KELOMPOK 3 :
MALANG
FAKULTAS TEKNIK
2018
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah semata yanga telah memberikan dan mengajarkan
manusia dengan qalam dan mengajarkan manusia apa yang belum diketahuinya, serta
berkat rahmat dan hidayah-Nya pada akhirrnya kami dapat menyelesaikan penulisan ini,
yang berjudul ”Masjid dan Permasalahannya”.
Kami sebagai penulis menyadari dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan dan kesalahan baik dari segi bahasa maupun dari segi pembahasannya, oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca akan memperbaiki penulisan
ini.
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Siti Rohmah selaku
dosen Pendidikan Agama Islam yang telah membantu dan membimbing kami dalam
penulisan makalah ini, mudah-mudhan apa yang telah diberikan dibalas oleh Allah
SWT. Aamiin.
PENDAHULUAN
Salah satu unsur penting dalam struktur masyarakat Islam adalah masjid. Masjid
atau mesjid adalah rumah tempat ibadah umat Muslim. Masjid artinya tempat sujud, dan
mesjid berukuran kecil juga disebut musholla, langgar atau surau. Selain tempat ibadah,
masjid juga merupakan pusat kehidupan komunitas muslim. Kegiatan-kegiatan perayaan
hari besar, diskusi, kajian agama, ceramah dan belajar Al Qur'an sering dilaksanakan di
Masjid. Bahkan dalam sejarah Islam, masjid turut memegang peranan penting dalam
aktivitas sosial kemasyarakatan hingga kemiliteran.
Secara etimologi masjid berarti tempat beribadah. Akar kata dari masjid adalah
sajada dimana sajada berarti sujud atau tunduk. Kata masjid sendiri berakar dari bahasa
Aram. Kata masgid (m-s-g-d) ditemukan dalam sebuah inskripsi dari abad ke 5 Sebelum
Masehi.2 Kata masgid (m-s-g-d) ini berarti "tiang suci" atau "tempat sembahan". Kata
masjid dalam bahasa Inggris disebut mosque. Kata mosque ini berasal dari kata
mezquita4 dalam bahasa Spanyol. Dan kata mosque kemudian menjadi populer dan
dipakai dalam bahasa Inggris secara luas.
Pada masa awal perkembangan Islam, yaitu pada zaman Rasulullah, masjid
merupakan pusat pemerintah, kegiatan pendidikan, kegiatan sosial dan ekonomi.
Sebagai Kepala Pemerintah dan Kepala Negara Muhammad SAW tidak mempunyai
istana seperti halnya para raja pada waktu itu, beliau menjalankan roda pemerintahan
dan mengatur umat Islam di Masjid, permasalahan-permasalahan umat beliau selesaikan
bersama-sama dengan para sahabat di Masjid bahkan hingga mengatur strategi
peperangan.
Tradisi ini kemudian tetap dilestarikan oleh para khulafaur Rasyidin dan khalifah-
khalifah setelahnya, namun pada perkembanganya di bidang pemerintahan masjid hanya
di jadikan simbol pemerintahan Islam, walaupun terletak biasanya di pusat
pemerintahan berdampingan dengan pusat kekuasaan. Kemegahan sebuah masjid
menjadi kebanggaan bagi penguasa, peninggalanpeninggalan tersebut masih kita dapati
di berbagai tempat bekas kejayaan pemerintahan Islam, baik di Timur Tengah maupun
di Eropa.
Dalam bidang pendidikan, Rasulullah menggunakan masjid untuk mengajarkan
para sahabat agama Islam, membina mental dan akhlak mereka, seringkali dilakukan
setelah sholat berjama’ah, dan juga dilakukan selain waktu tersebut. Masjid pada waktu
itu mempunyai fungsi sebagai “sekolah” seperti saat ini, gurunya adalah Rasulullah dan
murid-muridnya adalah para sahabat yang haus ilmu dan ingin mempelajari Islam lebih
mendalam.
