Anda di halaman 1dari 76

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ajaran Islam adalah ajaran yang sempurna, karena ia meliputi segala

aspek kehidupan manusia, baik yang bersifat duniawi maupun ukhrowi. Salah

satu caramensosialisasikan ajaran Islam bagi penganutnya dan umat manusia pada

umumnya adalah dengan melaksanakan aktivitas dakwah itu sendiri.

Sebagaimana Firman allah SWT dalam Q.S at-Taubah (9) ayat 18):
         
          
   

Artinya Sesungguhnya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-


orang yang beriman kepada Allah dan hari Kemudian, serta tetap
mendirikan shalat, emnunaikan zakat dan tidak takut (kepada
siapapun) selain kepada Allah, Maka merekalah orang-orang yang
diharapkan Termasuk golongan orang-orang yang mendapat
petunjuk.”(At- Taubah 17-18)

Ayat diatas menerangkan bahwa hanya orang-orang yang selalu

menjalankan sholat, membayarkan zakat, dan tidak takut kepada siapapun selain

kepada Allah SWT, yang bisa memakmurkan masjid. Ini merupakan sifat, akidah,

kedudukan, dan pendirian bagi seorang yang bertekad hendak memakmurkan

masjid. Allah memperayai masjid kepada orang-orang yang beriman agar dikelola

dan dimanajemendengan baik sebagai wadah melanjutkan dakwah islmiyah.

Secara terminologi Menurut Shihab, kata Masjid terdapat dua puluh delapan kali

kata terambil dari kata “sajada”-“yasjudu”, yang berarti patuh, taat, serta tunduk

dengan penuh rasa hormat dan takzim.1

Masjid tidak hanya tempat untuk melaksanakan sholat lima waktu saja,

melainkan masjid juga berfungsi sebagai tempat menuntut ilmu, menyelesaiakan

permasalahan sosial, tempat bermusyawarah, Muamalah dan social politik.


1
Yulius Said, Masjid Idaman.( Padang: Angkasa Raya, 2011). h. 2-3
Pada masa Rasullah fungsi masjid sangatlah penting, di antara fungsi-

fungsi masjid pada masa Rasulullah menurut Faridah dalam Nana Rukmana

(2002) ialah:

1. Tempat beribadahnya umat Islam,

2. Sebagai pusat pendidikan,

3. Sebagai pusat informasi Islam,

4. Tempat menyelesaikan masalah pertikaian,

5. Sebagai pusat kegiatan ekonomi,

6. Sebagai pusat kegiatan social dan politik.

Fungsi-fungsi tersebut telah diaktualisasikan dengan kegiatan operasional

yang sejalan dengan program pembangunan. Umat islam bersyukur bahwa dalam

dekade akhir-akhir ini masjid semakin tumbuh dan berkembang, baik dari segi

jumlahnya maupun keindahan arsitekturnya. Hal ini menunjukan adanya

peningkatan kehidupan ekonomi umat, peningkatan gairah, dan semaraknya

kehidupan beragama.

Saat ini Untuk mewujudkan fungsi masjid seperti masa Rasulullah

diperlukan orang yang beriman yang kuat, beramal saleh, memiliki kepribadian

yang baik dan bertanggung jawab.

Imarah berarti memakmuran, meramikan masjid dengan berbagai kegitan

yang melibatkan dan mendatangkan peran jamaah, sehingga semua jamaah

memiliki hak dan kewajiban memakmurkan masjid.2

Memakmurkan masjid adalah membangun, mendirikan dan memelihara

masjid, menghormati dan menjaganya agar bersih dan suci, serta mengisi dan

menghidupkannya dengan berbagai ibadah dan ketaatan kepada Allah SWT.

Setiap bentuk ketaatan kepada Allah bisa digolongkan sebagai usaha

2
Hhtp://Masjidbunut1.blogspot.co.id/2013/02/materi-kemasjidan.html?m=1
memakmurkan masjid.3

Fenomena yang munul, terutama dikota-kota besar, memperlihatkan

banyak masjid telah menunjukan fungsinya sebagai tempat ibadah, tempat

pendidikan, dan kegiatan-kegiatan sosial lainya. Dengan demikian, keberadaan

masjid memberikan manfaat bagi jamaahnya dan masyarakat lingkunganya.

Fungsi masjid yang semaam itu perlu terus dikembangkan dengan pengelolaan

yang baik dan teratur, sehingga dari masjid lahir insan-insan muslim yang

berkualitas dan masyarakat yang sejahtera. Dari masjid diharapkan pula tumbuh

kehidupan khaira ummatin, predikat yang mulia diberikan Allah kepada umat

islam.4

Pencapaian predikat khaira ummatin menuntut usaha yang sungguh-

sungguh dalam membimbing dan membina umat agar terus meningkat iman dan

takwanya, bertambah ilmu dan amalnya, makin kokoh ukhuwah islamiyahnya,

makin baik tingkat kesejahteraanya, dan makin luhur akhlaknya.

Menurut Ahmad Mustafa Al-Maragi disebutkan bahwa ayat di atas

menjelaskan tentang orang-orang yang berhak memakmurkan masjid-masjid itu

adalah mereka yang memadukan keimanan kepada Allah menurut apa yang telah

diterapkan dalam kitabnya, seperti mentauhidkan-Nya, khususnya beribadah dan

betawakal kepada-Nya, dengan keimanan pada hari akhir, yang Allah akan

menghisab segala amal hamba-hamba-Nya dan membalas apa yang dikerjakan

setiap diri.5

Paparan pernyataan di atas menjelaskan bahwa orang yang dapat

memakmurkan masjid adalah orang- orang orang-orang yang beriman kepada

Allah dan hari kemudian, serta orang-orang yang tetap menjaga sholat, dan takut

3
Abdul Rahmat, M.Arief Effendi, Seni memakmurkan masjid, (Gorontalo:Ideas
fublishing,2014),h.8
4
Moh. E. Ayub, Manajemen Masjid, (Jakarta : Gema Insani Press, 1996), h. 7

5
Ahmad Mustafa Al-Maragi. (Semarang: PT. Karya Toha Putra).h.121
kepada Allah SWT. Hal ini menjadi acuan bagi siapapun yang ingin

memakmurkan masjid Allah SWT mempercayakan kepada orang-orang yang

beriman dan takut kepada Allah agar dapat dikelola dengan baik, agar masjid

tidak hanya tempat beribadah, melainkan tempat bermuamalah dan kegiatan sosial

lainya.

Membangun dan mendirikan masjid dapat saja diselesaikan dalam waktu

yang tidak terlalu lama.Masjid yang indah dengan arsitektur yang baik disertai

dengan sarana prasarana kemudian masjid yang didirikan dengan desain yang

sederhana dan prasarana yang dilengkapi secara bertahap merupakan penomena

masjid dewasa ini.Semangat mendirikan masjid yang tinggi saja dari seluruh

komponen masyarakat tidak cukup mendukung kesempurnaan sebuah masjid.

Alangkah baik apabila masjid yang didirikan juga di iringi dengan aktivitas untuk

memakmurkan masjid.

Masjid yang makmur adalah masjid yang berhasil tumbuh menjadi sentral

dinamika ummat, sehingga masjid benar-benar berfungsi sebagai tempat ibadah

dan pusat kebudayaan Islam. Pemanfaatan manajemen dalam memakmurkan

masjid tak lain bertujuan untuk mewujudkan fungsi masjid secara komprehensif,

sehingga konsep masjid yang makmur masjid yang mampu memberi kemakmuran

kepada ummatnya memang dapat direalisasikan.6

Masjid memiliki posisi yang strategis dalam mengembangkan agama

Islam dan pembinaan umat. Hal ini terlihat dari berbagai fungsi-fungsi Masjid

dari zaman Rasulullah. Pada saat sekarang banyak dilihat orang-orang berlomba-

lomba membangun masjid atau merenovasi masjid yang lama sehingga berdirilah

masjid-masjid yang megah. Ada juga masjid-masjid yang tak kunjung selesai

pembangunannya terutama di daerah-daerah yang solidaritas jama’ahnya belum

kuat. Kemudian setelah bangunan fisik berdiri, volume kegiatan yang

Jusmawati, Salmadanis, Rahima Zakia, Manajemen Masjid dan Aplikasinya,(Jakarta: The


6

Minangkabau Foundation, 2006), h. 4.


berlangsung di dalamnya beragam, ada yang mampu mengintensifikasikan

kegiatan sehari penuh. Sebaliknya tidak sedikit jumlah masjid yang

pembangunannya diusahakan dengan susah payah justru sunyi dari kegiatan.

Dimana-mana dijumpai masjid yang berfungsi seminggu sekali yakni untuk shalat

Juma’at.7

Dalam masyarakat yang selalu berpacu dengan kegiatan zaman, dinamika

masjid-masjid sekarang ini banyak yang menyesuaikan diri dengan kemajuan

ilmu dan teknologi. Artinya, masjid tidak hanya berperan sebagai tempat ibadah

sholat, tetapi juga sebagai wadah beraneka kegiatan jama’ah/ umat islam. Sebab,

masjid merupakan integritas dan identitas umat islam yang menerminkan tata nilai

keislamanya. Dengan demikian, peranan masjid tidak hanya menitikberatkan pada

pola aktiitas yang bersifat akhirat, tetapi memperpadukan antara aktifitas ukhrawi

dan aktifitas duniawi.

Memasuki zaman keemasan islam, masjid mengalami penyesuaian dan

penyempurnaan, corak penyesuian dengan tuntutan zaman yang terjadi itu tidak

kalah fungsionalnya dibanding optimalisasi nilai dan makna masjid diaman

Rasulullah SAW. Dalam perkembangannya terakhir, masjid mulai memperhatikan

kiprah operasional menuju keagamaan dan kesempurnaan kegiatan. Pada garis

besarnya, opersionalisasi masjid menyangkut;

1. Aspek Hissiyah (Bangunan)

Belakangan ini bermunculan masjid yang menampakan gaya dan bentuk

arsitektur yang beraneka ragam. Terutama dikota-kota besar, banyak masjid yang berdiri

dengan kemewahandan keindahan, dalam masalah bangunan fisik, islam tidak

menentukan dan mengaturnya. Artinya, uamat islam diberikan kebebasan, sepanjang

bangunan masjid itu berperan sebagai rumah ibadah dan pusat kegiatan jamaah/umat.

Menyadari sepenuhnya peran masjid sebagai tempat ibadah dan pusat

kegiatan umat, tujuan pendirianya pun harus ditetapkan seara awal. Karena itu,
7
Moh. E. Ayub, Op,Cit, h. 15
keberadaan sebuah masjid tidak mubair. Kita harus benar-benar khawatir .(jika

sampai) tergolong kedalam kaum .(zaman) yang disebut dalam peringatan Nabi

Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda :

‫مسا جد هم عا مره و هى خر ا ب من الهد ى‬

Artinya : Masjid-masjid di bangun megah tapi sepi dari pelaksanaan petunjuk-

petunjuk Allah.(HR. Baihaqi)

Dari hadist di atas dapat dijelaskan bahwa masjid dahulu tidak megah

pada saat ini dan tidak sepi dari kegiatan-kegiatan, dahulu masjid difungsikan

untuk pusat ibadah, sebagai pusat mu’amalah, tempat pengajaran dan pendidikan

Islam, kemudian masjid pada saat ini masjid dibangun dengan megah tapi jauh

dari fungsi-fungsinya.

2. Aspek maknawiyah (tujuan)

Pada masa Rasulullah SAW, pembangunan masjid mempunyai

dua tujuan;

a. Masjid dibangun atas dasar taqwa dengan melibatkan masjid sebagai pusat

ibadah dan pusat pembinaan jamaah/umat islam

b. Masjid dibangun atas dasar permusuhan dan perepatan dikalangan umat

dan sengaja untuk menghancurkan umat islam (At-Taubah; 107-108)

Versi yang kedua ini khas motif orang-orang munafik, yakni mendirikan

masjid untuk maksud memecah belahkan umat islam. Maka, masjid tersebut

dijuluki ‘’masjid dhirar’’, yang artinya ‘’masjid membawa mudharat/

kerusakan’’.atas tujuan sesat dan menyesatkan semaam ini, Rasulullah SAW

diperintahkan Allah SWT untuk menghancurkan masjid tersebut. Jadi, disini

ditegaskan kaitan antara pembangunan masjid dan tujuananya.

3. Aspek Ijtimaiyah (kegiatan)


Aspek kegiatan masjid sebenarnya dapat dilihat berdasarkan ruang lingkup

kelembagaan masjid itu sendiri. Diantara lemaga masjid yang mengejewantahkan

aspek kegiatan masjid itu adalah

a. Lembaga Dakwah dan Bakti Sosial

Kegiatan dalam bidang dakwah dan bakti sosial dimiliki oleh

hampir semua masjid. Kegiatan dakwah bisa dilihat dalam bentuk

pengajian/tablig, diskusi, silahturahmi, dan lain-lain. Adapun kegiatan

bakti sosial terwujud dalam bentuk penyantunan anak yatim, khitanan

massal, zakat fitrah, pemotongan hewan kurban, dan lain-lain. Biasanya

kegiatan berdimensi sosial ini berjalan pada saat tertentu, misalnya bulan

ramadhan, bulan haji, bulan maulid, tahun baru hijriyah.

b. Lembaga manajemen dan dana

Tanpa perlu menutupi, pola manajemen masjid kita pada umumnya

bercorak tradisional. Hanya dibeebrapa masjid tertentu pada manajemen

masjid dapat dilaksanakan secara professional. Hal ini erat kaitanya

dengan kualitas sumber daya manusia pengelola/ pengurus khususnya isi,

kreatiitas, dan wawasan sosioreligius mereka dalam

‘’menghidupkan’’poteni masjid.

c. Lembaga pengelolaan jama’ah

Antara pengelolaan dan jama’ah terjalin ikatan yang tidak dapat

dipisahkan dari kegiatan masjid. Kedua komponen ini merupakan pilar

utama yang memungkinkan berlangsungnya beraneka kegiatan masjid.

Bedanya hanya bentuk keikutsertaan masing-masing pihak. Jika

pengelolaan terjun dalam pelaksanaan tertib administrasi, maka jama’ah

tak terkecuali pengelola sebagai pribadi urun rembuk dalam bidang

pendanaan.
Adapun beberapa fungsi masjid yaitu; tempat sujud kepada Allah SWT,

tempat sholat dan tempat beribadah kepadaanya, sebagai bagian dari lafaz yang

berkaitan dengan pengagungan asma Allah. Selain itu fungsi masjid adalah

sebagai berikut;

a. Masjid merupakan tempat kaum muslimin beribadah dan mendekatkan diri

kepada Allah SWT.

b. Masjid adalah tempat kaum muslimin ber’itiqaf, membersihkan diri, untuk

membina kesadaran dan mendapatkan pengalaman batin sehingga selalu

terpelihara keseimbangan jiwa dan raga serta keutuhan kepribadian.

c. Masjid adalah tempat bermusyawarah kaum muslimin guna memeahkan

persoalan-persoalan yang timbul dalam masyarakat.

d. Masjid adalah tempat kaum muslimin berkonsultasi, mengaukan kesulitan-

kesulitan, meminta bantuan dan pertolongan.

e. Masjid adalah tempat membina keutuhan ikatan jamaah dan kegotong

royongan didalam mewujudkan kesejahteraan bersama.

f. Masjid dengan majlis taklimnya merupakan wahana untuk meningkatkan

kecerdasan dan ilmu pengetahuan muslimin.

g. Masjid adalah tempat pembinaan dan pengembangan kader- kader pimpina

umat.

h. Masjid tempat mengumpulkan dana dan menyimpanya.

i. Masjid tempat melaksanakan pengaturan dan survei sosial8

Menurut Muhammad Ayub, Masjid adalah tempat orang Islam berkumpul

dan melakukan shalat dan meningkatkan solidaritas dan silahturahmi dikalangan

kaum muslimin.9 Menurut M. Quraish Shihab yang menyatakan Masjid bukan

hanya tempat ibadah, akan tetapi Masjid juga menjadi pangkal tempat muslim

berkonsultasi dan komunikasi ekonomi sosial dan budaya, tempat pendidikan,


8
Moh. E. Ayub, Manajemen Masjid Petunjuk Praktis Bagi Para Pengurus (Jakarta: Gama Insane
Press, 1998), h.7-8
9
Ibid,.h.2
tempat santunan sosial, tempat latihan militer dan peralatanya, tempat pengobatan

para korban perang, tempat perdamaian dan peradilan sengketa, aula sebagai

tempat menerima tamu, tempat menawan tahanan perang , pusat penerangan dan

pembelaan agama.10

Fungsi masjid sebagai pusat ibadah dan muamalah tidak akan berjalan

dengan baik tampa manajemen bekerja secara sistematis. Mengukur orang untuk

bekerja secara sistematis, mulai dari menyusun rencana membagi kerja

melaksanakan dalam menjawab kegiatan apakah sesuai rencana yang ditetapkan.

