PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
manusia. Kehadiran Islam menjadi rahmat bagi seluruh alam dapat menjamin
dijadikan sebagai pedoman pengajaran yang hidup secara benar dan konsekuen
remajanya hari ini. Tidak diragukan lagi remaja memiliki kelebihan yaitu fisik
yang bugar, semangat tinggi, dan kecemerlangan pikiran. Potensi tersebut harus
digali untuk hal-hal positif. Mereka harus didekatkan dengan masjid sejak dini.
Sebab, ketika mereka sudah terpengaruh oleh budaya luar maka sulit untuk
1
2
Sebagai organisasi yang terikat dengan masjid maka peran utamanya tidak
lain adalah memakmurkan masjid. Memakmurkan masjid merupakan bagian dari
dakwah bil al-hal (dakwah dengan perbuatan). Dakwah bil al-hal adalah kegiatan
dakwah yang diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kebahagiaan
hidup umat, baik rohani maupun jasmani2
taqarrub (upaya mendekatkan diri) kepada Allah yang paling utama. Rasulullah
Artinya :
“Siapa yang membangun masjid karena Allah, meskipun hanya selubang tempat
burung bertelur atau lebih kecil, maka Allah membangunkan untuknya rumah di
syurga”3
sebagai berikut:
Terjemahnya :
“Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang
beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan salat,
22
Moh.Ayub, Manajemen Masjid Petunjuk Praktis Bagi Para Pengurus (Jakarta: Gema
Insani, 1996), hal. 6.
33
Budiman Mustofa, Manajemen Masjid Gerakan Meraih Kembali Kekuatan Masjid Dan Potensi
Masjid (Solo: Ziyad Visi Media, 2007) , hal. 18
3
menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka
merekalah orang-orang yang mendapat petunjuk” (QS. at-Taubah/9: 18 )4
Ayat tersebut di atas menunjukkan bahwa setiap muslim memiliki tugas
untuk memakmurkan Masjid dalam melakukan peran dan fungsinya, baik secara
individu maupun secara lembaga. Adapun peran dan fungsi remaja masjid
1. Memakmurkan masjid
2. Pembinaan remaja muslim
3. Kaderisasi umat
4. Pendukung kegiatan takmir masjid
5. Dakwah dan sosial.5
yang sejalan dengan program pembangunan. Umat Islam bersyukur bahwa dalam
dekade akhir-akhir ini masjid semakin tumbuh dan berkembang, baik dari segi
kehidupan beragama.
Namun saat ini, hampir sangat sulit mendapatkan masjid yang difungsikan
secara ideal menurut sunnah Rasulullah saw. secara umum, menurut Kementerian
Agama Tahun 2010, bila dicermati perkembangan dewasa ini masih banyak
pengurus Masjid yang lebih memperhatikan kemegahan bangunannya. Inilah yang
ditenggarai yang menjadi penyebab terhambatnya kemajuan dakwah Islam.6
mengoptimalkan peran Masjid. Potensi remaja dengan semangat dan tenaga baru
44
Departemen Agama RI, AL-Qur‟an dan Terjemahannya Semarang: Toha Putra, 2009
hal. 189.
55
Siswanto, Panduan Praktis Organisasi Remaja Masjid (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,
2005), hal. 69-71.
66
Fauzul Izmi, “Optimalisasi Peran dan Fungsi Masjid”, Fauzul Izmi/wasathon.com
(29 Oktober 2014)
4
ini harus diupayakan untuk turut serta dalam berbagai kegiatan yang diadakan di
Masjid maupun di luar masjid yang terkait dengan pengembangan dakwah Islam.
masjid saat ini telah menjadi salah satu wadah favorit kegiatan remaja muslim
suatu wadah bagi para remaja muslim dalam mengkaji dan mendakwahkan Islam
di daerah tersebut. Pada dasarnya dakwah Islam yang dilakukan oleh generasi
muda Islam bukan merupakan suatu hal yang baru. Remaja Masjid Haqqul Yaqin
beriman, berilmu, dan beramal saleh dalam rangka mengabdi kepada Allah swt.
mengaktualkan kembali peran dan fungsi masjid sebagai tempat ibadah dan pusat
kebudayaan merupakan sikap kembali kepada sunah Rasul yang semakin terasa
diperlukan pada era modern ini. Aktualisasi ini pada gilirannya akan membawa
17
Siswanto, Panduan Praktis Organisasi Remaja Masjid (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,
2005) hal. 48-50.
5
umat pada kondisi yang lebih baik dan lebih islami. Dengan mengaktualkan
fungsi dan perannya, masjid akan menjadi pusat kehidupan umat. Artinya, umat
untuk mencapai tujuan dakwah dan wadah bagi remaja muslim, diharapkan dapat
secara berdaya guna (efektif) dan berhasil guna (efisien), khususnya aktivitas
B. Rumusan Masalah
pokok masalah dari peran remaja Masjid Haqqul Yaqin sebagai pengemban
C. Hipotesis
bertaqwa kepada Allah SWT, kegiatan sosial remaja masjid pada masyarakat
lain.
1. Defenisi operasional
888
Soerjono Soekanto, Peranan Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta : Edisi Baru, Rajawali
Pers, 2009), hal 243.
