Anda di halaman 1dari 37

I.

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah

Kata Masjid berasal dari bahasa Arab, secara etimologis masjid berarti tempat

sujud, sedangkan secara terminologis, masjid adalah tempat melakukan kegiatan

ibadah dalam makna luas. Dengan demikian, masjid merupakan bangunan yang

sengaja didirikan umat Islam untuk melaksanakan shalat berjamaah dan berbagai

keperluan lain yang terkait dengan kemaslahatan umat muslim.

Pada masa nabi dan khulafatur rasyidin, masjid berfungsi sebagai tempat

beribadah, menuntut ilmu, dan merencanakan kegiatan kemasyarakatan, tempat

kaum muslimin membicarakan masalah-masalah agama, pendidikan, sosial,

politik, dan berbagai masalah kehidupan lainnya, termasuk mengajak manusia

pada keutamaan, kecintaan, pengetahuan, kesadaran sosial, serta pengetahuan

tentang hak dan kewajiban kepada tuhan dan negara. Bermula dari masjid pula,

mereka menyebarkan akhlak Islami dan memberantas kebodohan. Oleh karena itu,

masjid merupakan tempat paling baik bagi kegiatan pendidikan dan pembentukan

moral keagamaan, masjid merupakan tempat yang cukup strategis untuk menjadi

titik pijak penggerak kemajuan umat Islam dan titik temu dari perbedaan simbol-

simbol material dan strata sosial yang sering melekat pada kehidupan masyarakat.

1
Bila ditinjau dari sisi pertumbuhannya, jumlah masjid di Indonesia sangat

menggembirakan karena dari tahun ke tahun jumlahnya kian bertambah. Kendati

demikian, secara jujur harus diakui, bahwa pemanfaatannya belum optimal. Oleh

karena itu, perlu diupayakan berbagai usaha untuk memakmurkannya, disamping

memfungsikannya semaksimal mungkin secara terus menerus.

Bila mencermati perkembangan masjid dewasa ini, fungsi masjid dalam makna

luas cenderung mulai berkurang, hal ini terjadi karena masjid hanya dipahami

semata-mata untuk sujud sebagaimana dilakukan dalam shalat. Bahkan, ada

kecenderungan secara umum bahwa masjid lebih difungsikan dari aspek yang

sakralnya saja, yakni ritual dan seremonial. Sebaliknya fungsi-fungsi pendidikan

dan fungsi sosial justru kurang mendapat prioritas. Kondisi inilah yang diprediksi

menjadi salah satu faktor penyebab terhambatnya kemajuan umat Islam dan

rapuhnya kesatuan umat Islam. Selain itu, barangkali pula hal ini yang menjadi

salah satu faktor penyebab mundurnya peradaban umat Islam. Hal yang paling

ironi adalah masjid pada saat ini lebih memperhatikan kemegahan bangunannya

dari pada isi atau bagaimana cara mengisi serta memakmurkan masjidnya.

Kita saat ini merasa prihatin menyaksikan banyak masjid yang sepi dalam

melakukan kegiatan keIslaman. Pada umumnya, rumah ibadah selalu dikunci dan

hanya dibuka pada waktu-waktu shalat saja. Karenanya, menjadi tanggung jawab

umat Islam khususnya para pengelola untuk mengembalikan masjid sesuai

fungsinya semula, yaitu sebagai pusat segala kegiatan kaum muslimin. Akan

tetapi, untuk memakmurkan masjid melalui optimalisasi peran dan fungsinya

tersebut tidaklah mudah, diperlukan kemampuan manajerial (idarah) dan kesiapan

2
waktu dari para pengelola masjid. Tentunya harus ada pembenahan internal dari

jamaah masjid itu sendiri. Setidaknya, ada beberapa hal yang harus diperhatikan,

antara lain, mengaktifkan kepengurusan masjid, mengaktifkan kegiatan masjid,

meningkatkan kepedulian terhadap amanah masjid, meningkatkan kualitas

manajemen masjid (idarah) dan pemeliharaan fisik masjid (ri’ayah).

Ibadah shalat merupakan salah satu sendi ajaran Islam yang sering disebut

dalam Al-Qur’an dan Hadis, shalat merupakan bagian tertinggi dalam agama

Islam setelah tauhid. Selain itu, shalat juga merupakan sebuah kewajiban yang

tidak boleh ditinggalkan dalam kondisi apapun berbeda dengan rukun-rukun

Islam lainnya.. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya arti shalat, yaitu

untuk mewujudkan hubungan yang selaras antara manusia dengan Allah serta

manusia dengan sesama manusia. Sebagaimana firman Allah SWT yang artinya:

“Dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat diwajibkan atas orang-orang mukmin

pada waktu-waktu tertentu” (QS. An Nisa : 103)

Disamping sepinya masjid dari kegiatan keIslaman, masjid juga mulai terlihat sepi

dari jamaah yang melaksanakan sholat berjamaaah, walaupun kita sama-sama

tahu bahwa salah satu syiar Islam yang agung adalah shalat berjamaah di masjid.

Orang-orang muslim sepakat bahwa melaksanakan shalat fardhu di masjid

merupakan salah satu ketaatan yang sangat dianjurkan dan ibadah yang

paling besar faedahnya dalam mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Pentingnya shalat berjamaah juga ditunjukkan dalam sebuah hadis yang

diriwayatkan Ibnu Umar ra. Rasulullah SAW bersabda yang artinya :

“Shalat berjamah lebih utama daripada shalat sendirian dengan tujuh puluh

derajat” (HR. Bukhari dan Muslim).

3
Sholat berjamaah di masjid memiliki kedudukan yang sangat penting bagi

umat Islam karena dapat membentuk pribadi masyarakat Islami. Masjid yang

makmur menunjukkan kemajuan umat disekitarnya, sedangkan masjid yang sepi

menunjukkan kualitas iman dan rasa tanggung jawab umat disekitarnya sudah

menipis. Hasil riset Kementerian Agama seperti yang disampaikan Direktur

Pemberdayaan Zakat Kemenag Pusat pada tahun 2012, ternyata menemukan

kondisi yang sangat ironis; bahwa 89,9% dari total masjid di Indonesia sepi

dari kegiatan keagamaan.