Menurut pendapat Jusmawati dkk Manajemen masjid adalah seni usaha,

proses serangkaian kegiatan mulai dari perencanaan, pengorganisasian,

penggerakan dan pengawasan dengan memanfaatkan sumber daya manusia dan

sumber daya lainnya untuk mencapai tujuan masjid atau merealisasikan fungsi

masjid sebagai pusat ibadah dan pembinaan Islam.11

Masjid yang didambakan atau masjid yang dicita-citakan itu adalah masjid

yang berfungsi sebagai pusat ibadah, pusat pengembangan umat atau masyarakat,

serta pusat persatuan dan kesatuan dalam rangka meningkatkan keimanan,

ketakwaan, kecerdasan, dan akhlakul karimah untuk tercapainya masyarakat adil

dan makmur yang diridhai Allah SWT.

Manajemen masjid bertujuan untuk terlaksananya fungsi masjid dalam

aspek idarah, imarah dan riayah fungsi tersebut secara umum adalah

Imarah berarti memakmuran, meramikan masjid dengan berbagai kegitan

yang melibatkan dan mendatangkan peran jamaah, sehingga semua jamaah

memiliki hak dan kewajiban memakmurkan masjid.12

Memakmurkan masjid adalah membangun, mendirikan dan memelihara

masjid, menghormati dan menjaganya agar bersih dan suci, serta mengisi dan m

enghidupkannya dengan berbagai ibadah dan ketaatan kepada Allah SWT. Setiap
10
Shihab M Quraish, wawasan Al-quran. (Bandung: Mizan, 2007), h. 460
11
Jusmawati, Op.Cit, h. 27
12
Hhtp://Masjidbunut1.blogspot.co.id/2013/02/materi-kemasjidan.html?m=1
bentuk ketaatan kepada Allah bisa digolongkan sebagai usaha memakmurkan

masjid.13

Jadi dapat disimpulkan Imarah adalah kegiatan memakmurkan masjid

seperti peribadatan, pendidikan, kegiatan sosial dan peringan hari besar islam.

Berdasarkan keputusan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam

Nomor DJ. II/802 Tahun 2014 Tentang Standar Pembinaan Manajemen Masjid,

yaitu;

a. Idarah adalah kegiatan pengelolaan yang menyangkut perencanaan,

pengorganisasian, keuangan, pengawasan, dan pelaporan.

b. Imarah adalah kegiatan memakmurkan masjid seperti peribadatan,

pendidikan, kegiatan sosial, dan peningkatan hari besar islam.

c. Riayah adalah kegiatan pemeliharaan bangunan, peralatan, lingkungan,

kebersihan, keindahan, dan keamanan masjid termasuk penentuan arah

kiblat.14

Masjid sebagai sebuah lembaga perlu dikelola dengan penerapan fungsi

msjid yang tepat dan nantinya akan berpengaruh terhadap keberlangsungan

dakwah umat islam. Mengelola masjid pada sekarang ini memerlukan ilmu dan

keterampilan manajemen. Pengurus masjid harus mampu menyesuaikan diri

dengan perkembangan zaman. Metode atau pendekatan, perenanaan, strategi dan

model ealuasi yang digunakan dalam manajemen modern merupakan alat bantu

yang juga diperlukan dalam manajemen masjid modern.15

Dalam melaksanakan kegiatan dalam organisasi masjid tidak akan pernah

terlepas dari penerapan fungsi-fungsi manajemen masjid yaitu perenanaan,

pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan. Dalam hal ini penulis akan

13
Abdul Rahmat, M.Arief Effendi, Seni memakmurkan masjid, (Gorontalo:Ideas
fublishing,2014),h.8
14
Keputusan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Nomor DJ. II/ 802 Tahun 2014
Tentang Standar Pembinaan Manajemen Masjid.
15
Moh. E. Ayub, Op.Cit, h.29
membahas tentang keempat fungsi manajemen masjid tersebut, yaitu sebagai

berikut;

1. Perencanaan

Dalam manajemen masjid, perencanaan adalah perumusan tentang apa

yang akan dicapai dan tindakan apa yang dilakukan dalam mencapai tujuan

pemakmuran masjid sesuai dengan tingkat kemampuan yang dimiliki. Dalam

upaya memakmurkan masjid perencanaan memiliki arti sangat penting yaitu;

a. Aktifitas pemakmuran masjid bisa berjalan lebih terarah dan teratur.

b. Memungkinkan dipilihnya tindakan-tindakan yang tetap sesuai

dengan situasi dan kondisi yang dihadapi pada saat upaya

pemakmuran masjid dilaksanakan.

c. Dapat dipersiapkan terlebih dahulu tenaga-tenaga pelaksana dalam

pemakmuran masjid, begitu juga dengan dana dan sarananya.

d. Perenanaan juga akan memudahkan pimpinan pengurus masjid untuk

melaksanakan pengawasan dan penilaian terhadap jalanya aktifitas

pemakmuran masjid.

2. Pengorganisasian

Pengorganisasian masjid adalah penyatuan, pengelompokan dan

pengaturan pengurus masjid untuk digerakan dalam satu kesatuan kerja,

sebagaimana yang telah direnanakan. Dalam pengorganisasian masjid, langkah-

langkah yang perlu ditempuh antara lain;

a. Membagi atau mengelompokan aktiitas pemakmuran masjid dalam

satu kesatuan.

b. Merumuskan dan menentukan tugas serta tanggung jawab struktur

kepengurusan masjid dalam menempatkan personel pengurusnya

sesuai dengan kemampuan, kemauan, pengalaman serta kondisi fisik

dan mentalnya.
c. Memberikan wewenang tanggung jawab yang penuh dari pimpinan

pengurus kepada staf-staf dan pelaksanaanya.

d.Meniptakan jalinan kerja yang baik, sehingga pengurus memilki

alur kerja yang solid.

3. Penggerakan

Dalam manajemen masjid, fungsi penggerakan merupakan upaya

membimbing dan mengarahkan seluruh potensi pengurus untuk beraktifitas

sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya masing-masing. Pimpinan pengurus

masjid harus memberikan rangsangan atau motiasi kepada pengurus untuk

melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya itu. Karena itu pimpinan pengurus

masjid perlu memberikan motivasi kepada pengurus, membimbing dan

mengarahkan staf pengurus masjid guna menunaikan amanah kepengurusan

dengan baik.

Pemimpin dan kepengurusan masjid salah satu penentu bagi suksesnya

pelaksanaan ini. Karena itu pemimpin harus melibatkan seluruh pengurus dalam

pelaksanaan tugas, membuka jalur komunikasi yang seluas-luasnya diantara

sesama pengurus baik melalui rapat, briefing, membuat nota, menelpon dan

sebagainya. Disamping itu pemimpin juga harus selalu meningkatkan kemampuan

kerja staf-stafnya dan memberikan penghargaan ats prestasi yang diapai.

4. Pengawasan

Pengawasan atau control baik dari pimpinan stafnya, maupun dari staf

kepada pimpinan dan sesama staf kepengurusan masjid, merupakan sesuatu yang

penting. Terlaksnanya fungsi ini akan membuat pengurus menjadi tahu adanya

kesalahan, kekurangan, kelemahan, rintangan, tantangan dan kegagalan dalam

mencapai tujuan pemakmuran masjid. Pengawasan dapat dilakukan dengan

mengamati jalanya kegiatan masjid, mengukur keberhasilan dan kegagalanya

dengan standar sebagaimana yang ditetapkan dalam perenanaan, untuk


selanjutnya memperbaiki kesalahan dan kekurangan serta menegah terjadinya

kegagalan.16

Dari fungsi manajemen masjid diatas dapat disimpulkan bahwa fungsi

manajemen masjid sangat penting dalam memakmurkan masjid, dengan

terlaksananya fungsi-fungsi tersebut akan memudahkan untuk mencapai tujuan

yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien oleh masjid tersebut.

Fungsi masjid di atas merupakan sebuah sistem yang saling berkaitan satu

dengan yang lainnya. bahwa ia merupakan fungsi-fungsi yang saling mendukung

dalam menjalankan aktivitas masjid agar dapat berjalan sesuai tujuan. Artinya

ketiga fungsi tersebut perlu direncanakan diorganisasian dilaksanakan oleh

pengurus serta dilakukan pengawasan dalam proses manajemen. Perencanaan dan

pengorganisasian tidak akan berarti tampa penggerakan. Penggerakan merupakan

fungsi terpenting dari manajemen, menurut G.R Terry mengatakan penggerakan

adalah metode yang mendorong semua anggota kelompok agar mau bekerjasama

dan mau bekerja secara ikhlas serta bergairah untuk mencapai tujuan sesuai

dengan perencanaan dan usaha-usaha pengorganisasian.17

Manajemen menurut ensiklopedia manajemen adalah;1. Suatu ilmu yang

mempelajari usaha manusia untuk mencapai tujuan yang telah dikalkulasikan

dengan bantuan sejumlah sumber dengan cara efisien dan efektif, 2.

Pengorganisasian dan pengawasan terhadap usaha manusia untuk mencapai tujuan

tertentuan, 3. Salah satu dari factor-faktor produksi yang mencakup organisasi dan

koordinasi terhadap factor produksi lainnya, 4. Para pemimpin, pengawasan dan

eksekutif yang mengenndalikan urusan bersama secara kolektif, 5. Pemilik atau

direktur suatu organisasi.18

16
Ahmad Yani, Panduan Memakmurkan Masjid, (Jakarta; Al Qalam, 2009 ), hlm.145-151
17
Geoge R Terry, Prinsip-Prinsip Manajemen, (Jakarta: Bumi Aksara, 1993), h. 67
18
Komaruddin, Ensiklopedia Manajemen, Bumi Aksara, (Jakarta:1994), h:511
Jadi dilihat dari asal katanya, manajemen berarti ilmu yang mempelajari

usaha manusia, mengatur, membimbing, mengawasi, mengendalikan manusia

untuk menapai keinginan yang efektif dan efisien.

Menurut para ahli, manajemen mempunyai beberapa pengertian yaitu;

a. Menurut G.R Terry dalam buku Dasrizal Dahlan dan Jusmawati yang

berjudul Administarsi dan Manajemen Perspektif Islam, secara sederhana

manajemen adalah ‘’ melakukan perbuatan-perbuatan tertentu dengan

menggunakan tenaga orang lain’’.19

b. Menurut Robert Krettener dalam buku Dasrizal Dahlan dan Jusmawati yang

berjudul Administrasi dan Manajemen Perspektif Islam, manajemen adalah

‘’proses kerja dengan melalui orang lain untuk mencapai tujuan organisasi

dalam lingkungan yang berubah’’.20

c. Menurut Siswanto manajemen ialah ‘’seni dan ilmu dalam perencanaan,

pengorganisasian, pengarahan, pemotifasian, dan pengendalian terhadap

orang dan mekanisme kera untuk mencapai tujuan.21

d. Melayu S.P Hasibuan manajemen adalah ‘’ilmu dan seni mengatur proses

pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara

efektif dan efisien untuk mencapai tujuan tertentu.

e. Sondang P. Siagian manajemen yaitu ‘’seni memperoleh hasil melalui

berbagai kegiatan yang dilakukan oleh orang lain’’.

Manajemen adalah proses yang khas terdiri dari tindakan-tindakan

perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawaan, untuk mencapai

tujuan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lainya.22

19
Dasrizal Dahlan dan Jusmawati, Administrasi dan Manajemen Perspektif Islam, ( Jakarta: The
Minangkabau Faundation, 2006), h.23
20
Ibid, h;24
21
H.B Siswanto, Pengantar Manajemen Dakwah, , (Jakarta: 2015),h.2
22
Rahima Zakia, Dasar- Dasar Manajemen Dakwah, (Jakarta: The Minang Faundation, 2006), h.
9
Manajemen masjid disebut juga dengan idarah masjid adalah pengaturan

fisik masjid dan fungsi masjid secara sistematis untuk merealisasikan fungsi

sebagai pusat ibadah dan peminaan umat. Usaha merealisasikan fungsi masjid

haruslah dilakukan secara balance antara aspek imarah dan aspek ri’ayah, aspek

imarah adalah pengaturan tentang pelaksanaan fungsi masjid (Funcional

management) yang mencakup kegiatan memakmurkan masjid dan

mengoptimalkan fungsi masjid sebagai wadah pembinaan umat. Sedangkan

ri’ayah adalah pengaturan yang terkait fisik yang meliputi pembangunan fisik

masjid, pemeliharaan pembangunan, lingkungan, kebersihan dan keindahan,

keuangan, kepengurusan, masjid dan administrasi masjid.23

Idarah masjid disebut juga dengan manajemen masjid pada garis besarnya

dapat dibagi menjadi dua bidang;

a. Idarah Binail Maadiy (Phisial Management) dan

b. Idarah Binail Ruhiy (Funional Management)

Idarah Binail Ruhiy adalah pengaturan tentang pelaksanaan fungsi

masjid sebagai wadah pembinaan umat, sebagai pusat pembangunan

umat dan kebudayaan islam seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah

SAW meliputi pengentasan dan pendidikan akidah islamiyah,

pembinaan akhlakukul kharimah, penjelasan ajaran islam seara teratur

menyangkut

a) Pembinaan ukhuwah islamiyah dan persatuan umat

b) Melahirkan fikrul islamiyah dan kebudayaan islam

c) Mempertinggi mutu keislaman dalam diri pribadi dan

masyarakat

23
Rahima Zakia dkk, Model Manajemen Masjid dalam Meningkatkan Pembinaan Umat di Kota
Padang (Padang: Pusat Penelitian dan Penerbitan IAIN Imam Bonjol Padang, 2014) h. 16
Dari pendapat tersebut jelaslah bahwa untuk terlaksananya fungsi masjid

perlu ada pemberian motivasi, komunikasi dan pengaruh dari fungsi keseluruhan

jajaran selama tujuan masjid dapat tercapai.