7
penelitian ini yaitu remaja masjid memiliki kedudukan dan peranan yang baik
1. Tujuan Penelitian
2. Kegunaan Penelitian
a. Kegunaan Teoritis
b. Kegunaan Praktis
Dalam bagian ini akan penulis jelaskan garis besar isi dari keseuruhan
defenisi operasional dan ruang lingkup penelitian, tujuan dan kegunaan penelitian
BAB II berisi kajian pustaka, bab ini terdiri dari tiga sub bab yaitu sub bab
pertama adalah pengertian masjid, sub bab kedua peran remaja masjid dan sub bab
BAB III berisi metodologi penelitian mencakup populasi dan sampel, instrument
BAB IV berisi tentang pembahasan hasil penelitian Peran remaja masjid haqqul
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Masjid
Pengertian masjid secara bahasa yaitu sajada yang berarti suatu nama
Pengertian masjid secara istilah adalah “tempat sujud, yaitu tempat umat
Islam mengerjakan salat, zikir kepada Allah swt. dan untuk hal-hal yang
mereka yang mengaku Islam sebagai agamanya. Sejak zaman Nabi, masjid selain
gambaran, bahwa masjid di samping tempat sujud, juga mempunyai peran ganda
1
A. Qusyairi Isma’il dan Moh. Achyat Ahmad, Pelayan dan Tamu di Rumah Allah (Cet. 1;
Pasuruan: Pustaka Sidogiri, 2007), hal. 53.
22
A. Qusyairi Isma’il dan Moh. Achyat Ahmad, Pelayan dan Tamu di Rumah Allah (Cet. 1;
Pasuruan: Pustaka Sidogiri, 2007), hal. 53.
33
M. H.R. Songge, Pesan Risalah Masyarakat Madani, (Jakarta: PT Media Citra, 2001)
hal. 12-13
11
pengertian Masjid adalah suatu tempat di mana umat Islam dapat melakukan
sujud, merendahkan diri, dan menyembah kepada Allah swt. serta tempat untuk
dengan kata lain tempat umat Islam melakukan aktivitas baik yang bersifat
a. Memakmurkan Masjid
berjamaah bersama dengan umat Islam yang lain, karena salat berjamaah adalah
44
Mustofa Budiman, Manajemen Masjid Gerakan Meraih Kembali Kekuatan Masjid dan
Potensi Masjid (Solo: Ziyad Visi Media, 2007), hal. 18.
55
Ahmad Muhsin Kamaludiningrat, Meningkatkan Peran dan Fungsi Masjid dalam
Dakwah dan Pembinaan Masyarakat Madani Beriman dan Bertaqwa (Jogjakarta: Jurnal Ulama
2010),
hal 16
12
aktivitas pembinaan akhlak santri yang telah dibuat. Dalam mengajak anggota
(mad‟u) yang paling utama. Oleh karena itu, mereka harus dibina secara
saleh dengan baik. Selain itu, mendidik mereka untuk berilmu pengetahuan yang
uas serta memiliki keterampilan yang dapat diandalkan, seperti pengajian remaja
b. Kaderisasi Umat
66
Ahmad Muhsin Kamaludiningrat, Meningkatkan Peran dan Fungsi Masjid dalam
Dakwah dan Pembinaan Masyarakat Madani Beriman dan Bertakwa, (Jogjakarta: Jurnal Ulama
2010)
hal 27
13
pendidikan dan pelatihan yang terstruktur, secara tidak langsung dapat dilakukan
memperoleh kader yang tangguh dan siap mengemban tugas organisasi khusunya
manusia (SDM) yang sangat mendukung bagi kegiatan organisasi, sekaligus juga
merupakan objek dakwah (mad‟u) yang paling utama. Oleh karena itu, mereka
berilmu dan beramal saleh dengan baik. Selain itu, juga mendidik mereka untuk
diandalkan.
77
Siswanto, Panduan Praktis Organisasi Remaja Masjid (Jakarta: Pustaka Al Kautsar,
2005), hal 69
14
seperti salat jum’at, penyelenggaraan kegiatan Ramadan, Idul Fitri dan Idul Adha
Uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa fungsi remaja masjid bukan
hanya memakmurkan masjid tapi juga ikut serta sebagai pendukung kegiatan-
88
Siswanto, Panduan Praktis Organisasi Remaja Masjid (Jakarta: Pustaka Al Kautsar,
2005), hal. 69.
99
Siswanto, Panduan Praktis Organisasi Remaja Masjid (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,
2005), hal. 70.
15
remaja muslim melalui Masjid. Organisasi ini berpartisipasi secara aktif dalam
mendakwahkan Islam secara luas, disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang
melingkupinya. Aktivitas dakwah bil lisan, bil al-hal, bil qalam dan lain
anggotanya.
dengan lisan tetapi mengajak masyarakat dengan cara memberikan contoh yang
baik seperti membantu korban bencana, bakti sosial dan lain sebagainnya.
C. Dakwah
1. Pengertian Dakwah
Secara etimologis, dakwah berasal dari bahasa Arab, yaitu da‟a, yad‟u,
da‟watan, yang diartikan sebagai mengajak, menyeru, memanggil, seruan,
perohonan, dan permintaan. Istilah ini sering diberi arti yang sama dengan istilah-
istilah tabligh, amr ma‟ruf dan munkar, mau‟iddzhoh, hasanah, tabsyir, indzhar
washiyah, tarbiyah, ta‟lim, dan khotbah.11
1010
Siswanto, Panduan Praktis Organisasi Remaja Masjid (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,
2005), hal. 71.
1111
Muhammad Munir dan Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah (Jakarta: Prenada Media
Grup, 2009), h. 17.