Tradisi ini juga kemudian di ikuti oleh para sahabat dan penguasa Islam
selanjutnya, bahkan dalam perkembangan keilmuan Islam, proses “ta’lim” lebih sering
dilakukan di masjid, tradisi ini dikenal dengan nama “halaqah”, banyak ulamaulama
yang lahir dari tradisi halaqah ini. Tradisi ini diadopsi di Indonesia dengan model
“Pesantren”, menurut sejarah berdirinya pesantren-pesantren di Indonesia dimulai
dengan adanya kyai dan masjid. Pada perkembangan selanjutnya ketika proses ta’lim di
adakan di sekolah/madrasah, tradisi halaqah masih tetap dilestarikan di berbagai tempat
sebagai “madrasah non formal”. Namun demikian tidak dapat dipungkiri bahwa tradisi
ini merupakan cikal bakal berdirinya universitas-universitas Islam besar di dunia. Salah
satu contohnya adalah al-Azhar di Mesir.
Namun ironisnya, saat ini di Indonesia banyak diantara umat Islam yang melihat
masjid hanya sebagai tempat ibadah atau sholat. Itupun kalau kita lihat hanya sedikit
orang yang melakukan sholat berjama’ah di masjid setiap waktu, kecuali sholat Jum’at.
Maka tidak heran masjid hanya dikunjungi pada waktu-waktu sholat, bahkan yang
kadang-kadang digunakan sebagai tempat istirahat melepas lelah setelah bekerja,
sehingga kita lihat masjid-masjid yang sepi tidak ada aktivitas apa-apa selain sholat dan
peringatan-peringatan keagamaan tertentu. Tentunya kita tidak ingin masjid-masjid kita
mengalami nasib yang sama seperti di Barat.
1.3. TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa saja fungsi masjid bagi umat muslim.
2. Untuk mengetahui apa saja peranan masjid bagi umat muslim.
3. Untuk mengetahui faktor apa saja yang menyebabkan umat muslim meninggalkan
masjid.
4. Untuk mengetahui bagaimana cara mengoptimalisasikan fungsi masjid.
BAB II
PEMBAHASAN
Fungsi utama masjid adalah sebagai tempat untuk sujud kepada Allah SWT.,
tempat shalat, dan tempat beribadah kepada-Nya. Lima kali sehari semalam umat Islam
dianjurkan mengunjungi masjid guna melaksanakan shalat berjamaah. Masjid juga
merupakan tempat yang paling banyak dikumandangkan nama Allah melalui adzan,
tasbih, tahmid, tahlil, istighfar, dan ucapan lain yang dianjurkan dibaca di masjid
sebagai bagian dari lafadz yang berkaitan dengan pengagungan asma Allah.
Islam dan tidak mengabaikan fungsi masjid sebagai sarana ibadah dalam arti
luas. Belum lagi setiap masjid akan mempunyai masalah tersendiri yang berbeda
dari masjid lainnya. Misalnya masjid kurang terurus, jarangnya pengurus dan jamaah
sekitarnya yang shalat ke masjid, terjadinya perselisihan antar pengurus dalam
menentukan kebijakan, masjid yang tidak lagi buka 24 jam dan lain sebagainya.
Dari sisi ini, nampaklah bahwa faktor internallah yang menjadi penyebab utama
terbengkalainya rumah-rumah Allah tersebut. Padahal masjid di masa Rasulullah
saw sebagaimana dijelaskan dalam jurnal Metamorfosa Fungsi Masjid (upaya
pengembalian fungsi masjid sesuai Sunnah Rasul SAW) oleh Masjiddarrulizzah
bahwa bukan hanya sebagai tempat penyaluran emosi religius semata, ia telah
dijadikan pusat aktivitas umat. Hal-hal yang dapat direkam sejarah tentang fungsi
masjid di antaranya:
a. Tempat Latihan Perang.
Rasulullah saw mengizinkan `Aisyah menyaksikan dari belakang beliau
orang-orang Habasyah (Ethiopia) berlatih menggunakan tombak mereka di
Masjid Rasulullah pada hari raya. (HR. Al-Bukhari). Balai Pengobatan Tentara
Muslim. Sa`d bin Mu`adz terluka ketika perang Khandaq, maka Rasulullah
mendirikan kemah di masjid. (HR. Al-Bukhari).
b. Tempat Menerima Tamu.
