Anda di halaman 1dari 19

Masjid

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Bagian dari seri utama dalam

Ensiklopedia Islam

tampil

Allah

tampil

Islam

sembunyi

Nabi Muhammad

 Penampilan fisik
 Mukjizat

 Orang dekat Nabi Muhammad:


 Istri Nabi
 Keluarga Nabi
 Sahabat Nabi

 Penerus ajaran Islam:


 Tabi'in
 Tabi'ut tabi'in
 Ulama

tampil
Sumber hukum dan ajaran

Glosarium • Portal • Proyek Islam

 l
 b
 s

Masjid adalah rumah tempat ibadah umat Islam atau Muslim. Masjid artinya tempat
sujud, sebutan lain yang berkaitan dengan masjid di Indonesia
adalah musala, langgar atau surau. Istilah tersebut diperuntukkan bagi bangunan
menyerupai masjid yang tidak digunakan untuk salat Jumat, iktikaf, dan umumnya
berukuran kecil. Selain digunakan sebagai tempat ibadah, masjid juga merupakan
pusat kehidupan komunitas muslim. Kegiatan-kegiatan perayaan hari besar, diskusi,
kajian agama, ceramah dan belajar Al-Qur'an sering dilaksanakan di Masjid. Bahkan
dalam sejarah Islam, masjid turut memegang peranan dalam aktivitas sosial
kemasyarakatan hingga kemiliteran.

Daftar isi

 1Etimologi
 2Terminologi
 3Sejarah
o 3.1Masjid pertama
o 3.2Penyebaran masjid
o 3.3Perubahan tempat ibadah menjadi masjid
 4Pemberlakuan hukum
 5Fungsi keagamaan
o 5.1Ibadah
o 5.2Kegiatan bulan Ramadan
o 5.3Amal
 6Fungsi sosial
o 6.1Pusat kegiatan masyarakat
o 6.2Pendidikan
o 6.3Kegiatan dan pengumpulan dana
 7Masjid dan politik
o 7.1Bantuan
o 7.2Konflik sosial
o 7.3Pengaruh Saudi
 8Arsitektur
o 8.1Bentuk
o 8.2Menara
o 8.3Kubah
o 8.4Tempat ibadah
o 8.5Tempat bersuci
o 8.6Fasilitas lain
 9Aturan dan etiket
o 9.1Imam
o 9.2Kebersihan
o 9.3Pakaian
o 9.4Konsentrasi
o 9.5Pemisahan gender
o 9.6Non-muslim di masjid
 10Pemakmuran
 11Larangan
 12Referensi
o 12.1Catatan kaki
o 12.2Daftar pustaka
 13Lihat pula
 14Pranala luar

Etimologi[sunting | sunting sumber]
Masjid berarti tempat beribadah. Akar kata dari masjid adalah sajada di
mana sajada berarti sujud atau tunduk. Kata masjid sendiri berakar dari bahasa
Aram. Kata masgid (m-s-g-d) ditemukan dalam sebuah inskripsi dari abad ke 5
Sebelum Masehi. Kata masgid (m-s-g-d) ini berarti "tiang suci" atau "tempat
sembahan".  Dalam pola maf'il, masjid berarti tempat sujud. Kemudian, pola
[1]

mashdarnya menambahkan isim menjadi masjad. Kata ini berarti bekas sujud yang
terlihat pada dahi. Kata masjid dan masjad merupakan bentuk tunggal dari
kata masâjid. [2]

Etimologi masjid berdasarkan salah satu hadis yaitu sebagai tempat sujud di Bumi.
Lokasinya adalah di segala tempat di Bumi dan tidak ada lokasi khusus untuk
tempat sujud ini. Dalam pengertian ini, masjid menjadi tempat pelaksanaan salat
yang sifatnya suci dari najis. Beberapa lokasi tidak dapat dijadikan sebagai tempat
salat atau masjid karena disebutkan dalam dalil. Tempat-tempat ini antara
lain pemakaman, dan kamar mandi, dan kandang. [2]

Terminologi[sunting | sunting sumber]
Menurut terminologi, masjid diartikan sebagai lahan yang kepemilikannya bersifat
umum dan tidak pribadi, yang dijadikan sebagai tempat khusus untuk ibadah.
Kepemilikan masjid dipandang sebagai milik Allah dengan tujuan sebagai tempat
salat. Termonologi masjid secara khusus ialah tempat pelaksanaan salat lima waktu.
Dalam pengertian ini, musala dan tempat pelaksanaan yang khusus untuk salat
Id tidak dikategorikan sebagai masjid. Berdasarkan terminologi ini, tempat bagi fakir
miskin dan madrasah juga tidak dimasukkan dalam kategori masjid. Pada tempat-
tempat ini, hukum-hukum yang berlaku pada masjid tidak dapat diberlakukan. [2]

Interior masjid Da'wah di kota Pekanbaru, Riau


Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh.

Masjid khas Minangkabau pada tahun 1895.

Sejarah[sunting | sunting sumber]
Menara-menara, serta kubah masjid yang besar, seakan menjadi saksi betapa
jayanya Islam pada kurun abad pertengahan. Masjid telah melalui serangkaian
tahun-tahun terpanjang di sejarah hingga sekarang. Mulai dari Perang
Salib sampai Perang Teluk. Selama lebih dari 1000 tahun pula, arsitektur Masjid
perlahan-lahan mulai menyesuaikan bangunan masjid dengan arsitektur modern.
Masjid pertama[sunting | sunting sumber]
Ketika Nabi Muhammad saw tiba di Madinah, dia memutuskan untuk membangun
sebuah masjid, yang sekarang dikenal dengan nama Masjid Nabawi, yang berarti
Masjid Nabi. Masjid Nabawi terletak di pusat Madinah. Masjid Nabawi dibangun di
sebuah lapangan yang luas. Di Masjid Nabawi, juga terdapat mimbar yang sering
dipakai oleh Nabi Muhammad saw.  Masjid Nabawi menjadi jantung kota Madinah
[1]

saat itu. Masjid ini digunakan untuk kegiatan politik, perencanaan kota, menentukan
strategi militer, dan untuk mengadakan perjanjian. Bahkan, di area sekitar masjid
digunakan sebagai tempat tinggal sementara oleh orang-orang fakir miskin.
Saat ini, Masjidil Haram, Masjid Nabawi dan Masjid al-Aqsa adalah tiga masjid
tersuci di dunia. [3]

Penyebaran masjid[sunting | sunting sumber]


Masjid kemudian dibangun di daerah luar Semenanjung Arab, seiring dengan
kaum Muslim yang bermukim di luar Jazirah Arab. Mesir menjadi daerah pertama
yang dikuasai oleh kaum Muslim Arab pada tahun 640. Sejak saat itu, ibu
kota Mesir, Kairo dipenuhi dengan masjid. Maka dari itu, Kairo dijuluki sebagai kota
seribu menara.  Beberapa masjid di Kairo berfungsi sebagai sekolah Islam atau
[4]

madrasah bahkan sebagai rumah sakit.  Masjid di Sisilia dan Spanyol tidak


[5]

menirukan desain arsitektur Visigoth, tetapi menirukan arsitektur bangsa Moor.


