Anda di halaman 1dari 29

MASJID DALAM ASPEK

SOSIAL, EKONOMI
DAN POLITIK

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat
dan karunia-Nya sehingga laporan berbentuk buku tentang masjid
modern dan masjid tradisional sebagai tugas UAS mata kuliah
Pendidikan Agama Islam ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa
pula shalawat dan salam kepada Rasulullah SAW, beserta keluarga,
sahabat, serta umat-umatnya hingga akhir zaman. Dan semoga kita
semua termasuk di dalamnya amin ya robbal alamin.
Laporan ini dibuat dari hasil observasi di Masjid Jami Al-Falah,
Masjid Nurur Rohman, Masjid At-Tubah, dan Masjid Jami Cikini Al-
Ma’mur. Kami ucapkan terimakasih kepada Ibu Dra. Rosita Adiani,
M.A selaku dosen mata kuliah Pendidikan Agama Islam, seluruh ketua
DKM masjid tersebut serta rekan-rekan sesama tim penyusun yang
telah berkontribusi sehingga laporan ini dapat selesai tepat pada
waktunya.
Besar harapan kami kiranya laporan hasil observasi ini dapat
bermanfaat bagi penyusun khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih terdapat
kekurangan. oleh karena itu, dengan hati yang lapang kami menerima
kritik dan saran yang membangun demi terwujudnya suatu laporan
yang baik dan benar.

Jakarta, Januari 2019

i
Penyusun

“Ilmu itu lebih baik dari kekayaan, karena


kekayaan itu harus dijaga, sedangkan ilmu
menjaga kamu” – Ali bin Abi Thalib

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................iii
PENDAHULUAN.........................................................................................1
Pengertian Masjid.........................................................................................1
Etimologia..................................................................................................1
Sejarah.......................................................................................................2
Masjid pertama.........................................................................................2
Penyebaran masjid....................................................................................3
Aspek Politik.............................................................................................5
Aspek Ekonomi.........................................................................................6
Aspek Sosial Budaya.................................................................................6
Masjid Jami Cikini Al Ma’mur...................................................................7
Aspek Politik.............................................................................................7
Aspek Sosial Budaya.................................................................................8
Masjid Nurur Rohman.................................................................................9
Aspek Politik.............................................................................................9
Aspek Ekonomi.......................................................................................10
Aspek Sosial Budaya...............................................................................10
Masjid At-Taubah.......................................................................................11
Aspek Politik...........................................................................................11
iii
Aspek Ekonomi.......................................................................................11
Aspek Sosial Budaya...............................................................................12
PROFIL ANGGOTA..................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................16
LAMPIRAN................................................................................................17

iv
PENDAHULUAN

Pengertian Masjid
Masjid (bentuk tidak baku: mesjid) adalah rumah tempat ibadah
umat Islam atau Muslim. Masjid artinya tempat sujud, dan sebutan lain
bagi masjid di Indonesia adalah musholla, langgar atau surau. Istilah
tersebut diperuntukkan bagi masjid yang tidak digunakan untuk Sholat
Jum'at, dan umumnya berukuran kecil. Selain digunakan sebagai
tempat ibadah, masjid juga merupakan pusat kehidupan komunitas
muslim. Kegiatan-kegiatan perayaan hari besar, diskusi, kajian agama,
ceramah dan belajar Al Qur'an sering dilaksanakan di Masjid. Bahkan
dalam sejarah Islam, masjid turut memegang peranan dalam aktivitas
sosial kemasyarakatan hingga kemiliteran.

Etimologia
Masjid berarti tempat beribadah. Akar kata dari masjid
adalah sajada di mana sajada berarti sujud atau tunduk. Kata masjid
sendiri berakar dari bahasa Aram. Kata masgid (m-s-g-d) ditemukan
dalam sebuah inskripsi dari abad ke 5 Sebelum Masehi.
Kata masgid (m-s-g-d) ini berarti "tiang suci" atau "tempat sembahan".

Kata masjid dalam bahasa Inggris disebut mosque. Kata mosque ini


berasal dari kata mezquita dalam bahasa Spanyol. Dan

1
kata mosque kemudian menjadi populer dan dipakai dalam bahasa
Inggris secara luas.