Beberapa fakta yang kerap kali disaksikan tentang masjid dewasa ini adalah :

a. Masjid yang berukuran besar dan jumlahnya banyak, namun sepi akan

jama’ah masjid. Walaupun ada maka jama’ah masjid mayoritas adalah

orang-orang tua serta sepi dari kaum remaja.

b. Dampaknya, umat kehilangan generasi penerus yang kelak mampu

menerima tongkat estafet perjuangan, dan yang ada adalah generasi yang

jauh dari syariat Islam walaupun dia beragama Islam.

Gerakan mari shalat berjamaah untuk saat ini sepertinya belum muncul di

masjid-masjid. Fenomena tentang sedikitnya jumlah jamaah shalat berjamaah

terutama jamaah dikalangan remaja menunjukkan adanya kemunduran umat

Islam, padahal seharusnya sebagai remaja Islam sudah menjadi kewajiban

mereka untuk memakmurkan masjid. Fenomena rendahnya jamaah sholat

berjamaah di masjid menunjukkan bahwa saat ini umat Islam kurang

memahami akan kewajiban, keutamaan, manfaat, maupun hikmah dalam shalat

berjamaah. Fenomena ini tentunya menjadi suatu permasalahan bagi kita

4
semua terutama rendahnya tingkat partisipasi kaum remaja dalam memakmurkan

masjid karena kaum remaja adalah generasi muda Islami yang akan

meneruskan estafet perjuangan Islam. Apabila remaja sebagai generasi

penerus Islam tidak melaksanakan dan tidak mencintai syiar Islam berupa shalat

berjamaah, maka dikhawatirkan pada saatnya nanti Islam akan mengalami

kemunduran karena kemakmuran suatu masjid menunjukkan kualitas

keimanan jamaahnya.

B.     Rumusan Masalah

Bertitik tolak dari latar belakang permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka

Ta’mir Masjid Besar Al-Muhajirin melakukan kajian pada Masjid Jogokariyan

Yogyakarta mengenai:

1. Bagaimana manajemen masjid yang diterapkan oleh Ta’mir Masjid

Jogokariyan?

2. Bagaimana strategi yang di terapkan Ta’mir Masjid Jogokariyan untuk

memotivasi semangat ibadah para jamaah?

3. Bagaimana kiat memakmurkan masjid dengan pembangunan umat?

C.    Tujuan dan Manfaat Studi Banding

Berdasarkan beberapa permasalahan yang terjadi berkaitan dengan objek

pengamatan, maka penulis melakukan studi banding ini dengan tujuan sebagai

berikut:

1.    Mengetahui manajemen masjid yang diterapkan di Masjid Jogokariyan,

2.    Mengetahui strategi dalam memotivasi para jamaah untuk semangat

beribadah

5
3.    Mengetahui contoh kegiatan yang di laksanakan di Masjid Jogokariyan untuk

di terapkan di masjid lain.

Adapun manfaat yang diperoleh dari studi banding ini diantaranya:

1.    Menambah wawasan tentang bagaimana strategi memakmurkan masjid pada

masa kini.

2.    Memperkaya pengetahuan khususnya Ta’mir Masjid Besar Al-Muhajirin dan

masyarakat pada umumnya tentang management masjid yang baik dan benar.

D. Waktu, Tempat dan Pelaksana

Studi banding ini dilaksanakan pada tanggal 23 – 27 Maret 2018 bertempat di

Masjid Jogokariyan Jl. Jogokariyan No. 36, Kampung Jogokariyan, Kecamatan

Mantrijeron, Yogyakarta.

Adapun pelaksana dari studi banding ini adalah :

No. Nama Jabatan Ta’mir

1. Hi. Ali Rahman Ketua Harian


2. Syaifuddin. M.Pd Sekretaris
3. Samanan, S.Sos.I, M.M Sekretaris I
4. Misbah Nurdin, S.Pd Sie Pendidikan

6
II. HASIL AMATAN

A.    Deskripsi Umum Masjid Jogokariyan

Masjid Jogokariyan terletak di kampung Jogokariyan, kelurahan Mantrijeron Kota

Yogyakarta, provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Lebih tepatnya di jalan

Jogokariyan nomor 36 Yogyakarta. Masjid ini dibangun oleh warga setempat

serta dimotori oleh Muhammadiyah Ranting Karangkajen, mula-mula berdiri di

atas tanah wakaf seluas 770 m2 dan sekarang sudah menjadi 1118 m2). Lokasi

Masjid Jogokariyan yang strategis yakni berada di perempatan jalan, menjadikan

masjid ini cukup mudah untuk dijumpai. Masjid Jogokariyan memiliki tiga lantai,

serta satu buah serambi. Kemudian di samping serambi terdapat sebuah bangunan

tiga lantai yang sering di sebut sebagai plaza Masjid Jogokariyan. Sedangkan total

daya tampung jamaah masjid adalah sekitar 1200 orang. Adapun tempat wudhu

yang disediakan berjumlah 8 lokal yang semuanya berada di luar masjid. Hal ini

sesuai dengan ambisi pengurus masjid untuk menjadikan masjid yang benar-benar

melayani masyarakat.

“Masjid harus melayani masyarakat, sekalipun mereka hanya mampir untuk

buang air, misalnya kalo ada orang yang kebelet, terus buang air di jalan karena

toilet di masjid ada di dalam dan dikunci, kira-kira itu salah siapa ?” demikian

kata Pak Tejo, salah satu pengurus masjid.

7
Selain itu masjid juga didesain ramah bagi para lansia dan penyandang cacat,

disediakannya kursi untuk melaksakanan sholat sambil duduk bagi jamaah yang

tidak mampu untuk melaksanakan sholat berdiri, selain itu lantai di depan pintu

masuk dibuat landai dengan besi pegangan di kanan dan kirinya untuk

memudahkan jika ada jamaah yang menggunakan kursi roda, diharapkan seluruh

kalangan jamaah bisa menggunakan fasilitas masjid secara maksimal.