 Para ilmuwan kemudian memperkirakan bahwa bentuk bangunan pra-Islam
[6]

kemudian diubah menjadi bentuk arsitektur Islam ala Andalus dan Magribi, seperti
contoh lengkung tapal kuda di pintu-pintu masjid. [7]
Menara Masjid Raya Xi'an di Xi'an, Tiongkok

Masjid pertama di Tiongkok berdiri pada abad ke 8 Masehi di Xi'an. Masjid Raya


Xi'an, yang terakhir kali di rekonstruksi pada abad ke 18 Masehi, mengikuti arsitektur
Tiongkok. Masjid di bagian barat Tiongkok seperti di daerah Xinjiang, mengikuti
arsitektur Arab, di mana di masjid terdapat kubah dan menara. Sedangkan, di timur
Tiongkok, seperti di daerah Beijing, mengandung arsitektur Tiongkok. [8]

Masjid mulai masuk di daerah India pada abad ke 16 semasa


kerajaan Mugal berkuasa. Masjid di India mempunyai karakteristik arsitektur masjid
yang lain, seperti kubah yang berbentuk seperti bawang. Kubah jenis ini dapat dilihat
di Masjid Jama, Delhi.
Masjid pertama kali didirikan di Kesultanan Utsmaniyah pada abad ke 11 Masehi, di
mana pada saat itu orang-orang Turki mulai masuk agama Islam. Beberapa masjid
awal di Turki adalah Aya Sofya, di mana pada zaman Bizantium, bangunan Aya
Sofya merupakan sebuah katedral. Kesultanan Utsmaniyah memiliki karakteristik
arsitektur masjid yang unik, terdiri dari kubah yang besar, menara dan bagian luar
gedung yang lapang. Masjid di Kesultanan Usmaniyah biasanya mengkolaborasikan
tiang-tiang yang tinggi, jalur-jalur kecil di antara shaf-shaf, dan langit-langit yang
tinggi, juga dengan menggabungkan mihrab dalam satu masjid.  Sampai saat
[9]

ini, Turki merupakan rumah dari masjid yang berciri khas arsitektur Utsmaniyah.


Secara bertahap, masjid masuk ke beberapa bagian di Eropa. Perkembangan
jumlah masjid secara pesat mulai terlihat seabad yang lalu, ketika
banyak imigran Muslim yang masuk ke Eropa. Kota-kota besar di Eropa,
seperti München, London dan Paris memilki masjid yang besar dengan kubah dan
menara. Masjid ini biasanya terletak di daerah urban sebagai pusat komunitas dan
kegiatan sosial untuk para muslim di daerah tersebut. Walaupun begitu, seseorang
dapat menemukan sebuah masjid di Eropa apabila di sekitar daerah tersebut
ditinggali oleh kaum Muslim dalam jumlah yang cukup banyak.  Masjid pertama kali
[10]

muncul di Amerika Serikat pada awal abad ke 20. Masjid yang pertama didirikan
di Amerika Serikat adalah di daerah Cedar Rapids, Iowa yang dibangun pada kurun
akhir 1920an. Bagaimanapun, semakin banyak imigran Muslim yang datang
ke Amerika Serikat, terutama dari Asia Selatan, jumlah masjid di Amerika
Serikat bertambah secara drastis. Dimana jumlah masjid pada waktu 1950 sekitar
2% dari jumlah masjid di Amerika Serikat, pada tahun 1980, 50% jumlah masjid
di Amerika Serikat didirikan. [11]
Perubahan tempat ibadah menjadi masjid[sunting | sunting sumber]

Masjid Umayyah di Damaskus, Suriah, dahulu merupakan gereja Bizantium

Masjid Ayasofya, dahulu merupakan gereja

Menurut sejarawan Muslim, sebuah kota yang ditaklukkan tanpa perlawanan dari


penduduknya, maka pasukan Muslim memperbolehkan penduduk untuk tetap
mempergunakan gereja dan sinagoge mereka. Tapi, ada beberapa gereja dan
sinagoge yang beralih fungsi menjadi sebuah masjid dengan persetujuan dari tokoh
agama setempat. Misal pada perubahan fungsi Masjid Umayyah, di mana
khalifah Bani Umayyah, Abdul Malik mengambil gereja Santo Yohannes pada tahun
705 dari Umat Kristiani. Kesultanan Utsmaniyah juga melakukan alih fungsi terhadap
beberapa gereja, biara dan kapel di Istanbul, termasuk gereja
terbesar Ayasofya yang diubah menjadi masjid, setelah kejatuhan
kota Konstantinopel pada tahun 1453 oleh Muhammad al-Fatih. Beberapa masjid
lainnya juga didirikan di daerah suci milik Yahudi dan Kristen, seperti di Yerusalem.
 Penguasa Muslim di India juga membangun masjid hanya untuk memenuhi tugas
[1]

mereka di bidang agama.


Sebaliknya, masjid juga dialih fungsikan menjadi tempat ibadah yang lain,
seperti gereja. Hal ini dilakukan oleh umat Kristiani di Spanyol yang mengubah
fungsi masjid di selatan Spanyol menjadi katedral, mengikuti keruntuhan kekuasaan
Bani Umayyah di selatan Spanyol.  Masjid Agung Kordoba sekarang dialih
[12]

fungsikan menjadi sebuah gereja. Beberapa masjid di kawasan Semenanjung


Iberia, Eropa Selatan dan India juga dialih fungsikan menjadi gereja atau pura
setelah kekuasaan Islam tidak berkuasa lagi.