Sejarah
Menara-menara, serta kubah masjid yang besa, seakan menjadi
saksi betapa jayanya Islam pada kurun abad pertengahan. Masjid telah
melalui serangkaian tahun-tahun terpanjang di sejarah hingga
sekarang. Mulai dari Perang Salib sampai Perang Teluk. Selama lebih
dari 1000 tahun pula, arsitektur masjid perlahan-lahanmulai
menyesuaikan bangunan masjid dengan arsitektur modern.

Masjid pertama
Ketika Nabi Muhammad saw tiba di Madinah, dia memutuskan
untuk membangun sebuah masjid, yang sekarang dikenal dengan
nama Masjid Nabawi, yang berarti Masjid Nabi. Masjid Nabawi
terletak di pusat Madinah. Masjid Nabawi dibangun di sebuah
lapangan yang luas. Di Masjid Nabawi, juga terdapat mimbar yang
sering dipakai oleh Nabi Muhammad saw. Masjid Nabawi menjadi
jantung kota Madinah saat itu. Masjid ini digunakan untuk kegiatan
politik, perencanaan kota, menentukan strategi militer, dan untuk
mengadakan perjanjian. Bahkan, di area sekitar masjid digunakan
sebagai tempat tinggal sementara oleh orang-orang fakir miskin.
Saat ini, Masjidil Haram, Masjid Nabawi dan Masjid al-
Aqsa adalah tiga masjid tersuci di dunia.

2
Penyebaran masjid
Masjid kemudian dibangun di daerah luar Semenanjung Arab,
seiring dengan kaum Muslim yang bermukim di luar Jazirah
Arab. Mesir menjadi daerah pertama yang dikuasai oleh
kaum Muslim Arab pada tahun 640. Sejak saat itu, ibu
kota Mesir, Kairo dipenuhi dengan masjid. Maka dari
itu, Kairo dijuluki sebagai kota seribu menara. Beberapa masjid
di Kairo berfungsi sebagai sekolah Islam atau madrasah bahkan
sebagai rumah sakit. Masjid di Sisilia dan Spanyol tidak menirukan
desain arsitektur Visigoth, tetapi menirukan arsitektur bangsa Moor.
Para ilmuwan kemudian memperkirakan bahwa bentuk bangunan pra-
Islam kemudian diubah menjadi bentuk arsitektur Islam ala Andalus
dan Magribi, seperti contoh lengkung tapal kuda di pintu-pintu masjid.

Masjid mulai masuk di daerah India pada abad ke 16 semasa


kerajaan Mugal berkuasa. Masjid di India mempunyai karakteristik
arsitektur masjid yang lain, seperti kubah yang berbentuk seperti
bawang. Kubah jenis ini dapat dilihat di Masjid Jama, Delhi.
Masjid pertama kali didirikan di Kesultanan Utsmaniyah pada
abad ke 11 Masehi, di mana pada saat itu orang-orang Turki mulai
masuk agama Islam. Beberapa masjid awal di Turki adalah Aya Sofya,
di mana pada zaman Bizantium, bangunan Aya Sofya merupakan
sebuah katedral. Kesultanan Utsmaniyah memiliki karakteristik
arsitektur masjid yang unik, terdiri dari kubah yang besar, menara dan
3
bagian luar gedung yang lapang. Masjid di Kesultanan Usmaniyah
biasanya mengkolaborasikan tiang-tiang yang tinggi, jalur-jalur kecil
di antara shaf-shaf, dan langit-langit yang tinggi, juga dengan
menggabungkan mihrab dalam satu masjid. Sampai saat
ini, Turki merupakan rumah dari masjid yang berciri khas arsitektur
Utsmaniyah.

Secara bertahap, masjid masuk ke beberapa bagian di Eropa.