16
Pada tataran praktek dakwah harus mengandung dan melibatkan tiga unsur,
yang berada dalam ruang lingkup tabligh.12 Kata “bashirah” untuk menunjukkan
bahwa dakwah harus dengan ilmu dan perencanaan yang baik. Kalimat “meniti
masyarakat yang saleh tidak bisa dilakukan secara sendiri-sendiri, tetapi harus
tersebut, yaitu ajaran kepada kebaikan dan keselamatan dunia akhirat. Sementara
1212
Muhammad Munir dan Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah (Jakarta: Prenada Media
Grup, 2009), h. 19.
17
manusia agar menaati ajaran-ajaran Allah (Islam) termasuk amr ma‟ruf nahi
keinsafan, atau usaha mengubah situasi yang tidak baik kepada situasi yang
Islam, untuk kebaikan dan mencegah mereka dari perbuatan munkar agar
a. Subjek Dakwah
1313
Muhammad Munir dan Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah (Jakarta: Prenada Media
Grup, 2009), hal. 19.
1414
Muhammad Munir dan Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah (Jakarta: Prenada Media
Grup, 2009), hal. 19.
1515
Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur‟an (Bandung: mizan, 1992), hal. 194.
1616
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah (Cet. I, Jakarta: Amzah, 2009), hal. 13
18
b. Objek Dakwah
berbeda-beda.
3. Tujuan Dakwah
kesejahteraan hidup manusia di dunia dan di akhirat yang diridai Allah swt.
Adapun tujuan dakwah, pada dasarnya dapat dibedakan dalam dua macam:
seluruh aktivitas dakwah. Ini berarti tujuan dakwah yang bersifat umum dan
utama, di mana seluruh gerak langkahnya proses dakwah harus ditujukan dan di
arahkan kepadanya.
Tujuan utama adalah nilai-nilai atau hasil akhir yang ingin dicapai atau
maka semua penyusunan rencana dan tindakan dakwah harus mengarah kesana.18
Tujuan dakwah di atas masih bersifat umum atau global, oleh karena itu masih juga
1717
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2009) hal. 89.
1818
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2009) hal. 60
19
pengertian bahwa dakwah kepada seluruh umat baik yang sudah memeluk agama
tujuan umum dakwah. Tujuan ini dimaksudkan agar dalam pelaksanaan seluruh
aktivitas dakwah dapat jelas diketahui kemana arahnya, ataupun jenis kegiatan
yang hendak dikerjakan, kepada siapa berdakwah, dengan cara apa, bagaimana,
tindih) antar juru dakwah yang satu dengan yang lainnya hanya karena masih
Tujuan khusus dakwah sebagai terjemah dari tujuan umum dakwah dapat
1) Mengajak umat manusia yang telah memeluk agama Islam untuk selalu
4. Materi Dakwah
kemudian akan mencakup seluruh kultur Islam yang murni yang bersumber dari
pokok, yaitu:
Masalah pokok yang menjadi materi dakwah adalah akidah islamiah. 19 Aspek
akidah ini yang akan membentuk moral (akhlaq) manusia. Oleh karena itu, yang
pertama kali yang dijadikan materi dalam dakwah Islam adalah masalah akidah
atau keimanan. Akidah yang menjadi materi utama dakwah ini mempunyai ciri-
ciri yang membedakannya dengan kepercayaan agama lain, yaitu:
1) Keterbukaan melalui persaksian (syahadat) dengan demikian, seorang muslim
harus selalu jelas identitasnya dan bersedia mengakui identitas keagamaan
orang lain.
2) Cakrawala pandangan yang luas dengan memperkenalkan bahwa Allah adalah
Tuhan seluruh alam, bukan Tuhan kelompok atau bangsa tertentu. Dan soal
kemanusiaan juga diperkenalkan kesatuan asal usul manusia. Kejelasan dan
kesederhanaan diartikan bahwa seluruh ajaran akidah baik soal ketuhanan,
kerasulan, ataupun alam gaib sangat mudah untuk dipahami.
3) Ketahanan antara iman dan Islam atau antara iman dan amal perbuatan. Dalam
ibadah pokok yang merupakan manifestasi dari iman dipadukan dengan segi-
segi pengembangan diri dan kepribadian seseorang dengan kemaslahatan
masyarakat yang menuju pada kesejahteraannya. Karena akidah memiliki
keterlibatan dengan soal-soal kemasyarakatan.
kurang lebih 244 kali yang paling sering adalah melalui ungkapan, “Wahai
orang-orang yang beriman,” yaitu sebanyak 55 kali. Meski istilah ini pada
merujuk kepada para pengikut Nabi Musa dan pengikutnya, dan 22 kali kepada
para nabi lain dan para pengikut mereka. Orang yang memiliki iman yang benar
(haqiqy) itu akan cenderung untuk berbuat baik, karena ia mengetahui bahwa
perbuatannya itu adalah baik dan akan menjauhi perbuatan jahat, karena dia tahu
1919
Affandi Muchtar, Ensiklopedia Tematis Dunia Islam (Jakarta: PT Ictiar Baru Van
Hoeve, 2002), hal. 9-11
21
akan berkonsekuensi pada hal-hal yang buruk. Dan iman haqiqy itu sendiri terdiri
atas amal saleh, karena mendorong untuk melakukan perbuatan yang nyata. Posisi
iman inilah yang berkaitan dengan dakwah Islam di mana amr ma‟ruf nahi
munkar dikembangkang yang kemudian menjadi tujuan utama dari suatu proses
dakwah.
b. Masalah Syariah
dalam sejarah. Syariah inilah yang akan selalu menjadi kekuatan peradaban di
Materi dakwah yang bersifat syariah ini sangat luas dan mengikat seluruh
umat Islam. Ia merupakan jantung yang tidak terpisahkan dari kehidupan umat
Islam di berbagai penjuru dunia, dan sekaligus merupakan hal yang patut
dibanggakan. Kelebihan dari materi syariah Islam antara lain, adalah bahwa ia
tidak dimiliki oleh umat-umat yang lain. Syariah ini bersifat universal, yang
menjelaskan hak-hak umat muslim dan nonmuslim, bahkan hak seluruh umat
manusia. Dengan adanya materi syariah ini, maka tatanan sistem dunia akan
2020
Ismail R. Al-Faruqi, Menjelajah Atlas Dunia Islam, (Bandung: Mizan, 2000), hal. 305.
