Anda di halaman 1dari 25

HASIL PENELITIAN

“Dinamika Kegiatan Masjid Maulana Malik Ibrahim di Desa Leran, Kecamatan Manyar,
Kabupaten Gresik”
Disusun untuk:
Memenuhi tugas mata kuliah Riset Kolektif

Dosen Pengampu:
H. Ali Muhdi, M. Si.

Disusun oleh :
Ahmad Abiyyu Alif Dafa (A92219072)
Candra Zahwa Abdulloh (A92219081)
Riki Aldi Sasongko (A72219067)

PROGRAM STUDI SEJARAH PERADABAN ISLAM


FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UIN SUNAN AMPEL SURABAYA
2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah Swt yang Maha
Pengasih dan Penyayang yang telah memberikan rahmat, hidayah dan inayahnya, sehingga
dapat menyelesaikan penyusunan proposal penelitian ini yang berjudul tentang “Dinamika
Kegiatan Masjid Maulana Malik Ibrahim di Desa Leran, Kecamatan Manyar, Kabupaten
Gresik”.
Proposal penelitian ini merupakan salah satu tugas yang di berikan kepada kami
untuk memenuhi tugas mata kuliah Riset Kolektif prodi Sejarah Peradaban Islam. Selain itu,
tujuan dari penyusunan proposal ini juga untuk menambah wawasan terkait tentang sejarah
dan perkembangan Islam terkhusus mengenai peradaban Masjid. Sehingga besar harapan
kami, proposal yang kami sajikan ini dapat menjadi konstribusi positif bagi masyarakat luas.
Akhirnya, kami menyadari dalam penulisan proposal penelitian ini jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati kami menerima kritik dan
saran agar penyusunan selanjutnya menjadi lebih baik lagi. Semoga laporan ini memberi
manfaat bagi banyak pihak. Amiin.

Surabaya, 30 Mei 2022

Penyusun

I
DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR......................................................................................................................I
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................II
BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................2
C. Tujuan Penelitian..................................................................................................................2
D. Manfaat Penelitian................................................................................................................3
BAB II.............................................................................................................................................4
A. Pendekatan dan Kerangka Teori...........................................................................................4
B. Penelitian Terdahulu.............................................................................................................7
C. Sistematika Pembahasan.......................................................................................................7
BAB III............................................................................................................................................9
PEMBAHASAN..............................................................................................................................9
A. Kegiatan di Masjid Pesucinan Masa Syekh Maulana Malik Ibrahim...................................9
B. Kegiatan di Masjid Pesucinan Pasca Masa Syekh Maulana Malik Ibrahim......................11
C. Sisa-sisa Ritual Peninggalan Syekh Maulana Malik Ibrahim yang masih dilestarikan......12
BAB IV..........................................................................................................................................15
PENUTUP.....................................................................................................................................15
A. Kesimpulan.........................................................................................................................15
B. Saran...................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................16
LAMPIRAN..................................................................................................................................17

II
III
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam merupakan merupakan agama yang dianut oleh sebagian besar masyarakat
indonesia. Penyebaran Islam di Indonesia sendiri dianggap berasal dari beberapa sumber,
seperti karena disebabkan adanya aktifitas perdagangan oleh pedagang muslim arab serta
adanya pengaruh-pengaruh lainya. Oleh karena itu, masih banyak terjadi perbedaan
perdepat terkait kapan pertama kalinya islam masuk di indonesia. Ada yang menyatakan
bahwa islam datang pada abad 7 dan ada pula yang meyakininya pada abad ke 13. Hal ini
selaras dengan kedatangan syaikh Maulana Malik Ibrahim yang diperkirakan datang pada
tahun 1389 M.
Disinyalir dari pemerhati sejarah Dr Muhammad Toha, bahwa dengan adanya
pandangan akan kedatangan maulana malik ibrahim tersebut ditanah jawa, maka tidaklah
dapat dpungkiri bahwa tempat pendaratan kapal beliau adalah di desa Leran Gresik.
Adapun dugaan tersebut dikuatkan dengan penemuan batu tua setinggi 0,5 meter. Benda
tersebut lah yang diyaini sebagi tambatan kapal syaikh maulana maliki brahim. Adapun
tempat tersebut juga diyakini sebagai tempat bersandar kapal sitti fatimah binti maimun
pada 1081 M. Itulah mengapa desa ini diberi nama leran yang berasal dari kata leren yang
berarti tempat bersandar. Sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa adanya masjid tua di
desa tersebut adalah satu dari banyaknya peniggalan islam di massa awal-awal
penyebaranya di indonesia, yaitu masjid maulana malik ibrahim.
Kata masjid disebut sebanyak dua puluh delapan kali di dalam Al-Qur’an, berasal
dari kata sajada-sujud, yang berarti patuh, taat serta tunduk penuh hormat dan tak’zim. 1
Sujud dalam syariat yaitu berlutut, meletakan dahi, kedua tangan ke tanah adalah bentuk
nyata dari arti kata tersebut di atas, oleh karena itu bangunan dibuat khusus untuk salat
disebut masjid yang artinya tempat untuk sujud.2 Bangunan masjid merupakan salah satu
wujud penampilan budaya Islam. Masjid muncul sebagai pusat kegiatan Islam merupakan
perpaduan dari fungsi bangunan sebagai unsur arsitektur Islam yang berpedoman pada

1
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Quran, (Penerbit Mizan, Bandung. 1997), hlm. 459..
2
Yulianto Sumalyo, Arsitektur Masjid dan Monumen Sejarah Islam (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,
2006), hlm. 1.

