Anda di halaman 1dari 33

STRATEGI TAKMIR MASJID AGUNG BAITUSSALAM

PURWOKERTO UNTUK MENARIK ANTUSIAS REMAJA


AGAR CINTA TERHADAP MASJID

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Dakwah Universitas Islam Negeri Prof. K.H Saifuddin
Zuhri Purwokerto Sebagai Syarat Guna Menulis Skripsi

Oleh

Rio Fauzan Ikhlas Purnomo

2017103023

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH

MANAJEMEN DAN KOMUNIKASI ISLAM

FAKULTAS DAKWAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI PROF. K.H SAIFUDDIN ZUHRI

PURWOKERTO

2023
A. Latar Belakang

Pengertian masjid secara sosiologis, yang berkembang pada masyarakat


Islam Indonesia, dipahami sebagai suatu tempat atau bangunan tertentu yang
diperuntukkan bagi orang-orang muslim untuk mengerjakan shalat, yang terdiri
dari shalat wajib dan shalat sunnah, baik secara perseorangan ataupun jama'ah.
Masjid diperuntukkan juga untuk melaksanakan ibadah-ibadah lain dan
melaksanakan shalat Jum'at. Selain tempat ibadah, masjid juga digunakan
untuk bermusyawarah, kegiatan pengajian, tempat silaturrahim antar jamaah
dan lain sebagainya.

Pada zaman Rasulullah SAW pada saat itu, Rasuluullah menggunakan


Masjid Nabawi memiliki banyak fungsi yaitu, untuk melaksanakan ibadah
mahdhah seperti shalat wajib, shalat sunnah, sujud, i'tikaf, dan shalat-shalat
sunnah yang bersifat insidental seperti shalat Id, shalat gerhana dan sebagainya,
sebagai pusat pendidikan dan pengajaran Islam. Nabi Muhaamad SAW sering
menerima wahyu dalam Masjid Madinah, dan mengajarkannya pada para
sahabat dalam berbagai hal seperti hukum, kemasyarakatan, perundang-
undangan dan berbagai ajaran lainnya. Para sahabat nabi melakukan berbagai
kegiatan ilmiah di masjid, termasuk mempelajari dan membahas sumber-
sumber ajaran Islam. Di masjid Madinah juga disediakan tempat khusus bagi
mereka yang mengkhususkan kegiatannya untuk mendalami ilmu agama yang
disebut Ahl al-Shuffah, sebagai pusat informasi Islam. Rasulullah SAW
menyampaikan berbagai macam informasi di masjid termasuk menjadikannya
sebagai tempat bertanya bagi para sahabat, Tempat menyelesaikan perkara dan
pertikaian, menyelesaikan masalah hukum dan peradilan serta menjadi pusat
penyelesaian berbagai problem yang terjadi pada masyarakat.1

Setiap masjid tentunya memiliki takmir yang mengelola masjid


tersebut, dengan adanya takmir maka pengelelolaan masjid menjadi efektif.
1
Aziz Muslim, “Manajemen Pengelolaan Masjid,” Jurnal Aplikasi llmu-ilmu Agama 5,
no. 2 (2005): 105–114, http://digilib.uin-suka.ac.id/8309/1/AZIZ MUSLIM MANAJEMEN
PENGELOLAAN MASJID.pdf.

1
Takmir masjid atau biasa yang disebut dengan pengurus masjid adalah mereka
yang menerima amanah jamaah untuk memimpin dan mengelola masjid
dengan baik, memakmurkan masjid . Pengurus dipilih dari orang-orang yang
memiliki kelebihan dan kemampuan dan berakhlak mulia, hingga jamaah
menghormati nya secara wajar dan bersedia membantu dan bekerja sama dalam
memajukan dan memakmurkan masjid. Kemakmuran masjid selain dari takmir
juga ada penerus masjid yaitu remaja masjid yang sangat berpengaruh pada
pengelolaan masjid.

Dalam Islam usia remaja adalah usia yang paling dibanggakan, bukan
hanya memperhatikan pertumbuhan, perkembangan serta perubahan biologis
remaja saja, namun yang lebih penting mempersiapkan remaja menjadi
generasi yang paham dalam mengintegrasikan nilai-nilai akhlak, iman, dan
pengetahuan. Remaja dianjurkan dekat dengan Allah dalam melaksanakan
rutinitas keagamaan seperti shalat berjamaah, mengaji, berkumpul dengan
teman sebaya (peer group) dalam hal-hal positif mengembangkan kreatifitas
dan keterampilan yang mereka miliki, menumbuhkan sikap peduli dan empathy
kepada orang lain. Remaja harus selalu dalam kontrol dan bimbingan dari
orang tua mereka, karena masih sangat labil dan cepat terpengaruh dengan hal-
hal yang belum mereka pahami dan kenali.2

Pada saat ini masalah yang terjadi pada setiap masjid adalah kalangan
remaja sangat sulit untuk ke masjid bahkan tidak peduli terhadap masjid. Sifat
remaja yang masih labil menjadi salah satu fator remaja sulit ke masjid.
Mereka belum bisa membedakan yang baik dan buruk sehingga perkara masjid
di sepelekan seperti lebih memilih sholat di rumah, tidak ikut kajian di masjid,
tidak ada kontribusi pada masjid dan malas ke masjid. Ada juga rasa malu pada
diri mereka sendiri karena jarang ke masjid sehingga enggan ke masjid. Faktor
orang tua juga mempengaruhi sifat remaja jika orang tua rajin ke masjid pasti
mereka akan mengikuti begitupun sebaliknya. Mereka juga menganggap
bahwa masjid dominan dengan orang tua yang menyebabkan mereka tidak
2
Miftahul Jannah, “Remaja Dan Tugas-Tugas Perkembangannya Dalam Islam,”
Psikoislamedia : Jurnal Psikologi 1, no. 1 (2017): 243–256.
peduli terhadap masjid, karena usia remaja mereka lebih nyaman ketika dengan
teman sebayanya.