22
maka materi dakwah dalam bidang syariah ini dimaksudkan untuk memberikan
gambaran yang benar, pandangan yang jernih, dan kejadian secara cermat
sehingga umat tidak terperosok ke dalam kejelekan, karena yang diinginkan dalam
dakwah adalah kebaikan. Kesalahan dalam meletakkan posisi yang benar dan
seimbang di antara beban syariat sebagaimana yang telah ditetapkan oleh Islam,
kehidupan.
membentuk kehendak Ilahi. Materi dakwah yang menyajikan unsur syariat harus
dalam bentuk status hukum yang bersifat wajib, mubbah (dibolehkan), mandub
c. Masalah Mu’amalah
kehidupan sosial daripada aspek kehidupan ritual. Islam adalah agama yang
menjadikan seluruh bumi ini Masjid, tempat mengabdi kepada Allah. Ibadah
dengan Allah dalam rangka mengabdi kepada Allah swt. Cakupan aspek
23
mu’amalah jauh lebih luas daripada ibadah. Statement ini dapat dipahami dengan
alasan:
1) Dalam al-Qur’an dan Hadis mencakup proporsi terbesar sumber hukum yang
daripada ibadah yang bersifat perorangan. Jika urusan ibadah dilakukan tidak
mu‟amalah. Sebaliknya, jika orang tidak baik dalam urusan mu’amalah, maka
d. Masalah Akhlak
Secara etimologis, kata akhlaq berasal dari bahasa Arab jamak dari
“khuluqun” yang berarti budu pekerti, perangai dan tingkah laku atau tabiat.
berarti kejadian, serta erat hubungannya dengan khaliq yang berarti pencipta, dan
2121
Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedia Tematis Dunia Islam (Jakarta: PT Ichtiar Baru Van
Hoeve, 2002), hal. 190
24
menumbuhkan sifat-sifat baik yang terdapat dalam jiwa secara potensial dan
dengan demikian, sifat-sifat baik itu akan tumbuh secara aktual di dalam jiwa.
untuk memperoleh akhlak yang terpuji atau tercela, dan dengan latihan secara
“hodos” artinya jalan atau cara.22 Dengan demikian dapat diartikan bahwa metode
adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Sumber
yang lain menyebutkan bahwa metode berasal dari bahasa Jerman methodica,
artinya ajaran tentang metode. Dalam bahasa Yunani metode berasal dari kata
metodos artinya jalan yang dalam bahasa Arab disebut tariq.23 Jadi, metode
dakwah adalah jalan atau cara untuk mencapai tujuan dakwah yang dilaksanakan
secara efektif dan efisien,24 atau metode berarti cara yang telah diatur dan melalui
2222
M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam (Cet.I; Jakarta: Bumi Aksara, 1991), hal. 61.
2323
Hasanuddin, Hukum Dakwah (Cet. I; Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), hal. 35.
2424
Masdar Helmy, Dakwah Dalam Alam Pembangunan(Semarang: CV. Toha Putra, 1973),
hal. 21.
25
adalah cara tertentu yang dilakukan seorang dai (komunikator) kepada mad’u
untuk mencapai suatu tujuan atas dasar hikmah dan kasih saying.27 Hal ini
manusia.
dengan lapang dada, tulus dan ikhlas. Maka penyampaian dakwah harus melihat
situasi dan kondisi masyarakat objek dakwah. Kalau tidak, maka dakwah tidak
dapat berhasil dan tidak tepat guna. Di sini diperlukan metode yang efektif dan
efisien untuk diterapkan dalam tugas dakwah. Landasan umum mengenai metode
2525
Ghazali Darussalam, Dinamika Ilmu Dakwah Islamiyah (Cet. I; Malaysia Nur Niaga
SDN. BHD, 1996), hal. 5.
2626
Abdul Kadir Sayid Abd. Rauf, Dirasah Fid Dakwah Al Islamiyah (Cet. I; Kairoh: Dar,
El- Tiba’ahal al-Mahmadiyah, 1987), hal. 10.
2727
Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997), hal. 43.
26
Terjemahnya :
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang
baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu
Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan
Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
(QS. an-Nahl/16: 125)28
Pada ayat di atas terdapat metode dakwah yang akurat. Kerangka dasar
a. Metode Al-Hikmah
1) Kenabian (Nubuwwah).
2) Pengetahuan tentang AL-Qur’an.
3) Kebijaksanaan pembicaraan dan perbuatan.
4) Pengetahuan tentang hakikat kebenaran dan perwujudan dalam kehidupan.
5) Ilmu yang bermanfaat, ilmu amaliyah dan aktivitas yang membawa kepada
kemaslahatan umat.
6) Meletakkan suatu urusan pada tempat yang benar.
7) Sunnah Nabi
8) Sikap adil sehingga pemikiran dapat menempatkan sesuatu pada tempatnya.29
2828
Kementerian Agama RI, al-Qur‟an dan Terjemahnya, (Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka
Mandiri, 2014), hal. 281.