1
ketentuan-ketentuan yang diperintahkan oleh Tuhan sebagi tempat pelaksanaan ajaran
Islam, dengan bangunan sebagai ungkapan tertinggi dari nilai-nilai luhur suatu kehidupan
manusia yang juga melakukan ajaran Islam.3
Pada dasarnya tidak banyak catatan sejarah yang membuktkan bahwa masjid yang
berada di desa Leran ini merupakan masjid tertua di pulau jawa. Namun dengan adanya
speakulasi-speakulasi para ilmuan diatas, maka tidak dapat dipungkiri bahwa masjid ini
merupakan peninggalan syaikh maulana malik ibrahim saat awal pendakwahan nya. Oleh
karena itu, sangatlah unik bagi peneliti untuk menyingkap dinamika kegiatan Masjid
Tertua Indonesia: Telaah Masjid Maulana Malik Ibrahim di Desa Leran, Kecamatan
Manyar, Kabupaten Gresik.

B. Rumusan Masalah
Masalah merupakan suatu bentuk pernyataan yang memerlukan penyelesaian atau
membuat jalan keluarnya. Permasalahan merupakan rintangan yang harus diselesaikan.
Bentuk rumusan masalah biasanya berbentuk kalimat pertanyaan dan kalimat pernyataan
yang bisa menggugah perhatian orang lain. Perumusan pokok permasalahan sebenarnya
merupakan batasan-batasan dari ruang lingkup yang akan diteliti. Adapun, rumusan
masalah dari penelitian ini yaitu:
1. Bagaimana dinamika kegiatan masjid di masa Maulana Malik Ibrahim di Desa Leran,
Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik?
2. Bagaimana dinamika kegiatan masjid pasca masa Maulana Malik Ibrahim di Desa
Leran, Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik?
3. Apa saja sisa-sisa ritual Maulana Malik Ibrahim di Desa Leran, Kecamatan Manyar,
Kabupaten Gresik?

C. Tujuan Penelitian
a. Untuk menjelaskan dinamika kegiatan masjid di masa Maulana Malik Ibrahim di
Desa Leran, Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik?
b. Untuk menjelaskan dinamika kegiatan masjid pasca masa Maulana Malik Ibrahim di
Desa Leran, Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik?

3
Abdul Rochym, sejarah Arsitektur Islam: Sebuah Tinjauan (Bandung: Angkasa,1983), hlm. 3.

2
c. Untuk menjelaskan sisa-sisa ritual Maulana Malik Ibrahim di Desa Leran,
Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik?

D. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini maka, penulis berharap penelitian ini mempunyai
beberapa manfaat. Diantara manfaat dari penelitian ini yaitu:
a. Sebagai bentuk pendokumentasian dan bahan literatur dalam disiplin ilmu sejarah
yang berkaitan dengan kegiatan Masjid Maulana Malik Ibrahim di Desa Leran,
Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik beserta juga dengan eksistensinya.
b. Sebagai masukan bagi penulis dalam menambah pegetahuan dan wawasan
mengenai teori maupun uraian tentang Kegiatan Masjid Maulana Malik Ibrahim
di Desa Leran, Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik dan juga eksistensinya.
c. Diharapkan dapat membangkitkan keinginan masyarakat Desa Leran untuk tetap
melestarikan masjid Maulana Malik Ibrahim dan merawat artefak yang tersisa.

3
BAB II
KERANGKA TEORI & METODE

A. Pendekatan dan Kerangka Teori


Dalam penelitian yang membahas tentang Masjid Masjid Maulana Malik Ibrahim di
Desa Leran, Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik ini, Penulis berharap bisa
Menjelaskan dinamika kegiatan di masa Maulana Malik Ibrahim di Desa Leran masjid
tersebut secara rinci. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
historis dan antropologi. Pendekatan historis bertujuan untuk mencari hubungan sebab-
akibat, pengaruh dan perbuatan sehingga suatu kejadian dapat ditemukan pola yang jelas.
Pendekatan antropologi digunakan untuk membantu peneliti dalam menganalisi kajian
masa lampau melalui temuan benda atau bangunan sebagai objek rekonstruksi adanya
peradaban masa lampau dan perkembanganya.

1. Teori Penelitian
Adapun teori yang akan digunakan yaitu: Teori Kebudayaan. Teori kebudayaan
menurut para Ahli Barat antara lain E.B. Taylor dalam buku “Primitif Culture”, bahwa
kebudayaan adalah keeluruhan yang kompleks, yang disalamnya terkandung ilmu
pengetahuan yang lain serta kebiasaan yang didapat manusia sebagai anggota
masyarakat. R. Linton dalam buku “The Cultural Background of Personality”, bahwa
kebudayaan adalah konfigurasi dari tingkkah laku dan hasil laku, yang unsur-unsur
pembentukan didukung serta diteruskan oleh anggota masyarakat tertentu.4

2. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah dimana metode penelitian
yang digunakan menggunakan sudut pandang historis. Metode penelitian sejarah menurut
Gilbert J. Garraghan dalam Dundung Abdurrahman menjelaskan bahwa metode
penulisan sejarah merupakan seperangkat aturan dan prinsip sistematis untuk
menggumpulkan sumber-sumber sejarah secara efektif. Menilainya secara kritis, dan
mengajukan sintetis dari hasil-hasil yang dicapai dalam bentuk tertulis. Adapun tahapan
yang dibutuhkan untuk melakukan penelitian sejarah adalah heuristik (pengumpulan
4
Koentjoroningrat, Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Umum 1990), 9.