Perkembangan jumlah masjid secara pesat mulai terlihat seabad yang
lalu, ketika banyak imigran Muslim yang masuk ke Eropa. Kota-kota
besar di Eropa, seperti München, Londondan Paris memilki masjid
yang besar dengan kubah dan menara. Masjid ini biasanya terletak di
daerah urban sebagai pusat komunitas dan kegiatan sosial untuk para
muslim di daerah tersebut. Walaupun begitu, seseorang dapat
menemukan sebuah masjid di Eropa apabila di sekitar daerah tersebut
ditinggali oleh kaum Muslim dalam jumlah yang cukup
banyak. Masjid pertama kali muncul di Amerika Serikat pada awal
abad ke 20. Masjid yang pertama didirikan di Amerika Serikat adalah
di daerah Cedar Rapids, Iowa yang dibangun pada kurun akhir 1920an.
Bagaimanapun, semakin banyak imigran Muslim yang datang
ke Amerika Serikat, terutama dari Asia Selatan, jumlah masjid
di Amerika Serikat bertambah secara drastis. Dimana jumlah masjid
pada waktu 1950 sekitar 2% dari jumlah masjid di Amerika Serikat,
pada tahun 1980, 50% jumlah masjid di Amerika Serikat didirikan.
4
Masjid Jami Al-Falah

Masjid yang beralamat di Jl. Nanas III, RT10/3, Utan Kayu Selatan,
Matraman, Jakarta Timur ini telah berdiri sejak tahun 1967, pendirinya
adalah H. M. Haris dimana jasadnya juga dikebumikan di area masjid
Jami Al-Falah.
Majid ini merupakan masjid tradisional dimana pada aspek politik,
ekonomi, dan sosial budaya masih bersifat tradisional.
Menurut istilah Fiqih, kata Jami berarti masjid yang
diselenggarakan pada hari Jumat. Menurut masyarakat, masjid jami
adalah masjid yang dibangun dari dana swadaya masyarakat.

Aspek Politik
Masjid Jami Al-Falah memiliki struktur DKM namun kepemimpinan
didasarkan dari hubungan keluarga yang turun temurun.

5
Aspek Ekonomi
Sumber dana Masjid Al-Falah berasal dari swadaya masyarakat
dan para donatur (donatur tetap dan tidak tetap). Untuk mengumpulkan
dana swadaya masyarakat Masjid Jami Al-Falah memiliki pengurus
yang berkeliling untuk mengumpulkan dana tersebut. Untuk para
donatur dapat memberikan dana yang dimilikinya melalui kotak amal
ataupun langsung menyerahkan kepada pengurus masjid.
Untuk pengelolaan dana, sejauh ini Masjid Jami Al-Falah belum
melakukan pengelolaan dana. Dana yang terkumpul untuk membiayai
operasional masjid seperti, perawatan masjid, membayar listrik dan air,
membayar jasa Khotib, imam, dan bilal pada hari Jumat, imam harian,
marabot. Dana tersebut juga untuk membiayai kegiatan yang
diselenggarakan masjid diantaranya maulid nabi, pengajian TPA,
kegiatan ta’lim. Untuk hari besar dibentuk suatu kepanitiaan, jika dana
untuk hari besar dirasa kurang maka akan memakai dana kas yang
berasal dari swadaya masyarakat.

Aspek Sosial Budaya


Aspek sosial dan budaya dari Masjid Jami Al-Falah terdiri dari
pendidikan baca Alquran yang diadakan setiap sore hari, kegiatan
Ta’lim dan Tafsir yang diadakan setiap malam Senin dan malam
Kamis. Selain kegiatan sehari-hari, Masjid Jami Al-Falah juga
mengadakan kegiatan di hari besar keagamaan seperti maulid nabi,
Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha.
6
Masjid Jami Cikini Al Ma’mur

Masjid Jami' Al-Makmur adalah sebuah Masjid bersejarah yang


terletak di Jl. Raden Saleh Raya No. 30, Cikini, Menteng, Jakarta
Pusat. Masjid yang dibangun pada tahun 1890 ini merupakan pindahan
dari sebuah Surau yang dibangun oleh Raden Saleh sekitar tahun 1860
di samping rumah kediamannya.

Aspek Politik
Kepengurusan masjid dipilih melalui jalan demokrasi. Ketua
DKM dipilih 5 tahun sekali dengan masa jabatan selama 5 tahun
lamanya. Untuk menjadi seorang ketua DKM harus memiliki
keimanan dan ketakwaan, berwawasan luas baik dalam bidang agama
maupun bidang lainnya, dan yang terpenting adalah dapat menjadi
teladan bagi para jamaah Masjid Nurur Rohman.