Pemberlakuan hukum[sunting | sunting sumber]


Hukum-hukum Islam yang berkaitan dengan masjid diberlakukan pada masjid
dan pekarangan masjid. Ini berlaku karena pekarangan masjid umumnya langsung
terhubung dengan bangunan masjid. Hukum yang berlaku pada masjid berlaku pada
seluruh lahan masjid dengan adanya pembatas maupun tanpa pembatas. Jika
masjid memiliki ruangan khusus untuk perpustakaan, maka ruangan tersebut juga
diberlakukan hukum masjid. Syarat yang harus dipenuhi ialah posisi pintunya.
Hukum masjid hanya berlaku jika pintu ruangan perpustakaan berada di dalam
masjid. [13]

Fungsi keagamaan[sunting | sunting sumber]


Ibadah[sunting | sunting sumber]
Artikel utama: Salat
Semua muslim yang telah baligh atau dewasa diperintahkan untuk menunaikan
sholat wajib lima kali sehari secara berjamaah di masjid kecuali ada halangan. Pada
hari Jumat, semua muslim laki-laki yang telah dewasa diwajibkan pergi ke masjid
untuk menunaikan sholat Jum'at selama tidak ada halangan, berdasarkan Surah Al-
Jumu’ah ayat 9:


Wahai orang-orang yang beriman! Apabila telah diseru untuk melaksanakan salat Jum'at, maka
bersegeralah kamu mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu
jika kamu mengetahui.[14] ”
— Surah Al-Jumu’ah:9

Umat Muslim sedang melakukan salat di Masjid Umayyah

Sholat jenazah, biasanya juga diselenggarakan di masjid. Sholat jenazah dilakukan


untuk muslim yang telah meninggal, dengan dipimpin seorang imam. Salat jenazah
dilakukan di area sektar masjid.  Ketika gerhana matahari muncul, kaum Muslimin
[15]

juga mengadakan salat khusuf untuk mengingat kebesaran Allah.  Pada dua hari [16]

raya atau 'idain,yaitu Idul Fitri dan Idul Adha umat Muslim juga melakukan salat.


Biasanya, beberapa masjid kecil di daerah Eropa atau Amerika akan menyewa
sebuah gedung pertemuan untuk menyelenggarakan salat 'Id.  Di Indonesia, Salat [17]

'Id dilakukan di lapangan terbuka atau di masjid sekitar apabila tidak dimungkinkan.
Kegiatan bulan Ramadan[sunting | sunting sumber]
Masjid, pada bulan Ramadan, mengakomodasi umat Muslim untuk beribadah pada
bulan Ramadan. Biasanya, masjid akan sangat ramai di minggu pertama Ramadan.
Pada bulan Ramadan, masjid-masjid biasanya menyelenggarakan acara pengajian
yang amat diminati oleh masyarakat. Tradisi lainnya adalah menyediakan iftar, atau
makanan buka puasa. Ada beberapa masjid yang juga menyediakan makanan untuk
sahur. Masjid-masjid biasanya mengundang kaum fakir miskin untuk datang
menikmati sahur atau iftar di masjid. Hal ini dilakukan sebagai amal shaleh pada
bulan Ramadan. [18]

Pada malam hari setelah salat Isya digelar, umat Muslim disunahkan untuk
melaksanakan salat Tarawih berjamaah di masjid. Setelah salat Tarawih, ada
beberapa orang yang akan membacakan Al-Qur'an.  Pada sepuluh hari terakhir di
[14]

bulan Ramadan, masjid-masjid besar akan menyelenggarakan I'tikaf, yaitu


sunnah Nabi Muhammad saw. untuk berdiam diri di Masjid ( mengkhususkan hari-
hari terakhir ramadan guna meningkatkan amal ibadah ) dan memperbanyak
mengingat Allah swt. [14]

Amal[sunting | sunting sumber]
Rukun ketiga dalam Rukun Islam adalah zakat. Setiap muslim yang mampu wajib
menzakati hartanya sebanyak 2.5% dari jumlah hartanya. Masjid, sebagai pusat dari
komunitas umat Islam, menjadi tempat penyaluran zakat bagi yatim piatu dan fakir
miskin. Pada saat Idul Fitri, masjid menjadi tempat penyaluran zakat fitrah dan
membentuk panitia amil zakat.
Panitia zakat, biasanya di bentuk secara lokal oleh orang-orang atau para jemaah
yang hidup di sekitar lingkungan masjid. Begitu pula dalam pengelolaannya. Namun,
untuk masjid-masjid besar seperti di pusat kota, biasanya langsung ditangani
oleh pemerintah daerah setempat.

Fungsi sosial[sunting | sunting sumber]

Masjid di Martapura pada masa penjajahan. Masjid di banyak kota di Indonesia menjadi bagian tidak terpisahkan dari
alun-alun.

Pusat kegiatan masyarakat[sunting | sunting sumber]


Banyak pemimpin Muslim setelah wafatnya Nabi Muhammad saw, berlomba-lomba
untuk membangun masjid. Seperti kota Mekkah dan Madinah yang berdiri di
sekitar Masjidil Haram dan Masjid Nabawi, kota Karbala juga dibangun di dekat
makam Husain bin Ali. Kota Isfahan, Iran dikenal dengan Masjid Imam-nya yang
menjadi pusat kegiatan masyarakat. Pada akhir abad ke-17, Syah Abbas
I dari dinasti Safawi di Iran mengubah kota Isfahan menjadi salah satu kota terbagus
di dunia dengan membangun Masjid Syah dan Masjid Syaikh Lutfallah di pusat kota.
Ini menjadikan kota Isfahan memiliki lapangan pusat kota yang terbesar di dunia.
Lapangan ini berfungsi sebagai pasar bahkan tempat olahraga. [19]

Masjid di daerah Amerika Serikat dibangun dengan sangat sering. Masjid biasa


digunakan sebagai tempat perkumpulan umat Islam. Biasanya perkembangan
jumlah masjid di daerah pinggiran kota, lebih besar dibanding di daerah kota. Masjid
dibangun agak jauh dari pusat kota. [20]