Masjid Jogokariyan ini juga menyediakan 3 buah dapur masjid. Dapur ini akan

menyediakan air teh atau kopi hangat setiap paginya bagi para tamu atau para

jamaah umumnya. Adanya dapur ini juga membantu bagi para jamaah tertentu

yang mungkin datang dari jauh atau jamaah yang beribadah dengan menginap di

masjid, sehingga tidak mengganggu aktivitas ibadah mereka.

Kondisi jamaah dalam setiap lima waktunya di masjid ini cenderung stabil “ya

seperti itu lah bisa dilihat sendiri, jamaahnya cenderung stabil setiap lima

waktunya, ini juga tidak di rekayasa, misalnya, karena ada tamu dari Lampung

terus masyarakat suruh datang ke masjid, ya nggak juga, kondisi waktu subuh,

magrib dan isya akan lebih banyak lagi” kata pak Tejo.

Ketika bulan Ramadhan, jamaah yang ikut shalat tarawih di masjid ini tidak hanya

masyarakat setempat, tetapi ada juga yang dating dari luar kota, sehingga jamaah

sholat sampai di luar masjid. Selain jamaah yang cukup antusias untuk shalat,

jamaah yang hadir juga sangat antusias dalam mendengarkan kajian siraman

rokhani ba’da subuh sampai selesai, yang waktunya sekitar 20 menit.

8
Di Masjid Jogokariyan ini kita juga akan menjumpai kotak berukuran sekitar 50 x

50 cm dengan tinggi sekitar 1 meter bertuliskan kotak shodaqoh beras. Inilah yang

mungkin tidak di jumpai di masjid-masjid lain pada umumnya.

B.     Sejarah Masjid Jogokariyan

Berawal dari sebuah langgar kecil di pojok kampung, yang didirikan oleh warga

serta dimotori oleh Muhammadiyah Ranting Karangkajen. Peletakan batu pertama

pembangunan masjid ini dilakukan pada tahun 1966 yang kemudian diresmikan

pada tanggal 20 Agustus 1967. Dengan bangunan awal seluas 9 x 9 m satu lantai,

kini bangunan masjid sudah menjadi 15 x 21 m dengan tiga lantai.  

Jogokariyan awalnya adalah sebuah daerah yang jauh dari situasi keagamaan.

Pada mulanya Jogokariyan adalah daerah yang menjadi basis PKI (Partai

Komunis Indonesia). Sesuai dengan nama daerahnya, masjid tersebut diberi nama

Masjid Jogokariyan, yang juga menunjukkan wilayah dakwah masjid.

Sebagaimana ketika Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam  tiba di Quba,

Rasulullah membangun masjid yang diberi nama sesuai dengan daerah masjid itu

berada, yaitu Masjid Quba.

Sampai sekarang, kondisi Masjid Jogokariyan yang sudah masuk pada usia

setengah abad lamanya terlihat semakin membaik dengan beberapa fasilitas yang

memadai untuk aktivitas ibadah dan kegiatan-kegiatan lainnya seperti desain

masjid yang ramah terhadap kaum lansia dan penyandang disabilitas, serambi

yang cukup luas serta plaza masjid.

9
Dengan strategic planning yang diterapkan pengurus masjid masjid, kuantitas

jamaah dapat semakin meningkat, dan untuk periode tahun ini yakni 2018,

pengurus selain meneruskan program-program yang ada sebelumnya, akan

menguatkan 2 program yaitu kaderisasi dan peningkatan kualitas jamaah.

Takmir Masjid Jogokariyan diperiode ini, yang pas dengan momentum setengah

abad Masjid Jogokariyan, selain meneruskan program-program yang sudah

berjalan, insyaAllah akan menguatkan 2 program yang nantinya mewujud dalam

kegiatan-kegiatan. Yakni yang pertama adalah kaderisasi dan kedua adalah

peningkatan kualitas jamaah. Dua hal ini cukup menjadi perhatian kami yang

mendesak untuk menjadi fokus garapan kepengurusan periode ini.

C.    Struktur Kepengurusan Masjid Jogokariyan

Struktur kepengurusan Masjid Jogokariyan disusun ke dalam beberapa bagian

yang terdiri dari pengurus inti dan biro-biro atau divisi, adapun kepengurusan

tersebut meliputi:

Ketua Dewan Penasehat : H.M. Muhammad Musa, BA

Anggota Dewan Penasehat : Drs. H. Jufri Arsyad


: H. M. Kasman, BA
: H. M. Chamid

Ketua Umum  : H. Muhammad Jazir . SP


Ketua I            : drh. Agus Abadiyanto
Ketua II          : H. M. Fanni Rahman, S.IP
Ketua III         : Bambang Priambodo
Sekretaris       : Wahyu Tejo Raharja, S.E
Sekretaris I    : Gita Welly Ariadi, S.Si
Bendahara : Suharyanto, S.E
Bendahara I : Hj. Nunuk Sudaryanti Ahriadi  

10
Biro-Biro

1. Biro Pembinaan HAMAS ( Himpunan Anak-Anak Masjid Jogokariyan ) :


1. Dina, 4. Husna
2. Nuha, 5. Habib,
3. Ibnu,

2. Biro Pembinaan Remaja Masjid Jogokariyan


1. Prof. DR. H. Koenjoro, 4. M. Fibran, SE.
2. Drs. Sukanti, 5. Setiawanto Budi,
3. Drs. Bambang 6. Wisnu, Hasnan

3. Biro Pembinaan KURMA (Alumni Remaja Masjid dan Bapak Muda )


1. DR. Edi Suryanto, 3. Ir H. Joko Kiryono
2. drh. Rahmat Suharto (Surabaya), 4. H. Fadli Iriyanto (Jakarta)

4. Biro Pembinaan UMIDA (Umi – umi Muda )


1. DR. Ir. Hj. Sri Amini, 3. Budi Anjang,
2. Sri Rahayu, SH,

5. Biro Pembinaan Ibadah Haji


1. H. Subandi Suyuti, Bc.Hk., 3. dr. H. Soepangat PS
2. drh. H. Rudiatin,

6. Biro Ibadah Jum’at


1. M. Topan, 3. H. Dedy Suwiryo, SE
2. Wahyu, 4. M. Diwan,

7. Biro Pembinaan Kewirausahaan


1. Cahyo Indarto, SE.,
2. H.M. Ikhsan

8. Biro Iman Dan Muadzin


1. H.M. Wildan Ahmad, M.Ag, 3. Mansyur Usman
2. Dani Tri Rahmadi,

11
9. Biro Perawatan Jenazah
1. Wahyu Wijayanto, A.Md, 4. Ibu Warto,
2. Anjang Nurrohman, 5. Hj. Wasto,
3. Sri Harjono HP 6. Ibu Dar,