Kondisi demikian, tentu menjadi permasalahan di masjid-masjid,


sehingga setiap takmir masjid perlu ada strategi untuk menarik antusias remaja
cinta terhadap masjid. Salah satunya adalah Masjid Agung Baitussalam
Purwokerto merupakan masjid besar yang terletak di pusat kota Purwokerto.
Melihat segi kedudukannya sebagai Masjid Agung tentu menjadi contoh
masjid lainnya untuk menarik antusias remaja cinta terhadap masjid.

Masjid Agung Baitussalam Purwokerto yang dulu Bernama Masjid


Besar Purwokerto dibangun pada tahun 1910 dengan luas 3073 m2. Dimana
masyarakat muslim diberikan tanah wakaf oleh Bapak R. Mochamad Dirjo
(Landrad penghulu) suami dari RA. Soemartini putri dari KPA Mertadireja III
dari garwo Mas Adjeng Taloeki Soemarsih, kemudia masyarakat muslim
bergotong royong mendirikan sebuah masjid yang Bernama Masjid Besar
Purwokerto.

Masjid Agung Baitussalam dibangun di sebelah barat alun-alun


Purwokerto sebagai ibu kota Kabupaten Banyumas, setelah perpindahan kota
dan pusat pemerintahan dari alun-alun di Banyumas. Masjid ini adalah masjid
kebanggaan masyarakat Banyumas yang secara historis tata letak bangunan
pusat pemerintahan kabupaten di wilayah Jawa berada di circle lingkaran
sebelah alun-alun, pendopo kabupaten sebelah utara dan penjara sebelah
selatan. Secara filosofis merupakan united (keterkaitan) antara pendopo bupati,
masjid, penjara dengan alun-alun ditengahnya sebagai public area
berkumpulnya masyarakat. Nilai historis Masjid Agung Baitussalam sebagai
symbol religius masyarakat panginyongan sangat terkait dengan sejarah
perkembangan Kota Purwokerto. Kepengurusan takmir Masjid Agung
Baitussalam sekarang diketuai oleh Bapak Dr. HM. Hizbul Muflihin M.Pd. 3 Di
Masjid Agung Baitussalam Purwokerto ada Yayasan masjid dan takmir masjid.

3
Rahmat Mujiono, “SEJARAH MASJID AGUNG BAITUSSALAM PURWOKERTO A.,” no. 4
(2017): 18–26.
Yayasan masjid adalah badan hukum yang menaungi takmir sebagai lembaga
legislatif. Takmir masjid adalah yang mengelola kegiatan masjid sebagai
eksekutif masjid.

Masjid Agung Baitussalam Purwokerto juga memiliki remaja masjid


yang disebut KALAM (Korps Pemuda Baitussalam) yang di ketuai Umar Al
Faruqi mahasiswa UIN Prof. K.H Saifuddin Zuhri Purwokerto Fakultas
Tarbiyah. Masjid Agung Baitussalam sebelum adanya KALAM memiliki
remaja masjid yang bernama RIMBAS (Remaja Islam Masjid Agung
Baitussalam) dalam RIMBAS mayoritas anak SMK dan mereka menginap di
dalam masjid. Ciri khas RIMBAS yaitu mereka punya stasiun radio sendiri dan
di tempatkan di menara. Sekre RIMBAS berada di Menara paling bawah. Pada
tahun 2008 RIMBAS di bubarkan karena trouble internal kemudian antara
tahun 2017 sampai 2018 ada rasa mulai merasa risih karena sekelas Masjid
Agung tidak ada remajanya, dari masalah itu dibentuklah KALAM (Korps
Pemuda Baitussalam) diketuai Mas Rian mahasiswa IAIN Purwokerto lalu
Mas Agung, Mas Naza, Mba Ayu dan sekarang Mas Umar. KALAM pada
awalnya mayoritas anak santri Zamzam pondok pesantren di Purwokerto.
Mayoritas remaja KALAM adalah kalangan mahasiswa karena kesulitan
mencari remaja saat itu. (Wawancara dengan Saudara Umar Faruqi ketua
KALAM pada 12 Juli 2023).

Dalam KALAM ada sebanyak 30 pengurus dari berbagai instansi tidak


hanya dari UIN. Dengan adanya KALAM, takmir masjid sangat ingin menarik
antusias remaja untuk datang ke masjid ikut shalat berjamaah, kajian, dan
kegiatan lainnya. Karena hal itu masih menjadi PR Masjid Agung Baitussalam
Purwokerto.