Pendidikan[sunting | sunting sumber]
Madrasah Ulugh Beg, yang termasuk dalam kompleks masjid di Samarkand, Uzbekistan

Fungsi utama masjid yang lainnya adalah sebagai tempat pendidikan. Beberapa


masjid, terutama masjid yang didanai oleh pemerintah, biasanya menyediakan
tempat belajar baik ilmu keislaman maupun ilmu umum. Sekolah ini memiliki
tingkatan dari dasar sampai menengah, walaupun ada beberapa sekolah yang
menyediakan tingkat tinggi. Beberapa masjid biasanya menyediakan pendidikan
paruh waktu, biasanya setelah subuh, maupun pada sore hari. Pendidikan di masjid
ditujukan untuk segala usia, dan mencakup seluruh pelajaran, mulai dari keislaman
sampai sains. Selain itu, tujuan adanya pendidikan di masjid adalah untuk
mendekatkan generasi muda kepada masjid. Pelajaran
membaca Qur'an dan bahasa Arab sering sekali dijadikan pelajaran di beberapa
negara berpenduduk Muslim di daerah luar Arab, termasuk Indonesia. Kelas-kelas
untuk mualaf, atau orang yang baru masuk Islam juga disediakan di masjid-masjid
di Eropa dan Amerika Serikat, di mana perkembangan agama Islam melaju dengan
sangat pesat.  Beberapa masjid juga menyediakan pengajaran tentang hukum
[21]

Islam secara mendalam. Madrasah, walaupun letaknya agak berpisah dari masjid,
tetapi tersedia bagi umat Islam untuk mempelajari ilmu keislaman.
Kegiatan dan pengumpulan dana[sunting | sunting sumber]
Masjid juga menjadi tempat kegiatan untuk mengumpulkan dana. Masjid juga sering
mengadakan bazar, di mana umat Islam dapat membeli alat-alat ibadah maupun
buku-buku Islam. Masjid juga menjadi tempat untuk akad nikah, seperti tempat
ibadah agama lainnya.
Masjid tanah liat di Djenné, Mali, secara tahunan mengadakan festival untuk
merekonstruksi dan membenah ulang masjid.

Masjid dan politik[sunting | sunting sumber]


Di penghujung abad ke-20, peranan masjid sebagai tempat berpolitik mulai
meningkat. Saat ini, partisipasi kepada masyarakat mulai menjadi agenda utama
masjid-masjid di daerah Barat. Karena melihat masyarakat sekitar adalah penting,
masjid-masjid digunakan sebagai tempat dialog dan diskusi damai antara umat
Islam dengan non-Muslim.
Masjid Raya Paris

Bantuan[sunting | sunting sumber]
Negara yang di mana jumlah penduduk Muslimnya sangat sedikit, biasanya turut
membantu dalam hal-hal masyarakat, seperti misalnya memberikan fasilitas
pendaftaran pemilih untuk kepentingan pemilu.  Pendaftaran pemilih ini melibatkan
[22]

masyarakat Islam yang tinggal di sekitar Masjid. Beberapa masjid juga sering
berpartisipasi dalam demonstrasi, penandatanganan petisi, dan kegiatan politik
lainnya. [22]

Selain itu, peran masjid dalam dunia politik terlihat di bagian lain di dunia.
 Contohnya, pada kasus pengeboman Masjid al-Askari di Irak. pada
[23]

bulan Februari 2006 Imam-imam dan khatib di Masjid al-Askari menggunakan masjid


sebagai tempat untuk menyeru pada kedamaian di tengah kerusuhan di Irak. [24]

Konflik sosial[sunting | sunting sumber]


Masjid kadang-kadang menjadi sasaran kemarahan umat non-Muslim. Kadang kala
kasus persengketan terjadi di beberapa daerah di mana umat Islam menjadi
minoritas di daerah tersebut.
Sebagai contoh konkret adalah kasus di Masjid Babri. Masjid Babri yang terletak
di Mumbai, India menjadi masalah sengketa lahan antara masyarakat
penganut Hindu dan masyarakat Muslim. Hal ini dikarenakan Masjid Babri berdiri di
daerah keramat Mandir.  Sebelum sebuah kesepakatan dibuat, masyarakat dan
[25]

aktivis Hindu berjumlah 75000 massa menghancurkan bangunan Masjid


Babri pada 6 Desember 1992.
Selain itu, masjid juga sering menjadi tempat pengejekan dan penyerbuan terhadap
umat Muslim setelah terjadinya peristiwa 11 September.  Lebih dari itu, Liga Yahudi
[26]

diketahui berencana mengebom King Fahd Mosque di Culver City, California.


 Masjid Hassan Bek di Palestina menjadi objek penyerbuan
[27]

kaum Yahudi Israel kepada Muslim Arab. [28][29][30]

Pengaruh Saudi[sunting | sunting sumber]


Artikel utama: Wahabi
Walaupun Arab Saudi telah berperan dalam membangun masjid sejak awal abad ke-
20, tetapi pada pertengahan abad ke-20, Arab Saudi menjadi negara yang paling
banyak mendukung atau mendonasikan pembangunan masjid di seluruh dunia.
 Pada awal 1980-an, pemerintah Arab Saudi, di bawah
[31]
kepemimpinan Khaled dan Fahd mendonasikan biaya untuk pembangunan masjid di
beberapa bagian di dunia. Dana sebesar 45 miliar dolar telah dihabiskan untuk
membangun masjid di seluruh dunia. Koran Ainul Yaqin di Arab Saudi mencatat
bahwa pemerintah Arab Saudi telah membangun setidaknya 1500 masjid dan lebih
dari 2000 pusat Islam di seluruh dunia.  Di Amerika Serikat dan Italia, masjid dan
[32]

pusat pendidikan Islam telah berdiri di California dan Roma. Proyek tersebut adalah


investasi terbesar bagi pemerintah Arab Saudi. [31][33]

Arsitektur[sunting | sunting sumber]

Masjid Indrapuri di Aceh, akhir abad ke-19, bergaya arsitektur Nusantara. Foto koleksi KITLV.