10. Biro Pemberdayaan Perempuan


1. Hj, Zawawi, 4. Ibu Alice Amirudin, M,Hum
2. Hj. Syabani, 5. Hj. Sukirno,
3. Hj. Wildan,

11. Biro KAUM (Komite Aksi Untuk Umat )


1. Nanang, 4. Furqoni,
2. Swastato, 5, Sudirgahayu
3. Fani,

12. Biro Pembinaan Kader Mubaligh


1. H. Supriyanto,
2. ST, Suwarno Putro

13. Biro PHBI (Peringatan Hari Besar Islam)


1. Ir. Iwan Arif Darmawan,
2. H. Suharjono, Bambang SH

14. Biro FKMS ( Forum Kajian Malam Selasa )


1. Suharyanto, SE, 3. Taslim
2. Chayatun,

15. Biro IKS ( Ikatan Keluarga Sakinah )


1. H. Ismudjadi, SH, 3. Hj. Zairina Joko Waskito
2. Suwarto, 4. Khusniatun,

16. Biro Pembinaan Perpustakaan


1. Nurudin, S.Pd, 3. Diah Antartiasari, S.Pd
2. Eny,

17. Biro Humas Dan Penerbitan (Team jurnalistik)


1. Eko, 3. Haedar,
2. Gustami, 4. Silvia

12
18. Biro Koordinator Jamaah
1. Kusnadi, SH, 3. Supradiyana,
2. Gunawan, 4. Drs. Mulyadi

19. Biro Poliklinik


1. dr. Miranda, 4. Rini,
2. Ana Adina Patriani, SKM, M.Kes 5. Rida Niar
3. Rahman 6. Nining

20. Biro Donor Darah


1. Rubiyanto, 4. Muji Raharja,
2. Ergus Nur Cahyo, 5. Wijanarko
3. Ageng, S.Psi, 6. Wahyu

21. Biro Olah Raga


1. Rusdi Harminto, A.Md, 3. Wahyu Bintoro,
2. Cancer Tri Yuli

22. Biro Tekhnologi Informasi


1. Dedi Osadi, 4. Galih, Amd
2. Khanif, S.Si. 5. Krisna Y. Amd.
3. Difla Yustisia Qur’ani, S.Kom, 6. Banu,

23. Biro Keamanan


1. Bustami, 3. Samino,
2. Mariman

24. Dokumentasi Dan Kearsipan


1. Ismail Thoha Putra, SH., 3. Eko HP
2. H. Resi Sapto, SE., MBA,

25. Biro Kerumahtanggaan


1. Sudiwahyono, 4. Joko,
2. H. Suroto, 5. Boy Supriyadi,
3. Anjar, Aswoto, SIP, 6. M.Diwan

26. Biro Seni Dan Budaya


1. DR. Andre Irawan, M.Hum.,
2. Drs. Teddy Sutadi

13
27. Biro Bimbingan Alqur’an
1. Baihaqi, SQ,
2. H. Wajid Mugiono,
3. Abdullah Kahfi

28. Biro Zakat


1. Suharyanto, SE,
2. Syuban Rizali Noor, S.Ag

29. Biro Kuliah Subuh


1. Drs. H.M. Syabani,
2. H. Suwardo,
3. drh.H. Sudjiman, DS

30. Biro Pembangunan dan Pemeliharaan


1. Drs. Bambang
2. Cahyo Indarto, SE.
3. H. Subandi Suyuti, Bc.Hk.,

D.    Visi dan Misi Masjid Jogokariyan

Di dalam modul Strategic Planning Masjid Jogokariyan disebutkan bahwa

munculnya visi dan misi Masjid Jogokariyan dilatarbelakangi oleh dua sebab,

yaitu merindukan masjid seperti zaman Rasulullah dan melihat kenyataan saat ini

menjauhnya generasi muda Islam dari masjid, maka muncullah visi dan misi

Masjid Jogokariyan

Visi Masjid Jogokariyan:

“Terwujudnya masyarakat sejahtera lahir bathin yang diridhoi Allah

melalui kegiatan kemasyarakatan yang berpusat di Masjid”

14
Misi Masjid Jogokariyan:

 Menjadikan Masjid sebagai pusat kegiatan masyarakat

 Memakmurkan kegiatan ubudiyah di Masjid

 Menjadikan masjid sebagai tempat rekreasi rohani jama’ah

 Menjadikan masjid tempat merujuk berbagai persoalan masyarakat

 Menjadikan masjid sebagai pesantren dan kampus masyarakat.

E.     Program Kerja Masjid Jogokariyan

1.      Memasyarakatkan masjid dan memasjidkan masyarakat

2.      Membangun kelembagaan masjid yang profesional dalam karya, ikhlas

dalam niat

3.      Melaksanakan tertib administrasi, efisiensi, transparansi dalam anggaran

4.      Mengembangkan seluruh potensi jama’ah bagi kemakmuran masjid dan

kesejahteraan jamaah

5.      Mengembangkan dakwah jama’ah dan jama’ah dakwah

6.      Pendekatan kesejahteraan dalam dakwah

7.      Menggarap dan membina generasi muda yang berjasad kuat, berwawasan

luas, berjiwa marhamah, berprestasi, dan mandiri

8.      Membina keluarga jama’ah yang sakinah sebagai benteng ketahanan ummat

9.      Mengelola majlis-majlis ta’lim yang terencana dan terprogram untuk

pemahaman Islam yang utuh dan luas, sempurna

10.   Peningkartan kualitas ibadah dari segi syar’i maupun teknis

11.   Menggali sumber dana yang optimal tanpa harus memberi beban kepada

jama’ah.

