses perekonomian, dalam hal ini adalah sektor pariwisata
dapat berjalan dengan lancar sedemikian rupa, sehingga dapat memudahkan
manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Jadi fungsinya adalah melengkapi

5
sarana kepariwisataan sehingga dapat memberikan pelayanan sebagaimana
mestinya.
Prasarana pariwisata adalah semua fasilitas utama atau dasar yang
memungkinkan sarana kepariwisataan dapat hidup dan berkembang dalam
rangka memberikan pelayanan kepada para wisatawan.
Prasarana wisata adalah sumber daya alam dan sumberdaya manusia
yang mutlak dibutuhkan oleh wisatawan dalam perjalanannya di daerah
tujuan wisata, seperti jalan, listrik, air, telekomunikasi, terminal, jembatan,
dan lain sebagainya. Suwantoro (2004:21)
Prasarana khusus bagi pariwisata dapat dikatakan tidak ada.
Pembagunan prasarana wisata yang mempertimbangkan kondisi dan lokasi
akan meningkatkan daya tarik obyek wisata itu sendiri. Disamping berbagai
kebutuhan yang telah disebutkan di atas, kebutuhan wisatawan yang lain
juga perlu disediakan di daerah tujuan wisata, seperti bank, apotik. Untuk
lebih jelasnya Prasarana dibagi atas tiga komponen :
a. Prasarana Umum
Yaitu prasarana yang menyangkut kebutuhan umum bagi kelancaran
perekonomian. Adapun yang termasuk dalam kelompok ini diantaranya
ialah :
 Jaringan Air bersih,
 Jaringan Listrik,
 Jaringan Jalan,
 Dainase : Sanitasi dan Penyaluran Limbah
 Sistem Persampahan dan
 Jaringan Telekomunikasi dan Internet
b. Prasarana Penunjang (RS,Apotek, Pusat Perdagangan, Kantor
Pemerintah, Perbankan)
c. Prasarana Wisata (Kantor Informasi, Tempat Promosi dan
Tempat Rekreasi , pengawas pantai)

6
Ada lima kategori yang termasuk dalam
prasarana (infrastructures), masing-masing adalah:
1. Prasarana Umum (General Infrastructures) meliputi prasarana umum,
mencakup hal-hal sebagai berikut sistem penyedian air bersih, tenaga
listrik, jalan dan jembatan, pelabuhan, airport, terminal atau stasiun kereta
api.
2. Kebutuhan Masyarakat Banyak (Basic Needs of Civilized Life) Kebutuhan
pokok manusia modern, seperti: kantor pusat dan telepon, rumah sakit,
apotik bank, pusat-pusat perbelanjaan, bar dan restoran, salon kecantikan.,
barbershop, kantor polisi, toko obat, penjualan rokok, toko kacamata,
took-toko penjual Koran dan majalah, pompa bensin bengkel mobil,
wartel, warnet dan lainnya.
3. Prasarana Kepariwisataan
1. Residential tourist plants.
2. Semua fasilitas yang dapat menampung kedatangan para
wisatawan untuk menginap dan tinggal untuk sementara waktu di
daerah tujuan wisata. Termasuk ke dalam kelompok ini adalah
semua bentuk akomodasi yang diperuntukan bagi wisatawan dan
juga segala bentuk rumah makan dan restoran yang ada. Misalnya
hotel, motor hotel (motel), wisma, homestay, cottages, camping,
youth hostel, serta rumah makan, restoran, self-services, cafetaria,
coffee shop, grill room, bar, tavern, dan lain-lain
3. Receptive tourist plants

12. Sarana Parawisata

Sarana wisata merupakan kelengkapan daerah tujuan wisata yang


diperlukan untuk melayani kebutuhan wisatawan dalam menikmati
perjalanan wisatanya. Pembangunan sarana wisata di daerah tujuan wisata
maupun objek wisata tertentu harus disesuaikan dengan kebutuhan
wisatawan baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Lebih dari itu selera
pasar pun dapat menentukan tuntutan sarana yang dimaksud. Berbagai
sarana wisata yang harus disediakan di daerah tujuan wisata adalah hotel,

7
biro perjalanan, alat transportasi, restoran dan rumah makan serta sarana
pendukung lainnya. Tidak semua objek wisata memerlukan sarana yang
sama atau lengkap. Pengadaan sarana wisata tersebut harus disesuaikan
dengan kebutuhan wisatawan.