Bentuk[sunting | sunting sumber]
Bentuk bangunan masjid yang utama ialah persegi atau persegi panjang. Tujuannya
agar shaf dapat tersusun secara lurus dan arah kiblat terlihat jelas. Bangunan masjid
juga diutamakan tidak menyerupai bentuk bangunan lain. Tujuannya sebagai
pembeda yang membuatnya dapat dikenali sebagai masjid.  Bentuk masjid telah [34]

diubah di beberapa bagian negara Islam di dunia. Gaya masjid terkenal yang sering
dipakai adalah bentuk masjid Abbasi, bentuk T, dan bentuk kubah pusat di Anatolia.

Masjid di Kobe, Jepang

Arab-plan atau hypostyle adalah bentuk-bentuk awal masjid yang sering dipakai dan


dipelopori oleh Bani Umayyah. Masjid ini berbentuk persegi ataupun persegi panjang
yang dibangun pada sebuah dataran dengan halaman yang tertutup dan tempat
ibadah di dalam. Halaman di masjid sering digunakan untuk menampung jamaah
pada hari Jumat. Beberapa masjid berbentuk hypostyle ayau masjid yang berukuran
besar, biasanya mempunyai atap datar di atasnya, dan digunakan untuk penopang
tiang-tiang.  Contoh masjid yang menggunakan bentuk hypostyle adalah Masjid
[1]

Kordoba, di Kordoba, yang dibangun dengan 850 tiang.  Beberapa masjid [35]

bergaya hypostyle memiliki atap melengkung yang memberikan keteduhan bagi


jamaah di masjid. Masjid bergaya arab-plan mulai dibangun pada
masa Abbasiyah dan Umayyah, tetapi masjid bergaya arab-plan tidak terlalu
disenangi.

Masjid El Rahman diCherchell di Aljazair (dibangun tahun 1574 pada masa Kesultanan Utsmaniyah)

Kesultanan Utsmaniyah kemudian memperkenalkan bentuk masjid dengan kubah di


tengah pada abad ke-15 dan memiliki kubah yang besar, di mana kubah ini
melingkupi sebagian besar area salat. Beberapa kubah kecil juga ditambahkan di
area luar tempat ibadah.  Gaya ini sangat dipengaruhi oleh bangunan-bangunan
[36]

dari Bizantium yang menggunakan kubah besar. [1]

Masjid gaya Iwan juga dikenal dengan bagian masjid yang dikubah. Gaya ini diambil
dari arsitektur Iran pra-Islam.
Menara[sunting | sunting sumber]
Bentuk umum dari sebuah masjid adalah keberadaan menara. Menara asal katanya
dari bahasa Arab "nar" yang artinya "api"( api di atas menara/lampu) yang terlihat
dari kejauhan. Menara di masjid biasanya tinggi dan berada di bagian pojok dari
kompleks masjid. Menara masjid tertinggi di dunia berada di Masjid Hassan
II, Casablanca, Maroko. [37]

Masjid-masjid pada zaman Nabi Muhammad tidak memiliki menara, dan hal ini mulai
diterapkan oleh pengikut ajaran Wahabiyyah, yang melarang pembangunan menara
dan menganggap menara tidak penting dalam kompleks masjid. Menara pertama
kali dibangun di Basra pada tahun 665 sewaktu pemerintahan khalifah Bani
Umayyah, Muawiyah I, yang mendukung pembangunan menara masjid untuk
menyaingi menara-menara lonceng pada gereja. Menara bertujuan sebagai
tempat muazin mengumandangkan azan. [38]

Pada masjid yang membangun menara, tinggi menara harus dibuat seperlunya dan
tidak berlebihan. Selain itu, jumlah menara juga harus secukupnya saja. Jika suatu
masjid telah memiliki pengeras suara, maka pembangunan menara menjadi tidak
wajib. Dana yang dimiliki oleh masjid untuk pembangunan menara dialihkan untuk
pembangunan masjid lainnya. [39]

Kubah[sunting | sunting sumber]
Masjid dengan kubah yang besar di Pusat Islam Wina

Kubah juga merupakan salah satu ciri khas dari sebuah masjid. Seiring waktu,
kubah diperluas menjadi sama luas dengan tempat ibadah di bawahnya. Walaupun
kebanyakan kubah memakai bentuk setengah bulat, masjid-masjid di
daerah India dan Pakistan memakai kubah berbentuk bawang. [40]

Salah satu sudut dalam Masjid dengan Mihrab pada bagian tengah ruangan

Tempat ibadah[sunting | sunting sumber]


Tempat ibadah atau ruang salat, tidak diberikan meja, atau kursi, sehingga
memungkinkan para jamaah untuk mengisi shaf atau barisan-barisan yang ada di
dalam ruang salat. Bagian ruang salat biasanya diberi kaligrafi dari potongan ayat
Al-Qur'an untuk memperlihatkan keindahan agama Islam serta Al-Qur'an. Ruang
salat mengarah ke arah Ka'bah, sebagai kiblat umat Islam.  Di masjid juga terdapat
[41]

mihrab dan mimbar. Mihrab adalah tempat imam memimpin salat,


sedangkan mimbar adalah tempat khatib menyampaikan khutbah. [42]

Tempat bersuci[sunting | sunting sumber]


Dalam komplek masjid, di dekat ruang salat, tersedia ruang untuk menyucikan diri,
atau biasa disebut tempat wudhu. Di beberapa masjid kecil, kamar mandi digunakan
sebagai tempat untuk berwudhu. Sedangkan di masjid tradisional, tempat wudhu
biasanya sedikit terpisah dari bangunan masjid. [35]

Fasilitas lain[sunting | sunting sumber]


Masjid modern sebagai pusat kegiatan umat Islam, juga menyediakan fasilitas
seperti klinik, perpustakaan, dan tempat berolahraga. Di Masjid Raya Bandung,
halaman depannya merupakan lapangan terbuka untuk masyarakat.