15
F.     Kegiatan di Masjid Jogokariyan

Beberapa kegiatan yang dilaksanakan di Masjid Jogokariyan adalah sebagai

berikut;

a.       Kegiatan Rutin.

No Nama Kegiatan Hari Waktu Pelaksana

1 Kuliah Subuh Setiap Hari Ba’da Subuh Takmir


2 TPA HAMAS Setiap Hari Maghrib - Isya HAMAS
3 Futsal Sabtu Sabtu RMJ
4 Pengajian Anak Sabtu Maghrib - Isya HAMAS
Pengajian Malam Rabu
5 Selasa Ba’da Isya RMJ
(Pemara)
6 Tadarus Keliling Remaja Jum’at 20.00 - 21.30 RMJ
Forum Kajian Malam Selasa
Senin
(FKMS)
7 (Pengisi 20.00-21.30 Takmir
Ust. Aris Munandar &
bergantian)
Ust. Nanung D.
8 Pembacaan Riyadhus Sholihin Setiap Hari Ba’da maghrib Takmir
9 Majelis Dhuha Kamis 08.00 - 09.00 Takmir
10 Majelis Jejak Nabi Kamis 16.00 - 17.30 MJN
Senin-Rabu Maghrib -20.00
11 Poliklinik Masjid Jogokariyan Takmir
Jum’at 13.00 - 14.00
Pengajian Ikatan Keluarga
12 Ahad ke-1 20.00 - 21.30 IKS
Sakinah (IKS)
13 Shodaqoh Beras Insidental KAUMM
14 Keputrian Ahad 09.00 Keputrian
15 Pengajian Keluarga Jamaah Haji 06.00 - 07.00 Biro Haji
16 Olahraga UMMIDA Ahad 16.00 - 17.00 UMMIDA
17 Kajian UMMIDA Ahad ke- 2&4 UMMIDA
18 Tadabbur Alam Ahad 05.30 - 07.30 HAMAS
19 Kajian KURMA Sabtu ke- 1&3 20.00 - 22.00 KURMA
20 Pengajian Ahad Legi Ahad Legi 06.00 - 07.00 Takmir
21 Tadarus Bapak-bapak Kamis 20.00 - 21.30 Jamaah
22 Pengajian Aisyiah Setiap tanggal 7 20.00 - 21.30 Aisyiah
Akhir Tahun
23 Agenda Akhir Tahun 20.00 - 22.30 RMJ-HAMAS
Hijriah/Masehi
Pesantren Sabtu-Ahad Insidental (Sabtu-
24 HAMAS
(PETUAH) Ahad)
b.      Kampung Ramadhan Jogokariyan

16
Kampung Ramadhan Jogokariyan adalah sebuah rangkaian acara tahunan

dari masjid dan kampung Jogokariyan setiap ramadhan, beberapa acara yang

disusun adalah seperti; 1200 porsi buka puasa setiap hari, Pasar Sore

Ramadhan, I’tikaf 10 Hari Full, Tarawih Ala Madinah serta Tarawih Ala

Gaza.

17
III. STRATEGI MEMAKMURKAN MASJID

A.    Manajemen Masjid Jogokariyan

Selain sebagai sarana beribadah, masjid juga menjadi tempat lahirnya generasi-

generasi yang bertakwa. Sejarah telah membuktikan lahirnya generasi-generasi

para sahabat Rasulullah Shlalallahu ‘alaihi wa salam juga lahir dari proses

kaderisasi masjid. Oleh karena itu, memakmurkan masjid adalah hal yang sangat

menentukan kemajuan umat.

Masjid juga akan menjadi pusat kegiatan masyarakat, seperti halnya visi dan misi

Masjid Jogokariyan yakni terwujudnya masyarakat sejahtera lahir bathin yang

diridhoi Allah melalui kegiatan kemasyarakatan yang berpusat di Masjid. Ada

beberapa langkah yang di lakukan pengurus dalam memanajemen masjid.

Secara umum manajemen Masjid Jogokariyan berbasis pada pelayanan dan

pembangunan umat, hal ini juga di kuatkan dengan langkah-langkah takmir

masjid dalam memanajemen masjid; Pertama, menentukan wilayah dakwah

masjid. Wilayah dakwah adalah hal yang sangat penting, dengan teritorial yang

jelas dakwah akan lebih terstruktur. Kedua, melakukan database, atau pendataan

jamaah masjid, hal ini terkait penyusunan program kerja, agar program yang

disusun pasti, sehingga seluruh masyarakat dapat berpartisipasi.

18
Ketiga, merencanakan kegiatan masjid. Keempat, mensosialisasikan kegiatan

masjid dengan cara langsung datang kerumah-rumah. Kelima,membuat laporan

kegiatan masjid dan didistribusikan kepada masyarakat.

Manajemen masjid yang kemudian diwujudkan dalam kegiatan-kegiatan menarik

merupakan langkah dalam memakmurkan masjid, sekaligus pelayanan kepada

jamaah masjid. Dengan kegiatan yang menarik, akan lebih memberikan semangat

kepada seluruh kalangan masyarakat untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan

di masjid. Dengan demikian, masjid dalam lingkungan masyarakat akan menjadi

langkah awal dalam membangun umat dari seluruh masyarakat.

B.     Strategi Takmir Masjid Jogokariyan

Masjid Jogokariyan memiliki obsesi yang tinggi dimana setiap ada tamu yang

datang akan dilayani dengan obsesi sabar, ikhlas dan istiqomah agar masjid

kampung lebih makmur. Yang menjadi poin penting adalah nama masjid yang

merupakan nama tempat yaitu Jogokariyan menunjukkan wilayah dakwah yang

jelas. Dengan teritorial dakwah yang jelas, objek dakwah dalam hal ini adalah

masyarakat setempat dapat diperhatikan secara intensif. Dengan wilayah dakwah

yang jelas, segala kebutuhan dan keluhan masyarakat mendapat solusi yang tepat.