2929
Said Ali Bin Wakaf Al-Qahatahani, Al-Hikmah Fi Al-Dawa Ila Allah Ta‟ala, (Beirut:
Muassasah), h. 27
27
banyak arti namun pada hakekatnya dakwah harus disampaikan secara bijaksana
bahkan dalam acara-acara seremonial keagamaan seperti Maulid Nabi dan Isra’
Mi’raj, istilah mau‟izhah hasanah mendapat porsi khusus dengan sebutan “acara
yang ditunggu-tunggu” yang merupakan inti acara dan biasanya menjadi salah
satu target keberhasilan sebuah acara. Namun demikian agar tidak menjadi
Secara bahasa, mau‟izhah hasanah terdiri dari dua kata, yaitu mau‟izhah
adalah memberikan nasehat kepada orang lain dengan cara yang baik, yaitu
dan tidakmencari atau menyebut kesalahan audiens sehingga pihak objek dakwah
dengan rela hati dan atas kesadarannya dapat mengikuti ajarannya yang
3030
Hasanuddin, Hukum Dakwah, (Cet. I; Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 1996) hal. 37.
28
c. Metode Mujadalah
Dari segi etimologi (bahasa) lafaz mujadalah terambil dari kata “jadala”
yang bermakna memintal, melilit. Apabila ditambahkan alif pada huruf jim yang
mengikuti wazan Faala, “jaa dala” dapat bermakna berdebat, dan “mujaadalah”
perdebatan.31
Kata “Jadala” dapat bermakna menarik tali dan mengikatnya guna
menguatkan sesuatu. Orang yang berdebat bagaikan menarik ucapan untuk
meyakinkan lawannya dengan menguatkan pendapatnya melalui argumentasi
yang disampaikan32
3131
Ahmad Warson al-Munawwir, al-Munawwir (Cet. XIV; Jakarta: Pustaka Progresif,
1997)
hal. 175.
3232
Quraisy Shihab, Tafsir al-Misbah (Cet. I; Lentera hati, 2000), hal. 553.
29
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Dalam pembahasan populasi dan sampel pada objek atau sasaran penelitian ini
Pasarwajo.
1. Populasi
populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian kita dalam suatu ruang
Tabel 1
11
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis (Cet. X; Jakarta:
Rineka Cipta, 1996), hal. 115.
22
S.Margono, Metode Penelitian Pendidikan (Cet. IV; Jakarta: Rineka Cipta, 1997), hal
128.
33
Sugiono, Statistik Untuk Penelitian (Cet. V; Bandung: Al-Fabeta, 2003), hal. 55.
30
Data Populasi
Dalam sebuah penelitian dikenal dengan objek dan subjek penelitian. Objek
penelitian merupakan apa yang menjadi sasaran penelitian. Sedangkan subjek
penelitian disebut juga informan penelitian adalah subjek yang memahami informasi
objek penelitian sebagai pelaku maupun orang lain yang memahami objek penelitian. 4
2. Sampel
data tentang variabel yang diteliti. Dasar penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang melihat objek penelitian sebagai
kesatuan yang terintegrasi, yang penelaahannya kepada satu kasus dan dilakukan
44
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif : komunikasi, ekonomi, kebijakan publik, dan, dan
ilmu sosial lainnya, (Jakarta: Kencana, 2008), hal. 76
31
secara intensif, mendalam, mendetail, dan komprehensif. Selain itu penelitian ini
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi.6 Sedangkan menurut Burhan Bungin sampel adalah wakil semua unit
55
Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif (Jakarta:
Rajagrafindo Persada, 2013), hal. 28.
66
Sugiono, Statistik Untuk Penelitian (Cet. V; Bandung: Al-Fabeta, 2003), hal. 18.
77
Burhan Bungin, Metodologi penelitian Kuantitatif (Jakarta: Kencana, 2011), hal 112
88
Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta 2010),
hal 134
32
pada penelitian ini adalah semua yang terdapat dalam populasi karena jumlah
Adapun yang menjadi sampel atau informan dari penelitian ini antara lain:
Tabel 2
B. Instrumen Penelitian
2. Dokumentasi
memperoleh data secara langsung dari penelitian. Pada penelitian ini peneliti
teknik pengumpulan data field research (riset lapangan) yaitu mengumpulkan data
1. Observasi
99
Surya, Pengajaran Ramediasi (Jakarta: Percetakan Negeri RI, 1978), hal. 55.
1010
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif : komunikasi, ekonomi, kebijakan publik, dan ilmu
sosial lainnya, (Jakarta: Kencana, 2008), hal. 118.
34
terhadap hal-hal yang ada hubungannya dengan objek penelitian. Hal ini
dengan hasil penelitian yang berasal dari wawancara kelak dengan informan agar
2. Wawancara
Pasarwajo.
3. Dokumentasi
mana menunjukkan suatu fakta yang telah berlangsung. Agar lebih memperjelas
dan data yang relevan dengan penelitian. Adapun secara dokumentasi yaitu foto-
foto pengurus masjid dan remaja masjid serta pihak lain yang memberi informasi,
dimulai dari:
1. Analisis Data
1414
Sumadi Suryabrata. Metodologi Penelitian (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2010),
hal. 40
36
2. Reduksi Data
Peneliti dapat melakukan pemilihan-pemilihan data yang hendak dikode
antara yang dibuang dan yang merupakan ringkasan, cerita-cerita apa yang sedang
berkembang.
3. Penyajian Data
tindakan. Penyajian data yang telah diperoleh dari lapangan terkait dengan seluruh
baik dan yang tidak, lalu di kelompokkan kemudian diberikan batasan masalah.