Sarana wisata secara kuntitatif menunjukan pada jumlah sarana


wisata yang harus disediakan, dan secara kuantitatif yang menunjukkan
pada mutu pelayanan yang diberikan dan yang tercermin pada kepuasan
wisatawan yang memperoleh pelayanan. Dalam hubungannya dengan jenis
dan mutu pelayanan sarana wisata di daerah tujuan wisata telah disusun
suatu standar wisata yang baku, baik secara nasional dan secara
internasional, sehingga penyedia sarana wisata tinggal memilih atau
menentukan jenis dan kualitas yang akan diisediakannya (Suwantoro, 1997:
23).
Objek wisata religi merupakan jenis wisata keagamaan atau wisata
yang bermotif spiritual. Religi adalah kepercayaan pada hubungan manusia
dengan yang maha kuasa, dihayati sebagai hakikat yang gaib. Hubungan
yang menyatakan diri dalam bentuk serta system dan sikap hidup
berdasarkan doktrin tetentu. Wisata Religi adalah salah satu jenis produk
wisata yang berkaitan erat dengan religi atau keagamaan yang dianut oleh
manusia. Wisata Religi dimaknai khusus bagi umat beragama biasanya
berupa tempat ibadah, makam ulama atau situs-situs kuno yang memiliki
kelebihan. Kelebihan ini misalnya dilihat dari sisi sejarah adanya mitos atau
legenda mengenai tempat tersebut ataupun keunikan dan keunggulan
arsitektur bangunannya. Namun, sejatinya wisata itu bukan hanya dimaknai
sebagai bagian hiburan.
Tetapi bagian dari kontemplasi dan tadabbur atas kemahakuasaan
Allah Rabbul Alamin. Karena itu, bukan hanya kesehatan pikiran yang kita
dapatkan, tetapi juga pahala dengan memaknai wisata sebagai ibadah yang
perlu diperhatikan bagaimana petunjuk syariat islam terkait wisata.
Gagas Ulung (2013:3) memberi pendapat bahwa wisata religi dapat
dilakukan dengan mengunjungi tempat-tempatpeninggalan sejarah Islam
ataupun berziarah ke makam-makan paraulama, kyai ataupun tokoh-tokoh

8
masyarakat. Potensi wisata ziarah atauwisata religi di Negara Indonesia
sangatlah besar. Hal ini dikarenakansejak dulu Indonesia dikenal sebagai
Negara religius. Banyak bangunanatau tempat bersejarah yang memiliki arti
khusus bagi umat beragama,merupakan sebuah potensi tersendiri bagi
berkembangnya wisata religi.
Pendapat Pendit S Nyoman mengenai pengertian wisata
spiritualyang dinyatakan dengan wisata pilgrim, sebagai berikut : “Jenis
wisata ini dikaitkan dengan agama, sejarah, adat – istiadatdan kepercayaan
umat atau kelompok dalam masyarakat. IniBanyak dilakukan oleh
rombongan atau perorangan ke tempat –tempat suci, ke makam – makam
orang besar, bukit atau gunungyang dianggap keramat, tempat pemakaman
tokoh atau pemimpin yang di anggap legenda. Contoh makam Bung Karno
di Blitar.”
Aktifitas perjalanan ziarah dan wisata religi atau spiritual
dapatmasukkan ke dalam definisi pariwisata karena baik peziarah,
perjalanan spiritual, maupun perjalanan religi melibatkan keputusan untuk
melakukan perjalanan dari tempat tinggalnya dengan niat bukan untuk
tinggal menetap. Berkemenn 2006 (dalam Sutama, 2013) menyatakan
bahwa secara umum pariwisata spiritual berarti segala bentuk perjalanan
wisata yang menyangkut perjalanan fisik dan spiritual, interaksi antara
tubuh (body) dan pikiran (mind). Pendapat lain menurut Smith & Kelly
(2006) dalam Maulana yang memberikan penjelasan mengenai wisata
spiritual sebagai berikut: “spiritual tourism as one that provides the visitor
with activities and/ or treatment aimed at developing, maintaining and
improving the body, mind and spirit”. Pengertian tersebut dapat diterangkan
bahwawisata spiritual adalah segala jenis aktivitas dan atau perlakuan yang
bertujuan untuk mengembangkan merawat, dan meningkatkan badan,
pikiran dan jiwa.