Adapun salah satu masjid yang telah menerapkan fungsi manajemen

adalah Masjid Al-Munawwarah Tarandam, Kecamatan Padang Selatan Kota

Padang merupakan salah satu Masjid yang terletak di kota padang sudah berdiri

sejak tahun 1955. Berawal dari surau yang terbuat dari kayu kemudian

dibentuklah struktur kepengurusan Masjid Al-Munawwarah Tarandam,

Kecamatan Padang Selatan Kota Padang untuk membangun secara permanen pada

tahun 1975. Pada waktu itu dipimpin oleh Dr. H Wiswar mantan anggota DPRD

Prov. Sumatra Barat beliau sangat antusias untuk membangun masjid secara

permanen dan didukung oleh pengurus masjid dalam menjalankan idarah, imarah,

riayah, program TPQ-TQA berdiri tahun 1965 dipimpin oleh ibuk Zanibar, dan

seterusnya dalam meningkatkan imarah, idarah, riayah masjid Al-Munawwarah

tarandam, kecamatan Padang Selatan kota Padang, lalu dilanjutkan oleh

kepengurusan baru pada tahun 1995

Masjid Al-Munawwarah Tarandam memiliki Struktur Kepengurusani

antaranya

1. Dewan Penasehat Takmir : Drs. H. Syamsumir Saibum DT.Putih,


anggotanya :
a. Drs. H. Basri Latif
b. dr. Hermasyah
c. H. Kardinal, dll
2. Dewan Pengurus/ Takhmir
Masjid Ketua : H. Salmantos
Sekretaris : Suwardi Kasra, MM
Bendahara : Zulfikar
3. Bidang Dana dan Pembangunan
Anggota Ketua : H. Refdiamond,
SE, Msi Anggota : - dr. H. Saptino
Miro
- rommy febrian, ST
-Yunefri, SE
4. Bidang Pemberdayaan Ekonomi
Jamaah Ketua : Dr. Fajri
Muharja

Anggota : - Fidel Miro, SE, MT


- M. Akmal, Bac
5. Bidang pendidikan dan remaja
masjid Ketua : HJ.
Irmawatiyahya, SAg Anggota :
- Hj. Sri Hamdani
-Ermayenti, Amd
-Desimar, SPd
6. Bidang dakwah
Ketua :
Wismar
Anggota : -Yonfiadi
-Evi Murniati
-Syafira Diandra
7. Bidang pemeliharaan gedung, peralatan, keamanan masjid
dan dokumentasi.
Ketua : Mudarwan
Anggota : -Asbi Hasrari, Skom

Seiring dengan perjalanan waktu maka pengurus selanjutnya

mulai melakukan renovasi ruang masjid maupun tempat berwudhuk

dan fasilitas lainnya, guna memakmurkan masjid dan pemberdayaan

ekonomi jamaah, pengurus telah melaksanakan rapat kerja pertama

pada tanggal 03 februari 2019 di Pangeran Beach Hotel Padang dan

telah merumuskan berbagai program kerja tahun kegiatan 2019 serta

merencanakan visi Masjid Al-Munawwarah Tarandam Kecamatan

Padang Selatan Kota Padang yaitu sebagai pusat kegiatan keagamaan

dan sosial menuju masyarakat madani dan islami yang kaffah dalam

mencari keridhoan Allah SWT. Misinya adalah menjadikan masjid sebagai

tempat beribadah kepada Allah semata, menjadikan masjid sebagai pusat

pembelaaran TPQ-TQA, majlis ta’lim, wirid mingguan, wirid remaja,

menjadikan masjid sebagai pengembangan ekonomi umat melalui zakat

dan KPPS, menjadikan masjid sebagai tempat pemersatu dan kesatuan

umat, menjadikan masjid sebagai sarana penyambung lidah pemerintah


dalam menyampaikan informasi kepada masyarakat.

Sesuai dengan harapan dewan masjid Indonesia, dimana masjid

bukan hanya tempat beribadah semata namun bagaimana

mengelolanya sehingga mempunyai nilai tambah bagi jamaah

khususnya dan masyarakat tertarik untuk selalu datang ke masjid untuk

beribadah. Harapan Pengurus

14
Dokumen, Profil Masjid Al-Munawwarah, 8 Maret 2020
Sesuai dengan keilmuan yang di dalami maka penulis

memfokuskan program kerja Masjid Al-Munawwarah

Tarandam pada bidang Ibadah, Dakwah dan hari besar Islam

yaitu :

a. Memfasilitasi jamaah supaya betah di Masjid


b. Memberikan Reward kepada jamaah yang berpartisipasi
c. Jum’at berbagi
d. Mandiri berbagi
e. Kelas da’i dan da’iah
f. Kampung Ramadhan
g. Kajian senin ba’da shubuh
h. Kajian selasa ba’da maghrib
i. Kajian kamis dan sabtu ba’da shubuh
j. Tabligh Akbar dalam skala lokal dan nasional.
k. Memperingati hari raya ‘idul Fitri
l. Memperingati hari raya ‘idul adha
m. Memperingati tahun baru 1 Muharram
n. Memperingati Maulid Nabi
o. Memperingati Isra’ Mikraj dan Nuzul Qur’an
p. Subuh Mubarakah

Tabel 1

Pelaksanaan Kegiatan Bidang Imarah Masjid Al-Munawwarah

Tarandam, Kecamatan Padang Selatan, Kota Padang

No Program Bentuk kegiatan Ket


1 Ibadah dan Dakwah 1. Sholat 5 waktu Aktif

2. Magrib mengaji Aktif

3. Tabligh akbar Aktif

4. Majlis talim Aktif

5. Wirid remaja Aktif

6. Ceramah harian Aktif


terjadwal

7. Akad pernikahan

2 Perpustakaan 1. 2 Buah rak buku Aktif

khusus jemaah dan

khusus santri TPQ-

TQA

3 Sosial 1. Ambulance masjid Aktif

2. Tenis meja Aktif

3. Pengumpulan dana Aktif

anak yatim piatu

4. Pengumpulan dana Aktif

TPQ- TQA

5. Pengumpulan dana

infak online melalui

cimb niaga syariah

masjid Al- Aktif

Munawwarah

6. Pengumpulan dana

untuk palestina Al- Aktif

Quds

7. Pengumpulan dana Aktif

kongsi kematian

4 Pendidikan dan 1. TPQ/TQA Aktif

Kesenian 2. Pondok Bina El Fata Aktif


(Tahfiz dan Tahsin)

3. Rebbana Tidak

4. Drum band Aktif

24
Dari tabel di 1 di atas dapat dipahami bahwa dalam pelaksanaan

Imarah, Masjid Al –Munawwarah Tarandam, Kecamatan Padang Selatan,

kota Padang kurang terlaksana seperti struktur kepengurusan masjid yang

belum berjalan maksimal, begitu juga dengan aktivitas sosialnya

Berdasarkan obserasi awal penulis lakukan di Masjid Al-

Munawwarah dalam menjalankan program Masjid pengurus beserta

jema’ah mempunyai group WA, adapun program Muhammad Rifa’at,

SP.d.I selaku sekeretaris masjid bekerjasama membuka pendaftaran

menghafal al-Qur’an yaitu pondok tahfizh dan tahsin“BINA EL FATA”10

hari hafal 1 juz bersertifikat resmi dibina oleh H. Jhony Efendi. Lc, MA.

Selanjutnya dilihat dari luar masjid ini mempunyai fisik yang sederhana,

namun jika sudah masuk ke dalam masjid, masjidnya sangat indah

dipandang, nyaman tidak panas karena adanya kipas dan supaya tidak

menimbulkan hiruk pikuk dari luar masjid dibuatlah kedap suara, sehingga

jamaah yang melaksanakan ibadah ke Masjid ini cukup ramai dan untuk

keamanan, masjid ini dilengkapi dengan pemasangan CCTV dan tukang

parkir dan jika dilihat dari tempat berwudhu’nya juga bersih jika masjid

bersih maka jama’ah akan nyaman dalam melaksanakan ibadah.

24
Sumber : Dokumen Masjid Al Munawwarah, Tanggal 20-12-2020
Pengurus masjid al munawwarah telah melaksanakan program

kerja yang dirancang agar supaya masjid dapat menjalankan fungsinya

yaitu untuk memakmurkan masjid seperti program santunan anak yatim

diwaktu subuh pada hari sabtu, olahraga tenis meja, donatur tetap TPQ/

TQA masjid , pengumpulan infak online cimb niaga syariah Al-

Munawwarah dan penyediaan ambulan. Pengurus masjid almunawwarah

mempunyai kendala dalam perabaikan ambulan. Kendala tersebut

dikarenak ambulan rusak, maka dari itu pengurus masjid sangat kesulitan

dalam perbaikan ambulan.

masjid Al- Munawwarah juga menerima peserta didik untuk

program khusus bimbingan tahfiz Qur’an dan tilawah/ irama yang

dibimbing oleh Juliadi Putra, S.Pd. I merupakan qori Kota Padang.

Pengurus masjid tersebut kebanyakan berasal dari daerah masjid

tersebut, tetapi penulis melihat mereka selalu meyempatkan diri untuk

datang beribadah ke masjid tersebut. Dan melakukan rapat kepengurusan

masjid.

Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa masjid Al–

Munawwarah Tarandam, Kecamatan Padang Selatan, kota Padang telah

memenuhi program kerja dalam aspek idarah, imarah dan ri’ayah. Namun

data yang penulis dapatkan berdasarkan hasil wawanara pada tanggal 15

November 2020 dengan salah satu garin masjid. Dari ketiga aspek terlihat

program bidang imarah kurang berjalan efektif, hal ini menjadi salah satu
permasalahan yang masih dicari solusinya di masjid Al-Munawwarah

Tarandam Kota Padang.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik melakukan

penelitian aspek imarah perlu dilaksanakan penelitian dengan judul

“Manajemen Imarah Masjid Al-Munawwarah Tarandam

Kota Padang”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan

penelitiannya yaitu: Bagaimana Manajemen Imarah Masjid Al-

Munawwarah Tarandam Kota Padang

C. Batasan Masalah

a. Perenanaan Imarah Masjid Al-Munawwarah Tarandam,

Kecamatan Padang Selatan, Kota Padang.

b. Pengorganisasian Imarah Masjid Al-Munawwarah Tarandam,

Kecamatan Padang Selatan, Kota Padang.

c. Penggerakan Imarah Masjid Al-Munawwarah Tarandam,

Kecamatan Padang Selatan, Kota Padang.

d. Pengawasan Imarah Masjid Al-Munawwarah Tarandam,

Kecamatan Padang, Selatan Kota Padang.

D. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahu perncanaan Imarah Masjid Al-Munawwarah

Tarandam, Kecamatan Padang Selatan, Kota Padang.


b. Untuk mengetahui pengorganisasian Imarah Masjid Al-

Munawwarah Tarandam, Kecamatan Padang Selatan Kota Padang.

c. Untuk mengetahui penggerakan Imarah Masjid Al-Munawwarah

Tarandam, Kecamatan Padang Selatan, Kota Padang.

d. Untuk mengetahui pengawasan Imarah Masjid Al-Munawwarah

Tarandam, Kecamatan Padang Selatan, Kota Padang.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sarana

untuk memperkaya dan mengembangkan ilmu pengetahuan tentang

teori-teori tentang bagaimana Manajemen Imarah Masjid Al-

Munawwarah Tarandam Kecamatan Padang Selatan Kota Padang

2. Manfaat praktis

a. Bagi lembaga, dapat digunakan sebagai referensi untuk

Meningkatkan kualitas pelayanan agar dapat menciptakan

keunggulan dan dapat memberikan kepuasan kepada

konsumen atas pelayanan yang diberikan.

b. Bagi karyawan dapat digunakan sebagai acuan untuk

meningkatkan kinerja, khususnya dalam memberikan

pelayanan kepada masyarakat.

c. Bagi Akademis Sebagai syarat guna memperoleh gelar

sarjana, Hasil penelitian ini diharapkan memberikan

pengetahuan lebih terhadap loyalitas yang baik, sehingga


penulis dapat berbagi ilmu dan juga mendapatkan masukan

sebagai penimba ilmu. Sesuai dengan masalah dan tujuan

penelitian diatas, maka penelitian yang dilakukan ini

diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca. Dan menambah

wawasan pengetahuan tentang loyalitas yang dilakukan

terhadap masyarakat.

F. Penjelasan judul

Agar tidak terjadinya kekeliruan dalam memahami makna yang

terkandung dalam judul, maka akan diberikan penjelasan kata kunci

sebagai berikut:

Manajemen Masjid Seni usaha, proses serangkaian

: kegiatan mulai dari perencanaan,

pengorganisasian, penggerakan dan

pengawasan dengan memanfaatkan

sumber daya manusia dan sumber

daya lainya untuk mencapai tujuan

masjid merealisasikan fungsi masjid

sebagai pusat ibadah dan pembinaan

umat.
Imarah : Imarah adalah pengaturan tentang

pelaksanaan fungsi masjid (fungional

management) yang merupakan

kegiatan memakmurkan masjid dan


mengoptimalkan fungsi masjid

sebagai wadah pembinaan umat.


Masjid Al-Munawwarah Masjid Al-Munawwarah terletak di

Tarandam Kecamatan Padang tarandam, kecamatan Padang Selatan,

Selatan Kota Padang. Kota Padang.

G. Sistematika Penulisan

Untuk lebih memudahkan dalam memahami penelitian ini, maka

secara keseluruhan peneliti membagi dalam beberapa bab, yaitu:

BAB I: pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah,

rumusan dan batasan masalah, tujuan dan kegunaan

penelitian, penjelasan judul dan serta sistematikan

penulisan.

BAB II: Teori dan landasan teoritis yang berkaitan dengan

pengertian manajemen, pengertian masjid, fungsi masjid,

manajemen masjid, pengertian manajemen masjid, tujuan

manajemen imarah masjid

BAB III: Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian

kualitatif yang terdiri dari: jenis penelitian, sumber data,

subjek penelitian, tempat dan waktu penelitian, teknik

pengumpulan data, analisis data.


BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Manajemen

Istilah manajemen berasal dari kata to manage yang artinya

mengatur. Pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan

urutan dari fungsi-fungsi manajemen itu. Jadi manajemen merupakan

suatu proses untuk mewujudkan tujuan yang diinginkan.25

Dalam bahasa Arab, istilah manajemen diartikan sebagai an-

nizam atau at-tanzim, yang merupakan suatu tempat untuk menyimpan

segala sesuatu dan penempatan segala sesuatu pada tempatnya.26

Manajemen sering diartikan sebagai ilmu, seni, kiat, proses dan

profesi. Untuk mengetahui dan memahami manajemen dengan jelas dapat

dilihat dari beberapa definisi yang dikemukakan para ahli yaitu :

Jadi manajemen dilihat dari segi bahasa adalah Memerintah,

memimpin, pengelolaan, administrasi, kepengurusan, memerintah,

membimbing, pembinaan dan lain sebagainya.

Menurut para ahli, manajemen memeliki beberapa pengertian,

diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Malayu S.P. Hasibuan

25
Malayu S.P Hasibuan.Manajemen Dasar-dasar, Pengertian dan Masalah.
(Bumi Aksara: Jakarta. 2008) 1
26
Muhammad Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah (Jakarta : Kencana, 2006),
Cet Ke 2, Hlm. 1
Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses

pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainya

secara efektif dan efesien untuk mencapai suatu tujuan.27

b. Andrew F. Sikula

Manajemen pada umunya dikaitkan dengan aktivitas-

aktivitas perencanaan, pengorganisasian, pengendalian,

penempatan, pengarahan, pemotivasian, komunikasi, dan

pengambilan keputusan yang dilakukan oleh setiap organisasi

dengan tujuan untuk mengkoordinasikanberbgai sumber daya

yang dimiliki oleh perusahaan sehingga akan di hasilkan suatu

produk atau jasa secara efesien.28

c. G. R. Terry

Manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja, yang

melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-

orang kearah tujuan-tujuan organisasional atau maksud-maksud

yang nyata.29

d. Sondang P. Siagian

Mengemukakan pendapatnya mengenai manajemen bahwa

manajemen yaitu seni memperoleh hasil melalui berbagai

kegiatan yang dilakukan oleh orang lain.30

27
Malayu S.P Hasibuan, Manajemen, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2015), ed. revisi, cet. 11,
Hal. 2
28
ibid
29
G.R. Terry dan Leslie W. Rue. Penerjemah G.A.Ticoalu, Dasar-dasar Manajemen,
(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2015), ed. revisi, cet. 11, h. 2
30
Sondang P. Siagian, Fungsi-fungsi Manajerial, Ed. Revisi, (Jakarta: PT Bumi Aksara,
2007), Hal. 1
e. Siswanto

Manajemen ialah seni dan ilmu dalam perencanaan,

pengorganisasian, pengarahan, pemotivasian, dan pengendalian

terhadap orang dan mekanisme kerja untuk mencapai tujuan.31

Jadi dari pengertian manejemen diatas penulis

menyimpulkan, manajemen adalah suatu ilmu dan seni meliputi

perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan

dengan memanfaatkan Sumber Daya Manusia dan Sumbber-

sumber daya lainya agar tujuan yang di inginkan dapat tercapai

secara efektif dan efesien.

Jadi dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah suatu ilmu, seni,

proses mulai dari melaksanakan perencanaan, pengorganisasian,

penggerakkan dan pengawasan dengan memanfaatkan sumber daya

manusia dan sumber daya lainnya untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan secara efektif dan efisien.