Masjid Agung yang tentunya harus menjadi contoh lainnya dalam hal
remaja juga sangat di perhatikan. Karena logikanya jika ingin negara maju
maka generasi penerus bangsa harus peduli begitupun masjid jika ingin maju
maka generasi penerus masjid harus peduli terhadap masjid. Takmir Masjid
Agung Baitussalam Purwokerto tidak hanya memperhatikan faktor internal
masjid melainkan eksternal harus di perhatikan seperti menarik remaja untuk
cinta masjid. Kondisi demikian, tentunya, membutuhkan partisipasi dari
berbagai pihak, termasuk organisasi masjid atau ta’mir masjid. Oleh karenanya,
setiap masjid memiliki wadah untuk membina generasi muda. Melalui wadah
tersebut diharapkan pemuda dapat melakukan proses peningkatan kecerdasan
intelektual, emosional, sosial, dan spiritualnya. Di masjid, remaja dapat secara
intensif mengasah kemampuan intelektualnya dalam berbagai forum kajian,
training, dan aplikasi skill yang dimiliki. Demikian pula di masjid, remaja
dapat mengasah kecerdasan emosional dan sosial melalui aktivitas-aktivitas
filantropi, advokasi, kerjasama kelompok, dan sebagainya.

Di masjid pula, remaja dapat meningkatkan kecerdasan spiritual


melalui berbagai aktivitas salat berjama’ah, tadarus al-Qur’an, berzikir, dan
sebagainya. Sementara itu, dalam kacamata praktis, kehadiran remaja masjid
dan pembinaan yang dilakukannya dimaksudkan agar remaja dapat menjadi
generasi penerus dalam melanjutkan estafet kepemimpinan masjid. Pengurus
masjid bukanlah status yang permanen. Suatu saat akan terjadi pergantian
pengurus. Pengurus yang tua akan digantikan dengan yang lebih muda, sesuai
dengan masa dan kondisinya. Untuk itu, masjid sebagai organisasi
membutuhkan kader-kader yang perlu dipersiapkan secara serius dan
berkualitas. Dengan adanya kaderisasi ini akan menghindarkan masjid dari
kevakuman dan krisis kepemimpinan.4

Strategi Masjid Agung Baitussalam Purwokerto dalam menarik antusias


remaja agar cinta terhadap masjid dengan melalui program-program dari
takmir. Ada program harian, mingguan, tahunan dan program baru. Program
harian takmir Masjid Agung Baitussalam Purwokerto adalah kajian ba’da
maghrib pada hari selasa, kamis, jum’at yaitu belajar Tahsin kitab Riyadus
Sholihin dan Bahasa arab, program ini ramai di datangi jamaah dari kalangan
tua dan muda. Masjid Agung Baitussalam Purwokerto merupakan masjid
paling produktif di antara masjid lain dalam menyelenggarakan program ini
4
Abdul Basit, “Strategi Pengembangan Masjid Bagi Generasi Muda,” KOMUNIKA: Jurnal
Dakwah dan Komunikasi 3, no. 2 (1970): 270–286.
terutama kalangan remaja yang mulai antusias terhadap program harian
tersebut. Ada sekitar belasan bahkan puluhan jamaah remaja yang datang saat
kajian harian tersebut. Kemudian ada program mingguan yaitu kajian ahad pagi
ba’da subuh. Program ini termasuk program yang efektif karena salah satu
masjid yang paling ramai di datangi jamaah saat kajian ahad pagi dan antusias
remaja pun semangat ikut kajian tersebut ada sekitar 20 jamaah remaja yang
hadir. Program tahunan Masjid Agung Baitussalam Purwokerto adalah
banyumas mengaji, program ini adalah program besar dari KALAM sebagai
penyelenggara kegiatan dan bekerja sama dengan takmir. Kegiatan ini untuk
menarik jamaah terutama remaja sebagai target program ini. Dari tahun ke
tahun pasti meningkat sebelumnya ada sekitar ratusan sekarang menjadi ribuan
yang datang untuk mengaaji. Ada juga program baru dari takmir untuk remaja
adalah adanya kelas tahfidz untuk remaja, saat ini ada 10 yang mendaftar
program ini dan masih open recruitment dengan tujuan agar remaja cinta
masjid dan Al-Qur’an, program korps alumni baitussalam juga merupakan
program untuk menarik antusias remaja ke masjid melalui alumni pemuda
baitussalam hal ini di respon positif oleh alumni yang menandakan perlunya
dorongan remaja ke masjid. Terakhir, ada fasilitas sarana prasarana lengkap
untuk remaja seperti wifi gratis dan penginapan gratis di sekre masjid. Takmir
menyediakan penginapan gratis bagi remaja yang ingin menginap dengan
syarat menjadi remaja aktif di masjid ikut program takmir, hal ini bertujuan
untuk menarik antusias remaja agar cinta terhadap masjid dengan di sediakan
sekre gratis. (Wawancara dengan Bapak Mulyono ketua Yayasan Masjid
Agung Baitussalam Purwokerto pada 23 Agustus 2023).