Dari penyajian data tersebut, maka diharapkan dapat memberikan kejelasan data
4. Verifikasi/Penarikan Kesimpulan
BAB IV
dari generasi muda Indonesia dan generasi islam , yang sadar akan hak dan
pribadi yang tangguh, mandiri, bertanggung jawab dengan tetap menjadikan al-
Banyak hal yang telah dilakukan oleh remaja masjid Desa Kaongke-ongkea
masjid memiliki fungsi dan peranan yang sangat penting di dalam komunitas
remaja masjid yang ada di Desa Kaongke-ongkea tidak hanya fokus pada bidang
bahwa peran remaja masjid yang ada di Desa Kaongke-ongkea dapat terlihat dari
diri) kepada Allah swt. Banyak hal yang bisa dilakukan dalam rangka
memakmurkan masjid. Hal yang paling sederhana, namun memiliki nilai yang
secara rutin. Dengan salat berjamaah, tak sebatas pahala yang diperoleh, tetapi
memajukan masjid dari ranah ibadah hingga efektifitas dakwah. Dalam hal ini,
memakmurkan masjid;
Setiap memasuki waktu salat tiba, maka seluruh kegiatan apapun yang
dan tujuannya pun sama yakni mengenang kembali peristiwa tersebut dan
mengambil hikmah dan pelajaran untuk memupuk keteguhan sikap dan pendirian
terhadap agama Islam. Adapun hari-hari besar Islam yang sering diselenggarakan
39
saw. para remaja masjid khususnya di Desa Kaongke-ongkea pada setiap bulan
agama dengan mengundang ustadz sebagai pembawa materi. Kedua Isra’ Mi’raj
Nabi Muhammad saw. Isra’ Mi’raj ini diperingati dalam bentuk ceramah agama di
remaja masjid dengan maksud mengambil pelajaran dan hikmah yang terkandung
peringatan hari raya Idul Fitri dan Idul Adha, pada umumnya pelaksanaan
peringatan hari raya Idul Fitri dan Idul Adha dan seluruh rangkain acara
yang memiliki peran strategis untuk kemajuan peradaban umat Islam. Masjid
bukan saja tempat shalat, tetapi juga sebagai pusat pendidikan, pengajian
Muhammad saw pun telah mencontohkan multifungsi masjid dalam membina dan
2. Kaderisasi Anggota
remaja untuk menjadi seorang muslim yang sejati dalam rangka mempersiapkan
11
Samiun (49 tahun), Pengurus Masjid, “Wawancara”, Desa Kaongke-ongkea, 23 Agustus
2019
40
Kaderisasi anggota merupakan hal yang mutlak dilakukan dalam setiap organisasi,
memakmurkan Masjid dan rela berjuang demi kepentingan umat pada umumnya.
a. Rekruitmen
dilakukan setiap tahun sekali menjelang ramadhan, atau menyesuaikan situasi dan
kondisi kegiatan remaja masjid. Sistem rekruitmen anggota yang diterapkan oleh
mampu mencetak para remaja yang mempunyai keterampilan dan sebagai wadah
para remaja lainnya untuk melakukan hal-hal positif dan lebih bermanfaat.2
b. Pengkaderan Informal
dalam posisi sebagai penanggung jawab, menjadi bagian dari team work, atau
22
Hendriawan (18 tahun), Remaja Masjid, “Wawancara”, Desa Kaongke-ongkea, 24
Agustus 2019
33
Samiun(48 tahun), Pengurus Masjid, “Wawancara”, Desa Kaongke-ongkea, 23 Agustus
2019
41
beramal shalih dalam rangka mengabdi kepada Allah swt. untuk mencapai
keridhaan-Nya. Pembinaan remaja yang dilakukan oleh remaja masjid ini, dengan
Al-Qur’an adalah sumber asasi ajaran Islam dan merupakan pedoman hidup
44
Lukman Hakim, “Peranan RISMA (Remaja Islam Masjid Agung Jawa Tengah) sebagai
Dakwah Masjid Agung Jawa Tengah”, Skripsi (Semarang: Fak. Dakwah Institut Agama Islam
Negeri Walisongo, 2011), h. 115.
42
Kuat lemahnya dan maju mundurnya umat Islam tergantung pada sikapnya
berfungsi untuk dibaca dengan lagu-lagu yang merdu atau hanya untuk
sebab itu semua umat Islam wajib mengamalkannya sebab al-Qur’an adalah
Dengan dasar ini maka pengurus masjid dan remaja masjid di Desa Kaongke-
ongkea mengadakan pengajaran al-Qur’an terhadap anak secara rutin yang dibina
waktu dewasa.6
tersebut mengacu kepada teori yang disebutkan di bab tinjauan teoretis bahwa
Acara zikir akbar sukses ujian nasional merupakan sikap kepedulian remaja
55
Muliati (37 tahun), Pengurus Masjid, “Wawancara”, Desa Kaongke-ongkea, 24 Agustus
2019.
66
Selfi (14 tahun), Remaja Masjid, “Wawancara”, Desa Kaongke-ongkea, 24 Agustus 2019.
43
meningkatkan spiritualitas para siswa sekolah, dengan harapan agar para siswa
bahwa biasanya kegiatan ini dilaksanakan pada awal bulan april sebelum ujian
nasional.7
ternyata menarik perhatian masyarakat dari berbagai kalangan, mulai dari siswa
remaja masjid melainkan juga untuk para remaja lainnya. Dengan memberikan
terutama pada remaja. Misalnya pelatihan untuk anggota remaja masjid yaitu;
pelatihan rebana, dan pelatihan tadarrus al-Qur’an dan pelatihan kerajinan tangan.