Ketika utusan kaum Tsaqif datang kepada Nabi saw, beliau menyuruh
sahabatnya untuk membuat kemah sebagai tempat perjamuan mereka. (HR. Al-
Baihaqi). Tempat Penahanan Tawanan Perang. Tsumamah bin Utsalah seorang
tawanan perang dari Bani Hanifah diikat di salah satu tiang masjid sebelum
perkaranya diputuskan. (HR. Al-Bukhari).
c. Pengadilan.
Rasulullah menggunakan masjid sebagai tempat penyelesaian perselisihan
di antara para sahabatnya.11 Selain hal-hal di atas, masjid juga merupakan
tempat bernaungnya orang asing, musafir dan tunawisma. Di masjid mereka
mendapatkan makan, minum, pakaian dan kebutuhan lainnya. Di masjid,
Rasulullah menyediakan pekerjaan bagi penganggur, mengajari yang tidak tahu,
menolong orang miskin, mengajari tentang kesehatan dan kemasyarakatan,
menginformasikan perkara yang dibutuhkan umat, menerima utusan suku-suku
dan negara-negara, menyiapkan tentara dan mengutus para da`i ke pelosok-
pelosok negeri.
Melihat fenomena yang terjadi, maka perlu adanya tindakan konkrit untuk
segera mengembalikan fungsi daripada masjid. Oleh karena itu, diperlukan langkah-
langkah inovatif sehingga masjid dengan fungsi strategis dapat menjadi pusat
peradaban masyarakat. Kehadiran masjid sejatinya harus mampu menjadi solusi dari
permasalahan yang ada. Masalah kemiskinan misalnya. Mesjid bisa menjadi mitra
pemerintah dalam rangka mengentaskan kemiskinan karena masjid selalu dikunjungi
oleh banyak orang. Tentu sebelum itu para jemaah harus terus dimotivasi untuk
menyalurkan hartanya baik zakat, infaq dan sedekah. Potensi ini sangat besar bila
mampu dikelola dengan professional.
Untuk mencapai tujuan diatas memang bukan pekerjaan mudah, akan tetapi
bukan berarti tidak mungkin untuk diraih. Pengurus (takmir masjid) harus memiliki
kemampuan manajerial dalam mengelola masjid. Ini harus didukung dengan
pembenahan internal dari jemaah masjid itu sendiri. Sebab pengurus hanya
fasilitator saja. Jemaah lah yang paling berperan dalam mengoptimalkan peran dan
fungsi masjid.
Ada beberapa hal yang harus dilakukan yaitu mengaktifkan kepengurusan
masjid, mengaktifkan kegiatan masjid, meningkatkan kepedulian jemaah terhadap
masjid, meningkatkan kualitas manajemen masjid dan pemeliharaan fisik masjid.
Pengurus/takmir masjid harus punya visi yang jauh kedepan. Ia harus punya langkah
dan strategi yang tepat untuk melaksanakan program tersebut. Tentu ia harus
dibekali dengan ilmu yang mumpuni. Untuk memaksimalkan peran masjid maka
setidaknya hal-hal dibawah ini harus menjadi perhatian lebih dari pengurus. Hal-hal
tersebut di antaranya:
a. Menggerakkan majlis taklim yang ada didalamnya.
Disaat pemerintah kewalahan dalam membendung pengaruh negatif dari
globalisasi maka kehadiran majlis taklim diharapkan mampu menjadi solusi dari
perbaikan akhlak ummat. Meningkatnya tindak kriminal akhir-akhir ini
membuktikan bahwa pendidikan agama yang diberikan selama ini nyatanya
belum mampu untuk menghasilkan manusia yang berakhlak mulia. Sholat
seolah-olah hanya menjadi ritual rutin belaka. Tidak ada pengaruhnya sama
sekali. Majlis taklim bisa menjadi wadah yang tepat untuk itu. Berbagai acara
keagamaan bisa diangkatkan. Untuk menghindari kejenuhan jemaah, tidak ada
salahnya jika tema-temanya dekat dengan kehidupan seharihari jemaah dan
bagaimana Islam memandang hal tersebut. Misalnya: Tips sehat ala Rasulullah,
Pacaran dalam kacamata Islam dan lain sebagainya.
Hal tersebut menggambarkan bahwa posisi masjid sangat sentral dalam
kehidupan masyarakat. Pada zaman Rasulullah, seperti peninggalan yang
ditemukan di Masjid Nabawi – Madinah misalnya, terdapat lokasi untuk kabinet
Rasulullah berunding. Di sampingnya tersedia tempat bagi para sahabat yang
menjadi Dewan Pertimbangan Agungnya.