Strategi seperti program Masjid Agung Baitussalam Purwokerto tentu


ada di masjid besar lainnya di Purwokerto seperti Masjid Jenderal Sudirman
Purwokerto yang dikenal Masjid Jensud. Takmir Masjid Jensud mempunyai
program yaitu dakwah, sosial. Program dakwah takmir Masjid Jensud ada
kajian rutin setiap hari ba’da maghrib dan ahad ba’da subuh. Di isi oleh ustadz
terkenal seperti Ustadz Abdullah Zain dan Ustadz Khalid Basalamah. Antusias
kajian di masjid Jensud mayoritas adalah kalangan dewasa dan orang tua.
Program sosial ada makan gratis setiap selasa, rabu dan sabtu untuk umum,
program ini bertujuan memakmurkan masyarakat yang ingin makan secara
gratis. Untuk antusias program ini efektif karena semua orang terbantu dengan
adanya program tersebut. Kemudian ada Masjid Fatimatuzzahra di Grendeng
dan di tengah lingkungan kampus UNSOED. Masjid ini mempunyai banyak
program dakwah mulai TPQ, kajian, sekolah pranikah islam dan kegiatan
lainnya. Masjid Fatimatuzzahra termasuk masjid besar dan pengelolanya yang
baik. Masjid ini terbilang masjid yang efektif dalam meningkatkan antusias
masyarakat ke masjid dan remaja hal ini karena letak strategis di lingkungan
kampus dan padat penduduk. Untuk kegiatan agar remaja antusias cinta kepada
masjid masih kurang karena pengurus remaja yang kurang aktif sehingga
belum efektif menyelenggarakan kegiatan bersama takmir. Selanjutnya Masjid
17 Purwokerto, Masjid ini adalah masjid di bawah naungan Muhammadiyah.
Strategi masjid ini untuk menarik antusias remaja yaitu ada pelatihan IPM,
IMM dan organisasi Muhammadiyah lainnya. Ada rihlah yaitu kegiatan rutin
setahun sekali biasanya dilaksanakan bulan September berfokus pelatihan
untuk pemuda dan masyarakat melestarikan budaya islam. Masjid ini banyak
berfokus pada kegiatan sosial dan program untuk menarik remaja antusias cinta
ke masjid masih belum efektif karena kegiatannya belum ramai oleh jamaah
remaja.

Dengan mempertimbangkan informasi yang telah disampaikan, maka


penulis memutuskan untuk fokus pada topik penelitian ini dengan judul
“Strategi Takmir Masjid Agung Baitussalam Purwokerto untuk Menarik
Antusias Remaja agar Cinta terhhadap Masjid”.

B. Penegasan Istilah

Dari judul tentu perlu adanya penjelasan istilah yang menjadi fokus
topik pembahasan penelitian penulis. Adapun penegasan istilah tersebut
meliputi:
1. Strategi
Secara harfiah, kata “strategi” dapat diartikan sebagai seni (art)
melaksanakan strategi yaitu siasat atau rencana, sedangkan menurut Reber,
mendefinisikan strategi sebagai rencana tindakan yang terdiri atas
seperangkat langkah untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan.
Menurut Syaiful Bahri Djamarah, strategi merupakan sebuah cara atau
sebuah metode, sedangkan secara umum strategi memiliki pengertian
suatu garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran
yang telah ditentukan. Secara umum strategi mempunyai pengertian
sebagai suatu garis besar haluan dalam bertindak untuk mencapai sasaran
yang telah ditentukan5. Menurut Stephanie K. Marrus yang menyatakan
bahwa “strategi adalah proses penentuan rencana para pemimpin puncak
yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan
suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai”.6
2. Takmir Masjid

Takmir masjid adalah organisasi yang mengurus seluruh kegiatan


yang ada kaitannya dengan masjid, baik dalam membangun, merawat
maupun memakmurkannya, termasuk usaha-usaha pembinaan remaja
muslim di sekitar masjid. Istilah takmir masjid bukanlah satu-satunya istilah
yang digunakan dalam penamaan organisasi pengelolaan masjid, akan tetapi
terdapat istilah-istilah lain. ada yang menggunakan istilah pengurus masjid,
dan ada yang menggunakan istilah dewan kemakmuran masjid. Pada
intinya adalah dari semua istilah yang disebutkan bahwa tujuannya
sama yaitu untuk mengurusi, mengelola, memakmurkan masjid,
sehingga berjalannya program-program yang ada dimasjid terutama
bidang ibadah dan bidang pendidikkan.7

5
Junaidah, “Strategi Pembelajaran Dalam Perspektif Islam,” Jurnal Pendidikan Islam 6
(2015): 127.
6
Fandy Tjiptono, “Fandy Tjiptono, Strategi Pemasaran , (Yogyakarta: ANDI, 2008), h. 3.
19” (n.d.): 19–39.
7
Ramdanil Mubarak, “Peran Takmir Masjid Dalam Pelaksanaan Pendidikan Islam Di
Masjid Darus Sakinah Sangatta Utara Ramdanil,” pendidikan Islam 18 (2020): 233–248,
https://ejurnal.iainpare.ac.id/index.php/alislah/article/view/1576/864.
3. Antusias
Antusiasme adalah kegairahan, gelora semangat, minat besar
terhadap sesuatu. Asal kata antusiasme dari bahasa Yunani yaitu entheos
yang berarti “Tuhan di dalam” atau berarti “diilhami dari Tuhan”.
Antusiasme adalah sebuah perasaan dan kepercayaan, sebuah kesadaran
akan sebuah hubungan antara diri seseorang dan sumber kekuatan untuk
mencapai tujuan. Antusiasme adalah sebuah harmoni, kepercayaan.
Antusiasme adalah sebuah perasaan dan kepercayaan, sebuah kesadaran
akan sebuah hubungan antara diri seseorang dan sumber kekuatan untuk
mencapai tujuan, berbicara dengan antusias dan sikap positif, bertindak
dengan percaya diri. Energi antusiasme dapat ditularkan atau menular
dengan sendirinya ke orang-orang di sekitar kita. Antusiasme akan
mendorong seseorang maju dan memenangkan perjuangannya (Mujahid,
2012). Antusiasme adalah pilihan dari perasaan yang muncul, dipilih dan
terus diperkuat, karena itu antusiasme dapat dibangkitkan dari dalam diri
sendiri atau oleh keadaan di luar diri, yang paling kuat adalah pilihan dari
diri sendiri, karena ketika Anda telah memutuskan untuk memilih menjadi
antusias, maka bawah sadar kita akan menjalankan program antusiasme di
dalam pikiran dan langsung membangkitkan energi antusiasme tersebut.8
4. Remaja
Remaja adalah seseorang individu yang baru beranjak selangkah
dewasa dan baru mengenal mana yang benar dan mana yang salah,
mengenal lawan jenis, memahami peran dalam dunia sosial, menerima jati
diri apa yang telah dianugerahkan Allah Subhanahu wa Ta’ala pada
dirinya, dan mampu mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam diri
individu. Remaja saat ini dituntut harus siap dan mampu dalam
menghadapi tantangan kehidupan dan pergaulan. Usia remaja adalah usia
yang paling kritis dalam kehidupan seseorang, rentang usia peralihan dari