B. Pengertian Masjid

Masjid, pengertiannya secara etimologis merupakan isim makan

dari kata “sajada”-“yasjudu”-“sujudan”, yang artinya tempat sujud, dalam

rangka beribadah kepada Allah SWT atau tempat untuk mengerjakan

sholat. Sesungguhnya untuk sujud atau mengerjakan sholat boleh dimana

saja, asal tidak ada larangan, sebagaimana sabda Rasulullah SAW: “….

31
Siswanto, Pengantar Manajemen,(Jakarta: PT Bumi Aksara 2005), Hal. 14
Jadikan bagiku seluruh bumi tempat sujud (masjid) dan tanahnya dapat

digunakan untuk bersuci…..” (HR Muslim).

Secara sosiologis, yang berkembang pada masyarakat Islam

Indonesia, dipahami sebagai suatu trmpat atau bangunan tertentu yang

diperuntukkan bagi orang- orang muslim untik mengerjakan sholat, baik

itu sholat wajib maupun sholat sunnah, secara perseorangan maupun

secara berjama’ah. Ia diperuntukkan peruntukkan juga untuk

melaksanakan ibadah-ibadah lainya.32

Masjid adalah rumah Allah SWT yang di bangun agar ummat

mengingat, mensyukuri, dan menyembahnya dengan baik. Ibadah

terpenting yang dilakukan dalam masjid adalah sholat yang merupakan

tiang agama Islam dan ritual sehari-harinya yang memungkinkan seorang

muslim berjumpa dengan tuhanya lima kali dalam sehari semalam.33

Masjid-masjid dibangun ditengah-tengah masyarakat tidak hanya

sebagai tempat ibadah, tetapi juga untuk menyatukan cita-cita spiritual

umat Islam dengan cita-cita sosialnya membangun perdaban dalam

masyarakat madani.Dalam masyrakat madani, antara, antara masjid

dengan aktivitas sehari-hari masyarakat tidak terpisahkan, saling terikat,

saling menginspirasi dan saling mendinamisasi kehidupan.34

Segala aktivitas kaum muslimin pada masa Rasulullah bertumpu

pada masjid.Masjid merupakan wadah yang paling strategis dalam rangka

32
Aziz Muslim, “aplikasi ilmu Agama”. vol v. No 2, Desember 2004. Hal 107
33
Yusuf al- Qaradhawi, Tuntunanan Membangun Masjid (Jakarta Gema Insert Press,
2007).Hal 7
34
Hayu Prabowo, Ecomasjid Dari Masjid Makmurkan Bumi( lembaga pemulian
linkungan hidup SDM MUI) Hal 1
pembinaan umat untuk mewujudkan sumber daya manusia (SDM) yang

tangguh dan berkualitas.Masjid juga merupakan pusat kegiatan umat

Islam, yaitu masjid tidak semata-semata tempat shalat dan mengaji, tetapi

untuk berbagai kegiatan yang bisa membawa kemaslahatan dunia dan

akhirat.Masjid bagi umat Islam merupakan kebutuhan mutlak yang harus

ada dan sejak awal sejarahnya masjid merupakan pusat segala kegiatan

masyarakat Islam.Pada awal Rasulullah hijrah ke Madinah maka salah satu

sarana yang dibangun adalah masjid, sehingga masjid menjadi point of

development.35

Menurut Sofyan Syafri Harahap menyatakan masjid adalah tempat

shalat berjamaah dan masjid adalah pusat pembinaan jamaah.36

Sedangkan Muhammad E. Ayub juga mengungkap masjid adalah

tempat orang Islam berkumpul dan melakukan shalat dan meningkatkan

solidaritas dan silaturahmi dikalangan kaum muslimin.37

Sedangkan Nasrun Harun menyatakan masjid adalah sebuah

bangunan tempat beribadah umat Islam yang digunakan oleh umat Islam

terutama dilangsungkan shalat berjamaah38

Dapat penulis simpulkan bahwa Masjid adalah tempat sujud dan

beribadah bagi umat Islam selain itu Masjid juga menjadi pusat

35
Sofan Syafri Harahap, Manajemen Masjid, (Yogyakarta :PT. Dana Bhakti Prima Yasa,
1993),Hal 6
36
Syofysn Syafri Harahap, op. Cit Hal. 36
37
Moh. E. Ayub, dkk, Manajemen Masjid, (Jakarta : Gema insani Press, 2001). Hal 2
38
Harun Nasution, Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta: PT Ikhtiar Baru Vaoera, 1995),
Hal. 1120
Muamalah bagi umat Islam. Masjid juga menjadi sarana prasarana

berkumpulnya umat Islam tanpa memandang strata social.

a. Fungsi Masjid

Menurut Miftah Faridh dalam Nana rukmana (2002), fungsi

masjid pada zaman Rasulullah Saw adalah sebagai tempat

pelaksanaan ibadah dan juga sebagai pusat kebudayaan, pusat

ilmu pengetahuan, pusat informasi, pusat pengembangan

ekonomi kerakyatan, pusat pengaturan strategi perang damai,

serta pusat pembinaan dan pengembangan sumber daya umat

secara keseluruhan.39

Sedangkan menurut Moh. E Ayub mengemukakan

beberapa fungsi masjid yaitu:

1) Masjid merupakan tempat kaum muslimin beribadat

dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.

2) Masjid adalah tempat kaum muslimin beri’itikaf,

membersihkan diri, sehingga selalu terpelihara

keseimbangan jiwa dan raga serta keutuhan

kepribadian.

3) Masjid adalah tempat bermusyawarah kaum

muslimin guna memecahkan persoalan-persoalan

yang tumbuh dalam masyarakat.

Jusmawati dkk, Manajemen Masjid dan Aplikasinya(Jakarta: The Minangkabau Foundation,


39

2006), Hal 15
4) Masjid adalah tempat kaum muslimin

berkonsultasi, mengajukan kesulitan meminta

bantuan dan pertolongan.

5) Masjid adalah tempat membina keutuhan ikatan

jamaah dan kegotong royongan mewujudkan

kesejahteraan bersama.

6) Masjid dengan majelis ta’limnya merupakan wadah

untuk meningkatkan kecerdasan ilmu pengetahuan

muslimin.

7) Masjid adalah tempat pembinaan dan

pengembangan dari kader-kader pemimpin umat.

8) Masjid adalah tempat pengumpulan dana,

menyimpan dan membagikannya.

9) Masjid adalah tempat melaksanakan peraturan dan

supervisi social.40

Fungsi tersebut telah diaktualisasikan dengan kegiatan operasional

yang sejalan dengan program pembangunan masjid. Akhir-akhir ini masjid

semakin tumbuh dan berkembang, baik dari segi jumlah maupun kualitas

pengelolaannya. Hal ini berujung pada peningkatan kehidupan ekonomi

umat, sosial dan semaraknya kehidupan beragama.

Di samping itu Sidi Gazalba dalam buku Masjid Pusat Pembinaan

Umat dikutip dari buku Jusmawati, mengungkapkan bahwa masjid pada

zaman Rasulullah Saw adalah sebagai pusat ibadah, sebagai pusat


40
Ibid.,Hal. 7-8
mua’malah, tempat pengajaran dan pendidikan Islam atau pewaris agama

dan kebudayaan, tempat perpustakaan, sebagai himpunan khazanah ilmu

pengetahuan, tempat peradilan (kehakiman), ketika perang tempat markas

tentara, tempat prajurit yang sedang terluka (rumah sakit), tempat

bermalam bagi musafir, tempat administrasi pemerintahan, tempat sidang,

tempat bermusyawarah segala sesuatu mengenai musyawarah Islam,

pemilihan khalifah, dan tempat pengumuman dan pusat penerangan.41

C. Manajemen Masjid

Bumi yang kita tempati ini adalah masjid bagi kaum muslimin/

setiap muslim boleh melakukan sholat diwilayah manapun dibumi ini.

Terkecuali diatas kuburan, ditempat yang bernajis, dan ditempat-tempat

yang menurut ukuran syariat Islam tidak sesuai untuk dijadikan tempat

sholat. Selain itu masjid merupakan tempat orang berkumpul dan

melakukan sholat secara berjamaa’ah dengan tujuan meningkatkan

ukhwah dan solidaritas dikalangan ummat muslim.42

Manajemen terdapat dalam setiap kegiatan manusia, baik dalam

masjid,pabrik, bengkel, sekolah, universitas, bank, kantor, hotel, rumah

sakit, maupun dalam kehidupan rumah tangga. Di dalam Ensiklopedi

administrasi dinyatakan,manajemen adalah segenap perbuatan

menggerakkan sekelompok orang dan sekolompok fasilitas dalam suatu

usaha kerja sama untuk mencapai tujuan tertentu.Dengan kalimat lain

dapat disederhanakan manajemen adalah suatu proses atau kegiatan atau

Jusmawati ddk, ibid, Hal. 16


41

Muh. E. Ayub dkk, Manajemen Masjid, Petunjuk Praktis Bagi Para Pengurus, (Jakarta
42

Gema Insani Press 1996), Hal. 1


usaha pencapaian tujuan tertentu melalui kerja sama dengan orang-orang

lain.43

Dalam buku Jusmawati dkk, manajemen masjid adalah seni usaha,

proses serangkaian kegiatan mulai dari perancanaan, pengorganisasian,

penggerakan, dan pengawasan dengan memanfaatkan sumber daya

manusia dan sumber daya lainya untuk mencapai tujuan masjid atau

merealisasikan fungsi masjid sebagai pusat ibadah dan pembinaan ummat

Islam.44

Dari defenisi manajemen masjid diatas dapat penulis simpulkan

bahwa manajemen masjid adalah suatu ilmu dan seni meliputi

perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan dengan

memanfaatkan sumber daya manusia dan sumber daya lainya agar

tercapai tujuan masjid secara efketif dan efesien sesuai dengan tujuan

masjid.

Manajemen masjid disebut juga idarah masjid pada garis besarnya

dapat dibagi menjadi dua bidang:45

1) Idarah binail maadiy (physical management)

Idarah binail maadiy adalah manajemen secara fisik yang

meliputi kepengurusan masjid, pengaturan pembangunan fisik

masjid, penjagaan kehormatan, kebersihan, ketertiban dan

keindahan masjid (termasuk taman di lingkungan masjid),

43
Muh. E. Ayyub ibid, Hal. 32
44
Jusmawati dkk, Manajemen Masjid dan aplikasinya, ( Jakarta, The Minangkabau
Foundation, 2006 ), Hal. 27
45
Muh. E. Ayyub. Op.cit Hal. 133
pemeliharaan tata tertib dan ketentraman masjid,

pengaturankeuangan dan administrasi masjid, memelihara agar

masjid tetap suci, terpandang, menarik, dan bermanfaat bagi

kehidupan umat, dan sebagainya.

Kenyamanan dalam beribadah terlihat ketika seseorang

melaksanakan ibadah dengan penuh semangat, penuh ketenangan

(khusyuk), dan tidak ingin lekas menyelesaikannya.Namun

demikian, kekhusyukan dan kenyamanan itu tidak mungkin

tercapai jika tidak didukung dengan tempat yang nyaman.

2) Idarah binail ruhiy (functional management).

Idarah binail ruhiy adalah pengaturan tentang pelaksanaan

fungsi masjid sebagai wadah pembinaan umat, sebagai pusat

pembangunan umat dan kebudayaan Islam seperti dicontohkan

oleh Rasulullah Saw. Idarah binail ruhiy ini meliputi pengentasan

dan pendidikan akidah Islamiyah, pembinaan akhlakul karimah,

penjelasan ajaran Islam secara teratur menyangkut:

a) Pembinaan ukhuwah Islamiyah dan persatuan umat

b) Melahirkan fikrul Islamiyah dan kebudayaan Islam

c) Mempertinggi mutu keislaman dalam diri pribadi dan

masyarakat.

Dari penjalasan diatas dapat penulis simpulkan, manajemen

masjid merupakan idarah masjid, idarah masjid terbagi dua; yang

pertama Idarah binail maadiy berbicara tentang fisik masjid, yang


kedua Idarah binail ruhiy berbicara tentang fungsi masjid sebagai

pusat pengembangan ummat Islam.Dari kedua idarah diatas

pengurus masjid harus ekstra dalam memperhatikan segala aspek

dengan teliti agar terwujud masjid yang nyaman sehingga

masyrakat nyaman beribadan di dalamnya.

a. Tujuan manajemen Masjid

Manajemen merupakan serangkain usaha yang dilakukan

untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan secara bersama,

maka manajemen itu bias membantu dalam upayamemberikan

kemudahan terhadap proses pencpaian tujuan yang telah di

tentukan tersebut.

Untuk mencapai tujuan yang diinginkan biasanya

menggunakan orang lain untuk mengoptimalkan masjid, sehingga

fungsi masjid dapat meningkatkan sesejahteraan dan kualitas umat.

Untuk mencapai tujuan ada nenerapa persyaratan yang harus

dipenuhi diantaranya:

1). Harus ada tujuan yang ingin dicapai

2). Harus ada masyarakat atau jema’aah yang dipimpin

3). Harus ada orang yang memimpinya

4). Harus ada kerja sama antara pengurus dan pengurus dengan

yang dipimpin
5). Harus ada sistem atau pola dalam melaksanakan fungsi

manajemen.46

Menurut Malayu S.P Hasibuan untuk menetapkan tujuan yang

baik, dilakukan dengan cara:

a) Tujuan-tujuan harus jelas dan ditetapkan berdasarkan hasil analisis

data, informasi, dan potensi yang dimiliki.

b) Tujuan-tujuan harus ditetapkan manajer dan minta partisipasi

karywan pelaksana dalam proses penetapan tujuan, sehingga

mereka antusius untuk mencapai tujuan tersebut.

c) Setiap tujuan dalam perusahaan harus membantu keseluruhan

tujuan perusahaan, jadi harus saling menunjagg secara

keseluruahanya.

d) Tujuan-tujuan harus mempunyai jangkauan tertentu dalam

memberikan kepuasan bagi karyawan dalam mengerjakanya.

e) Tujuan-tujuan harus realistis dan masuk akal bagi orang yang

bertanggung jawab untuk mencapainya.

f) Tujuan-tujuan harus bersifat kontemporer dan inovatif serta

ditetapkan up tu date

g) Tujuan-tujuan yang ditetapkan bagi indiviu pelaksana harus sesuai

dengan kemampuanya, supaya gairah kerjanya baik.

h) Tujuan-tujuan harus berurutan menurut kepentinganya


46
Sofyan Syafri Harahap, Manajemen Masjid, (Yogyakarta :PT. Dana Bhakti Prima Yasa,
1993), Hal. 29
i) Tujuan-tujuan harus berimbang.47

Tujuan manajemen masjid menurut Syofyan Syafri Harahap adalah

mewujudkan masyarakat yang diridhoi Allah SWT. Dengan kata lain,

hal-hal apa dan bagaimana kita membuat masjid, jema’ah, sistem,

sumber dana, penggunaan dan kegiatan sehingga masjid dapat menjadi

pusat kegiatan umat yang dapat membuat dan menciptakan masyarakat

sekelilingnya menjadi masyarakat yang baik, sejahtera, rukun, damai

dalam siraman rahmat Allah SWT. Dalam Al-Qur’an hal ini disebut

sebagai “baldatun thayyibatun warabbun ghafur”, masyarakat negeri

yang di bawah perlindungan Allah SWT.48

Jadi dari uraian penjelasan diatas dapat kita tarik kesimpulan

bahwa untuk mencapai tujuan manajemen masjid perlu adanya

pengelolaan dan perencanaan yang baik yang dilakukan pengurus

masjid, pengurus harus saling bekerja sama dan berkoordinasi dengan

baik agar tujuan dari masjid tersebut dapat tercapai dengan baik.

b. Fungsi Manajemen Masjid

Fungsi manajemen masjid merupakan kegiatan pokok yang

harus dilakukan oleh manajer atau pengurus dengan menggunakan

sumber daya manusia dan sumber daya lainya untuk mencapai

tujuan yang telah ditetapkan.Fungsi-fungsi manajemen masjid

meliputi perencanaan (Planning), pengorganisasian (organizing),

penggerakan (actuating), dan pengawasan (controling).Yang

47
Malayu S.P Hasibuan, Op.cit. Hal. 20
48
Sofyan Syafri Harahap. Op.cit. Hal. 28
diarahkan pada pencapaian tujuan organisasi masjid sebagai pusat

ibadah dan pembinaan ummat.49

a) Perencanaan (Planning)

Perencanaan (planning) adalah fungsi dasar (fundamental)

manajemen, karna organizing, staffing, directing, dan controling

pun harus terlebih dahulu di rencanakan.Perencanaan adalah

dinamis. Perencanaan ini ditujukan pada masa depan yang penuh

dengan ketidak pastian, karena adanya perubahan kondisi situasi.50

Menurut para ahli perencanaan memiliki beberapa arti.