9
1.2.2. Kesehatan Lingkungan
Kesehatan lingkungan merupakan bagian dari dasar-dasar kesehatan
masyarakat modern yang meliputi terhadap semua aspek manusia dalam
hubungannya dengan lingkungan, dengan tujuan untuk meningkatkan dan
memperttahankan nilai-nilai kesehatan manusia pada tingkat setinggi-
tingginya dengan jalan memodifisir tidak hanya faktor social dan
lingkungan fisik sematamata, tetapi juga terhadap semua sifat-sifat dan
kelakkan-kelakuan lingkungan yang dapat membawa pengarh terhadap
ketenangan, kesehatan dan keselamatan organisme umat manusia ( Mulia
Ricky M, 2005).
Menurut World Health Organization (WHO), kesehatan lingkungan
adalah suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan
lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia. Menurut
Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia (HAKLI) kesehatan
lingkungan adalah suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang
keseimbangan ekologi yang dinamis antara manusia dan lingkungannya
untuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat dan
bahagia.
Ruang lingkup kesehatan lingkungan Menurut WHO ada 17 ruang
lingkup kesehatan lingkungan, yaitu :
 Penyediaan Air Minum
 Pengelolaan air Buangan dan pengendalian pencemaran
 Pembuangan Sampah Padat
 Pengendalian Vekto
 Pencegahan/pengendalian pencemaran tanah oleh ekskreta manusia
 Higiene makanan, termasuk higiene susu
 Pengendalian pencemaran udara
 Pengendalian radiasi
 Kesehatan kerja
 Pengendalian kebisingan
 Perumahan dan pemukiman
 Aspek kesling dan transportasi udara

10
 Perencanaan daerah dan perkotaan
 Pencegahan kecelakaan
 Rekreasi umum dan pariwisata
 Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan
epidemi/wabah, bencana alam dan perpindahan penduduk.
 Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan.

Di Indonesia, ruang lingkup kesehatan lingkungan diterangkan dalam Pasal 22


ayat (3) UU No 23 tahun 1992 ruang lingkup kesehatan lingkungan ada 8, yaitu:

1. Penyehatan Air dan Udara


2. Pengamanan Limbah padat/sampah
3. Pengamanan Limbah cair
4. Pengamanan limbah gas
5. Pengamanan radiasi
6. Pengamanan kebisingan
7. Pengamanan vektor penyakit
8. Penyehatan dan pengamanan lainnya, sepeti keadaan pasca bencana

Sasaran kesehatan lingkungan Menurut Pasal 22 ayat (2) UU 23/1992, Sasaran


dari pelaksanaan kesehatan lingkungan adalah sebagai berikut:

1) Tempat umum : hotel, terminal, pasar, pertokoan, dan usaha-usaha yang


sejenis.
2) Lingkungan pemukiman : rumah tinggal, asrama/yang sejenis.
3) Lingkungan kerja : perkantoran, kawasan industri/yang sejenis.
4) Angkutan umum : kendaraan darat, laut dan udara yang digunakan untuk
umum.
5) Lingkungan lainnya : misalnya yang bersifat khusus seperti lingkungan
yang berada dlm keadaan darurat, bencana perpindahan penduduk secara
besar2an, reaktor/tempat yang bersifat khusus.