Aturan dan etiket[sunting | sunting sumber]


Masjid Raya Isfahan di Iran

Masjid sebagai tempat beribadah kaum muslim, merupakan tempat suci. Oleh
karena itu, ada peraturan dan etiket yang harus dipenuhi ketika berada di masjid.
Imam[sunting | sunting sumber]
Pemilihan imam sebagai pemimpin salat sangat dianjurkan, meskipun bukan sebuah
kewajiban.  Seorang imam haruslah seorang muslim yang jujur, baik dan paham
[43]

akan agama Islam.  Sebuah masjid yang dibangun dan dirawat oleh pemerintah,
[43]

akan dipimpin oleh Imam yang ditunjuk oleh pemerintah.  Masjid yang tidak dikelola
[43]

pemerintah, akan memilih imam dengan sistem pemilihan dengan suara terbanyak.
Menurut Mazhab Hanafi, orang yang membangun masjid layak disebut sebagai
imam, walaupun konsep ini tidak diajarkan ke mazhab lainnya. [43]

Kepemimpinan salat dibagi dalam tiga jenis, yakni imam untuk salat lima waktu,
imam salat Jumat dan imam salat lainnya (seperti salat khusuf atau jenazah).
Semua ulama Islam berpendapat bahwa jamaah laki-laki hanya dapat dipimpin oleh
seorang imam laki-laki. Bila semua jamaah adalah perempuan, maka baik laki-laki
maupun perempuan dapat menjadi imam, asalkan perempuan tidak menjadi imam
bagi jamaah laki-laki. [43]

Kebersihan[sunting | sunting sumber]
Artikel utama: Wudhu
Masjid merupakan tempat yang suci,maka jamaah yang datang ke masjid harus
dalam keadaan yang suci pula. Sebelum masuk masjid, jamaah harus berwudhu di
tempat wudhu yang telah disediakan. Selain itu, jamaah tidak boleh masuk ke masjid
dengan menggunakan sepatu atau sandal yang tidak bersih. Jamaah sebisa
mungkin harus dalam keadaan rapi, bersih dan tidak dalam keadaan junub. Seorang
jamaah dianjurkan untuk bersiwak sebelum masuk ke masjid, untuk menghindari
bau mulut. [44]

Mesjid Ar-Rahman di Pekanbaru

Pakaian[sunting | sunting sumber]
Agama Islam menganjurkan untuk berpakaian rapi, sopan, dan bersih dalam
beribadah. Jamaah laki-laki dianjurkan memakai baju yang longgar dan bersih.
Jamaah perempuan diharuskan memakai jubah yang longgar atau memakai hijab.
Baik jamaah laki-laki maupun perempuan tidak boleh memakai pakaian yang
memperlihatkan aurat. Kebanyakan umat Islam memakai baju khas Timur
Tengah seperti jubah atau hijab.  Pakaian harus baik sesuai Firman Allah dalam Al
[14]

Quran surah Al Araf ayat 31 memerintahkan memakai pakaian indah pada saat
memasuki masjid.

Konsentrasi[sunting | sunting sumber]
Masjid sebagai tempat untuk beribadah tidak boleh diganggu ketenangannya.
Pembicaraan dengan suara yang keras disekitar masjid yang dapat mengganggu
jamaah di masjid dilarang. Selain itu, orang tidak boleh berjalan di depan jamaah
yang sedang salat.  Para jamaah juga dianjurkan untuk memakai pakaian yang
[45]

tidak bertulisan maupun berwarna supaya menjaga kekhusyuan salat.

Masjid Schwetzingen di Jerman

Pemisahan gender[sunting | sunting sumber]


Pemisahan antara lelaki dan perempuan di masjid sangat penting, agar tidak
menimbulkan syahwat. Posisi jamaah wanita di masjid adalah di belakang jamaah
pria. Nabi Muhammad saw dalam hadisnya: "Tempat ibadah terbaik bagi perempuan
adalah di rumah". Bahkan khalifah Umar bin Khattab melarang wanita untuk salat di
masjid.  Pada beberapa masjid di Asia Tenggara dan Asia Selatan, jamaah
[46]

perempuan dipisahkan dengan sebuah hijab atau dibedakan lantainya. Sedangkan


di Masjidil Haram, jamaah perempuan dan anak-anak diberi tempat khusus untuk
beribadah. [47]

Non-muslim di masjid[sunting | sunting sumber]


Berdasarkan pendapat kebanyakan ulama, penganut selain Islam diperbolehkan
untuk masuk ke masjid, selama mereka tidak makan atau tidur di dalamnya.
Tapi, Mazhab Maliki memiliki pendapat lain yang melarang penganut selain Islam
untuk masuk ke masjid dalam keadaan apapun. [43]

Menurut Imam Hambali, penganut agama samawi,


seperti Kristen maupun Yahudi masih diperbolehkan untuk masuk ke Masjidil
Haram. Tapi, khalifah Bani Umayyah, Umar II melarang non-muslim untuk masuk ke
daerah Masjidil Haram dan kemudian berlaku di seluruh penjuru Arab. Masjid-masjid
di Maroko yang menganut Mazhab Maliki melarang non-muslim untuk masuk ke
masjid.  Di Amerika Serikat, non-muslim diperbolehkan untuk masuk, sebagai
[48]

sarana untuk pembelajaran Islam. [49][50]


Saat ini, di Arab Saudi, kota Mekkah dan Madinah hanya diperbolehkan untuk kaum
Muslim saja. Sedangkan bagi non-muslim, diarahkan ke kota Jeddah. [51]

Pemakmuran[sunting | sunting sumber]
Dalam Surah At-Taubah ayat 18 disebutkan bahwa memakmurkan masjid
merupakan salah satu tanda keimanan kepada Allah.  Memakmurkan masjid dapat [52]

diartikan sebagai melaksanakan ibadah dan membantu pembangunan masjid.


 Membiayai pembangunan masjid merupakan salah satu bentuk ibadah dan
[53]

amalan terbaik di dalam Islam. Kedudukannya didasarkan kepada kedudukan masjid


sebagai sarana salat berjemaah dan perannya dalam ibadah Islam yang lainnya.
 Dalam beberapa hadis yang diriwayatka dari Utsman bin Affan, pembangunan
[13]

masjid diganjari dengan rumah atau masjid di surga. Sedangkan dalam hadis yang
diriwayatkan dari Abu Dzar Al-Ghifari dan Jabir bin Abdullah, membangun masjid
meskipun sebesar sarang burung akan mendapatkan ganjaran berupa rumah yang
seukuran dengannya di surga. Ukuran sarang burung dalam riwayat ini adalah
seukuran sarang burung yang bertelur di tanah. [53]