Sekarang di berbagai pojok Masjid Nabawi terlihat kelompok remaja
belajar membaca Al-Quran, atau kelompok diskusi Graduate and Post Graduate
Students dari King Abdul Aziz University dan perguruan tinggi lainnya.
Ditemukan pula majelis taklim yang mengkaji ilmu fiqih dan penjabaran Al
Qur’an.
b. Mengikutsertakan remaja
Remaja adalah agent of change (agen perubahan). Maju atau mundurnya
ummat Islam di kemudian hari ditentukan oleh seperti apa remajanya hari ini.
Tidak diragukan lagi remaja memiliki kelebihan yaitu fisik yang bugar,
semangat tinggi, dan kecemerlangan pikiran. Potensi tersebut harus digali untuk
hal-hal yang positif. Mereka harus didekatkan dengan masjid sejak dini. Sebab,
ketika mereka sudah terpengaruh oleh budaya luar maka sulit untuk
mencegahnya. Sasarannya nanti adalah remaja dapat berkontribusi dalam
mengoptimalkan peran masjid.
Potensi remaja dengan semangat dan tenaga baru ini harus diupayakan
untuk turut serta dalam berbagai kegiatan-kegiatan yang diadakan di
masjid.Tercatat saat ini di banyak masjid di tanah air telah ada organisasi remaja
masjid. Disini remaja Islam dibentuk karakter dan dibina kepribadiannya sesuai
dengan nilainilai Islami. Berbagai acara diangkatkan sesuai dengan minat dan
bakat remaja seperti lomba nasyid, pidato, kaligrafi dan lain sebagainya. Dengan
bergabung di dalamnya artinya remaja telah membentengi diri mereka sendiri
dari pergaulan bebas, tawuran, narkoba dan lain sebagainya.
Walaupun dengan intensitas yang berbeda, kegiatan remaja dapat pula kita
lihat di Salman ITB, Bandung. Pola ini berkembang sangat pesat. Di penjuru
Indonesia kita banyak temui organisasi kemasyarakatan yang tumbuh di sekitar
masjid. Salah satu yang menonjol adalah Himpunan Remaja Masjid dengan
singkatan-singkatan nama yang menggelitik. Mereka melatih kemampuan
berorganisasi dalam rangka melakukan kegiatan remaja yang positif, terarah dan
membina kelompok mereka menjadi Muslim terdidik, berakhlak dan berkarakter,
suatu kontribusi yang sangat berarti dalam upaya pembentukan masyarakat
Muslim Madani masa depan.
c. Mengadakan berbagai jenis pelatihan dan seminar
Berbagai pelatihan dan seminar perlu dilaksanakan untuk mengupgrade
kemampuan pengurus masjid maupun jemaah. Banyak hal yang bisa
dilaksanakan seperti seminar keluarga Islami, seminar parenting, seminar zakat,
pelatihan manajemen masjid, pelatihan kepemimpinan, pelatihan mengurus
jenazah, pelatihan jurnalistik, kursus bahasa dan lain sebagainya. Dengan
diadakannya acara-acara diatas maka tidak ada lagi istilah masjid kosong tanpa
kegiatan.
d. Menjadikan masjid sebagai pusat ilmu
Mesjid tidak hanya sekedar tempat untuk ibadah ritual saja. Ia juga harus
dijadikan sebagai pusat ilmu pengetahuan. Penyebab mundurnya umat Islam hari
ini adalah karena generasi muslimnya malas membaca. Padahal dengan
membaca seseorang akan mengetahui apa yang belum diketahuinya. Padahal
dahulunya Islam jaya karena penganutnya rajin membaca. Ilmuwan-ilmuwan
Islam bahkan menjadi rujukan bagi dunia barat seperti Ibnu Sina, Al Farabi, Ibnu
Rusyd dan lain-lain. Keberhasilan yang mereka raih tersebut dikarenakan
banyak membaca.