4
data), verifikasi (kritik sumber), interpretasi (penafsiran sejarah), dan Historiografi
(penulisan sejarah).
a. Heuristik yang berarti menemukan atau mengumpulkan sumber. Sejarah,
berupa catatan, kesaksian, dan fakta-fakta lain yang dapat memberikan
penggambaran tentang sebuah peristiwa yang telah terjadi. Heuristik
merupakan tahapan mengumpulkan sebanyak-banyaknya sumber sejarah yang
relevan dengan tulisan yang akan dikaji. Sumber sejarah ialah bahan-bahan
yang digunakan untuk mengumpulkan data atau informasi yang nantinya
digunakan sebagai instrumen dalam pengolahan data dan merekonstruksi
sejarah. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan studi pustaka dan
observasi atau pengamatan secara langsung dilokasi penelitian sebagai teknik
pengumpulan data. Diantaranya data-data yang diperoleh oleh peneliti adalah
sebagai berikut:
1. Sumber Primer
Penulis dalam hal ini menemukan sumber primer berupa buku Babad Ing
Gresik kutipan dari buku Atlas Walisongo karya Agus Sunyoto. Penulis juga
menggunakan bukti artefak berupa bedug dan mimbar. Selain itu, dalam
membahas kegiatan masjid masa kini, penulis menggunakan sumber lisan
berupa wawancara yang ditujukan kepada takmir masjid, juru kunci, dan warga
sekitar. Peneliti juga melakukan penelitian langsung dilokasi guna menangkap
secara langsung kondisi masjid dan lingkunganya.
2. Sumber Sekunder
Sumber sekunder adalah sumber yang merujuk pada sumber primer.
Sumber sekunder ini bisa berupa sumber kepustakaan maupun penelitian-
penelitian yang dilakukan oleh ilmuwan sejarah. Adanya sumber sekunder
dapat membantu mempermudah penelitian yang dilakukan, dengan
menambahkan pemaparan pendapat para peneliti dalam sumber tersebut. Pada
penelitian ini, penulis menggunakan beberapa literatur sebagai sumber
sekunder, baik itu literatur yang berupa artikel jurnal internaisonal, buku-buku
maupun artikel internet. Selain mengandalkan perpustakaan, beberapa sumber
sekunder tersebut penulis peroleh juga dari Google Play Books, Google

5
Scholar, website https://zlib.org, dan beberapa website lainnya. Berikut
beberapa sumber sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Azra, Azyumardi. Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan
Nusantara Abad XVII & XVIII: Akar Pembaruan Islam Indonesia. Jakarta:
Prenada Media, 2013.
b. Kartodirdjo, Sartono. Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Penelitian
Sejarah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1992.
c. Kuntowijoyo. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana, 2013.
d. Sunyoto, Agus. Atlas Walisongo. Cet.VII. Tanggerang Selatan: Pustaka
IIMAN dan LESBUMI, 2017. Dll.
b. Verifikasi, melakukan verifikatif ialah mengkritik sumber baik secara
keauntetikan (fisik) dan kredibiltas (isi). Kritik sumber berarti usaha untuk
menilai, menguji, serta menyeleksi sumber-sumber yang telah dikumpulkan
untuk mendapatkan sumber yang autentik (asli). Hal ini dilakukan untuk
melihat tingkat otentisitas (keaslian sumber) dan tingkat kredibilitas sehingga
terhindar dari kepalsuan. Kritik sumber terdiri atas kritik intern (meneliti isi
dokumen atau tulisan) dan kritik ekstren (meneliti keaslian sumber yang
digunakan dalam penulisan). Pada tahap pengkritikan ini sangat menentukan
sumber dalam mengungkap kebenaran sejarah.
c. Interpretasi adalah proses penafsiran fakta sejarah yang telah ditemukan
melalui proses kritik sumber sehingga akan terkumpul bagian-bagian yang
akan menjadi fakta serumpun. Pada tahap interpretasi atau penafsiran penulis
melakukan penafsiran terhadap sumber-sumber yang sudah mengalami kritik
ekstern dari data-data yang diperoleh guna menyambungkan fakta-fakta yang
masih berserakan. Didalamnya terdapat tahapan analisis berarti menguraikan
dan sintesis yang berarti menyatukan dari hasil penelitian.
d. Historiografi atau penulisan sejarah yang berarti menyusun dari hasil sintesis
menjadi sebuah karya tulisan yang utuh. Historiografi adalah tahapan
penyajian atas berbagai fakta yang telah terkumpul. Pada tahap ini fakta-fakta
sejarah diinterpretasikan dan kemudian penulis menyampaika sintetis yang
diperoleh dari penelitian yang dilakukan dan disampaikan dalam bentuk

6
tulisan. Historiografi merupakan tahapan akhir penulis untuk menyajikan
semua fakta ke dalam bentuk tulisan.