77
Hendriawan (18 tahun), Remaja Masjid, “Wawancara”, Desa Kaongke-ongkea, 24
Agustus 2019
44
terencana dan terorganisir secara baik. Berikut adalah kegiatan sosial dakwah
1. Bakti Sosial
dapat meringankan sedikit beban pemerintah desa yang selama ini ditanggung
oleh mereka.9
88
Muliati (37 tahun), Pengurus Masjid, “Wawancara”, Desa Kaongke-ongkea, 24 Agustus
2019.
99
La Saeni (65 tahun), Imam Masjid, “Wawancara”, Desa Kaongke-ongkea, 23 Agustus
2019.
45
mempunyai uang. Bakti sosial remaja masjid dilaksanakan setiap tahun sekali.
Kegiatan ini merupakan sebagai wujud kepedulian remaja masjid kepada sesama
dilakukan selama satu hari pada hari minggu pukul 09.00 wib sampai selesai.
baju pantas pakai atau barang-barang lainnya kepada masyarakat yang kurang
mampu.
2. Kerja Bakti
bahwa kegiatan ini dilaksakan setiap dua kali dalam sebulan pada hari minggu
pukul 08.00 wit sampai selesai.10 Kegiatan ini bertujuan untuk membantu
3. Safari Silaturahmi
1010
Mola Umar (15 tahun), Remaja Masjid “Wawancara”, Desa Kaongke-ongkea, 24
Agustus 2019.
46
bahwa pelaksanaan kegiatan ini dilakukan pada hari minggu pukul 13.00-16.00
wit, seluruh pengurus remaja masjid bersilaturahmi ke rumah salah satu anggota
remaja masjid yang siap menjadi tuan rumah. 11 Kegiatan tersebut di isi dengan
dilakukan oleh remaja masjid tidak hanya berkutat pada bidang keagamaan
ataupun bidang keremajaan saja, akan tetapi kegiatan remaja masjid harus
dapat dilakukan melalui lisan (bil-lisan), tulisan (bilqolam), dan perbuatan (bil al-
hal) baik pendekatan struktural maupun kultural. Dalam hal ini kegiatan sosial
dakwah yang dilakukan oleh remaja masjid merupakan kegiatan dakwah bil al-
1111
Muliati (37 tahun), Pengurus Masjid, “Wawancara”, Desa Kaongke-ongkea, 24 agustus
2019
1212
Saifuddin, M. Dakwah Bil al-Hal di Lingkungan Lembaga-Lembaga Dakwah Dalam
Upaya Pengembangan Masyarakat Islam di Provinsi Lampung. : Jurnal Analisis, edisi. 3 2003
47
hal
atau dakwah pembangunan. Dengan demikian, dakwah bil al-hal dapat dilakukan
dengan berbagai cara. Inti dari dakwah bil al-hal adalah seluruh tindakan yang
dapat membawa perubahan bagi seluruh aspek kehidupan umat Islam dalam
konteks syari’at Islam. Tidak ada batasan bagi pelaksanaan dakwah bil al-hal
selama hal itu tidak bertentangan dengan syari’at Islam, baik tentang materinya,
Remaja Masjid merupakan badan otonom yang dibentuk oleh badan pengelola
masjid. Di satu sisi keberadaan remaja masjid juga sebagai anak organisasi oleh
masjid dalam artian mendukung dan membantu program kegiatan induknya, sehingga
akan terjadi sinergitas yang saling menguatkanantara remaja masjid dengan badan
pengelola masjid. Upaya remaja masjid dalam mendukung takmir masjid menurut La
a. Mempersiapkan sarana salat berjamaah dan salat khusus, seperti salat Idul Fitri
b. Menyusun jadwal dan menghubungi khatib jumat, Idul Fitri dan ldul Adha.
f. Memberikan masukan yang dipandang perlu kepada takmir masjid, dan lain
sebagainya.13
namun hal-hal umum pun menjadi prioritas utama dalam setiap program kerja
remaja yang tergabung dalam organisasi remaja masjid akan menjadi panutan bagi
remaja lainnya.
ditentukan oleh faktor tenaga, faktor sumber daya manusia, juga oleh faktor dana,
fasilitas dan alat pelengkap yang diperlukan serta pengelolaan yang baik.
Faktor pendukung adalah hal atau kondisi yang dapat mendorong atau
menumbuhkan suatu kegiatan baik dalam organisasi atau usaha. Adapun faktor
yaitu:
1313
La Uri (70 tahun), Imam Masjid, “Wawancara”, Desa Kaongke-ongkea, 23 Agustus
2019
49
a. Sumber Dana
Sumber dana yang dimiliki remaja masjid berasal dari; Pertama, infaq
yang terkumpul biasanya masih belum mencukupi setidaknya ada sedikit bantuan
masjid menjadi salah satu faktor pendorong anggota remaja masjid dalam
Kaongke-ongkea.
b. Fasilitas Masjid
ada di Masjid, hal ini dapat menjadi sebuah kekuatan sekaligus pendorong
mereka tidak perlu lagi mengeluarkan biaya dalam hal pengadaan tempat atau
pengurus masjid selalu mendukung dan siap meminjamkan fasilitas yang ada di
masjid untuk memfasilitasi seluruh kegiatan remaja masjid maka hal ini akan
pengemban dakwah.
1414
Samiun(49 tahun), Pengurus Masjid, “Wawancara”, Desa Kaongke-ongkea, 23 Agustus
2019.
1515
Samiun(49 tahun), Pengurus Masjid, “Wawancara”, Desa Kaongke-ongkea, 23 Agustus
2019.