8
Donald Samuel Slamet Santosa, “Peningkatan Antusiasme Dan Kedalaman Kajian
Belajar Mahasiswa Melalui Peningkatan Antusiasme Dan Kedalaman Kajian Belajar Mahasiswa
Melalui Pembelajaran Berbasis Silabus Individual,” Universitas Negeri Jakarta 53, no. 9 (2018): 1–
9.
masa kanak-kanak menuju remaja dan akan menentukan kematangan usia
dewasa. Pada usia remaja terjadi perubahan hormon, fisik, dan psikis yang
berlangsung secara berangsur-angsur. Tahapan perkembangan remaja
(adolescent) dibagi dalam 3 tahap yaitu early (awal), middle (madya), dan
late (akhir). Masing-masing tahapan memiliki karakteristik dan tugastugas
perkembangan yang harus dilalui oleh setiap individu agar perkembangan
fisik dan psikis tumbuh dan berkembang secara matang, jika tugas
perkembangan tidak dilewati dengan baik maka akan terjadi hambatan dan
kegagalan dalam menjalani fase kehidupan selanjutnya yakni fase dewasa.
Kematangan fisik dan psikis remaja sangat dipengaruhi oleh lingkungan
keluarga yang sehat dan lingkungan masyarakat yang mendukung tumbuh
kembang remaja ke arah yang positif.9

5. Cinta
Menurut Al-Ghazali, cinta adalah inti keberagamaan yang menjadi
awal dan akhir dari perjalanan manusia. Maqam-maqam sebelum cinta
merupakan pengantar ke arah cinta, sedangkan maqam-maqam setelahnya
adalah akibat dari cinta. Cinta merupakan sumber kebahagiaan yang harus
dipelihara dan dipupuk dengan salat dan ibadah lainnya untuk melatih hati
agar bersih, karena cinta kepada Tuhan melingkupi hati, membimbingnya,
dan merambah ke segala arah.
Kahlil Gibran berpendapat bahwa cinta adalah keindahan sejati
yang terletak pada keserasian spiritual. Cinta merupakan satusatunya
kebebasan di dunia ini karena ia begitu tinggi mengangkat jiwa, di mana
hukum kemanusiaan dan kenyataan alam tidak mampu menemukan
jejaknya.
Cinta merupakan rasa fitrah yang berasal dari Tuhan. Ia
merupakan perasaan yang mulia dan murni dengan tujuan yang sangat

9
Jannah, “Remaja Dan Tugas-Tugas Perkembangannya Dalam Islam.”
agung. Cinta dianugerahkan Tuhan kepada makhlukNya agar dapat
menemukan jalan cahaya, makna dan roh kehidupan.10
6. Masjid
Memahami masjid secara universal berarti juga memahami masjid
sebagai instrument sosial masyarakat, yang tidak dapat dipisahkan oleh
umat islam itu sendiri. Melalui masjid dapat membangun system masyarakat
yang ideal, melalui masjid pula dapat dilakukan kaderisasi generasi melalui
proses penddidikan bersifat berkelanjutan. Masjid dapat dijadikan sarana
aktifitas dakwah. Sebab dakwah sangat penting dari ajaran umat islam untuk
amar ma’ruf nahi mungkar.

7. Masjid Agung Baitussalam Purwokerto


Masjid Agung Baitussalam Purwokerto terletak dipusat kota
Purwokerto yang berdekatan dengan Alun-alun Purwokerto. Masjid Agung
Baitussalam Purwokerto dibangun pada tahun 1910 dengan luas 3073 m2.
Dimana masyarakat muslim diberikan tanah wakaf oleh Bapak R.
Mochamad Dirdjo (Landrad penghulu) suami dari RA. Soemartini Putri dari
KPA Mertadiredja III dari garwo Mas Adjeng Taloeki Soemarsih . Masjid
Agung Baitussalam Purwokerto merupakan masjid besar dan terletak di
tengah kota tepatnya di Jl. Masjid No.1, Purwokerto, Sokanegara, Kec.
Purwokerto Tim., Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah 53115.

C. Rumusan Masalah

1. Bagaimana strategi takmir Masjid Agung Baitussalam Purwokerto untuk


menarik antusias remaja agar cinta terhadap masjid?
10
Melati Puspita Loka and Erba Rozalina Yulianti, “KONSEP CINTA (STUDI BANDING
PEMIKIRAN IBNU QAYYIM AL-JAUZIYYAH DAN ERICH FROMM) Melati Puspita Loka Erba Rozalina
Yulianti,” Syifa Al-Qulub 3, 1, no. Januari (2019): 72–84, https://scholar.google.com/citations?
view_op=view_citation&hl=id&user=IMwRodQAAAAJ&citation_for_view=IMwRodQAAAAJ:zYLM
7Y9cAGgC.
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan permasalahan, penulis mempunyai tujuan
dalam penelitian yaitu:
a. Menjelaskan strategi takmir Masjid Agung Baitussalam
Purwokerto dalam menarik antusias remaja agar cinta terhadap
masjid melalui program-program dari takmir.
2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat teoristis