B. Penelitian Terdahulu
Bahwasannya untuk membedakan dengan penelitian lainya, maka peneliti
mencantumkan penelitian terdahulu agar menunjukan keaslian dalam penelitian ini,
beberapa penelitian terdahulu seperti:
Makalah Vadlan Labulango, Nim: 16.3.3.001, IAIN Manado dengan judul
Metode Dakwah Sunan Gresik. Makalah tersebut lebih menfokuskan kajian pada tentang
bagaimana cara atau metode yang digunakan Syekh Maulana Malik Ibrahim saat
menyebarkan agama Islam di wilayah Gresik khususnya daerah Leran. Selain itu makalah
tersebut juga menyinggung tentang biografi Sunan Gresik serta peninggalan dari Sunan
Gresik.
Skripsi Evi Khafidah Rohmah, Nim: 070210302029, Universitas Jember dengan
judul Peranan Syekh Maulana Malik Ibrahim Dalam Penyebaran Agama Islam di Gresik
Tahun 1404-1419. Skripsi tersebut lebih fokus pada kajian mengenai penyebaran islam di
gresik oleh Syekh Maulana Malik Ibrahim dalam kurun waktu tahun 1404-1419. Di
dalam skripsi tersebut juga dipaparkan mengenai kondisi kabupaten Gresik sebelum
datangnya Islam serta strategi perjuangan Syekh Maulana Malik Ibrahim dalam bidang
pendidikan, religious dan ekonomi.
Dapat disimpulkan bahwa beberapa penelitian diatas belum ada yang membahas
mengenai dinamika kegiatan yang dilakukan di masjid peninggalan Syekh Maulana
Malik Ibrahim, sudah banyak penelitian yang membahas tentang Syekh Maulana Malik
Ibrahim tetapi lebih menekankan biografi serta kiprahnya dalam islamisasi di wilayah
Gresik khususnya daerah leran.

C. Sistematika Pembahasan
Berdasarkan penelitian ini, untuk memperoleh kesimpulan yang menyeluruh dan
sistematis. Maka, pembahasan akan disajikan ke dalam beberapa bab, masing-masing bab
terdiri dari beberapa sub bab dengan rincian sebagai berikut:
BAB I Penulis akan menjelaskan tentang Latar Belakang Masalah, Rumusan

7
Masalah, Tujuan Penelitian, dan Manfaat Penelitian.
BAB II akan menjelaskan tentang pendekatan dan kerangka teori yang terdiri dari
teori penelitian dan metode penelitian.
BAB III akan membahas tentang pembahasan yang isinya membahas tentang
jawaban atas rumusan masalah.
BAB IV merupakan penutup yang terdiri dari kesimpulan, saran, daftar pustaka,
dan lampiran.

8
BAB III
PEMBAHASAN

A. Kegiatan di Masjid Pesucinan Masa Syekh Maulana Malik Ibrahim


Berbicara tentang syiar dan penyebaran agama Islam di Indonesia, tidak lepas dari
pembangunan masjid sebagai pusat dakwah oleh para penyebar agama Islam. Sejumlah
masjid yang menjadi saksi bisu penyebaran agama Islam tercatat dengan tinta emas, namun
ternyata ada beberapa yang nyaris terlupakan. Salah satunya adalah Masjid Pesucinan yang
terletak di Dusun Pesucinan, Desa Leren, Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik, Jawa
Timur. Tidak banyak catatan sejarah mengenai masjid peninggalan Syekh Maulana Malik
Ibrahim tersebut. Jika mengacu pada perjalanan Maulana Malik Ibrahim ke Pulau Jawa,
maka seperti yang termaktub dalam buku Atlas Walisongo, Dijelaskan bahwa saat pertama
kali mendarat di Jawa, Daerah yang dituju oleh Syekh Maulana Malik Ibrahim adalah desa
Sembalo, di dekat Desa Leran Kecamatan Manyar Kabupaten Gresik, yaitu 9 kilometer di
arah utara kota Gresik, tidak jauh dari kompleks makam Fatimah binti Maimun.
Diceritakan pada saat itu, beliau datang menggunakan kapal beserta dengan para
pengikutnya (santri, cantrek, pendego) dan akhirnya bersandar dipelabuhan leran karena
kapalnya bocor. Leran pada saat itu menjadi pelabuhan yang banyak di singgahi para
pedagang asing dari berbagai negara. Sesampainya di tanah Leran, Syaikh Maulana Malik
Ibrahim tidak berniat keluar dan tidak berniat untuk pulang. Hal yang pertama dilakukan
oleh Syaikh Maulana Malik Ibrahim beristikharah agar bisa diberikan petunjuk dan
kemudahan oleh allah swt dalam pendirian masjid. Akhirnya didirikanlah masjid di daerah
tempat beliau bermukim tersebut atau yang kini disebut masjid Pesucinan.
Acuan itu, bisa dijadikan dasar kepercayaan masyarakat Desa Leran untuk menyebut
Masjid Pesucinan sebagai masjid tertua di Pulau Jawa. Karena dalam sejarah Wali Songo,
Sunan Gresik atau nama lain Maulana Malik Ibrahim merupakan wali yang tertua dari
sembilan wali yang ada. Dari data sejarah kedatangan Maulana Malik Ibrahin itu ke
Indonesia tercatat sekitar tahun 1389 Masehi. Hal ini selaras dengan buku Atlas Walisongo,
G.W.J. Drewes dalam New Light on the Coming of Islam to Indonesia yang menyebutkan
bahwa Maulana Malik Ibrahim dianggap sebagai salah seorang tokoh yang pertama kali
menyebarkan agama Islam di tanah Jawa dan merupakan wali senior di antara para wali