Diantaranya adalah sebagai berikut:

1. G.R. Terry

Perencanaan adalah proses memutuskan tujuan-

tujuan apa yang akan dikejar selama suatu jangka waktu

yang akan dating dan apa yang dilakukan agar tujuan-

tujuan itu dapat tercapai.51

2. Sondang. P. Siagian

Perencanaan yaitu sebagai keseluruhan proses pemikiran

dan penentuan secara matang menyangkut hal-hal yang

akan dikerjakan dimasa dating dalam rangka mencapai

tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. 52

3. Robbins dan coulter

49
Jusmawati dkk, Op.cit.Hal. 27
50
Malayu S.P Hasibuan, Op.cit. Hal 91
51
G.R. Terry dan L.W. Rue, Op.cit.Hal. 43-44
52
Husaini Usman, Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan, (Jakarta Timur: PT
Bumi Aksara, 2011), Hal. 65-66
Perencanaanyaitu sebuah proses yang dimulai dari

penetapan tujuan organisasi, menentukan strategi untuk

pencapaian tujuan organisasi tersebut secara menyeluruh,

serta merumuskan sistem perencanaan yang menyeluruh

untuk mengintegrasikan dan mengoordinasikan seluruh

pekerjaan organisasi hingga tercapainya tujuan organisasi.53

Dalam Al-qu’an Allah telah menjelaskan agar

perencanan dilakukan dengan sedemikian baik. Sebagaiman

yang dijelaskan dalam surat al-Anfal ayat (8) ayat (60):

        


        
          
     

Artinya: dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja


yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk
berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan
musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang
kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. apa saja
yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi
dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya
(dirugikan). (Q.S Al-Anfal ayat 60)

Dari depenisi diatas dapat disimpulkan perencanaan adalah suatu

proses untuk mememilih sasaran , kebijakan, dan tujuan yang diperlukan

oleh suatu pengurus untuk mencapai tujuan masjid secara efektif dan

efesien.

b) Pengorganisasian (Organizing)

Ernie Tisnawati Sule & Kurniawan Saefullah, Pengantar Manajemen, (Jakarta: Prenada
53

Media, 2008), Hal. 96


Secara etimologi pengorganisasian berasal dari kata organize yang

merupakan kata kerja dari “Organizing”yang bearti menciptakan sebuah

struktur dengan bagian-bagian yang diintegrasikan sedemikian rupa,

sehingga hubunganya satu sama lain terikat oleh hubungan terhadap

keseluruhanya. Pengorganisasian adalah fungsin manajemen dan

merupakan suatu proses yang dinamis, sedangkan organisasi merupakan

alat atau wadah yang statis.54

Pengorganisasian erat kaitanya dengan perencanaan, karena

pengorganisasianpun harus direncanakan. Pengorganisasian adalah fungsi

manajemen dan merupakan suatu proses yang dinamis, sedangkan

organisasi merupakan alat atau wadah yang statis. Jika pengorganisasian

baik maka organisasi pun akan baik dan tujuan pun relative mudah dicapai.

Pengorganisasian dapat diartikan penentuan pekerjaan-pekerjaan

yang harus dilakukan, pengelompokan tugas-tugas dan membagi-bagikan

pekerjaan pada setiap karyawan, penetapan departemen-departemen

(subsistem) serta penetuan hubungan-hubungan. Menurut Siswanto yaitu

suatu pekerjaan membagi tugas, mendelegasikan otoritas, dan menetapkan

aktivitas yang hendak dilakukan oleh manajer atau pengurus pada seluruh

hirarki organisasi.55

Menurut Ahmad Yani pengorganisasian masjid adalah penyatuan,

pengelompokan, dan pengaturan pengurus masjid untuk digerakkan dalam

satu kesatuan kerja, sebagaimana yang telah direncanakan.56


54
Malayu S.P. Hasibuan, op. cit., Hal. 118
55
Siswanto, op. cit., Hal. 75
56
Yani, Ahmad, Panduan Memakmurkan Masjid, (Jakarta: Al-Qalam, 2009) Hal. 148
Dalam Al-Qur’an juga telah dijelaskan oleh Allah bahwa kita harus

bersatu dalam segala sesuatu pekerjaan apapun.Baik dalam kehidupn

sehari-hari, karna dengan bersatu kita dapat mencapai keinginan bersama

dengan baik. Sebagaimana dijelaskan Allah dalam Q.S Ali-Imran ayat

103)

        


       
       
        
  
Artinya: berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan
janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah
kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-
musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah
kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan
kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah
menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah
menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat
petunjuk. Q.S Ali-Imran ayat 103)

Jadi dapat penulis simpulkan bahwa pengorganisasian masjid

adalah suatu pengaturan yang dilakukan oleh pengurus masjid untuk

menggerakkan bawahanya untuk melaksanakan rencana yang telah dibuat

untuk tercapainya tujuan masjid.

c) Penggerakan (actuating)

Fungsi penggerakan (directing = actuating = leading =

penggerakan) adalah fungsi manajemen yang terpenting dan paling

dominan dalam proses manajemen. Fungsi ini baru dapat diterapkan

setelah rencana, organisasi, dan karyawan ada.Fungsi pengarahan ini

adalah ibarat kunci starter mobil, artinya mobil baru dapat berjalan jika
kunci starternya telah melaksanakan fungsinya.Demikian juga proses

manajemen, baru terlaksana setelah fungsi pengarahan diterapkan.

Menurut Malayu S.P. Hasibuan penggerakan adalah menggerakkan

semua karyawan agar mau bekerja sama dan bekerja efektif dalam

mencapai tujuan perusahaan.57

Menurut Koontz dan O”Donnel, pengarahan/penggerakan adalah

hubungan antara aspek-aspek individual yang ditimbulkan oleh adanya

pengaturan terhadap bawahan-bawahan untuk dapat dipahami dan

pembagian pekerjaan yang efektif untuk tujuan perusahaan yang nyata.58

Dalam manajemen masjid, fungsi penggerakan merupakan upaya

membimbing dan mengarakan seluruh potensi pengirus untuk beraktivitas

sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya masing-masing.Pimpinan

pengurus nasjid harus memberikan rangsangan atau motivasi kepada

pengurus untuk melaksankan tugas dan tanggung jawabnya itu.Karenanya,

pimpinan pengurus masjid perlu memberikan motivasi, membimbing, dan

mengarahkan staf pengurus masjid guna menunaikan amanah

kepengurusan dengan baik.59

Dalam hal ini Al-qu’an telah memberikan kita pedoman dalam

membimbing, menggerakkan orang-orang yang berada dibawah

kepemimpinan kita agar dapat di gerakkan dengan sebaiknya. Allah

berfirman dalam surat Al-Kahfi (18) ayat (2):

57
Malayu S.P. Haibuan Op.cit. Hal. 183
58
Ibid Hal. 184
59
Ahmad Yani, loc.cit. Hal. 149
       
       
Artinya: sebagai bimbingan yang lurus, untuk memperingatkan siksaan

yang sangat pedih dari sisi Allah dan memberi berita gembira

kepada orang-orang yang beriman, yang mengerjakan amal

saleh, bahwa mereka akan mendapat pembalasan yang baik, (Q.S

Al-Kahf ayat 2)

Dari penjelasan diatas dapat penulis tarik kesimpulan, bahwa

penggerakan dalam masjid pengurus harus menggerakkan/ Mengarahkan

pengurus yang lain agar mau bekerja sama dalam mencapai tujuan masjid

yang telah direncanakan bersama secara efektif dan efesien.

d) Pengawasan (actuating)

Fungsi pengawasan (controling) adalah fungsi terkhir dari proses

manajemen. Fungsi pengawasan sangat penting dan menentukan

pelaksanaan proses manajemen, karena itu harus dilakukan dengan sebaik-

baiknya. Pengawasan ini berkaitan erat dengan fungsi perencanaan,, fungsi

pengorganisasian, dan fungsi penggerakan merupakan hal yang saling

mengisi, karena:

a) Pengendalian harus terlebih dahulu direncanakan

b) Pengendalian dapat dilakukan jika ada rencana.

c) Pelaksanaan rencana akan baik, jika pengendalian

dilakukan dengan baik.


d) Tujuan baru dapat diketahui tercapai dengan baik atau tidak

setelah pengendalian atau penilaian dilakukan.60

Menurut para ahli pengawasan memeliki beberapa pengertian,

diantaranya adalah sebagai berikut:

1) G.R. Terry

Pengawasan adal suatu bentuk pemeriksaan untuk

memastikan bahwa apa yang sudah dikerjakan adalah juga

dimaksudkan untuk membuat sang manajer waspada

terhadap suatu persoalanpotensial sebelum persoalan itu

menjadi serius.61

2) Manalung

Pengawasan adalah suatu proses untuk menetapkan

pekerjaan apa yang sudah dilaksanakan, menilainya dan

mengoreksi bila perlu dengan maksud supaya pelaksanaan

pekerjaan sesuai dengan rencana semula.62

3) Sondang P. Siagian

Pengawasan yaitu proses pengamatan dari seluruh

kegiatan organisasi guna lebih menjamin bahwa pekerjaan

yang sedang dilakukan sesuai dengan rencana yang telah

ditentukan sebelumnya.63

60
Malayu S.P. Haibuan Op.citHal. 241
61
G.R.Terry dan Leslie W. Rue, Op.Cit.,Hal. 232
62
Dasrizal Dahlan dan Jusmawati, Administrasi dan Manajemen Perspektif Islam,
(Jakarta: The Minangkabau Foundation, 2006), Hal.76
63
Sondang P. Siagian,op. cit., Hal. 125
Dalam Al-Qur’an juga sudah dijelaskan untuk selalu

memperhatikan apa yang sedang kita kerjakan, agar tidak terjadinya

kesalahan dalam pekerjaan sehingga tujuan dapat berjalan sesuai dengan

yang direncanakan. Sebagaimana Allah berirman dalam surat Al-Hasyr

ayat 18:

        


          
Artinya;Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan

hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya

untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah,

Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.

(Q.S Al-Hasyr:18)

Dari penjelasan diatas dapat penulis tarik kesimpulan bahwa

pengawasan dalam mananjemen masjid adalah suatu pengamatan yang

dilakukan oleh seorang pimpinana pengurus masjid untuk mengawsi setiap

kinerja anggotanya agar tidak melenceng dari apa yang direncanakan,

sehingga tujuan masjid tersebut dapat terlaksana secara efektif dan efesien.

D. Perlunya Manajemen dalam Imarah Masjid

a. Pengertian Imarah

Imarah berarti memakmuran, meramikan masjid dengan berbagai

kegitan yang melibatkan dan mendatangkan peran jamaah, sehingga

semua jamaah memiliki hak dan kewajiban memakmurkan masjid.64

Memakmurkan masjid adalah membangun, mendirikan dan

6423
Hhtp://Masjidbunut1.blogspot.co.id/2013/02/materi-kemasjidan.html?m=1
memelihara masjid, menghormati dan menjaganya agar bersih dan suci,

serta mengisi dan menghidupkannya dengan berbagai ibadah dan

ketaatan kepada Allah SWT. Setiap bentuk ketaatan kepada Allah bisa

digolongkan sebagai usaha memakmurkan masjid.65

Jadi dapat disimpulkan Imarah adalah kegiatan memakmurkan

masjid seperti peribadatan, pendidikan, kegiatan sosial dan peringan hari

besar islam.

b. Pembinaan Bidang Imarah (Kemakmuran Masjid)

Memakmurkan masjid menjadi kewajiban setiap muslim yang

mengharapkan untuk memperoleh bimbingan dan petunjuk Allah SWT.

Sesuai dengan firman Allah surat At Taubah ayat 18:

        


         
     
Artinya: Sesungguhnya yang memakmurkan masjid-masjid Allah
hanyalah orang orang yang telah beriman kepada Allah dan
kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan
tidak takut kepada siapapun selain kepada Allah, maka mudah
mudahan merekalah yang diharapkan termasuk golongan orang-
orang yang mendapat petunjuk (Q.S. At taubah: 18)25

Idarah binail madiy dan idarah binail ruhiy berjalan secara

maksimal, maka insya Allah masjid akan makmur dengan sendirinya.

Makmur dalam artian, bahwa ia dapat berfungsi sebagaimana

mestinya, yaitu meliputi fungsi sebagai sarana atau tempat beribadah,

sarana atau tempat pembinaan dan pencerahan ummat baik bidang


65
Abdul Rahmat, M.Arief Effendi, Seni memakmurkan masjid, (Gorontalo:Ideas
fublishing,2014),h.8
pemahaman keberagamaan, pengetahuan umum, dan ekonomi ummat26

Di samping hal yang dikemukakan pada poin di atas, perlu juga

diadakan hal-hal berikut :

a. Manajemen Pembinaan Jama’ah

25
Departemen agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung,
PT. Sygma Examedia Arkanleema, 2007) Hlm.189
26 Abdul Rahmat, M.Arief Effendi Ibid,h.80
Salah satu kelemahan umat Islam adalah kurang

terorganisir jama‟ah Masjid-nya. Keadaan ini menyebabkan

jama‟ah kurang dapat memperoleh layanan yang semestinya

dan sebaliknya dukungan merekapun menjadi kurang optimal.

Kondisi ini sangat mendesak (urgent) untuk diperbaiki. Setelah

Administrasi Jama‟ah tertata dengan baik, maka dilanjutkan

dengan upaya- upaya pembinaan di antaranya adalah:

1) Shalat berjama’ah.

2) Pengajian rutin dan pengajian akbar.


3) Majelis Ta’lim Ibu-Ibu.

4) Pengajian remaja.
5) Tadarus dan bimbingan membaca Al Qur`an.

6) Lembar Informasi.
7) Ceramah, dialog dan seminar.

8) Kunjungan (ziarah)27
a. Management Pendidikan dan Pelatihan

Pelayanan pendidikan dan pelatihan bagi jama’ah dapat

dilakukan melalui sarana formal dan non formal. Pendidikan

formal TK, SD, SLTP dan SLTA dapat dikelola oleh yayasan

Masjid. Mengingat sekarang sudah banyak lembaga Islam yang

menangani, maka keberadaan lembaga formal tersebut tidaklah

sangat mendesak. Kecuali bila mana di tempat tersebut tidak

27 Abdul Rahmat, M.Arief Effendi , Ibid, h. 127.


ada, barang kali keberadaannya perlu untuk direalisasikan.

Sebaiknya Pengurus Ta’mir Masjid berkonsentrasi dahulu

dalam pengadaan lembaga-lembaga atau kegiatan pendidikan

dan pelatihan non formal, antara lain:

1) Perpustakaan Masjid.

2) Taman Pendidikan Al Quraan (TPA).


3) Up Grading Kepengurusan.

4) Pelatihan Kepemimpinan.
5) Pelatihan Jurnalistik.

6) Pelatihan Mengurus Jenazah.

7) Kursus Kader Da‟wah.


8) Kursus bahasa.

9) Kursus pelajaran sekolah.

b. Management Kesejahteraan Umat

Apabila di suatu daerah belum ada Badan Amil Zakat

(BAZ) atau Lembaga Amil Zakat (LAZ), Ta’mir Masjid dapat

menerima dan menyalurkan zakat, infaq dan shadaqah dari para

muzakki atau dermawan kepada para mustahiq atau du’afah.