Penelitian ini terkait dengan strategi bagaimana takmir Masjid


Agung Baitussalam menarik antusias remaja agar cinta terhadap
masjid melalui program-program dari takmir. Penelitian ini juga
bertujuan untuk memperluas ilmu pengetahuan tentang cara
berdakwah takmir Masjid Agung Baitussalam Purwokerto dalam
meningkatkan antusias remaja terhadap masjid dengan strategi
program yang bisa menjadi referensi bagi masjid lainnya.
b. Manfaat praktis
Hasil penelitian tentang strategi takmir Masjid Agung
Baitussalam Purwokerto dalam menarik antusias remaja agar
cinta terhadap masjid di harapkan menjadi bahan acuan dan
dipraktekan oleh takmir masjid lainnya bagaimana strategi
melalui program-program dakwah mengajak remaja agar antusias
ke masjid.

E. Telaah Pustaka

Beberapa penelitian tentang strategi takmir masjid tentu sudah ada


di penelitian terdahulu, maka penulis meninjau penelitian sebelumnya sebagai
bahan referensi yang relevan terhadap penlitian yang akan di susun, ada
beberapa penelitian dahulu yang penulis anggap relevan sebagai berikut:

Pertama, skripsi yang ditulis oleh Farikhah program studi


Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah IAIN Purwokerto Tahun 2019 yang
berjudul “Peran Takmir Masjid Dalam Meningkatkan Pengetahuan dan
Akhlak Remaja (Studi terhadap Masjid An-Nur Desa Pasir Kidul
Kecamatan Purwokerto Barat Kabupaten Banyumas)”. Dalam penelitian
ini terdapat kesamaan yaitu sama-sama objeknya yaitu remaja. Karena
kalangan remaja adalah usia mencari jati diri sehingga perlu ditanami nilai-
nilai islami. Perbedaannya yaitu penelitian terdahulu lebih fokus kepada peran
takmir masjid terhadap akhlak remaja sedangkan penulis lebih berfokus kepada
strategi takmir masjid menarik antusias remaja agar cinta terhadap masjid.

Kedua, skripsi yang ditulis oleh Allya Putri Kana Fadilla program studi
Bimbingan dan Konseling Islam Jurusan Bimbingan dan Konseling Islam
Fakultas Ushuluddin dan Dakwah UIN Raden Mas Said Surakarta Tahun 2023
yang berjudul “Upaya Takmir Masjid Dalam Meningkatkan Religiusitas
Remaja di Masjid WS Nurhidayah Sawahan Kecamatan Ngemplak kabupaten
Boyolali”. Hasil penelitian ssebelumnya yaitu aspek ketaatan beragama atau
religi yang menjadi permasalahan. Adanya permasalahan tentang religiusitas
remaja itu takmir masjid WS Nurhidayah Sawahan Nglempak Boyolali
membuat program-program upaya peningkatan religiusitas untuk remaja.
Dibandingkan dengan penelitian yang akan penulis susun yaitu strategi atau
rancangan takmir Masjid Agung Baitussalam Purwokerto dengan program-
program takmir masjid untuk meningkatkan antusias remaja agar cinta
terhadap masjid. Kesamaan dari penelitian adalah sama-sama membahas
remaja sebagai objek.

Ketiga, skripsi yang ditulis oleh Lailatul Indirana Jurusan Pendidikan


Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Ponorogo Tahun
2020 yang berjudul: “Upaya Takmir Masjid Dalam Meningkatkan Kepedulian
Sosial dan Religius Remaja (Studi Kasus di Masjid Badru Rahmah Desa
Gontor Kecamatan Mlarak Kabupaten Ponorogo)”. Peneilitian sebelumnya
membahas tentang kepedulian dan religius remaja dengan upaya dari takmir
Masjid Badru Rahmah Desa Gontor Mlarak, Ponorogo. Hal ini karena
pentingnya upaya takmir masjid dalam kepedulian sosial dan religius remaja di
Desa Gontor Kecamatan Mlarak Kabupaten Boyolali yang perlu adanya
dorongan. Penelitian ini berfokus pada bagaimana upaya takmir meningkatkan
kepeduian social dan religius remaja sedangkan penelitian penulis berfokus
pada strategi takmir Masjid Agung Baitussalam Purwokerto untuk menarik
antusias remaja agar cinta terhadap masjid. Yang jelas berfokusnya berbeda.
Ada pula kesamaanya yaitu sama-sama membahas tentang remaja agar nilai
religiusnya meningkat.

Keempat, skripsi yang ditulis oleh Fitri Nuraeni Program Studi


Manajemen Dakwah Jurusan Manajemen dan Komunikasi Islam Fakultas
Dakwah UIN Prof. K.H Saifuddin Zuhri Purwokerto Tahun 2022 yang berjudul
“Strategi Takmir Dalam Memakmurkan Masjid Agung Nur Sulaiman Desa
Sudagaran Kecamatan Banyumas Kabupaten Banyumas”. Penelitian ini
membahas bagaimana strategi takmir Masjid Nur Sulaiman dalam
memakmurkan masjid, sebagai masjid yang terkenal dengan kisahnya dan
masjid kuno. Penelitian penulis juga tentang strategi yang mana saling
berkaitan. Perbedaannya terletak pada fokus penelitian, penelitian sebelumnya
berfokus pada strategi takmir Masjid Nur Sulaiman dalam memakmurkan
masjid sedangkan penulis strategi takmir Masjid Agung Baitussalam
Purwokerto untuk menarik antusias remaja agar cinta masjid.