Strategi pelayanan kepada masyarakat di Masjid Jogokariyan juga ditentukan oleh

bagaimana menjadikan masjid nyaman, dengan fungsi utama masjid adalah

tempat shalat berjamaah, misalnya dengan memilih imam yang bacaannya bagus

dan hafalannya banyak, serta dengan seperangkat sound system yang memadai

akan memberikan kenyamanan jamaah di masjid. Selain itu strategi yang diambil

19
pengurus dengan memisahkan jamaah anak-anak dari orang dewasa cukup

optimal, mengingat anak-anak sulit untuk bertahan berlama-lama mengikuti

rangkaian acara orang dewasa. Salah satu hal yang juga cukup menarik di Masjid

Jogokariyan adalah penggantian sandal jamaah yang hilang di masjid. Hal ini

adalah sesuatu yang mungkin sebagian orang menganggap sepele, namun

peristiwa hilangnya sandal di masjid adalah hal yang sangat sering terjadi di

masjid manapun, banyak masjid memberikan solusi, dan solusi yang diambil oleh

pengurus Masjid Jogokariyan cukup menarik, yakni dengan mengganti sandal

yang hilang. Dengan hal ini secara tidak langsung juga memberikan tarbiah atau

pelajaran kepada masyarakat untuk bersabar dan tidak berbuat zalim kepada orang

lain.

Beberapa kebijakan yang dibuat oleh pengurus serti yang tersebut di atas adalah

salah satu strategi dalam meningkatkan kuantitas serta kualitas jamaah. Pada

intinya Masjid Jogokariyan berusaha memberikan pelayanan maksimal kepada

masyarakat untuk beribadah di masjid, selain itu juga dilaksanakan kaderisasi dari

berbagai kalangan masyarakat mulai dari anak-anak sampai orang tua, yang

dengan hal ini juga akan membangun masyarakat sebagai implikasi dari

memakmurkan masjid.

C.    Dari Masjid Membangun Umat

Masjid Jogokariyan dengan  tagline-nya  “Dari Jogokariyan, berdakwah

membangun kampung Indonesia” melahirkan beberapa program kerja yang

mengarah kepada pembangunan umat. Seperti dilansir dalam buletin Masjid

Jogokariyan, bahwa Indonesia merupakan salah satu negara besar dengan jumlah

20
penduduk Islam yang banyak. Namun terdapat keprihatinan karena ada penurunan

persentase jumlah umat muslim. Sehingga menjadi tugas kita agar Islam semakin

diterima, semakin dicintai, dan semakin mewarnai, bukan hanya menjadi yang

mayoritas tapi yang bisa berperan secara optimal untuk membangun Indonesia. 

 Aktivitas masjid yang produktif dalam dakwah akan menjadi titik awal kemajuan

kampung sebagai wilayah terkecil dari seluruh umat di satu negara.

Mengingat tantangan dakwah masih banyak, baik internal maupun eksternal,

maka menjadi penting untuk mengembangkan pengetahuan masyarakat, dan

solusi yang optimal adalah melalui masjid, dimasjidlah masyarakat dapat

berkumpul dalam tali silaturahmi, selain itu dengan pengelolaan masjid secara

profesional, progresif, inovatif, dan kreatif serta menularkannya pada masjid-

masjid lain, insya allah kebangkitan umat dapat dicapai.

D. 10 Fungsi Masjid

Ada beberapa point penting dari penjelasan salah satu takmir masjid saat

menerima kunjungan kami, diantaranya adalah, yang

1. “Masjid dimanapun berada wajib menyediakan fasilitas kepada jamaah,

fasilitas akan kebutuhan fisik dan non fisiknya seperti: kamar mandi yang

memadai, tempat istirahat musafir, adapun non fisik fasilitasnya dengan

menyediakan pelayanan sosial, keagamaan dan kajian spiritual.” Jelas

takmir masjid.

2. Pemberdayaan ekonomi ummat bagi jamaah Masjid Jogokariyan merupakan

salah satu layanan yang diberikan oleh Takmir masjid, menyediakan

kebutuhan ekonomi, klinik dan warung di seputar masjid. Bahkan ada biro

21
yang khusus mengelola remaja, dengan menyediakan beasiswa belajar dan

memberikan link peluang usaha. Pertanyaan dari salah satu peserta, Ust.

Taqyudin ” bagaimana mengelola remaja yang sering menggunakan fasilitas

masjid tapi  tidak mau berjamaH dimasjid?” “Ajak dan terus berusaha,

selami dunianya dan jangan pernah putus asa, karena kesadaran itu dari

Allah datangnya. Bukankah beberapa Nabi kita juga mempunyai orang  tua

yang blm bersyahadat?” Jelasnya.

3. Pengurus atau  takmir masjid jangan jadi penguasa karena pada hakikatnya

takmir masjid adalah pelayan ummat. Bekerjalah dengan optimal karena

Allah, maka Allah SWT pasti tidak akan tinggal diam dengan memberi

balasan yang berlipat.

4. Masjid sebagai sentral kegiatan ummat tidak boleh mendiskriminasikan

kebutuhan, infak yang diberikan oleh  jamaah adalah ikhlas karena Allah

maka hendaknya menyegerakan kebutuhan yang ada, pembukuan dalam

catatan keuangan harus rapi dan laporan keuangan tidak menampilkan saldo

yang berlebihan dikarenakan tidak dipakai.

5. Pemetaan kebutuhan yang mendesak sesegera mungkin untuk dicarikan

solusinya, karena itu bagian dari pelayanan.

6. Sering ditanyakan oleh para tamu sebuah statement bahwa saldo kas harus 0

(nol),  maksudnya adalah tidak semata-mata menghabiskan saldo yang ada,

akan tetapi dengan maksud agar takmir masjid tidak menahan keuangan dari

22
jamaah, tidak mengendapkan saldo ditangan maupun bank dengan jangka

waktu yang lama dengan istilah dana abadi.

7. Perbedaan cara peribadatan yang berkembang di masyarakat kita hendaknya

dijadikan sebagai kekayaan pengetahuan, jangan jadikan jurang pemisah

yang justru menjadikan perpecahan. Masjid Jogokariyan adalah milik

persyarikatan Muhammadiyah, maka tata cara  peribadatan mengikuti tarjih

Muhammadiyah, akan tetapi dalam pelayanan tidak pernah membedakan

jamaah yang hadir  dari berbagai macam golongan fiqh selama aqidahnya

sama.