7
Aspek Ekonomi
Sumber dana Masjid Jami Cikini Al-Ma’mur berasal dari donatur
dan swadaya masyarakat melalui kotak amal masjid. Dana tersebut
dipergunakan untuk biaya operasional masji seperti listrik, air, dll.

Aspek Sosial Budaya


Aspek sosial dan budaya Masjid Jami Cikini Al-Ma’mur terdiri
dari kajian yang diseleranggarak masjid. Ketika kami dating ke Masjid
Jami Cikini Al-Ma’mur, selepas salat Magrib diadakan suatu ceramah
oleh ustad yang terdapat di masjid, tentunya masjid ini juga
menyelenggarakan majelis ta’lim dan menyelenggarakan kegiatan
pada hari besar keagamaan.

8
Masjid Nurur Rohman

Masjid Nurur Rohman beralamat di Jl. Nanas I No. 4 RT002/04


Kel. Utan Kayu Selatan, Kec. Matraman, Jakarta Timur. Masjid ini
telah berdiri sejak tahun 1970.

Aspek Politik
Kepengurusan masjid dipilih melalui jalan demokrasi. Ketua
DKM dipilih 5 tahun sekali dengan masa jabatan selama 5 tahun
lamanya. Untuk menjadi seorang ketua DKM harus memiliki
keimanan dan ketakwaan, berwawasan luas baik dalam bidang agama
maupun bidang lainnya, dan yang terpenting adalah dapat menjadi
teladan bagi para jamaah Masjid Nurur Rohman.
Ketua DKM: Bapak Rodin

9
Aspek Ekonomi
Sumber dana Masjid Nurur Rohman berasal dari donatur tetap
yang menyatakan sanggup membantu biaya operasional masjid. Selain
itu dana juga berasal dari infaq Jumat yang totalnya bisa mencapai 2
juta rupiah dari 300 jamaah yang hadir setiap salat Jumat. Dari kedua
sumber dana terssebut, Masjid Nurur Rohman mengelola dana yang
dimiliki untuk biaya operasional masjid, TPA, santunan anak yatim,
bahkan untuk membiayai pendidikan anak dari jenjang SD sampai
perguruan tinggi.

Aspek Sosial Budaya


Terdapat TPA yang diselenggarakan setiap hari Senin-Kamis
pukul 4-6 sore yang pengajarnya adalah mahasiswa. Untuk TPA tidak
dipungut biaya dan terbuka untuk anak usia TK sampai dengan SD.
Kegiatan lain yang diadakan masjid Nurur Rohman adalah tafshin
yang diselenggarakan setiap hari Rabu dan Minggu selepas waktu isya,
tafsir, tafhim, hadroh, qasidah, baca rawi, kajian. Semua kegiatan
tersebut telah terjadwal dari Senin sampai minggu, dapat dikatakan
kegiatan Masjid Nurur Rohman terisi satu minggu penuh.

10
Masjid At-Taubah

Masjid At-Taubah beralamat Jl. Pandan Raya RT010/012 Kebon


Kelapa Utan Kayu Selatan, Matraman, Jakarta Timur (021 85911586)
Masjid ini telah berdiri sejak tahun 1969. Majid ini merupakan masjid
modern yang cukup tua di daerah utama kayu Selatan.

Aspek Politik
Pemilihan DKM dilakukan secara demokrasi dengan
mengumpulkan beberapa calon lalu setelah bermusyawarah ditunjuk
satu orang yang dianggap pantas untuk menjabat sebagai ketua DKM
selama 5 tahun dan hasil akhirnya disetujui bersama

Aspek Ekonomi
Sumber pendapatan dana masjid at-taubah berasal dari infaq
pribadi (para pengurus mesjid) dan infaq donatur, baik tetap maupun
tidak tetap (jama'ah) yang sangat membantu terhadap biaya
operasional masjid. Selain itu dana juga berasal dari infaq Jumat yang
11
totalnya bisa mencapai 2,5 juta rupiah. Masjid at-taubah juga
mengumumkan setiap hari Jumat tentang transparansi dari pendapatan
ataupun pengeluaran masjid secara rinci dan terstruktur. Dan setiap
adanya kegiatan yang memerlukan biaya operasional masjid ataupun
tempat diharuskan membuat proposal dan kemudian ditandatangani
oleh ketua DKM lalu diedarkan