50
Remaja masjid sebagai perkumpulan para remaja dalam suatu organisasi yang
diadakan di masjid dan mempunyai tujuan untuk menumbuhkan akhlak yang baik,
budi pekerti luhur dan menjadi teladan bagi remaja lainnya. Latar belakang para
anggota remaja masjid pun sangat beragam, mulai dari pelajar, wiraswasta,
pegawai negeri sipil, dan petani, sehingga berpengaruh pada kualitas sumber daya
meningkatkan kualitas sumber daya khususnya para remaja yang tidak hanya
menjadikan peluang kepada anggota untuk saling berbagi ilmu dan pengalaman
budaya, suku, bahasa dan ras yang berbeda-beda terkhusus di Desa Kaongke-
d. Semangat Anggota
Salah satu unsur yang harus ada dalam diri setiap anggota remaja masjid
adalah semangat atau motivasi yang tinggi dalam mengemban suatu amanah dan
dengan semangat yang tinggi dalam memakmurkan masjid, ini menjadi modal
mengemban dakwah.17
1616
Muliati (37 tahun), Pengurus Masjid, “Wawancara”, Desa Kaongke-ongkea, 24 Agustus
2019.
1717
Samiun(49 tahun), Pengurus Masjid, “Wawancara”, Desa Kaongke-ongkea, 23 Agustus
2019
51
C. Faktor Penghambat
berbeda tergantung latar belakang mereka terkadang dalam waktu yang tertentu
bekerja, berdagang, bertani dan lain sebagainya hal ini menjadi faktor hambatan
memiliki semangat dan ambisi yang besar namun itu tidak bertahan lama bahkan
jumlah anggota mulai menyusut setelah tiga sampai enam bulan saat masuk
menjadi anggota remaja masjid. Banyak hal yang melatar belakangi diantaranya;
kuliah, menikah, fokus ujian, bekerja, usaha dan lain sebagainya. Seperti yang
sekolah jika waktu ulangan tiba maka mereka lebih fokus untuk belajar sehingga
jika ada program yang dilaksanakan kami tidak bisa ikut serta.”19
1818
Samiun (49 tahun), Pengurus Masjid, “Wawancara”, Desa Kaongke-ongkea, 23 Agustus
2019
1919
Hendriawan (18 tahun), Remaja Masjid, “Wawancara”, Desa Kaongke-ongkea,
24 Agustus 2019
52
Jika terjadi hal demikian maka hal tersebut bisa saja menjadi faktor
kerja diambil alih pengurus yang ada agar program kerja bisa berjalan sesuai
dengan rencana, bahkan ada program yang tidak terlaksana. Karena tidak adanya
ketika ada kegiatan remaja masjid terkadang bertabrakan dengan aktivitas di luar.
Hal ini dapat dipahami anggota remaja masjid yang mempunyai kegiatan pokok.
Tidak dapat dipungkiri bahwa kegiatan para pengurus remaja masjid yang ada di
kuliah, bekerja, mengajar, dan lain sebagainya. Hal inilah yang menjadi faktor
2020
Hendriawan (18 tahun), Remaja Masjid, “Wawancara”, Desa Kaongke-ongkea,
24 Agustus 2019
53
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan tentang peran remaja masjid sebagai
Wajo. Hal ini dapat dilihat dari beberapa Perannya, antara lain; pertama
takmir masjid.
2. Faktor pendukung adalah hal atau kondisi yang dapat mendukung atau
perannya yaitu: sumber dana, fasilitas masjid, latar belakang anggota, dan
B. Saran
Adapun saran yang perlu penulis sampaikan untuk kemajuan remaja masjid
description) yang jelas, dengan menempatkan posisi pengurus dan anggota sesuai
diharapkan serta menjalin hubungan yang baik dengan para jamaah masjid dan
DAFTAR PUSTAKA
Al-qur‟anul al-Karim
Abdul Aziz Dahlan. Ensiklopedia Tematis Dunia Islam. Jakarta: PT Ichtiar Baru
Van Hoeve, 2002.
Abdul Kadir Sayid Abd. Rauf. Dirasah Fid Dakwah Al Islamiyah. Cet. I; Kairoh:
Dar, El-Tiba’ahal al-Mahmadiyah, 1987.
Affandi Muchtar. Ensiklopedia Tematis Dunia Islam. Jakarta: PT Ictiar Baru Van
Hoeve, 2002
A. Qusyairi Isma’il dan Moh. Achmat Ahmad. Pelayan dan Tamu di Rumah
Allah. Cet. I; Jawa Timur: Pustaka Sidogiri, 2007.
Cholid Nurbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian. Cet. VIII; Jakarta:
PT. Bumi Aksara, 2007.
Irwan Soehartono. Metode Penelitian Sosial. Cet. VII; Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2008.
M. Abdul Mujid. Kamus Istilah Fiqih. Jakarta: PT. Pustaka Firdaus, 1994.
……. Dakwah Dalam Alam Pembangunan. Semarang: CV. Toha Putra, 1973
Said Ali Bin Wakaf Al-Qahatahani. Al-Hikmah Fi Al-Dawa Ila Allah Ta‟ala.
Beirut: Muassasah.
S. Margono. Metode Penelitian Pendidikan. Cet. IV; Jakarta: Rineka Cipta, 1997.
Surya, Pengajaran Ramediasi (Jakarta: Percetakan Negeri RI, 1978), hal. 55.
Umar Jaeni. Panduan Remaja Masjid. Surabaya: CV. Alfa Surya Grafika, 2003.