Dalam hal ini, Pengurus bertindak selaku amil zakat. Kegiatan

pengumpulan dan penyaluran zakat, infaq dan shadaqah

biasanya semarak di bulan Ramadlan, namun tidak menutup

kemungkinan di bulan-bulan lain, khususnya untuk infaq dan

shadaqah.
Kegiatan tersebut harus dilaksanakan secara transparan

dan dilaporkan kepada para muzakki atau dermawan

penyumbangnya serta diumumkan kepada jama‟ah. Hal ini

untuk menghindari fitnah atau rumor yang berkembang di

masyarakat adanya penyelewengan dana zakat, infaq dan

shadaqah oleh Pengurus. Beberapa kegiatan lain yang dapat

diselenggarakan untuk meningkatkan kesejahteraan umat

adalah:

1) Sumbangan ekonomi.

2) Bimbingan dan penyuluhan.


3) Ukhuwah islamiyah.

4) Bakti sosial.
5) Rekreasi.

6) Management Pembinaan Remaja Masjid

c. Metode Imarah (Memakmurkan) Masjid

Semangat umat membangun masjid tampak sangat tinggi,

mereka tidak segan- segan mengorbankan waktu, tenaga pikiran dan

dana agar masjid dapat berdiri. Sayangnya, setelah masjid berdiri

semangat memakmurkan masjid tak sehebat ketika mendirikannya.

Masjid hanya ramai diwaktu shalat jumat dan tharawih dibulan

ramadhan, sehari-harinya tidak banyak yang shalat berjamaah di

masjid. Dan pengurus masjid tak berdaya, padahal masjid yang tidak

makmur tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik.

a. Kesungguhan pengurus masjid


Pengurus masjid yang telah mendapatkan kepercayaan untuk

mengelola masjid sesuai dengan fungsinya memegang peran

penting dalam memakmurkan masjid. Merekalah lokomotif atau

motor yang menggerakan umat islam untuk memakmurkan masjid

dan menganekaragamkan kegiatan yang dapat diikuti oleh

masyarakat sekitar. Pengurus masjid harus memiliki tekad dan

kesungguhan dan mereka melakukan tugas tidak asal jadi atau

setengah setengah.

Masjid yang dikelola secara baik akan membuahkan hasil yang

baik pula. Keadaan fisik masjid akan terurus dengan baik.

Kegiatan-kegiatan masjid akan berjalan dengan baik, jamaah pun

akan terbina dengan baik dan masjid menjadi makmur serta

bangunan yang bagus dan indah itu tidak ada artinya apabila

masjiditu kurang atau tidak makmur.

b. Memperbanyak kegiatan

Kegiatan di dalam masjid perlu diperbanyak dan

ditingkatkan baik itu menyangkut kegiatan ibadah ritual, ibadah

social maupun kegiatan kultural. Jadi, disamping mengadakan

kegiatan pengajian, ceramah dan kuliah keagamaan juga digiatkan

pendidikan dengan mendirikan atau membuka sekolah, kelompok

belajar, kursus-kursus khusus agama ataupun kursus umum dan

agama. Masjid perlu pula mewadahi remaja dan generasi muda

sehingga mereka dapat menyalurkan pikiran, kreatifitas dan


hobinya dengan cara menimba ilmu agama, menimba iman dan

memperbanyak amal ibadah.

Bentuk dan corak kegiatan yang dilaksanakan disesuaikan

dengan keadaan dan pengurus dan dengan situasi dan kondisi

masyarakat disekitarnya kegiatan yang menarik dan mudah diikuti dan

dapat mengundang minat jamaah untuk mendatangi masjid kegiatan

yang manfaatnya dirasakan lansung baik kebutuhan lahir maupun

batin, mendorong mereka untuk tidak segan-segan memakmurkan

masjid. Dan disini pengurus dapat menjalin hubungan dan kerja sama

yang baik dengan jamaah.66

E. Penelitian Relevan

Kajian yang relevan dengan judul skripsi ini diantaranya:

Penelitian yang dilakukan oleh Sonya Desfa Fira Nim 131203009 Jurusan

Manajemen Dakwah, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, tahun 2019, dengan

judul skripsi Pengelolaan Imarah Masjid Agung Nurul Iman Kota Padang

penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Metode kualitatif yaitu dengan

menggunakan wawancara, studi dokumnetasi, dan obserasi. Teknik analisis data ialah

reduksi data, kesimpulan dan verifikasi.

Adapun persamaan dalam penelitian sebelumnya dengan penelitian sekarang ini

sama-sama membahas tentang objek masjid. Penelitian ini juga menggunakan metode

kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Teknik pengumpulan data adalah wawancara, studi

dokumnetasi, dan obserasi. Teknik analisis data ialah reduksi data, penyajian data, kesimpulan

dan verifikasi.

66
Drs. Moh.E.Ayub, Manajemen Masjid, (Jakarta: Gema insani, 2001), h.74

54
Namun terdapat perbedaannya yaitu pada objek tempat atau lokasi pnelitian. Peneliti

sebelunya melakukan penelitian terhadap Masjid Agung Nurul Iman Kota Padang, sedangkan

peneliti sekarang melakukan penelitian di Masjid Al-Munawwarah Tarandam Kota Padang

Penelitian yang dilakukan oleh Rahmat Hidayat, Nim 1312030121 pada

Jurusan Manajemen Dakwah, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, tahun 2019,

dengan judul skripsi Pengelolaan Masjid Nurul Iman Korong Kalawi Kecamatan

Sungai Geringging Kabupaten Padang Pariaman penelitian ini menggunakan

metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif, teknik pengumpulan data adalah

wawancara, studi dokumnetasi, dan obserasi. Teknik analisis data ialah reduksi data,

kesimpulan dan verifikasi.

Adapun persamaan dalam penelitian sebelumnya dengan penelitian sekarang

ini sama-sama membahas tentang objek masjid. Penelitian ini juga menggunakan

metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Teknik pengumpulan data adalah

wawancara, studi dokumnetasi, dan obserasi. Teknik analisis data ialah reduksi data,

penyajian data, kesimpulan dan verifikasi.

Perbedaan penelitian sebelumnya dengan peneliti sekarang ini terdapat

perbedaan yaitu peneliti sebelumnya yang menitik beratkan pada fungsi penggerakan

dalam aspek imarah dan aspek riayah Masjid Nurul Iman Korong Kalawi Kecamatan

Sungai Geringging Kabupaten Padang Pariaman. Meskipun dalam pengelolaanya

masih belum dilakukan pencatatan (administrasi), yang lengkap, namun masjid ini

selalu ramai dan tidak sepi dari kegiatan-kegiatan ibadah dan sosial masyarakat.

Sementara peneliti sekarang lebih menitik beratkan pada Manajemen Imarah Masjid

Al-Munawwarah Tarandam Kota Padang dalam Penggerakan fungi masjid, baik itu

dari segi perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasannya. Selain itu

juga dilihat bagaimana upaya pengurus dalam meningkatkan fungsi masjid.

55
Penelitian yang dilakukian oleh Rahmi, Nim, 1312030061,

jurusanManajemen Dakwah, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, tahun 2017,

dengan judul Skripsi Manajemen Masjid Taqwa Muhammadiyah Sumatra Barat

(Studi tentang Penggerakan) penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan

pendekatan deskriptif, teknik pengumpulan data adalah wawancara, studi

dokumnetasi, dan obserasi. Teknik analisis data ialah reduksi data, kesimpulan dan

verifikasi.

Adapun persamaan dalam penelitian sebelumnya dengan penelitian sekarang ini

sama-sama membahas tentang objek masjid. Penelitian ini juga menggunakan metode

kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Teknik pengumpulan data adalah wawancara, studi

dokumnetasi, dan obserasi. Teknik analisis data ialah reduksi data, penyajian data,

kesimpulan dan verifikasi.

Perbedaan penelitian sebelumnya dengan peneliti sekarang ini terdapat perbedaan

yaitu peneliti sebelumnya yang menitik beratkan pada fungsi penggerakan dalam aspek

imarah dan aspek riayah pada Masjid Taqwa Muhammadiyah Sumatera Barat. Pada aspek

imarah ada beberapa bagian yaitu seksi dakwah atau ta’mirul masjid, pendidikan dan

perpustakaan, sosial, pengembangan usaha Riayah juga ada beberapa bagian yaitu seksi

pembangunan dan perawatan, keamanan, ketertiban dan kebersihan.

Peneliti selanjutnya dilakukan oleh Nurul Isnaini, Nim 1412030294, jurusan

Maanajemen Dakwah, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi tahun 2017, dengan judul

skripsi Manajemen Masjid An-Nur Sungai Sapih Kecamatan Kuranji Kota Kota

Padang. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Teknik

pengumpulan data adalah wawancara, studi dokumentasi, dan observasi.

Adapun persamaan dalam peneliti sebelumnya dengan peneliti sekarang ini sama-

sama membahas tentang objek masjid Penelitian ini juga menggunakan metode kualitatif

dengan pendekatan deskriptif. Teknik pengumpulan data adalah wawancara, studi

dokumnetasi, dan obserasi.

56
Perbedaan peneliti sebelumnya dengan peneliti sekarang ini terdapat perbedaan yaitu

peneliti sebelumnya yang menitik beratkan pada pengelolaan Masjid An-Nur Sungai Sapih

Kecamatan Kuranji Kota Padang. Meskipun dalam pengelolaanya masih belum dilakukan

pencatatan (administrasi), yang lengkap, namun masjid ini selalu ramai dan tidak sepi dari

kegiatan-kegiatan ibadah dan sosial masyarakat. Sementara peneliti sekarang lebih menitik

beratkan pada Manajemen Imarah Masjid Al-Munawwarah Tarandam Kota Padang dalam

Penggerakan fungi masjid, baik itu dari segi perencanaan, pengorganisasian, penggerakan,

dan pengawasannya. Selain itu juga dilihat bagaimana upaya pengurus dalam meningkatkan

fungsi masjid.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Wafa Ramadhan, Nim 1312030004, jurusan

Manajemen Dakwah, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, dengan judul Skripsi

Pengeloaan Imarah Masjid Agung Nurul Falah Lubuk Basung Kabupaten Agam,

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif, Teknik

pengumpulan data adalah wawancara, studi dokumentasi, dan obserasi.

Dalam pembahasan tersebut peneliti sebelumnya dengan peneliti sekarang ini sama-

sama membahas tentang Manajemen Imarah Masjid baik dari segi perencanaan,

pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasannya. Penelitian ini juga menggunakan

metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Teknik pengumpulan data adalah wawancara,

studi dokumentasi, dan obserasi.

Namun terdapat perbedaannya yaitu pada objek tempat atau lokasi pnelitian. Peneliti

sebelunya melakukan penelitian terhadap Masjid Agung Nurul Fallah Lubuk Basung

Kabupaten Agam, sedangkan peneliti sekarang melakukan penelitian di Masjid Al-

Munawwarah Tarandam Kota Padang

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Iwan Ribowo, Nim 209.104, jurusan

Manajemen Dakwah, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, dengan judul Skripsi Upaya

Pengurus Memakmurkan Masjid Baiturrahman Lubuk Lintah Padang. Penelitian ini

menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif, teknik pengumpulan data

adalah wawancara, studi dokumentasi, dan obserasi.

57
Perbedaan peneliti sebelumnya dengan peneliti sekarang ini yaitu yang menitik

beratkan pada pengelolaan fisik masjid (idarah Benail Maady) dan pengelolaan masjid

secara fungsional (idarah Binail Ruhiy). Serta factor pendukung dan penghambat dalam

memakmurkan masjid. Sedangkan peneliti sekarang lebih menitikberatkan pada Manajemen

Imarah Masjid Al-Munawwarah Tarandam Kota Padang dari segi perencanaan,

pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasannya.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Ire Septia Eliza, Nim 1312030107, jurusan Manajemen

Dakwah, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, tahun 2017, dengan judul skripsi

Manajemen Baliak Basurau (Studi terhadap Program Pemerintah Kabupaten

50 Kota dalam memakmurkan Masjid di kenagarian Koto Tangah Simalanggang

Kecamatan Payakumbuh). Penelitian ini menggunakan Adapun persamaan dalam penelitian

sebelumnya dengan peneliti sekarang ini sama-sama membahas tentang objek Masjid.

Penelitian ini juga menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Teknik

pengumpulan data adalah wawacara, studi dokumentasi, dan obserasi. Teknik analisis data

ialah reduksi data, penyajian data, kesimpulan dan verifikasi.

Perbedaan peneliti sebelumnya dengan peneliti sekarang yaitu pada Masjid di

Kenagarian Koto Tangah Simalanggang Kecamatan Payakumbuh peneliti sebelumnya yang

menitikberatkan pada upaya pengurus dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas jama’ah

dalam bidang ibadah dan bidang dakwah. Serta factor pendukung dan penghambat dalam

memakmurkan masjid. Sedangkan peneliti sekarang lebih menitikberatkan pada Manajemen

Imarah Masjid Al-Munawwarah Tarandam Kota Padang dalam Penggerakan Fungsi Masjid.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Dewi Febrianti, Nim 1312030109, jurusan

Manajemen Dakwah, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi dengan judul Skripsi Upaya

Pengaruh Dalam Memkmurkan Masjid Raya Nagari Ujung Gading Keamatan Lembah

Malintang Kabupaten Pasaman Barat. Penelitian ini juga menggunakan metode kualitatif

dengan pendekatan deskriptif. Teknik pengumpulan data adalah wawancara, studi

dokumentasi, dan obserasi.

58
Adapun persamaan dalam penelitian sebelumnya dengan peneliti sekarang ini sama-

sama membahas tentang objek Masjid. Penelitian ini juga menggunakan metode kualitatif

dengan pendekatan deskriptif. Teknik pengumpulan data adalah wawacara, studi

dokumentasi, dan obserasi. Teknik analisis data ialah reduksi data, penyajian data,

kesimpulan dan verifikasi.

Perbedaan peneliti sebelumnya dengan peneliti sekarang yaitu pada Masjid Raya

Nagari Ujung Gading peneliti sebelumnya yang menitikberatkan pada upaya pengurus dalam

meningkatkan kualitas dan kuantitas jama’ah dalam bidang ibadah dan bidang dakwah. Serta

factor pendukung dan penghambat dalam memakmurkan masjid. Sedangkan peneliti sekarang

lebih menitikberatkan pada Manajemen Imarah Masjid Al-Munawwarah Tarandam Kota

Padang dalam Penggerakan Fungsi Masjid

Peneliti selanjutnya dilakukan oleh Jhoni Andrean, Nim; 212.192, jurusan

Manajemen Dakwah, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, dengan judul skripsi

Pengelolaan Imarah Masjid Al-Ikhwan Bukit Kali Koto Baru Kabupaten Solok

penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Metode kualitatif yaitu dengan

menggunakan wawancara, studi dokumnetasi, dan obserasi. Teknik analisis data ialah

reduksi data, kesimpulan dan verifikasi.

Adapun persamaan dalam penelitian sebelumnya dengan penelitian sekarang ini

sama-sama membahas tentang objek masjid. Penelitian ini juga menggunakan metode

kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Teknik pengumpulan data adalah wawancara, studi

dokumnetasi, dan obserasi. Teknik analisis data ialah reduksi data, penyajian data,

kesimpulan dan verifikasi.

Perbedaan peneliti sebelumnya dengan peneliti sekarang yaitu pada Masjid

Al-Ikhwan Bukit Kali Koto Baru Kabupaten Solok, sebelumnya yang menitikberatkan

pada upaya pengurus dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas jama’ah dalam

bidang ibadah dan bidang dakwah. Serta factor pendukung dan penghambat dalam

memakmurkan masjid. Sedangkan peneliti sekarang lebih menitikberatkan pada

59
Manajemen Imarah Masjid Al-Munawwarah Tarandam Kota Padang dalam

Penggerakan Fungsi Masjid.

Peneliti selanjutnya dilakukan oleh Khoirul Efendi, Nim 15050001822,

jurusan Manajemen Dakwah, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Uniersitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dengan judul skripsi Manajemen Masjid

Raya Baitus Salam Komplek Billy Moon Jakarta Timur. Penelitian ini

menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Teknik pengumpulan

data adalah wawancara, studi Dokumentasi, dan obserasi.