F. Kerangka Teori

a) Strategi
1) Definisi Strategi
Menurut Marrus strategi didefinisikan sebagai suatu proses
penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan
jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya
bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai. Strategi adalah suatu
bentuk atau rencana yang mengintegrasikan tujuan-tujuan utama,
kebijakan-kebijakan dan rangkaian tindakan dalam suatu organisasi
menjadi suatu kesatuan yang utuh. Strategi diformulasikan dengan
baik akan membantu penyusunan dan pengalokasian sumber daya
yang dimiliki organisasi menjadi suatu bentuk yang unik dan dapat
bertahan. Strategi yang baik disusun berdasarkan kemampuan internal
dan kelemahan organisasi, serta antisipasi perubahan dalam
lingkungan.
Secara sederhana strategi adalah kemampuan
memanfaatkan segala potensi yang ada dengan metode yang paling
cocok untuk berinteraksi mewujudkan target-target yang di harapkan.
Secara bahasa strategi bisa diartikan sebagai siasat, kiat, trik, atau
cara. Sedangkan secara umum strategi ialah, suatu garis besar haluan
dalam bertindak untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan dan
juga strategi bisa di artikan rencana yang cermat untuk mencapai
sasaran khusus.11
2) Tujuan Strategi
Tujuan strategi dalam sebuah penjabaran dari pernyataan misi,
yang dikembangkan dengan spesifisitas yang lebih besar mengenai
bagaimana perusahaan akan melakukan misinya. Tujuan bersifat
kebijakan, program, atau manajerial, dan dinyatakan dengan cara yang
memungkinkan penilaian atas pencapaian sasaran di masa depan.
Menurut Priharto Sugi, ada tujuh tujuan strategi seperti berikut ini.
a. Memberikan arah jangka panjang perusahaan yang bakal dicapai.
b. Membantu perusahaan beradaptasi pada setiap perusahaan.
11
JUPRI, “STRATEGI PEMBINAAN UNTUK MEMBENTUK RELIGIUSITAS REMAJA DI MASJID
AL-HIDAYAH PUCANGAN KARTASURA,” STRATEGI PEMBINAAN UNTUK MEMBENTUK
RELIGIUSITAS REMAJA DI MASJID AL-HIDAYAH PUCANGAN KARTASURA 4, no. 1 (2023): 88–100.
c. Membuat kinerja perusahaan menjadi lebih efektif.
d. Mengaplikasikan dan mengevaluasi strategi yang disepakati
dengan efektif dan efisien.
e. Membuat strategi baru untuk menyesuikan dengan perkembangan
lingkungan eksternal.
f. Meninjau ulang kelebihan dan kelemahan serta mencermati peluang
dan ancaman bisnis perusahaan.
g. Berinovasi pada produk dan layanan sehingga selalu disukai oleh
konsumen.

3) Strategi Dakwah

Dalam buku Quantum Dakwah yang ditulis oleh H. Tata


Sukayat, Muhammad Ali Al-Bayauni menerangkan bahwa macam-
macam strategi dakwah dapat dibagi menjadi tiga bentuk, yaitu:

a. Strategi sentimental (Al-manhaj al-athifi) Strategi ini adalah strategi


dakwah yang memfokuskan aspek hati dan menggerakan perasaan
batin mitra dakwah.Memberi mitra dakwah nasihat yang
mengesankan, mengajak dengan kelembutan, atau memberikan
pelayanan yang memuaskan merupakan beberapa metode yang
dikembangkan dari strategi ini. Strategi dakwah jenis ini sesuai
untuk mitra dakwah yang terpinggirkan (marginal) dan dianggap
lemah.Seperti kaum perempuan, anak-anak yatim, dan sebagainya.

b. Strategi rasional (Al-manhaj al-aqli) Strategi imi adalah strategi


dakwah yang beberapa metodenya memfokuskan pada aspek akal
pikiran.Strategi dakwah jenis ini mendorong mitra dakwah untuk
berpikir, merenung, dan mengambil pelajaran.Penggunaan hukum
logika, diskusi, atau penampilan contoh dan bukti sejarah
merupakan beberapa metode strategi dakwah ini.

c. Strategi indrawi (Al-manhaj al-hissi) Strategi ini acap kali juga


dinamakan sebagai setrategi ilmiah. Strategi jenis ini didefinisikan
sebagai sistem dakwah atau kumpulan metode dakwah yang
berorientasi pada panca indera dan berpegang teguh pada hasil
peneletian dan percobaan. Metode yang dihimpun oleh strategi ini
adalah praktik keagamaan, keteladanan, dan pentas drama.

Pada dasarnya setiap strategi dakwah yang ingin diterapkan


setiap pelakon dakwah haruslah melakukan pengamatan terhadap
objek dakwah terlebih dahulu. Dengan adanya pengamatan itu,
pelaku dakwah dapat menerapakan strategi yang efektif sehingga
inti dari pesan dakwah yang disampaikan dapat merasuk ke dalam
hati penerima pesan dakwah.12

b) Takmir Masjid

1). Definisi Takmir Masjid

Pemaknaan dari sebuah takmir merupakan peran penting


yang ada di masjid guna menjelaskan tugas atau urusan yang ada di
masjid dan sudah diberikan Amanah dari ketua pengurus masjid.
Maka dari itu keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang
takmir perlu dikembangkan dalam kehidupan sehari-hari karena
tidak semua orang dapat menjalankan Amanah yang diberikan.

