MASYARAKAT
Dibuat oleh :
Aisyah Barakbah
Manajemen Dakwah
Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung
aisyahalbaraqbah20@gmail.com
Abstrak :
Masjid merupakan pusat peradaban dunia. Maka dalam efektivitas, pengolahan serta fasilitas
harus sesuai dengan sebagaimana fungsinya. Pengelolaan masjid yang harus kita siapkan tidak
lepas dari tuntunan Al-Qur'an dan al-Sunnah. Dari dua sumber ajaran Islam inilah kita
mengembangkan manajemen masjid yang sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW. Sebagai
kegiatan yang sangat terpuji, pengelolaan masjid harus dilakukan secara profesional dan
berorientasi sistem manajemen modern, sehingga dapat mengantisipasi perkembangan yang
senantiasa berubah dalam kehidupan masyarakat yang maju dan berkualitas. Dalam penelitian
yang ditulis secara kuantitatif deskriptif untuk mengetahui bagaimana manajemen masjid
Jogokariyan di Yogyakarta. Dari hasil penelitian ini terlihat berbagai program yang bagus untuk
memakmurkan masjid dan berfungsi sebagaimana mestinya seperti saat zaman Rosulullah saw
dahulu.
Abstract :
The mosque is the center of world civilization. So in terms of effectiveness, processing and
facilities must be in accordance with their functions. The management of the mosque that we
have to prepare cannot be separated from the guidance of the Al-Qur'an and al-Sunnah. It is
from these two sources of Islamic teachings that we develop mosque management in
accordance with the guidance of Rasulullah SAW. As a highly commendable activity, mosque
management must be carried out professionally and oriented towards a modern management
system, sotoe able to anticipate ever-changing developments in the life of an advanced and
quality society. In this research was itten quantitative descriptive to find out how the
management of the Jogokariyan Mosque in Yogyakarta. From the results of this study, it can be
seen that there are various good programs to prosper the mosque annction properly as it was
during the time of the Prophet Muhammad SAW.
Keywords : Manajemen masjid
1. Pendahuluan
Masjid merupakan pusat peradaban bagi semua umat muslim. Dengan keberadaan
masjid ini membuat umat muslim dapat beribadah serta menyebarkan ajaran-ajaran
dalam al Qur’an maupun as sunah. Umat islam terus menerus mengupayakan
pembangunan masjid diberbagai wilayah di Indonesia, mulai dari segi fisik bangunan
ataupun nonfisik dengan berbagai kegiatan didalamnya. Namun di zaman ini sangat
disayangkan dengan jumlah masjid yang begitu banyak dan fisik yang megah justru
terlihat sunyi seperti tidak berpenghuni.
Padahal kita tahu bahwa masjid merupakan perwujudan dari lahirnya peradaban islam.
Sarana ibadah yang Rasulullah saw dirikan pertama kali di Madinah. Maka
meningkatkan kemakmuran masjid bukan hanya tugas marbot, pemerintah ataupun
Lembaga Kementerian Agama, melainkan tugas kita Bersama untuk melaksanakannya.
Maka dengan itu dalam hal ini tidak hanya segi fisik yang kita bangun namun nilai-nilai
didalamnya. Tidak mungkin suatu masyarakat menjadi masyarakat madani tanpa ada
masjid yang hidup membersamai.
Seperti pada masa Rosulullah saw, masjid tidak hanya menjadi sarana untuk melakukan
sholat melainkan Pendidikan serta perjanjian dengan kaum lainnya. Sebab itu juga
masjid adalah tempat menata dan menatap kehidupan masa depan hidup baik di dunia
maupun diakhirat. Namun semakin berkembang nya zaman fungsi-fungsi mulai
ditinggalkan dan dibiarkan sehingga banyak masjid yang tidak berjalan secara maksimal.
(Supardi: 2001) mengatakan bahwa umat Islam hampir tidak memiliki waktu untuk
singgah untuk shalat berjamaah di masjid. Meskipun ada masjid di dekat tempat mereka
bekerja, mereka tidak lagi memiliki kesempatan untuk pergi ke masjid. Bahkan jika dia
shalat karena sibuk dia lebih memilih shalat sendirian di kantornya daripada shalat
berjamaah di masjid. Padahal masjid itu hanya dibatasi tembok dengan tempat dia
bekerja.
Kondisi sepi ini disebabkan oleh pengurus masjid yang hanya sibuk mempermegah fisik
bangunan masjid daripada kemakmuran didalamnya. Melihat kondisi demikian yang
sangat menyedihkan datanglah kabar Bahagia dari salah satu masjid di Yogyakarta, yaitu
Masjid Jogokariyan yang didirikan pada 20 September 1966 di kampung Jogokariyan.