Adapun persamaan dalam penelitian sebelumnya dengan penelitian sekarang

ini sama-sama membahas tentang objek masjid. Penelitian ini juga menggunakan

metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Teknk pengumpulan data adalah

wawancara, studi dokumentasi, dan obserasi. Teknik analisis data ialah reduksi data,

kesimpulan dan verifikasi.

Perbedaan peneltian sebelumnya dengan peneltian sekarang ini yaitu pada

peneltian sebelumnya yang menitikberatkan pada manajemen Masjid Raya Pondok

Indah Jakarta Selatan sebagai upaya Meningkatkan Aktivitas Keagamaan, salah

satunya dilakukan oleh pengurus masjid dalam menarik jamaah untuk datang ke

masjid yaitu melakukan bazar salah satunya bazar pakaian dan lain-lain. Sedangkan

peneliti sekarang lebih menitik beratkan pada Manajemen Imarah Masjid Al-

Munawwarah Tarandam dalam penggerakan Fungsi Masjid serta upaya yang

dilakukan pengurus dalam meningkatkan fungsi masjid.

Peneliti selanjutnya dilakukan oleh Arif Syahputra, jurusan Manajemen

Dakwah, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, dengan judul skripsi Manajemen

Masjid Asasi Kota Padang Panjang, . Penelitian ini menggunakan metode kualitatif

60
dengan pendekatan deskriptif. Teknik pengumpulan data adalah wawancara, studi

Dokumentasi, dan obserasi.

Adapun persamaan dalam penelitian sebelumnya dengan penelitian sekarang

ini sama-sama membahas tentang objek masjid. Penelitian ini juga menggunakan

metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Teknk pengumpulan data adalah

wawancara, studi dokumentasi, dan obserasi. Teknik analisis data ialah reduksi data,

kesimpulan dan verifikasi.

Perbedaan peneliti sebelumnya dengan peneliti sekarang ini terdapat

perbedaan yaitu peneliti sebelumnya yang menitik beratkan pada Manajemen Masjid

Asasi Kota Padang Panjang. Meskipun dalam pengelolaanya masih belum dilakukan

pencatatan (administrasi), yang lengkap, namun masjid ini selalu ramai dan tidak sepi

dari kegiatan-kegiatan ibadah dan sosial masyarakat. Sementara peneliti sekarang

lebih menitik beratkan pada Manajemen Imarah Masjid Al-Munawwarah Tarandam

Kota Padang dalam Penggerakan fungi masjid, baik itu dari segi perencanaan,

pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasannya. Selain itu juga dilihat

bagaimana upaya pengurus dalam meningkatkan fungsi masjid.

Jurnal Penelitian oleh Ruspita Rani Pertiwi, dengan judul Manajemen

Dakwah berbasis Masjid. Dalam penelitian ini menjabarkan tentang membaca

fungsi dan peran masjid secara ideal sebagai pusat kegiatan dakwah seperti yang telah

ditentukan Al-Qur’an dan ditauladankan Rasulullah SAW, yaitu; 1. Kepemimpinan

bahwa potensi masjid baik dalam segi kuantitas (jumlah dan keadaan secara fisik

dengan masyarakat) maupun kualitas (terdapatnya tokoh kharismatik, terdapat

personil yang peduli kepada agama dan umatnya, tempat berkumpul berbagai elemen

masyarakat) belum teraktualkan secara optimal sebagai pusat pengembangan dakwah,

2. Tulisan ini mengkaji tema mengembalikan fungsi masjid sebagai basis manajemen

61
dakwah. Aktualisasinya melalui tiga level perbaikan dan pengembangan manajemen

masjid dalam level mikro (penataan manajemen tiap masjid), level messo (bagaimana

mendesain kegiatan masjid yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat sekitarnya),

dan level mikro (bagaimana membuat networking atau kerjasama antar masjid).

Adapun persamaan dalam peneliti sebelumya dengan peneliti sekarang ini

sama-sama membahas tentang objek masjid. Jika masjid dilihat dari segi perbedaan

penelitianya yaitu peneliti sebelumnya mengkaji tentang fungsi dan peran masjid

secara ideal sebagai pusat kegiatan dakwah, seperti telah dituntunkan Al-Qur’an dan

di tauladankan Rasulullah SAW, Sedangkan peneliti sekarang ini lebih menitik

beratkan pada Manajemen Imarah Masjid Al-Munawwarah Tarandam Kota Padang

dalam segi penngerakan fungsi masjid. Dalam peneliti sekarang ini lebih

memfokuskan pada apa yang akan dilakukan dalam memakmurkan masjid, sehingga

masjid dapat dijadikan sebagai pusat ibadah.

Jurnal penelitian oleh Mukrodi, dengan judul Analisis Manajemen

Masjid Dalam Optimalisasi Peran dan Fungsi Masjid. Dalam penelitian ini dapat

disimpulkan bahwa ;1. Aplikasi fungsi manajemen masjid Jabalurohman Cirendau

meliputi planning, Organizing, Actuating dan Controling telah berjalan dengan baik.

Hal ini dapat dikatakan bahwa masjid Jabalurohman sudah mengaplikasiakan fungsi

manajemen dengan baik, 2. Factor penghambat atau kendala yang dijumpai oleh

masjid Jabalurohman Cirendeu ada dua bagian yaitu factor internal dan eksternal

masid itu sendiri, 3. Factor pendukung masjid Jabalurohman adalah memiliki

bangunan masjid yang indah, bersih dan nyaman sebagai pusat kegiatan keagamaan,

memiliki fasilitas masjid yang memadai seperti perpustakaan, computer, dan

internet,memiliki tim audit eksternal keuangan dalam pengelolaan anggaran dasar

Dewan Kemakmuran Masjid. Dari hasil penelitian Nampak bahwa usaha para

62
pengurus masjid Jabalurohman yang dilakukan dari waktu kewaktu telah memberi

dampak positif dalam rangka upaya peningkatan aktivitas keagamaan meskipun

belum sepenuhnya peningkatan tersebut sesuai dengan apa yang diharapkan.

Adapun persamaan dalam penelitian sebelumnya dengan peneliti sekarang ini

sama-sama membahas tentang objek Masjid. Jika dilihat dari segi perbedaan

penelitianya yaitu peneliti sebelumnya mengkaji tentang; 1. Aplikasi fungsi manamen

masjid Jabalurohman Cirendeu meliputi Planning, Organizing, Actuating, dan

Controling, 2. Factor penghambat atau kendala yang dialami, dilihat dari factor

internal dan eksternal masjid, 3. Factor pendukung Masjid Jabalurohman.

Sedangkan peneliti sekarang lebih menitik beratkan pada Manajemen Imarah

Masjid Al-Munawwarah Tarandam Kota Padang dalam menggerakan fungsi masjid.

Dari peneliti sekarang ini lebih memfokuskan pada bagaimana manajemen yang baik

dapat diterapkan dalam setiap kegiatan masjid, sehingga tujuan manajemen imarah

masjid berjalan dengan baik.

63
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah salah satu cara bertindak menurut sistem aturan atau
tatanan yang bertujuan agar kegiatan praktis terlaksana secara rasional dan terarah
sehingga dapat mencapai hasil yang maksimal dan optimal. Penelitian adalah suatu
upaya dalam bidang ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta
atau prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati dan sistematis dalam mewujudkan
kebenaran.67

Menurut Baogdan dan Taylor dalam Lexy. J Moleong metode kualitatf


merupakan seagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-
kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.68

Metode penelitian adalah salah satu cara bertindak menurut sistem aturan atau
tatanan yang bertujuan agar kegiatan praktis terlaksana secara rasional dan terarah
sehingga dapat mencapai hasil yang maksimal dan optimal. Dalam penelitian ini
digunakan metode kualitatif. Metode kualitatif yaitu dengan menggunakan
wawancara terbuka untuk menelaah dan memahami sikap, pandangan, perasaan dan
perilaku individu dan kelompok.69

Berdasarkan kutipan diatas dapat dipahami bahwa penelitian kualitatif adalah


penelitian dengan cara mendeskripsikan dengan kata-kata tertulis atau lisan mengenai
fenomena dari orang-orang dan prilakunya yang didapatkan dilapangan.

B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian lapangan (field research)
dengan menggunakan metode kualitatif dan pendekatan deskriptif kualitatif yang
merupakan suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-
kata tertulis atau lisan dari orang-orang yang diteliti. Penelitian dilakukan pada objek
ilmiah adalah objek yang berkembang apa adanya, tidak ada unsur manipulasi oleh
peneliti.70
67
Mardalis, Metode Penelitian (Suatu Pendekatan Proposal), Jakarta: PT Bumi Aksara,1999, h.24
68
Lexi J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Edisi Refisi), (Bandung; Remaja Rosdakarya, 2009), h.4
69
Ibid., h. 5
70
Suryabrata Sumadi, Metodologi Penelitian, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada,2002.h.18

64
Adapun pendektan yang digunakan adalah pendekatan penelitian deskriptif
yakni menuturkan dan menafsirkan yang berkenaan dengan keadaan, variabel, dan
fenomena yang terjadi disaat penelitian berlangsung serta menyajikan apa
adanya.71Dengan melakukan penelitian dengan metode kualitatif akan membantu
penulis dalam menyelesaikan dan merangkum semua data-data yang dibutuhkan
dalam menyusun skripsi ini.
Deskriptif adalah yang bermaksud untuk membuat deskriptif mengenai situasi-
situasi atau kejadian-kejadian. Data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan
bukan angka-angka. Hal ini disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif.
Selain itu semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa
yang sudah diteliti.72
Secara garis besar jenis-jenis penelitian dapat dilihat berdasarkan jenis data,
menurut bentuk/tempat penelitian dan data menurut sumber mendapatkan data, dapat
dibedakan berdasarkan beberapa aspek yaitu penelitian relevan berdasarkan aspek
tujuan penelitian terbagi dua yaitu pertama, penelitian murni (pure research), yaitu
penelitian ini diselenggarakan dalam rangka memperluas dan memperdalam ilmu
pengetahuan secara teoritis. Oleh karena itu disebut juga sebagai penelitian teoritis
dan kedua, penelitian terapan (applaid research), yaitu penelitian ini diselenggarakan
dalam rangka mengatasi masalah nyata dalam kehidupan, berupa usaha menemukan
dasar-dasar dan langkah-langkah perbaikan bagi suatu aspek kehidupan yang
dipandang perlu diperbaiki.
Berdasarkan aspek tujuan penelitian ini penulis menggunakan aspek penelitian
murni (pure research), karena penelitian ini diselenggarakan dalam rangka
memperluas dan memperdalam pengeahuan secara teoritis. Oleh karena itu disebut
juga sebagai penelitian teoritis.
Penelitian berdasarkan aspeek pendekatan terbagi menjadi delapan, yaitu
pertama pendekatan eksperimen adalah penelitian yang memanipulasi variabel
independen (terikat/ tetap), mengukur pengaruh variabel independen terhadap variabel
independen (terikat/ tetap), dengan menganggap beberapa variabel lain konstan.
Kedua, penelitian ex post facto adalah penelitian setelah faktanya terjadi. Penelitian
tidak mempunyai control langsung terhadap variabel independen karena sudah terjadi
atau karena memang tidak ada perlakuan, perkiraan mengenai hubungan antar

71
Hadari Nawawi, et al, Penelitian Terapan, (Yogyakarta: Uniersitas Gajah Mada, 1996),h.7
72
Lexy J Maleong, Op. Cit,,h.11

65
variabel dibuat tanpa ada interevensi penelitian. Ketiga, penelitian survey, adalah
penelitian yang sangat fokus pada sikap tertentu yang bertujuan untuk dekriptif atau
penjelasan. Keempat, penelitian sejarah (history reearch), adalah penelitian yang
berusaha menemukan fakta masa lalu dan penjelasan mengenai fakta tersebut.
Kelima, Penelitian naturalistik, Penelitian ini awalnya kualitatif yang menjadi
instrumen adalah penelitan itu sendiri. Keenam, Penelitian kebijakan (policy
research), yaitu Penelitian yang berkaitan dengan suatu kebijaksanaan, misalnya hal
ini dimulai karena ada masalah pada pengambilan suatu keputusan di organisasi
yanghasilnya berupa kebijakan.Ketujuh, Penelitian exsionr esarch, yaitu Penelitian
yang ditandai dengan siklus penelitian lanjutan dan umumnya tidak dapat dilakukan
hanya satu kali.Kedelapan, Penelitian evaluasi, Penelitian yang mencoba mencari
jawaban sampai sebebrapa jauh tujuan yang digariskan pada awal program tercapai
atau mempunyai tanda-tanda akan tercapai.
Berdasarkan aspek pendekatan penulis menggunakan penelitian survei yang
menjelaskan penelitian yang sangat fokus pada sikap tertentu yang bertujuan untuk
deskripsi dan penjelasan. Penelitian berdasarkan aspek eksplanasi (keterangan yang
dihasilakan) terbagi menjadi tiga, yaituPertama, Penelitian deskriptif (menjelaskan/
memaparkan apa adanya), Adalah penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan
informasi sekarang (saat meneliti) suatu fenomena.
Penelitian ini tidak bermaksud menguji hipotesis, melainkan mendapat
informasi untuk membuat keputusan. Ada beberapa penelitian yang termasuk
penelitian deskripsif, seperti; studi kasis, studi perkembangan, analisis dokumentasi,
analisis kecendrungan (trand), studi tindak lanjut, studi kolerasi dan survei.Kedua,
Penelitian komperatif (melihat perbandingan) adalah penelitian yang bertujuan untuk
menjelaskan dan membandingkan antara suatu objek/variabel dengan objek/variabel
lainnya.Ketiga, Penelitian asosiatif (mencari hubungan), Adalah penelitian yang
bertujuan untuk melihat/mencari hubungan atau pengaruh suatu objek/variabel
lainnya.
Bersadarkan aspek tingkat ekspansi (ketetapan yang dihasilkan) penulis
menggunakan penelitian deskriptif, karena penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan
dan memaparkan apa adanya yang terjadi dilapangan.
Penelitian berdasarkan aspek jenis data terbagi menjadi tiga, yaituPertama,
Penelitian kuantitatif, adalah penelitian yang banyak menuntut angka, mulai dari
pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, dan lain sebagainya. Kedua,

66
Penelitian kualitatif, adalah penelitian yang lebih menekankan pada aspek pemahaman
secara mendalam terhadap suatu masalah.Ketiga, Gabungan antara keduanya.
Berdasarkan aspek jenis data yang penulis gunakan jenis data kualitatif, karena
data yang penulis kumpulkan berupa data-data yang penulis dapat dari hasil observasi.
Penelitian berdasarkan aspek menurut sumber mendapatkan data terbagi
menjadi dua, yaitu Pertama, Data intern, adalah data yang dikumpulkan oleh suatu
lembaga mengenai kegiatan lembaga tersebut dan hasilnya digunakan untuk keperluan
lembaga itu sendiri.Kedua, Data ekternal, adalah data dari luar lembaga yang
menggambarkan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil kerja organisasi.
Berdasarkan aspek menurut sumber mendapatkan data penulis menggunakan
data ekstern, karena sumber data yang penulis gunakan dalam penelitan ini yaitu data
yang diperoleh atau dikumpulkan langsung di lapangan dan data yang penulis
gunakan juga menggunakan sumber-sumber yang telah ada, yaitu diperoleh dari
brosur, arsip-arsip dan laporan tahunan perkembangan jumlah nasabah dalam bentuk
file yang mendukung penelitian ini.
Penelitian berdasarkan aspek bentuk/tempat pelakasaan penelitian terbagi
menjadi tiga, yaitu Pertama, Penelitian kepustakaan (library research), adalah
penelitian yang di gunakan dengan menggunakan/ mencari literatur atau buku-buku
kepustakaan, lewat brosur, jurnal, koran dan informasi tertulis lainnya, maupun dari
laporan hasil penelitian dari peneliti terdahulu. Kedua, Penelitian lapangan (field
research), adalah penelitian yang dilaksanakan dengan menghimpun data dari
informan atau informasi yang langsung yang di dapat/ di lakukan dari lapangan.
Ketiga, Penelitian laboratorium (laboratory research), adalah penelitian yang di
laksanakan pada ruang/ tempat tertentu yang sudah di sediakan dengan alat-alat
pendukungnya.
Berdasarkan aspek bentuk/ tempat pelaksanaan penelitian penulis
menggunakan penelitian lapangan (field research), karena penulis melaksanakan
dengan menghimpun data dari informan atau informasi yang langsung yang didapat/
dilakukan di lapangan.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif,
yang mana penelitian deskriptif kualitatif ini merupakan penelitian yang tujuannya
untuk menggambarkan serta mendeskripsikan peristiwa ataupun kejadian yang terjadi
dilapangan dan data disajikan secara sistematis, sesuai dengan fakta, dan akurat
mengenai fenomena-fenomena yang terjadi dilapangan.