Larangan[sunting | sunting sumber]
Pada hadis lainnya, pemakmuran masjid secara berlebihan dijadikan tanda kiamat.
Dalam hadis yang diriwayatkan dari Anas bin Malik, membangga-banggakan masjid
menjadi pertanda akan terjadinya kiamat. Kegiatan membangga-banggakan masjid
ini berupa kegiatan memberikan hiasan-hiasan pada masjid dan mengadakan
perlombaan atasnya. Kegiatan menghias masjid mulai dilarang pada masa khalifah
Umar bin Khattab. Kegiatan ini dianggap mengganggu ibadah salat dan merupakan
perbuatan yang sia-sia dan berlebihan. Pelarangan ini pertama kali diberlakukan
pada Masjid Nabawi.  Umar bin Khattab melarang pengecatan Masjid Nabawi
[54]

dengan warna merah atau kuning.  An-Nawawi menetapkan kegiatan menghiasi


[55]

masjid dengan kedudukan makruh. [56]

Referensi[sunting | sunting sumber]
Catatan kaki[sunting | sunting sumber]
1. ^ Lompat ke:a b c d e Hillenbrand, R. "Masdjid. I. In the central Islamic lands". Dalam P.J. Bearman, Th.
Bianquis, C.E. Bosworth, E. van Donzel and W.P. Heinrichs. Encyclopaedia of Islam Online. Brill Academic
Publishers. ISSN 1573-3912.
2. ^ Lompat ke:a b c Adil 2018, hlm. 78.
3. ^ "The Ottoman: Origins". Washington State University. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2006-04-09.
Diakses tanggal 2006-04-15.
4. ^ [travel.independent.co.uk/africa/article253491.ece "Cairo, Egypt"] Periksa nilai |url= (bantuan). The
Independent. Diakses tanggal 2007-09-22.
5. ^ Budge, E.A. Wallis (June 13,2001). Budge's Egypt: A Classic 19th-Century Travel Guide. Courier Dover
Publications. hlm. 123–128. ISBN 0-486-41721-2.
6. ^ "Theoretical Issues of Islamic Architecture". Foundation for Science Technology and Civilisation. Diakses
tanggal 2006-04-07.
7. ^ "Architecture in Christian Spain". Stanford University. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-06-22. Diakses
tanggal 2007-09-10.
8. ^ Cowen, Jill S. (July/August 1985). "Muslims in China: The Mosque". Saudi Aramco World. hlm. 30–35.
Diakses tanggal 2006-04-08.
9. ^ "Mosques". Charlotte Country Day School. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2006-05-07. Diakses
tanggal 2006-04-07.
10. ^ Lawton, John (January/February 1979). "Muslims in Europe: The Mosque". hlm. 9–14. Diakses
tanggal 2006-04-17.
11. ^ (2001). "The Mosque in America: A National Portrait". Council on American-Islamic Relations. Diakses pada
17 April 2006. Diarsipkan 2007-05-10 di Wayback Machine.
12. ^ Wagner, William (2004). How Islam Plans to Change the World. Kregel Publications. hlm. 99. ISBN 0-8254-
3965-5. Diakses tanggal 2006-06-22. When the Moors were driven out of Spain in 1492, most of the mosques
were converted into churches
13. ^ Lompat ke:a b Adil 2018, hlm. 81.
14. ^ Lompat ke:a b c d Maqsood, Ruqaiyyah Waris (April 22, 2003). Teach Yourself Islam (edisi ke-2nd edition).
Chicago: McGraw-Hill. hlm. 57–8, 72–5, 112–120. ISBN 0-07-141963-2.
15. ^ "Fiqh-us-Sunnah, Volume 4: Funeral Prayers (Salatul Janazah)". Compendium of Muslim Texts. University
of Southern California. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2006-05-25. Diakses tanggal 2006-04-16.
16. ^ "Eclipses". Compendium of Muslim Texts. University of Southern California. Diarsipkan dari versi
asli tanggal 2006-06-21. Diakses tanggal 2006-04-16.
17. ^ "'Id Prayers (Salatul 'Idain)". Compendium of Muslim Texts. University of Southern California. Diarsipkan
dari versi asli tanggal 2005-12-23. Diakses tanggal 2006-04-08.
18. ^ "Charity". Compendium of Muslim Texts. University of Southern California. Diarsipkan dari versi asli tanggal
2006-02-05. Diakses tanggal 2006-04-17.
19. ^ Madanipour, Ali (May 09, 2003). Public and Private Spaces of the City. Routledge. hlm. 207. ISBN 0-415-
25629-1.
20. ^ Abdo, Geneive (2005). "Islam in America: Separate but Unequal". The Washington Quarterly. 28 (4): 7–17.
Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-06-21. Diakses tanggal 2006-04-07.
21. ^ Wheeler, Brannon M. (August 1, 2002). "Preface". Teaching Islam. Oxford University Press US.
hlm. v. ISBN 0-19-515225-5. and [Islam] remains the fastest growing religion both in the United States and
worldwide
22. ^ Lompat ke:a b Jamal, Amany. "The Role of Mosques in the Civic and Political Incorporation of Muslim
American". Teachers' College – Columbia University. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-09-28. Diakses
tanggal 2006-04-22.
23. ^ Swanbrow, Diane (2005-06-23). "Study: Islam devotion not linked to terror". The University Record Online.
Diarsipkan dari versi asli tanggal 2006-12-30. Diakses tanggal 2007-02-24.
24. ^ "Friday prayer plea for Iraq calm". BBC. 2006-02-24. Diakses tanggal 2006-04-23.
25. ^ Romey, Kristen M. (July/August 2004). "Flashpoint Ayodhya". Archaeology.
26. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-05-24. Diakses tanggal 2007-12-06.
27. ^ "JDL Chairman, Follower Accused of Plotting to Bomb Mosque, Congressman". Associated Press via FOX
News. 2001-12-13. Diakses tanggal 2006-04-23.
28. ^ "Arafat orders immediate ceasefire". BBC. 2001-06-03. Diakses tanggal 2006-04-23.
29. ^ Harris, John (2006-04-22). "Paranoia, poverty and wild rumours - a journey through BNP country". The
Guardian. Diakses tanggal 2006-05-28.
30. ^ Carlile, Jennifer. "Italians fear mosque plans". MSNBC. Diakses tanggal 2006-05-28. Teks "date-2006-05-
25" akan diabaikan (bantuan)
31. ^ Lompat ke:a b Ottoway, David B. (2004-08-19). "U.S. Eyes Money Trails of Saudi-Backed Charities". The
Washington Post. hlm. A1. Diakses tanggal 2007-02-24.
32. ^ Kaplan, David E. (2003-12-15). "The Saudi Connection". U.S. News and World Report. Diakses
tanggal 2006-04-17.
33. ^ "Islamic Center in Rome, Italy". King Fahd bin Abdul Aziz. Diakses tanggal 2006-04-17.
34. ^ bin Sa'ad, Abu Abdirrahman Adil (2018). Ensiklopedi Shalat. Diterjemahkan oleh Mujtahid, Umar. Jakarta
Timur: Ummul Qura. hlm. 85. ISBN 978-602-7637-03-0.
35. ^ Lompat ke:a b "Religious Architecture and Islamic Cultures". Massachusetts Institute of Technology. Diakses
tanggal 2006-04-09.
36. ^ "Vocabulary of Islamic Architecture". Massachusetts Institute of Technology. Diakses tanggal 2006-04-09.
37. ^ Walters, Brian (May 17, 2004). "The Prophet's People". Call to Prayer: My Travels in Spain, Portugal and
Morocco. Virtualbookworm Publishing. hlm. 14. ISBN 1-58939-592-1. Its 210-meter minaret is the tallest in
the world
38. ^ Hillenbrand, R. "Manara, Manar". Dalam P.J. Bearman, Th. Bianquis, C.E. Bosworth, E. van Donzel and
W.P. Heinrichs. Encyclopaedia of Islam Online. Brill Academic Publishers. ISSN 1573-3912.
39. ^ Adil 2018, hlm. 85.
40. ^ Asher, Catherine B. (September 24, 1992). "Aurangzeb and the Islamization of the Mughal
style". Architecture of Mughal India. Cambridge University Press. hlm. 256. ISBN 0-521-26728-5.
41. ^ Bierman, Irene A. (December 16, 1998). Writing Signs: Fatimid Public Text. University of California Press.
hlm. 150. ISBN 0-520-20802-1.
42. ^ "Terms 1: Mosque". University of Tokyo Institute of Oriental Culture. Diakses tanggal 2006-04-09.
43. ^ Lompat ke:a b c d e f Abu al-Hasan Ali Ibn Muhammad Ibn Habib, Al-Mawardi (2000). The Ordinances of
Government (Al-Ahkam al-Sultaniyya w’al-Wilayat al-Diniyya). Lebanon: Garnet Publishing. hlm. p. 184. ISBN
1-85964-140-7.
44. ^ "Chapter 16. The Description of the Prayer". SunniPath Library. SunniPath. Diakses tanggal 2006-07-12.
45. ^ Connecting Cultures, Inc.. "Building Cultural Competency: Understanding Islam, Muslims, and Arab
Culture" (Doc). Connecting Cultures, Inc.. Diakses pada 12 Juli 2006. Diarsipkan 2006-07-24 di Wayback
Machine.
46. ^ Doi, Abdur Rahman I. "Women in Society". Compendium of Muslim Texts. University of Southern California.
Diarsipkan dari versi asli tanggal 2006-04-09. Diakses tanggal 2006-04-15.
47. ^ Rezk, Rawya (2006-01-26). "Muslim Women Seek More Equitable Role in Mosques". The Columbia
Journalist. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2006-05-27. Diakses tanggal 2006-04-09.
48. ^ "Morocco travel". CNN. Diakses tanggal 2006-09-22.
49. ^ Takim, Liyakatali (2004). "From Conversion to Conversation: Interfaith Dialogue in Post 9–11
America" (PDF). The Muslim World. 94: 343–355. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2006-06-18. Diakses
tanggal 2006-06-16. Liyakatali Takim is a professor in the Department of Religious Studies at the University of
Denver
50. ^ "Laptop link-up: A day at the mosque". BBC. 2005-12-05. Diakses tanggal 2006-06-16.
51. ^ Goring, Rosemary (May 1, 1997). Dictionary of Beliefs & Religions. Wordsworth Editions. ISBN 1-85326-
354-0.
52. ^ Adil 2018, hlm. 81-82.
53. ^ Lompat ke:a b Adil 2018, hlm. 82.
54. ^ Adil 2018, hlm. 83.
55. ^ Adil 2018, hlm. 83-84.
56. ^ Adil 2018, hlm. 84.