9
lainnya. Menurut Babad ing Gresik, yang awal datang ke Gresik adalah dua bersaudara
keturunan Arab, Maulana Mahpur dan Maulana Ibrahim dengan tetuanya Sayid Yusuf
Mahrabi beserta 40 orang pengiring. Maulana Mahpur dan Maulana Ibrahim masih
bersaudara dengan Raja Gedah.
Keberadaan Masjid Pesucinan bisa disebut sebagai masjid tertua di Pulau Jawa, meski
bukan yang pertama, Terdapat dua sumber sejarah yang bisa dijadikan acuan, yakni sumber
lisan yang merupakan cerita masyarakat, dan sumber tulisan berupa prasasti atau benda
peninggalan yang ditemukan. Hal ini sebagaimana dalam tradisi lisan, masyarakat di
wilayah Pesucinan secara turun menurun percaya keberadaan masjid ini sebagai bukti
peninggalan Syekh Maulana Malik Ibrahim. Selain sebagai tempat menyebarkan ajaran
Islam, Masjid Pesucinan ini juga digunakan untuk pendidikan para santri yang ingin belajar
kepada sunan Gresik. Dengan melakukan pendidikan semacam ini dapat dimungkinkan
bahwa masjid pensucian juga menjadi sebuah pesantren yang pertama kali di pulau jawa.
Kegiatan yang ada di masjid pesucinan pada masa Syekh Maulana Malik Ibrahim tidak
bisa terlepas dari kiprah dakwah beliau. Pada dasarnya, kegiatan yang berjalan sama halnya
dengan kegiatan yang ada pada masjid-masjid sekarang. Selain digunakan sebagai tempat
peribadatan yang berupa shalat, masjid pesucinan ini juga digunakan sebagai tempat untuk
berdakwah serta mengajarkan unsur-unsur yang ada di dalam agam Islam. Selain itu, pada
masa tersebut masjid juga menjadi tempat menetap bagi para santri Syekh Maulana Malik
Ibrahim. Karena pada waktu itu, masyarakat Jawa sudah terbiasa menetap di tempat gurunya
yang mengajarkan ilmu. Kegiatan selanjutnya dalam rangka mempersiapkan kader untuk
melanjutkan perjuangan beliau menegakkan agama Islam, maka Syekh Maulana Malik
Ibrahim mendirikan sebuah pesantren sebagai tempat menimba ilmu. Adapun kegiatan-
kegiatannya berupa pengajian kitab kuning dan maih banyak lainya.
Selain digunakan sebagai tempat pendidikan agama Islam, masjid pesucinan juga di
manfaatkan oleh Sunan Gresik sebagi sarana untuk mengajarkan kepada warga mengenai
teknik irigasi atau pengolahan persawahan maupun tambak di sepanjang pesisir utara Gresik.
Hal ini dilakukan supaya masyarakat sekitar mulai tertarik dengan agama Islam dimana sang
ulama yang ahli ilmu agama juga mengerti tentang ilmu-ilmu yang bercocok tanam, Jejak
peninggalan ilmu irigasi terlihat dari sistem irigasi pengairan areal pertanian maupun tambak
masyarakat pesisir utara Gresik yang cukup andal hingga sekarang.