Salah satu masalah dari kesehatan lingkungan yaitu tentang pencemaran


lingkungan. Pencemaran lingkungan diantaranya pencemaran air, pencemaran
tanah, pencemaran udara.

11
1.3. Rumusan Masalah
Adapun Rumusan masalah pada penelitian ini yatu melihat bagaimana
kondisi lingkungan dan sanitasi pada tempat wisata Mesjid Raya Al-Mashun yang
terletak di Jl. Sisingamangaraja Kecamatan Medan Kota, Kota Medan, Sumatera
Utara.

12
BAB II

TUJUAN DAN MANFAAT

2.1. Tujuan
Adapun tujuan dari mini research ini untuk mengetahui bagaimana kondisi
lingkungan serta kondisi sanitasi pada tempat wisata Rligi Masjid Raya Al-
Mashun kota Medan.

2.2. Manfaat
Untuk menambah informasi dan pengetahuan masyarakat tentang
pentingnya menjaga kesehatan lingkungan di lingkungan tempat wisata.

13
BAB III

ANALISIS DATA

3.1. Kerangka Teoritis

Air Bersih

Tempat
Sampah

Saluran
Analisis Aspek Kesehatan Pembuangan
Lingkungan di Tempat Fasilitas Sanitasi
Air Kotor
Wisata Religi Masjid Al Wisata
Mahsun
Pedagang
Makanan

Vektor Lalat

Area Parkir

Keamanan

Tempat
Ibadah

Dari hasil observasi di tempat wisata religi Masjid Al Mahsun terlihat


bahwa keadaan kualitas lingkungan di tempat wisata tersebut sudah memiliki
fasilitas sanitasi yang cukup baik dan nyaman untuk para pengunjung. Dari hasil
pengamatan yang kami lakukan di lapangan jika dilihat dari segi fasilitas nya
seperti jamban, tempat sampah, saluran pembuangan, tempat ibadah area parkir
sudah memiliki standar yang cukup. Dan peneliti juga melihat dari segi fasilitasi
pedagang makanan dan vektor lalat di sekitar tempat wisata sehingga menciptakan
tempat yang nyaman dan bersih untuk para pengunjung.

14
3.2 Desain Penelitian

Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif, menggunakan


pendekatan kualitatif. Yaitu dengan cara membagikan angket (kuisioner) kepada
pengunjung wisata religi Masjid Al Mahsun. Dan observasi lapangan.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini metode yang digunakan dalam pengumpulan data


adalah membagikan angket (kuisioner), observasi, dan dokumentasi. Membagikan
kuisioner kepada setiap pengunjung yang datang ke tempat wisata religi Masjid
Al Mahsun, dan melakukan observasi lapangan dan dokumentasi keadaan sekitar
tempat wisata.

15
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

16
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah kami lakukan maka dapat diperoleh
kesimpulan:
1. Masyarakat Paluh Sebaji banyak yang bekerja sebagai nelayan, dan
ibu rumah tangga yang membantu membelah ikan dan
mengeringkannya.
2. Akibat letak Tempat Pembuangan Sementara (TPS) yang jauh,
mengakibatkan masyarakat banyak yang membuang sampah dengan
cara membakar dibelakang rumah.
3. Masyarakat masih mempercayai laut itu memiliki kekuatan
supranatural, setiap 3 atau 5 tahun sekali mereka melakukan sedekah
laut.
4. Ada pengaruh air pasang terhadap kesehatan di desa Paluh Sebaji hal
ini dikarenakan banyaknya sampah yang ikut ketika air pasang dan
ketika surut tidak segera dibersihkan karena kurangnya kesaradaran
masyarakat terhadap pentingnya kesehatan.

5.2. Saran
Saran untuk pemerintah adalah lebih peduli kepada masyarakat kecil,
dengan membuat program yang bisa memimalisir terjadinya air pasang. Untuk
petugas kesehatan diharapkan melakukan penyuluhan tentang PHBS dan
pengelolaan sampah yang baik.

17
DAFTAR PUSTAKA

18
DAFTAR LAMPIRAN DOKUMENTASI

19

Anda mungkin juga menyukai