8. Takmir masjid harus kreatif dan solutif dengan permasalahan disekeliling

masjid. Terutama dalam hal jama’ah, jangan mau menang sendiri dan

merasa paling benar sendiri karena hidayah datangnya dari Allah bukan dari

kita.

9. Bidik dan masuk dalam komunitas masyarakat yang ada, jangan antipati

dengan perkembangan zaman. Karena itu effek dari dunia global, ambil sisi

positifnya untuk menghilangkan yang negatif, anak muda sekarang luar

biasa kreatif maka jangan patahkan kreatifitas mereka. Fasilitasi kalau perlu

danai sehingga kita bisa mengendalikan mereka saat ada indikasi

penyimpangan baik moral maupun aqidah.

10. ”Kelolalah masjid berbasis pelayanan bukan pendanaan, maka jama’ah akan

bahagia dan ridho Allah pasti kita dapatkan”. Pungkasnya.

23
IV. PENUTUP

A.    Simpulan

Beberapa catatan yang dapat diambil dari studi banding di masjid Jogokariyan

antara lain:

1. Masjid buka 24 Jam

Ketika sedang menempuh perjalanan jauh, lantas kita istirahat disebuah

masjid, kita akan menjumpai masjid dikunci, disana-sini bertulis “dilarang

tidur di dalam masjid”. Terkadang kita hanya dapat mengakses ruang serambi

masjid untuk sholat karena ruang utama masjid dikunci oleh petugas masjid.

Kita kemudian kecewa, bergumam dan gundah gulana. Mengapa? karena kita

tidak mendapatkan “rest area” yang memuaskan serta mampu menjawab

dahaga keberagamaan kita di masjid yang kita singgahi sekaligus melepas

lelah dan shalat di masjid tersebut. Namun demikian, pengalaman itu tidak

akan kita temui jika kita mencoba singgah di masjid Jogokariyan, Yogyakarta

yang 24 jam selalu terbuka untuk ummat. Bahkan di masjid ini disediakan

kamar, kasur dan ruang masak sendiri jika ada tamu yang kebetulan singgah

dan menginginkan memasak dengan tangan sendiri.

2. Pusat Kegiatan Umat.

Masjid dibangun bukan hanya untuk sholat berjamaah, namun lebih luas dari

sekedar sholat berjamaah. Dimasjidlah bermulanya perekonomian ummat

tumbuh, dimasjidlah masalah-masalah masyarakat yang dinaunginya

24
terselesaikan, dimasjidlah pusat-pusat ilmu itu menebar dan masih banyak

lagi.  Rasulullah SAW membangun masjid Nabawi bukan sekadar untuk

sholat berjamaah. Fungsi masjid jaman Rasulullah sebagai pusat peribadatan,

pusat informasi masyarakat, tempat menerima tamu-tamu negara, ruang

tunggu resmi tamu-tamu Rasulullah SAW, pusat pengumpulan dan distribusi

zakat, infaq dan shodaqoh, tempat mengatur kegiatan masyarakat Islam, pusat

pertolongan ummat, rumah sakit disaat kritis, tempat menginap para musafir,

tempat penyelesaian sengketa.

3. Gerakan Jamaah Mandiri.

Masjid Jogokariyan pada 2005 juga menginisiasi Gerakan Jamaah Mandiri.

Jumlah biaya setahun dihitung kemudian dibagi 52 pekan, ketemu biaya

pekanan dibagi lagi dengan kapasitas Masjid, ketemu biaya perjamaah. lalu

disosialisasikan. Jamaah diberitahu bahwa jika dalam sepekan mereka

berinfak sebesar itu, maka dia Jamaah Mandiri. Jika lebih, maka dia Jamaah

Pensubsidi. Jika kurang, maka dia Jamaah Disubsidi. Sosialisasi ditutup

kalimat “Doakan kami tetap mampu melayani ibadah kita sebaik-baiknya.”

Gerakan Jamaah Mandiri sukses menaikkan infak pekanan Masjid

Jogokariyan hingga 400%, ternyata orang malu jika ibadah saja disubsidi.

Demikianlah jika peta, data dan pertanggungjawaban keuangannya transparan

(Infak Rp. 1000 pun kita tahu ke mana alirannya). Tanpa dimintapun Jamaah

akan berpartisipasi. Tiap kali renovasi, Masjid Jogokariyan berupaya tidak

membebani jamaah dengan proposal, Takmir hanya pasang spanduk, “Mohon

Maaf Ibadah Kita Terganggu, Masjid Jogokariyan sedang Kami Renovasi.”

No.rekening tertera di bawah.

25
4. Gerakan Shubuh Berjamaah (Shubuhan Seperti Jumatan)

Data jamaah digunakan untuk Gerakan Shubuh Berjama’ah. Pada 2004 dibuat

Undangan Cetak layaknya pernikahan by name. UNDANGAN: “Mengharap

kehadiran Bapak/Ibu/Saudara …. dalam acara Shalat Shubuh Berjamaah,

besok pukul 04.15 WIB di Masjid Jogokariyan. Undangan itu dilengkapi

hadits-hadits keutamaan Shalat Shubuh. Hasilnya ? Silakan mampir di Masjid

Jogokariyan merasakan Shubuh seperti  Jumatan. Sholat subuh berjamaah

yang berat ini sampai diimingi oleh Allah melalui sabda Rasulullah bahwa

Sholat 2 rakaat sebelum shubuh lebih utama dari dunia dan seisinya.

5. Sistem Keuangan

Masjid Jogokariyan juga berbeda dari yang lain. Jika ada Masjid

mengumumkan dengan bangga bahwa saldo infaknya jutaan, Masjid

Jogokariyan selalu berupaya keras agar di tiap pengumuman, saldo infak

harus sama dengan NOL! Infak itu ditunggu pahalanya untuk jadi amal shalih

bukan untuk disimpan di rekening Bank. Pengumuman infak jutaan akan

sangat menyakitkan jika tetangga Masjid ada yang tak bisa ke Rumah Sakit

sebab tak punya biaya berobat atau tidak bisa sekolah. Dengan pengumuman

saldo infak sama dengan NOL jamaah lebih semangat mengamanahkan

hartanya.