67
Penelitian deskriptif kualitatif bertujuan guna menggambarkan, menerangkan,
menjelaskan serta menjawab secara lebih merinci permasalahan yang akan diteliti
dengan mempelajari dengan maksimal seseorang atau individu maupun kelompok
dalam suatu peristiwa tertentu. Dalam penelitian kualitatif ini manusia merupakan
sebagai instrumen dalam penelitian adapun hasilnya akan berupa suatu pernyataan dan
kata-kata yang sesuai dengan kenyataan dilapangan.
Berdasarkan pemaparan diatas penulis melakukan penelitian lapangan karena
penulis melakukan dengan mengumpulkan dan menghimpun data-data dari informan
yang didapatkan secara langsung dilapangan.

C. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat ddimana unit analisis penelitian berada.
Apabila penelitian dilakukan di wilayah tertentu, secara jelas nama wilayah tersebut
harus diantumkan dalam judul penelitian. Lokasi penelitian merupakan hal yang
penting dalam melakukan penelitian.
Adapun penelitian ini akan dilakukan di Masid Al-Munawwarah Tarandam,
Kecamatan Padang Selatan, Kota Padang yang beralamat di jl. Proklamasi, Tarandam,
Kecamatan Padang Selatan, Kota Padang, Provinsi Sumatra Barat.

D. Populasi dan Sampel

Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan populasi, karena kualitatif


berangkat dari kasus tertentu yang ada pada situasi sosial tertentu dan hasil kajiannya
tidak akan diberlakukan ke populasi, tetapi ditranferkan ke tempat lainpada situasi
sosial pada kasus yang dipelajari. Dan sampel dalam penelitian kualitatif bukan
dinamakan responden, tetapi sebagai narasumber, atau partisipan,imformen dalam
penelitian. Sampel dalam penelitian kualitatif juga bukan disebut sampel statistik,
tetapi sampel teoritis, karena tujuan penelitian kualitatif adalah untuk menghasilkan
teori.73

Untuk penentuan informan dalam penelitian ini menggunakan Purpposive


Sampling. Purposive Sampling adalah teknik penentuan informan dengan
pertimbangan kepada kemampuan responden untuk memberikan informasi selengkap
mungkin kepada penulis atau penanya.
73
Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods), (Bandung; alfabeta, 2013), h.298

68
Adapun yang akan menjadi informan ataupun sampel penelitian yaitu Bapak
H. Gufran SS selaku ketua pengurus masjid baru, dan Bapak Irnaldi SH,MH selaku
ketua bidang pendidikan dan dakwah di masjid serta bapak Muhammad Rif’at selaku
sekretaris II masjid. Serta anggota organisasi, donator dan masyarakat yang dijadikan
sasaran kegiatan-kegiatan penggerakan Imarah, Masjid.

E. Sumber Data

Sumber data merupakan salah satu komponen riset, artinya tanpa data tidak
akan ada riset. Data yang akan dipakai dalam riset haruslah data yang benar, karena
data yang salah akan menghasilkan informasi yang salah.74
1. Data Primer
Data primer merupakan sumber data yang diperoleh langsung dari sumber
asli (tidak melalui media perantara). Data primer dapat berupa opini subjek
(orang) secara individual atau kelompok, hasil observasi terhadap suatu benda
(fisik), kejadian atau kegiatan, dan hasil pengujian. Metode yang digunakan untuk
mendapatkan data primer yaitu : metode wawancara dan metode observasi. Data
primer atau data pokok yang diperoleh dari Masjid Al-Munawwarah Tarandam,
Kecamatan Padang Selatan Kota Padang, dalam hal ini adalah pengurus masjid.
Dalam hal ini datanya dalam bentuk hasil wawancara dan tingkah laku serta
aktifitas para pengurus

2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti
secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak
lain). Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang
telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak
dipublikasikan. Data sekunder yang penulis peroleh dari Masjid Al-Munawwarah
Tarandam, Kecamatan Padang Selatan, Kota Padang adalah arsip-arsip, dan
dokumentasi.

F. Instrumen Penelitian

74
Husein Umar, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis,Jakarta, PT Raja Grafindo
Persada,2007.h.49

69
Dalam peneltian kualitatif, yang menjadi instumen atau alat penelitian adalah
peneliti itu sendiri. Oleh karena itu peneliti sebagai instrumen juga harus divalidasi
seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian dan selanjutnya terjun ke
lapangan.45 Peneliti sebagai human instrument, berfungsi menetapkan fokus
penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data,
menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas
temuannya.Adapun yang menjadi instrumen utama dalam penelitian ini adalah
peneliti sendiri, namun selanjutya setelah fokus penelitian menjadi jelas, maka
kemungkinan akan dikembangkan instrumen penelitian sederhana, yang daharapkan
dapat melengkapi data dan membandingkan dengan data yang telah ditemukan
melalui observasi dan wawancara.

G. Teknik Pengumpulan Data


Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada natural satting
(kondisi yang alamiah), sumber data primer, dan teknik pengumpulandata lebih
banyak pada obserasi berperan serta (participant oberation), wawancara mendalam
(in depth interevew) dan dokumnetasi.
Dalam pengumpulan data ini dilakukan dengan beberapa instrumen yaitu:
1. Wawancara adalah proses tanya jawab yang berlangsung secara lisan 2 orang atau
lebih bertatap muka mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau
keterangan-keterangan. Wawancara yang penulis lakukan dengan pengurus Masjid
Al-Munawwarah Tarandam, Kec. Padang Selatan, Kota Padang di antaranya
dengan Ketua Umum dan ketua II Bidang Pendidikan dan Dakwah, karena ketua
yang membagi setiap pekerjaan yang akan dilakukan oleh anggota.75
2. Observasi adalah proses pencatatan pola prilaku subyek (orang), objek (benda) atau
kejadian yang sistematis tanpa adanya pertanyaan dan komunikasi dengan
individu-individu yang diteliti .76
Jadi observasi yang penulis lakukan adalah mengumpulkan data dengan
mengamati kegiatan pengelolaan secara langsung di lokasi penelitian. Hal ini
bertujuan untuk memperoleh informasi dan gambaran yang lebih jelas tentang
permasalahan yang diteliti pada objek penelitian di Masjid Al-Munawwarah
Tarandam, Kecamatan Padang Selatan, Kota Padang Studi

75
Hadeli, Metode Penelitian, (Jakarta: Quantum Teaching, 2000)
76
Husaini Usman dan Purnomo Akbar, Metode Penelitian Sosial, Jakarta: Bumi Aksara, 2003

70
3. Dokumentasi adalah hal-hal atau variabel berupa catatan, buku-buku, transkip
mengenai hal-hal yang diselidiki, atau memperoleh informasi melalui data yang
tertulis sebagai bahan dalam penelitian. Data diperoleh melalui dokumentasi,
seperti arsip-arsip, program kerja, surat-surat serta dokumen lainnya yang terkait
dengan penelitian ini.77 Dalam hal ini penulis akan mendapatkan informasi tentang
Masjid Al-Munawwarah Tarandam, Kecamatan Padang Selatan, Kota Padang
dalam bentuk tertulis seperti surat keputusan, program kerja, agenda kerja dan lain
sebagainya

H. Teknik analisis Data

Dalam penelitian kualitatif, teknik analisis data yang digunakan sudah jelas, yaitu
diarahlan untuk menjawab rumusan masalah atau menguji hipotesis yang telah
dirumuskan dalam proposal. Analisis data kualitatif bersifat induktif, yaitu suatu
analisis berdasarkan data yang diperoleh selanjutnya dikembangkan menjadi
hipotesis. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan sejak sebelum memasuki
lapangan, seama diapangan, dan setelah selesai dilapangan. Teknik analisis data yang
digunakan dalam ppenelitian ini adalah analisis data dengan mode interaktif, dimana
dengan model analisis ini memungkinkan analisis data kualitatif yang dilakukan
secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas sehingga
datanya jenuh.Proses pelaksanaan analisis data dilaksanakan melalui beberapa tahap.
dengan tahapan sebagai berikut:

1. Pengumpulan Data

Hal ini merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk menghimpun informasi
yang berhubungan dengan penelitian. Data dari hasil observasi, wawancara, dan
dokumentasi yang diperoleh dari sumber data penelitian dikumpulkan.

2. Reduksi Data

Reduksi data dalam analisis data penelitian kualitatif, menurut Miles dan
Huberman sebagaimana ditulis Malik diartikan sebaga proses pemilihan, pemusatan
perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data ―kasar‖ yang

77
Maleong, Laxi J. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosda Karya,
2006.h. 287

71
muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data berlangsung terus
menerus selama proyek yang berorientasi penelitian kualitatif berlangsung.78

Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan,


menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasikan
data dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat
ditarik dan diverifikasi. Dengan reduksi data peneliti tidak perlu lagi mengartikannya
sebagai kuantifikasi. Data kualitatif dapatdisederhanakan dan transformasikan dalam
aneka macam cara yakni; melalui seleksi yang ketat, melalui ringkasan atau uraian
singkat, menggolongkannya dalam satu pola yang lebih luas.Merupakan proses
pemilihan, meyederhanaan, pemusatan perhatian dalam hal-hal inti dan mengubah
data-data kasar yang diperoleh dilapangan. Data yang diperoleh dari lapangan cukup
banyak jumlahnya, oleh karena itu perlu dicatat dengan teliti dan lebih merinci.
Reduksi data dilakukan dengan merangkum inti, proses, pernyataan-pernyataan yang
diperoleh dilapangan, yang dilakukan secara berkelanjutan dan terus menerus sampai
tersusun dengan lengkap.

3. Penyajian Data

Penyajian data merupakan menyajikan data-data seputaran informasi yang


telahkan dikumpulkan. Data yang telah tersusun dari hasil reduksi data, kemudian
disajikan dalam bentuk narasi deskripsi, dimana data yang digunakan ini merupakan
data yang dapat digunakan untuk menjawab permasalahan yang diteliti. dan kemudian
dibahas untuk dilaukan penarikan kesimpulan.

4. Analisis Data

Berdasarkan pada jenis penelitian yang penulis lakukan ini yang bersifat
kualitatif. Analisis data dalam penelitian kualitatif ini dilakukan sejak sebelum
memasuki lapangan, selama dilapangan, dan juga setelah selesai dilapangan.

5. Penarikan Kesimpulan

Pada tahap ini peneliti dapat melakukan konfirmasi dalam rangka


mempertajam data dan memperjelas pemahaman dan tafsiran yang telah dibuat
sebelum sampai pada akhir penelitian79
78
www.menulisproposalpenelitian.com. diakses pada 23 desember pukul 08.00
79
Ibragim, Metodologi Penelitian Kualitatif, , (Bandung: Alfabeta, 2015), h.108

72
Adapun metode analisis data yang penulis gunakan adalah metode data
deskriptif kualitatif. Dalam pengujian data seperti ini akan dianalisis data bersifat
deskriptif analisis, yaitu menguraikan seluruh konsep yang ada hubungannya dengan
pembahasan penelitian. Oleh karena itu data-data yang bersifat dokumen, hasil
wawancara, dan observasi akan dianalisis sehingga dapat dilakukan dengan lancar
guna mengetahui Manajemen Imarah Masjid dalam Penggerakan Fungsi Masjid Al-
Munawwarah Tarandam Kota Padang.

DAFTAR KEPUSTAKAAN

BUKU

73
Ayub, Moh. E, 1996, Manajemen Masjid Petunjuk Praktis bagi Para Pengurus.
Jakarta: Gema Insani Pres.

Al-Faruq, Asadullah, 2010, Mengelola dan Memakmurkan Masjid. Solo: Pustaka


Arafah.

Arikonto, Suharsimi. 1993. Manajemen Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta

Dahlan, Dasrizal dan Jusmawati, 2006, Administrasi dan Manajemen Perspektif


Islam, Jakarta: The Faundation.

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-quran dan Tejemahanya Jakarta 1980


Bandung Proyek Pengadaan Al-quran.

Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam, Standar Masjid, Jakarta 2011.

Dokumen Masjid Tahun 2020

Hadeli, 2000, Metode Penelitian.Jakarta: Quantum Teaching

Ibragim, 2015, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta.

Irnaldi Samin, Ketua II Bidang Pendidikan dan Dakwah, wawancara langsung,


Jum’at , 20 November 2020.

Jusmawati, 2006, Manajemen Masjid Dan Aplikasinya. Jakarta: The Minangkabau


Faundation.

Ja’far, Abu, Muhammad bin Jarir Arh-Thabari. 2009. Tafsir Ath-Thabrari,Jakarta:


Pustaka Azzam.

Keputusan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Nomor DJ.II/84 Tahun


2015.

Komarudin. 1994. Ensiklopedia Manajemen,Jakarta: PT Bumi Aksara.

Malayu, SP Hasibuan. 2009. Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah, Jakarta:


PT Bumi Aksara.

Maleong, Laxi J. 2006. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosda Karya.

74
Mardalis, 1999. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, Jakarta: PT Bumi
Aksara.

Muhammad, E Ayub, 1996. Manajemen Masjid Petunjuk Praktis Bagi Para


Pengurus, Jakarta: Gema Insani Press.

Munir, Muhammad, dan Wahyu Ilaihi, 2006. Manajemen Dakwah, Jakarta:


Kencana.

Mustofa, Budiman, 2007 Manajemen Masjid, Solo: Ziyad Visi Media.

Roslaini, et al. 2005. Manajemen dalam Pesrpektif Islam. Padang: IAIN Imam
Bonjol Padang.

Saleh, Rosyad, 1993. Manajemen Dakwah Islam, Jakarta: PT Bulan Bintang

Shihab, M. Quraish. 2007. wawasan Al-quran. Mizan Bandung

Siswanto, H, B. 2006. Pengantar Manajemen, Jakarta; PT Bumi Aksara

Suryabrata Sumadi. 2002. Metodologi Penelitian, Jakarta, PT Raja Grafindo


Persada

Terry, Geoge R. 1993. Prinsip-Prinsip Manajemen, Jakarta: Bumi Aksara.

Terry, Geoge R. 2009. Dasar-dasar Manajemen, Jakarta: PT Bumi Aksara.

Wilson Bangun. 2012. Manajemen Sumbe Daya Manusia, Jakarta: Erlangga,,


Cet.Ke-1.

Yusuf Al-Qaradhawi. 2000 Tntunan Membangun Masjid, Jakarta: Gema Insani

Yurni. 2002. Manajemen Sebuah pengantar, Jakarta: The Minang :kabau


Foundation

Zakia, Rahima dkk. 2006. Manajemen Masjid dan Aplikasinya, Jakarta: The
Minangkabau Foundation

Internet

Hasani,ahmad, Manajemen Masjid-dan Pengelolaan Ziswaf. Diakses pada


tanggal 8 November 2020 dari Http;//Hasaniahmadsaid/dr-hasani-ahmad-said-ma

75
https://www.slideshare.net/dickindisav/ Manajemen Masjid 2, Diakses pada
tanggal 8 Novemer 2020

Tim Google. 2014, manajemen riayah masjid. Diakses pada tanggal 6 oktober
2020 dari online, http://kumpulan makalah 2012.blogspot.co.id

Jurnal

Http:stronge/emulated/0/Download Jurnal MD Vol 1 No.1 Juli-Desember


2018/pdf

76

Anda mungkin juga menyukai