Pada tahun 2016, Kementeian Agama Republik Indonesia Masjid Jogokariyan ditetapkan
sebagai salah satu masjid percontohan dalam bidang pengelolaan masjid (idarah). Ustaz
H. Muhammad Jazir ASP menjelaskan bahwa dalam penetapan Masjid Jogokariyan
sebagai masjid percontohan telah melalui beberapa seleksi. Mulai dari tingkat
kecamatan, kota, provinsi, dan tingkat nasional. Keberhasilan masyarakat setempat
dalam mengelola masjidnya tidak terlepas dari pemahaman mereka tentang fungsi
dasar dari sebuah masjid. Fungsi tersebut adalah kehadiran masjid harus dirasakan oleh
masyarakat. Jadi, Masjid Jogokariyan dikelola oleh masyarakat melalui kegiatan-
kegiatan.
Masjid Jogokariyan merupakan bentuk contoh masjid yang dapat memberdakan
masyarakar sekitar dengan manajemen masjid yang sangat baik. Masjd jogokariyan
tidak hanya untuk sarana ibadah namun juga kegiatan yang lainnya seperti Pendidikan,
ekonomi dan sebagainya yang bermanfaat bagi masyarakat.
2. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantiatif deskriptif dengan
menggunakan Teknik pengumpulan data berupa jurnal, dan artikel.
3. Pembahasan
Sejarah berdirinya Masjid Jogokariyan
Masjid Jogokariyan mulai dibangun pada 1966. Seperti yang kita ketahui pada tahun
itu terjadinya pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI), sebelum berdirinya
masjid tersebut di kampung itu sempat menjadi basis Partai Komunis Indonesia (PKI)
dan juga sempat dihuni oleh banyak abdi dalem Kraton Yogyakarta.
Pada September 1966 pengrajin batik dan tenun yang Bernama H. Jazuli yang
kebetulan
memiliki rumah dikampung Jogokariyan. Kemudian ia menyampaikan kepada tokoh
masyarakat yang lainnya untuk membangun masjid. Dan masjid Jogokariyan ini
didirikan di tanah wakaf seluas 600 m2 yang dibeli oleh masyarakat atas bantuan
pengusaha batik yang tergabung dalam Koperasi Batik Karang Tunggal dan Koperasi
Tenun Tri jaya.
Masjid ini memiliki keunikan yaitu tidak membuang unsur budaya setempat
melainkan menggabungkan undur budaya dalam pembangunan masjid. Hal tersebut
dapat dilihat pada logo masjid yang menggunakan 3 bahasa, yaitu Bahasa Arab,
Indonesia, dan Jawa.
1. Pemetaan
Dapat diartikan, setiap masjid harus memiliki peta dakwah yang jelas,
wilayah kerja yang nyata, dan jama’ah yang terdata. Pendataan yang
dilakukan masjid terhadap jama’ah mencakup potensi dan kebutuhan,
peluang, dan tantangan, kekuatan ataupun kelemahan.
Tidak hanya itu, pengelola juga menyediakan makan dan penginapan bagi
musafir yang ingin menginap, serta pelayanan Pendidikan, dan sosial. Dalam
hal ini pelayanan masjid Jogokariyan mengembalikan fungsi masjid
sebagaimana fungsi masjid selama Rosulullah saw semasa hidup.
3. Pemberdayaan
Dalam hal ini masjid Jogokariyan telah berusaha maksimal untuk
memberdayakan ekonomi umat ataupun Pendidikan dan sosial. Memberikan
lahan lokasi untuk berdagang, pembuatan Mercedes Masjid Jogokariyan.
Pemberdayaan ini dilakukan dengan data yang dikumpulkan pengelola
masjid, sekiranya apa yang dibutuhkan jamaah sekarang ini. didalam
pemberdayaan ini masjid Jogokariyan seringkali menyediakan takjil sejumlah
2000 porsi untuk jamaah.
4. Penutupan
Kesimpulan
Dalam manajemen masjid yang dilakukan oleh para pengelola masjid
Jogokariyan sangatlah praktis dan startegis. Karena memberikan apa yang
sedang dibutuhkan oleh masyarakat dan menjawab persoalan-persoalan klasik
dalam memakmurkan masjid. Hal ini menjadi suatu kemajuan di zaman modern
ini, dengan prinsip dan visi yang mengutamakan kesejahteraan umat menjadikan
masjid ini tidak sepi dari pengunjung. Serta mengembalikan fungsi masjid yang
sebenarnya seperti zaman Rosulullah saw.
Daftar Pustaka