6. Kegiatan Pengajian

Seiring dengan kegiatan pemberdayaan, fikroh masyarakatpun dibenahi, yang

selama ini sering bersinggungan dengan suasana beragam adat istiadat yang

menyimpang kini perlahan diluruskan dengan beragam kajian, mulai dari

26
kajian tauhid, sirah sampai kajian meluruskan tradisi. Selain itu

masyarakat Jogokariyan yang tidak bisa sholat dan tidak bisa mengaji Al

Quran didata,setelah itu dibentuklah kelompok pelatihan sholat dan kelompok

Baca Tulis Al Quran di tingkat RT.

7. Sedekah Beras Dari Jamaah Untuk Jamaah.

Program “Sedekah Beras” merupakan program sosial Takmir  Masjid

Jogokariyan. Program ini sudah berjalan cukup lama sekitar 5 tahun dan

sambutan masyarakat sangat baik terhadap masjid. Konsep dari program

sedekah beras ini sangat sederhana yaitu “jamaah membantu jamaah”.

8. Kampoeng Ramadhan Jogokariyan (Alternatif  Wisata Rohani di Jogja)

Kampoeng Ramadhan Jogokariyan, salah satu program unggulan Masjid

Jogokariyan dalam rangka menyemarakkan dan menghidupkan bulan

Ramadhan dengan berbagai variasi acara dan kegiatan yang bersifat religus,

produktif sekaligus rekreatif. Dimulai dengan “Parade Bedug Keliling Jogja”,

bentuk syiar dan kegembiraan menyambut Ramadhan.  Ada “Pasar Sore” di

sepanjang Jl Jogokariyan, yang menjajakan aneka makanan-minuman,

pakaian, souvenir, pernak-pernik Islami, dan sebagainya dari berbagai potensi

ekonomi warga Jogokariyan dan sekitarnya.

9. Manajemen Masjid

Dengan manajemen terbuka setiap jamaah bisa  mengetahui kondisi keuangan

dan manajemen lainnya sehingga anggota masyarakat atau jamaah yang

ada ikut memiliki dan memeliharanya.  

27
B.     Saran

Manajemen masjid atau pengelolaan masjid adalah hal yang sangat penting untuk

memperkuat motivasi masyarakat dalam meningkatkan intensitas ibadah dan

kontribusi dalam dakwah, karenanya strategi membangun umat yang paling tepat

adalah pembinaan dari masjid dengan pengelolaan yang matang dari berbagai

aspek.

Semoga dengan terselenggaranya kegiatan ini para Ta’mir Masjid dapat

mengelola masjid dengan lebih baik, masjid jadi terawat kebersihannya,

kesehatannya serta keindahannya. Masjid terorganisir dengan manajemen yang

baik serta mampu menjadi tempat kegiatan keIslaman dan kemasyarakatan.

Sebagaimana kata pepatah “Dari Masjid Kejayaan Bermula”.

28
DAFTAR PUSTAKA

Haji Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA). Tafsir Al-Azhar, jil. 3, (Surabaya:


Panji Masyarakat, 1984)

Buletin Idul Fitri  Masjid Jogokariyan, edisi 21

Arifin, Anwar. Strategi Komunikasi (Bandung: Armilo, 1984).

Tim Penyusun Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Pusat


Bahasa Departemen Nasional, 2008.

Hidayat, Taufik. Bangunan Masjid Menurut Al-Qur’an dan Hadits. (Surabaya:


Kampus ITS Sukolilo).

Shihab, M.Quraish. Wawasan Al-Qur’an. (Jakarta: Mizan Pustaka, 1996).

Syekh Omar Bakri, Ahlus-Sunnah wal Jamaah, Keimanan, Sifat, dan Kualitasnya,


terj. Ummu Fauzi. (Jakarta: Gema Insani, 2005).

Ayyub, Mohammad E. Manajemen Masjid. (Jakarta: Gema Insani, 2007).

Modul Masjid Jogokariyan. Fungsi Masjid Pada Masa Rasulullah.

Modul Strategic Planning Masjid Jogokariyan..

Modul Profil Masjid Jogokariyan.

Modul Struktur Takmir Masjid Jogokariyan.

Ponijo. Peran dan Fungsi Takmir Masjid. http://bantul.kemenag.go.id/kemenag/


artikel-2/121-peran-dan-fungsi-takmir-masjid.html.

Jadwal Kegiatan Masjid Jogokariyan. http://masjidjogokariyan.com/wp-content/


uploads/2016/02/jadwal-kegiatan-masjid.jpg.

Kampoeng Ramadhan Jogokariyan #12. https://masjidjogokariyan.com/kampoeng


-ramadhan-jogokariyan/.

29
LAMPIRAN

Masjid Jogokariyan Yogjakarta

Logo Masjid Jogokariyan Yogjakarta

30
Sarapan pagi untuk jamaah sholat subuh
di Masjid Jogokariyan Yogjakarta

Tholabul Ilmi ba’d sholat subuh di Masjid Jogokariyan


Yogjakarta

31
Penulis bersama Ketua FKTM Kecamatan Panjang
Di depan Logo Masjid Jogokariyan

32
Anggota FKTM Kecamatan Panjang sebagai Peserta Studi Banding
Di depan Logo Masjid Jogokariyan

Penyerahan Cinderamata dari FKTM Kecamatan Panjang


kepada Ta’mir Masjid Jogokariyan

33
Anggota FKTM Kecamatan Panjang
Bergaya di depan Logo Masjid Jogokariyan

34
Suasana diskusi yang penuh kehangatan saat menentukan rencana
audiensi ke ta’mir Masjid Jogokariyan

Saat Audiensi dengan Ta’mir Masjid Jogokariyan Yogyakarta


Dalam suasana akrab dan kekeluargaan

35
Peserta Studi Banding singgah sejenak di “Teras Dakwah”

Ketua FKTM Kecamatan Panjang memberikan sepatah dua patah kata perkenalan
saat berkunjung ke Teras Dakwah Yogyakarta

36
Bergaya sesaat sebelum meninggalkan “Teras Dakwah”

Menjelang sholat Dzuhur di Masjid Istiqlal Jakarta

37

Anda mungkin juga menyukai