Daftar pustaka[sunting | sunting sumber]


 Adil, Abu Abdirrahman (2018). Mujtahid, Umar, ed. Ensiklopedi Salat. Jakarta:
Ummul Qura. ISBN 978-602-7637-03-0.

Lihat pula[sunting | sunting sumber]


Wikimedia Commons
memiliki media
mengenai Mosque.

 Islam
 Dewan Masjid Indonesia
 Daftar masjid di Indonesia
 Pengeras suara di masjid

Pranala luar[sunting | sunting sumber]


 (Indonesia) Dewan Masjid Indonesia
 (Inggris) Daftar masjid di AS
 (Inggris) Informasi masjid di dunia Diarsipkan 2016-01-10 di Wayback Machine.
 (Inggris) The Mosque Review (Masjid)
 (Indonesia) Zona Masjid Diarsipkan 2016-10-03 di Wayback Machine.
sembunyi

Masjid di Indonesia

Sumatra Aceh · Sumatra Utara · Sumatra Barat · Riau · Kepulauan Riau · Jambi · Bengkulu · Kepulauan Bangka Belitung · Sumatra Selatan · Lampung

Jawa Jakarta · Jawa Barat · Banten · Jawa Tengah · Yogyakarta · Jawa Timur


Kalimantan Kalimantan Barat · Kalimantan Selatan · Kalimantan Tengah · Kalimantan Timur · Kalimantan Utara

Sulawesi Sulawesi Utara · Sulawesi Barat · Sulawesi Selatan · Sulawesi Tengah · Sulawesi Tenggara · Gorontalo

Nusa
Bali · Nusa Tenggara Barat · Nusa Tenggara Timur
Tenggara

Maluku Maluku · Maluku Utara

Papua Papua · Papua Barat


Kategori: 
 Masjid
 Arsitektur Islam
 Seni rupa Islam

Anda mungkin juga menyukai