10
B. Kegiatan di Masjid Pesucinan Pasca Masa Syekh Maulana Malik Ibrahim
Salah satu kegiatan yang dilakukan pasca masa Syekh Maulana Malik Ibrahim adalah
pemugaran masjid, menurut penuturan bapak Mushollin, masjid ini sudah tiga kali renovasi,
dan perluasan masjid dilakukan pada tahun 2010-2011. Beliau menjelaskan bahwa awal
mula masjid ini merupakan gubuk yang kanan kirinya diberi tatanan sendi atau kubung.
Yaitu batu persegi berukuran 30x30 cm yang dibuat pondasi bawah dan atapnya terdiri dari
daun ijuk. Semua itu oleh masyarakat dikubur ditanah di bawah masjid sebelah utara, karena
dibakar tidak bisa. Ada yang mengatakan dulu ada tulisan arab di pintu masjid juga ikut
terkubur dan hal tersebut sangat disayangkan oleh takmir masjid, karena saat diajukan ke
pemerintah hal tersebut tidak mendapatkan respon. Menurut beliau hampir 99% kegiatan
tersebut dilakukan dengan swadaya masyarakat sekitar, sedangkan keadaan ekonomi
masyarakat disini menengah kebawah. Sebagian petani dan petambak.5
Renovasi di masjid ini dilakukan secara bertahap yang diantaranya yaitu perkembangan
masjid dalam hal lebar masjid, tempat wudhu, dan dinding masjid. Terkait perluasan masjid
tidaklah mengalami perubahan yang signifikan, lantai-lantainya masih dipelihara, terdapat
perbedaan antara lantai masjid dahulu dengan lantai masjid yang mengalami perluasan.
sehingga walaupun direnovasi tidaklah menghilangkan sisa-sisa peninggalan yang ada.
Begitu juga dengan peninggalan yang berupa sumur untuk wudlu yang dahulunya diluar
masjid kini berada di tengah-tengah masjid dan masih terpelihara dengan baik, walaupun
kini sudah disediakan tempat wudlu baru dibelakang masjid.
Selain itu, pada saat masa pemerintahan Kyai Robbach Ma’sum yang merupakan salah
satu Bupati Gresik, tiang-tiang saka dan kayu-kayu Masjid Syekh Maulana Malik Ibrahim
diambil untuk dibawa ke museum Sunan Giri Gresik, termasuk bedug masjid Syekh
Maulana Malik Ibrahim dan sisanya digunakan masyarakat untuk membuat mimbar yang
saat ini masih dipakai di masjid Pesucinan tersebut. Mimbar asli masjid ini terdapat di
masjid sebelah. Selanjutnya utinitas atau kegiatan yang masih dilakukan adalah mauludan
atau muludan yang dilakukan setiap tahun tepatnya pada waktu bakda mulud menurut
kalender hijriyah. Kegiatan tersebut dilakukan dengan mengundang satu kampung untuk
datang ke masjid Maulana Malik Ibrahim ini, lalu tradisi tersebut sekarang juga diterapkan

5
Muhammad Mushollin, wawancara, Gresik, 21 Mei 2022.

11
oleh tetangga desa dengan mengundang masyarakat kampung pesucinan, sebaliknya
kampung pesucinan juga mengundang masyarakat desa sekitar pada saat muludan tersebut.
Kegiatan yang dilakukan di Masjid maulana Malik Ibrahim yang kedua yaitu Haul Syekh
Maulana malik Ibrahim beserta para santrinya yang makamnya terletak di barat masjid
Pesucinan ini. Haul tersebut dilaksanakan setiap tahun di bulan sya’ban kalender hijriyah
atau ruwah dalam kalender jawa yang biasanya dilakukan pada waktu setelah Nisfu Syaban
lewat sehari atau dua hari. Lalu selanjutnya ada kegiatan pembacaan maulid Syarofulanam,
biasanya kegiatan tersebut dilakukan pada hari Jumat malam, kalau paginya itu tadarusan
lalu tahlil.6 Tradisi slametan juga sering diadakan di sini, seperti pada Mulud awal slametan,
awal Sya’ban juga slametan, setelah ramadhan juga slametan, dan idul adha juga slametan.
Setelah sholat id biasanya ada slametan yang terdapat berbagai macam ikan akan tetapi
biasanya ikan yang sering dijumpai adalah ikan bandeng karena ikan tersebut sebagian dari
lelangan yang ada di gresik, ada berbobot yang 3 Kg, ada juga yang berbobot 4 Kg dan lain
sebagainya. Di masjid ini juga terdapat kegiatan ngaji yanag rutin diadakan setiap hari senin
malam selasa, rutinitas itu dilakukan setelah maghrib dengan mengaji kitab.

C. Sisa-sisa Ritual Peninggalan Syekh Maulana Malik Ibrahim yang masih dilestarikan
Kebudayaan merupakan hasil karya manusia dan pemikiran manusia untuk diperbaiki,
mengindahkan, dan meningkatkan kualitas kehidupan dalam masyarakat. Kebudayaan
merupakan gabungan dari pikiran, kata, dan tingkah laku manusia yang dimamfaatkan untuk
berinteraksi dalam masyarakat sekitarnya atau lingkungan sosial. Kebudayaan pada dasarnya
mengalami perkembangan selaras ataupun mengikuti arus adaptasi lingkungan disekitarnya,
atau pelaku kebudayaan yang berperan aktif di dalamnya. Kebudayaan diketahui karena
adanya karya-karya atau kandungan-kandungan yang terdapat didalamnya. Kandungan-
kandungan terus menerus akan bertambah dan berkembang dalam kehidupan manusia.
Perkembangan yang dilakukan manusia akan berakibat pula pada perkembangan budaya.
Manusia pada kelompoknya mempunayi aturan-aturan atau norma, nilai-nilai yang
dianggap sakral, serta adat kebiasaan yang diwariskan secara turun-temurun yang dikenal
dengan warisan tradisi. Warisan tradisi biasanya diwariskan secara turun temurun dan
dipertahankan, Namun terkadang mengalami penyempurnaan akibat pengaruh dari luar