Aspek Sosial Budaya


Aspek sosial dan budaya dari Masjid At-Taubah terdiri adanya
TPA At-Taubah yang berasal dari yayasan Masjid itu sendiri tetapi
berbeda kepengurusan nya dengan masjid Selain itu masjid ini juga
menerima dan menyalurkan hewan qurban baik dari pribadi maupun
kolektifan bersama. Kemudian adanya buka bersama yang di mana
setiap wargadiberikan surat edaran dan dijadwalkan untuk membeli
takjil sebanyak 50 buah dan sahur bersama di 10 malam terakhir bulan
Ramadan. Kegiatan Sunat massal juga di adakan sesuai dengan
keadaan apakah menginginkan jalankan atau tidak.

12
PROFIL ANGGOTA

Nama : Charina Puspita


TTL : Jakarta, 11 Mei 2000

Prodi : Sosiologi

NIM : 1406618061

Kesan : Selama menjadi mahasiswa sosiologi


banyak kesan dan pengalaman yang saya
dapatkan. Belajar sosiologi bukan hanya tentang
memahami masyarakat, namun juga memahami aspek-aspek ilmu
lainnya seperti politik, ekonomi, dan agama.

Selama mengikuti MKU Agama Islam banyak pelajaran dan


pengalaman yang saya dapatkan. Pemahaman tentang agama diperluas,
kita memahami agama melalui berbagai perspektif. Tugas observasi ini
sangat menyenangkan, kita menjadi lebih tahu tentang masjid yang
ternyata masjid tidak hanya sebagai tempat ibadah tetapi juga memiliki
aspek-aspek lain seperti aspek politik, ekonomi, dan sosial budaya.

13
Nama : Fahma Shadrina

TTL : Bandung, 31 Agustus 1999

Prodi : Sosiologi

NIM : 1406618058

Kesan : Selama berkuliah di prodi sosiologi,


menurut saya sosiologi itu dapat membentuk
kemampuan berfikir. Karena kita belajar
sosiologi ini harus selalu menggunakan logika dan mampu
menganalisis persoalan yang terjadi di sekitar kita.

Selama mengikuti perkuliahan MKU Agama Islam, banyak sekali


pengalaman yang saya dapatkan. Melihat dan belajar Agama Islam
melalui berbagai pandangan dan perspektif. Untuk tugas UAS MKU
ini sangat menyenangkan, karena kami harus turun lapangan
melakukan observasi di masjid-masjid yang ada di Jakarta.

14
Nama : Hilyatus Shalehah

TTL : Depok, 6 Oktober 2000

Prodi : Sosiologi

NIM : 1406618032

Kesan : Selama berkuliah, pada awalnya


memilih prodi sosiologi karena menyukai
pelajarannya. Suka saja tidak cukup, tetapi kita
juga harus mempunyai niat untuk belajar dan selama berkuliah pun
sangat menyenangkan karena teman-teman yang baik, pelajarannya
sangat santai sekaligus serius dengan dosen-dosen yang berkualitas.

Selama belajar MKU Agama Islam, cukup efisien karena semua materi
dijelaskan oleh teman-teman yang mempresentasikan dan kemudian
dijelaskan kembali dengan lebih rinci oleh dosen terkait, tetapi karena
MKU ini dijadwalkan jam 3 sore, cukup memberatkan mahasiswa
karena konsentrasi untuk belajar dan memahami sudah mulai hilang
diakibatkan aktivitas yang sebelumnya dilakukan.

15
DAFTAR PUSTAKA

AP, Asisda Wahyu. 2012. Bahasa Indonesia Untuk


Penulisan Artikel Karya Ilmiah. Jakarta: Aqsamas Press

Wikipedia Indonesia, Ensiklopedia Bebas. 2 Desember 2018. Masjid.


diakses 7 Januari 2019.
https://id.mwikipedia.org/wiki/Masjid

16
LAMPIRAN

Masjid Jami Al-Falah

17
18
Masjid Jami Cikini Al-Ma’mur

19
20
21
Masjid At-Taubah

22
23
Masjid Nurur Rohman

24

Anda mungkin juga menyukai