Oleh karenanya untuk mengembalikan kejayaan tersebut masjid harus
dilengkapi dengan buku bacaan. Keberadaan perpustakaan masjid adalah suatu
keniscayaan. Buku-buku yang dipajang disana haruslah buku-buku yang sangat
dibutuhkan oleh jemaah. Tentu tidak hanya buku keagamaan belaka. Buku-buku
lainnya juga harus tersedia agar pengetahuan jemaah masjid semakin bertambah.
Jika setiap masjid yang ada memiliki perpustakaan maka tentu akan
memudahkan masyarakat dalam mengakses bahan bacaan. Kelebihannya adalah
perpustakaan di masjid tidak membutuhkan birokrasi yang berbelit-belit.
(Al-Jinn: 18)
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Untuk mengembalikan dan menunaikan risalah masjid seperti dahulu-kala
memang tak semudah membalikkan telapak tangan. Modal utamanya adalah niat yang
ikhlas karena Allah, kesungguhan dalam bekerja, kemauan dalam berusaha, organisasi
masjid yang kuat serta mau menghadapi tantangan dan ganjalan yang datang dari
dalam maupun dari luar.
Secara umum, Allah telah memberikan beberapa kriteria yang amat mendasar
yang harus dimiliki para pemakmur masjid demi tercapainya risalah masjid.
“Sesungguhnya yang memakmurkan masjid-masjid hanyalah orang-orang yang
beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan
zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-
orang yang diharapkan termasuk orangorang yang mendapat petunjuk”. (At-Taubah:
18). Merupakan satu langkah mundur jika kepengurusan masjid diserahkan kepada
orang-orang yang tidak tergolong dalam ayat di atas.
Karena itu, menggali dan mengkaji kembali perjalanan sejarah masjidmasjid
pada masa Rasulullah dan generasi pertama umat Islam adalah jalan terbaik untuk
merevitalisasi (mengembalikan) fungsi masjid. Selanjutnya, tidak memilih para
pengurus masjid kecuali orang yang dikenal karena ketaqwaan dan pengabdiannya
kepada Islam serta melibatkan seluruh komponen masyarakat Islam.
3.2. SARAN
Sebagai generasi muda di era milenial ini hendaknya kita mengacu pada era
peradaban muslim. Dimana masjid merupakan tempat beribadah sekaligus tempat
menambah ilmu maupun tempat bermusyawarah. Muda-mudi saat ini hendaknya
menyeimbangkan waktu antara beribadah di rumah Allah, belajar di kampus maupun
bermain atau bersantai di tempat nongkrong. Namun, seharusnya porsi muda-mudi ke
masjid lebih banyak dibandingkan ke tempat menongkrong atau hiburan. Oleh karena
itu, sebagai generasi muda harus bias mengoptimalkan fungsi dan peran masjid
dengan baik.
Daftar Pustaka
Madjid, N. 1995. Islam Agama Kemanusiaan: Membangun Tradisi dan Visi Baru
Islam Indonesia. Jakarta : Dian Rakyat.
Supardi dan Teuku, Amiruddin, Manajemen Masjid dalam Pembangunan
Masyarakat, Optimalisasi dan Fungsi Masjid, Yogyakarta : UII Press
Yogyakarta, 2010.
Bachrun Rifa’I dan Moch. Fachruroji, Manajemen Masjid, Bandung: Benang Merah
Press, 2005
Ayub, Mohammad E Ayub, Manajemen Masjid : Petuntuk Praktis Bagi Para Penguru
/Penulis, (Jakarta: Gema Insani Press, 1996)
Adjeh, Aboebakar, Sejarah Masjid I dan II, dan Amal Ibadah di Dalamnya, (Jakarta:
NV.Viss and Co, 1995).
Mustofa, Budiman, Manajemen Masjid, (Surakarta: Ziyad, 2007).
Faruq, Asadulloh.. Mengelola dan Memakmurkan Masjid. Solo:Pustaka Arafah. 2010
Drs. H, Ahmad Yani, panduan memakmurkan masjid, Gema Insani, Jakarta, : 2012
Saputra Ari dan Mitra Bayu, Revitalisasi masjid dalam dialektika pelayanan umat dan
kawasan perekonomian rakyat. Yogyakarta, 2013
Lestari Aviana, masjid sebagai pusat pendidikan akhlak, Purwokerto, 2017
Zarzli M.ali, Masjid sebagai pusat pembinaan umat, Riau