6
Muhammad Mushollin, wawancara, Gresik, 21 Mei 2022.

12
kedalam kelompok kebudayaan itu berada dan berkembang. Misalnya, adanya pengaruh
dalam kelompok masyarakat yang melestarikan suatu budaya yang di bugkus dengan
kemasan keagamaan sehingga meghasilkan karya-karya atau singkretis antar agama dan
kebudayaan. Seperti halnya tradisi selametan yang ada dan masih terpelihara di masjid
Pesucinan.7
Sisa-sisa kegiatan pada zaman Syekh Maulana Malik Ibrahim yang masih dilestarikan
hingga kini adalah tradisi slametan. Kita tahu bahwa maulana malik ibrahim adalah tokoh
walisongo yang menyebarkan dakwahnya melalui jalur perdagangan. Beliau tidak hanya
mengajarkan masyarakat untuk melakukan hal-hal yang bersifat akhirat saja, namun juga
dalam hal duniawi. Sehingga metode yang diajarkan kepada masyarakat adalah seputar
kehidupan sehari-hari, seperti cara berdagang yang baik, cara bertani, berternak dan lain
sebagainya. Dengan adanya pendekatan tersebut, Syaikh Maulana Malik Ibrahim kemudian
mulai digemari oleh masyarakat sekitar dan banyak menuai pengikut. Disamping berdakwah
melalui mumalah tersebut, syaikh maulana malik ibrahim meneyelipkan ajaran-ajaran agama
Islam. Seperti halnya tradisi selametan yang diselenggarakan oleh masyarakat Leran seusai
memanen ikan, memanen padi dan berbagai macam selmetan lainya sebagai tanda syukur
atas limpahan rezeki atas apa yang sudah diperolehnya. Dari konsep selametan inilah,
terselip ajaran agama Islam berupa zakat dan shadaqoh.
Hal ini selaras dengan keterangan dalam buku Atlas Walisongo, dijelaskan bahwa
aktivitas yang mula-mula dilakukan Maulana Malik Ibrahim ketika menetap di desa Leran
Gresik ialah berdagang di tempat terbuka dekat pelabuhan yang disebut Desa Rumo, yang
menurut cerita setempat berkaitan dengan kata Rum (Persia), yaitu tempat bermukimnya
orang Rum. Sehingga bisa disimpulkan bahwa memang aktifitas atau kegiatan yang
diajarkan oleh Syaikh Maulana Malik Ibrahim kepada masyarakat bersisfat universal.
Selain itu, sisa-sisa ritual peninggalan Syekh Maulana Malik Ibrahim lainya adalah
kegiatan nyantri atau kegiatan yang meliputi proses belajar dan menetap di pondok
pesantren. Seperti yang telah disingung dalam penjelasan diawal, bahwa Syaikh Maulana
Malik Ibrahim adalah salah seorang walisongo yang pertama mendirikan pondok pesantren.
Adapun pondok pesantren pertama yang didirikan oleh Syekh Maulana Malik Ibrahim
menurut buku Atlas Walisongo dan kepercayaan masyarakat sekitar adalah berlokasi
7
Rico Ardiansyah, Persimpangan Antara Agama dan Budaya: Proses Akulturasi Islam dengan Slematan dalam
Budaya Jawa, Raden fatah, Vol.6 No.2 (Juni 2017), 296.

13
disamping masjid Pesucinan. Dari lahirnya pondok pesantren inilah yang kemudian melatar
belakangi berdirinya pondok-pondok pesantren di Indonesia.
Selain peninggalan berupa kegiatan, Syekh Maulana Malik Ibrahim juga meninggalkan
warisan berupa artefak atau sisa-sisa peninggalan berupa benda yang diantaranya yaitu
bedug yang kini disimpan di museum sunan giri, kemudian juga terdapat mimbar yang kini
berada di masjid sebelah, selain itu juga terdapat sisa-sisa kayu saka (tiang masjid) yang
dimanfaatkan sebagai mimbar di masjid sunan maulana malik ibrahim ketika masa renovasi,
Kemudian juga terdapat cungkup masjid yang masih terpelihara hingga kini.

14
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kegiatan yang ada di masjid pesucinan pada masa Syekh Maulana Malik Ibrahim
tidak bisa terlepas dari kiprah dakwah beliau. Pada dasarnya, kegiatan yang berjalan sama
halnya dengan kegiatan yang ada pada masjid-masjid sekarang. Selain digunakan sebagai
tempat peribadatan yang berupa shalat, masjid pesucinan ini juga digunakan sebagai
tempat untuk berdakwah serta mengajarkan unsur-unsur yang ada di dalam agam Islam.
Selain itu, pada masa tersebut masjid juga menjadi tempat menetap bagi para santri
Syekh Maulana Malik Ibrahim. Karena pada waktu itu, masyarakat Jawa sudah terbiasa
menetap di tempat gurunya yang mengajarkan ilmu. Kegiatan selanjutnya dalam rangka
mempersiapkan kader untuk melanjutkan perjuangan beliau menegakkan agama Islam,
maka Syekh Maulana Malik Ibrahim mendirikan sebuah pesantren sebagai tempat
menimba ilmu. Adapun kegiatan-kegiatannya berupa pengajian kitab kuning dan maih
banyak lainya.
Kegiatan yang dilakukan di Masjid maulana Malik Ibrahim yang pertama adalah
adanya renovasi masjid yang dilakukan pada tahun 2010-2011 yakni perluasan masjid.
Adapun yang kedua yaitu Haul Syekh Maulana malik Ibrahim beserta para santrinya
yang makamnya terletak di barat masjid Pesucinan ini. Haul tersebut dilaksanakan setiap
tahun di bulan sya’ban kalender hijriyah atau ruwah dalam kalender jawa yang biasanya
dilakukan pada waktu setelah Nisfu Syaban lewat sehari atau dua hari. Lalu selanjutnya
ada kegiatan pembacaan maulid Syarofulanam, biasanya kegiatan tersebut dilakukan
pada hari Jumat malam, kalau paginya itu tadarusan lalu tahlil. Tradisi slametan juga
sering diadakan di sini, seperti pada Mulud awal slametan, awal Sya’ban juga slametan,
setelah ramadhan juga slametan, dan idul adha juga slametan. Setelah sholat id biasanya
ada slametan yang terdapat berbagai macam ikan akan tetapi biasanya ikan yang sering
dijumpai adalah ikan bandeng karena ikan tersebut sebagian dari lelangan yang ada di
gresik, ada berbobot yang 3 Kg, ada juga yang berbobot 4 Kg dan lain sebagainya. Di
masjid ini juga terdapat kegiatan ngaji yanag rutin diadakan setiap hari senin malam
selasa, rutinitas itu dilakukan setelah maghrib dengan mengaji kitab.
Sisa-sisa kegiatan pada zaman Syekh Maulana Malik Ibrahim yang masih

15
dilestarikan hingga kini adalah tradisi slametan. Kita tahu bahwa maulana malik ibrahim
adalah tokoh walisongo yang menyebarkan dakwahnya melalui jalur perdagangan. Selain
itu, sisa-sisa ritual peninggalan Syekh Maulana Malik Ibrahim lainya adalah kegiatan
nyantri atau kegiatan yang meliputi proses belajar dan menetap di pondok pesantren.
Seperti yang telah disingung dalam penjelasan diawal, bahwa Syaikh Maulana Malik
Ibrahim adalah salah seorang walisongo yang pertama mendirikan pondok pesantren.
Dari lahirnya pondok pesantren inilah yang kemudian melatar belakangi berdirinya
pondok-pondok pesantren di Indonesia. Selain peninggalan berupa kegiatan, Syekh
Maulana Malik Ibrahim juga meninggalkan warisan berupa artefak atau sisa-sisa
peninggalan berupa benda yang diantaranya yaitu bedug yang kini disimpan di museum
sunan giri, kemudian juga terdapat mimbar yang kini berada di masjid sebelah, selain itu
juga terdapat sisa-sisa kayu saka (tiang masjid) yang dimanfaatkan sebagai mimbar di
masjid sunan maulana malik ibrahim ketika masa renovasi, Kemudian juga terdapat
cungkup masjid yang masih terpelihara hingga kini.

B. Saran
Berdasarkan penelitian mengenai dinamika kegiatan masjid Maulana Malik Ibrahim,
penulis menyampaikan sebagai berikut:
1. Masih banyak kegiatan syekh Maulana Malik Ibrahim di Masijid Pesucinan yang
belum digali ataupun diteliti. Untuk itu perlu adanya penelitian lebih lanjut.
2. Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai tradisi dan ritual-ritual yang masih
dilakukan di masjid Pesucinan aggar dapat diketahui masyarakat secara luas.

16
DAFTAR PUSTAKA

Azra, Azyumardi. Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII
& XVIII: Akar Pembaruan Islam Indonesia. Jakarta: Prenada Media, 2013.
Kartodirdjo, Sartono. Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Penelitian Sejarah.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1992.
Kuntowijoyo. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana, 2013.
Sunyoto, Agus. Atlas Walisongo. Cet.VII. Tanggerang Selatan: Pustaka IIMaN dan
LESBUMI, 2017.
Ardiansyah Rico, “Persimpangan Antara Agama dan Budaya: Proses Akulturasi Islam
dengan Slematan dalam Budaya Jawa”, Raden fatah, Vol.6 No.2 (Juni 2017).

17
LAMPIRAN

Gambar 1: Tampak Depan Gapura Masjid Syekh Maulana Malik Ibrahim (diambil 21 mei 2022)

Gambar 2: wawancara peneliti dengan Takmir Masjid Syekh Maulana Malik Ibrahim Bapak
Haji Muhammad Mushollin (diambil 21 mei 2022)

18
Gambar 3: Mimbar yang ada di Masjid Pesucinan yang terbuat dari kayu sisa tiang saka
peninggalan Syekh Maulana Malik Ibrahim (diambil 21 mei 2022)

Gambar 4: mimbar asli peninggalan Syekh Maulana Malik Ibrahim (diambil 21 mei 2022)

19
Gambar 5: bedug asli peninggalan Syekh Maulana Malik Ibrahim (diambil 21 mei 2022)

Gambar 6: sumur (tempat wudhu) peninggalan Syekh Maulana Malik Ibrahim (diambil 21 mei
2022)

20
Gambar 7: mihrab lama masjid Syekh Maulana Malik Ibrahim (diambil 21 mei 2022)
Wawancara:
a. H. Ahmad Mushollin, umur 48, kelahiran 1974, takmir masjid 2 periode (2010-2020).
b. Muhammad Ali, Juru Kunci
c. Titin, Masyarakat Desa Leran

21

Anda mungkin juga menyukai