Pengertian takmir dijelaskan sekelompok orang dari


jama’ah masjid yang mengemban suatu amanat dan tanggung
jawab guna memakmurkan masjid. Secara alamiyah, kemampuan
memahami ilmu agama dengan baik merupakan syarat mutlak yang
harus dipenuhi oleh setiap takmir agara Tindakan takmir tidak
keluar dari kaidah-kaidah syar’i. Peran takmir di dalam masjid
yaitu mengelola, menjaga, dan memelihara masjid menjadi lebih
baik.

12
Nurhidayat. 2021. STRATEGI DAKWAH REMAJA MASJID ALHIDAYAH DALAM
MENINGKATKAN PEMAHAMAN KEAGAMAAN DI DESA BONTOBIRAENG SELATAN KECAMATAN
BONTONOMPO KABUPATEN GOWA. (Skripsi, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Alaudin
Makassar)
2) Tugas-Tugas Takmir Masjid

a. Takmir sebagai pengelola masjid

b. Takmir sebagai penjaga masjid

c. Takmir sebagai pemelihara masjid13.

3) Kegiatan Takmir Masjid

Membentuk majlis taklim sebagai sarana Pendidikan ajaran


islam, membentuk TPQ merupakan Lembaga Pendidikan di luar
sekolah yang berfungsi sebagai pengajaran dasar-dasar ibadah
dalam islam sehingga bersifat ilmiah. Takmir masjid juga harus
menyadari bahwa masjid adalah tempat ibadah yang harus dikelola,
dirawat, dijaga seperti kenyamanan, kebersihan, ketertiban. Takmir
masjid juga harus menyiapkan program kerja diberbagai bidang.

c) Antusias

1. Definisi Antusias

Kata antusiasme berasal dari kata antusias yang menurut


Djaka P dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Masa Kini
berarti berminat atau bergairah untuk memenuhi keinginan,
selanjutnya dijelaskan bahwa kata antusiasme berarti memiliki
gairah atau semangat yang bergelora. Antusias merupakan salah satu
komponen penting yang terdapat pada sifat manusia. Seseorang yang
memiliki antusias terdapat elemen tambahan berupa rasa ingin tahu
yang tinggi, dengan rasa ingin tahu yang tinggi maka mendorong
perubahan yang signifikan terhadapan permasalahan yang sedang
dihadapi. Rasa ingin tahu yang tinggi seharusnya dimanajemen
dengan baik sehingga informasi yang didapatkan secara utuh dan
sistematis. Antusias merupakan sifat/kebiasaan yang dimiliki oleh

13
Salsabila Assyifa Putri and Mukh Nursikin, “Peran Takmir Masjid Suciati Dalam
Menguatkan Karakter Remaja Masjid Melalui Pendidikan Agama Islam” 8, no. 2 (2023).
seseorang dalam menerima/menyambut suatu hal dengan suka cita
tanpa adanya kekhawatiran dalam diri terhadap apa yang
disampaikan oleh orang lain.

Antusiasme adalah kegairahan, gelora semangat, minat besar


terhadap sesuatu. Asal kata antusiasme dari bahasa Yunani yaitu
entheos yang berarti “Tuhan di dalam” atau berarti “diilhami dari
Tuhan”. Antusiasme adalah sebuah perasaan dan kepercayaan,
sebuah kesadaran akan sebuah hubungan antara diri seseorang dan
sumber kekuatan untuk mencapai tujuan. Antusiasme adalah sebuah
harmoni, kepercayaan. Antusiasme adalah sebuah perasaan dan
kepercayaan, sebuah kesadaran akan sebuah hubungan antara diri
seseorang dan sumber kekuatan untuk mencapai tujuan, berbicara
dengan antusias dan sikap positif, bertindak dengan percaya diri.
Energi antusiasme dapat ditularkan atau menular dengan sendirinya
ke orang-orang di sekitar kita. Antusiasme akan mendorong
seseorang maju dan memenangkan perjuangannya. Antusiasme
adalah pilihan dari perasaan yang muncul, dipilih dan terus
diperkuat, karena itu antusiasme dapat dibangkitkan dari dalam diri
sendiri atau oleh keadaan di luar diri, yang paling kuat adalah pilihan
dari diri sendiri, karena ketika Anda telah memutuskan untuk
memilih menjadi antusias, maka bawah sadar kita akan menjalankan
program antusiasme di dalam pikiran dan langsung membangkitkan
energi antusiasme tersebut.

2. Faktor Antusias

Antusias didapat dengan beberapa factor, ada 4 faktor yang


mendukung antusiasme yaitu niat atau tujuan, perencanaan target,
menyadari potensi diri atau hambatan diri dan kepositifan dalam
pikiran. Faktor pertama yaitu niat atau tujuan merupakan suatu
dorongan yang timbul tanpa ada paksaan serta muncul sejak lama
atau tidak mendadak. Faktor kedua yaitu perencanaan target
merupakan susunan rencana yang akan dilakukan untuk mencapai
tujuan seorang individu. Faktor ketiga yaitu menyadari potensi atau
hambatan diri merupakan suatu keinginan untuk mengetahui
kelebihan serta kekurangan dalam diri. Faktor terakhir yaitu
kepositifan dalam pikiran merupakan daya cipta dari pemikiran
untuk dapat selalu melihat segala aspek dengan baik.

d) Remaja

1. Definisi Remaja

Kata remaja jika menilik dari kamus besar bahasa Indonesia


memiliki arti etape usia mulai dewasa; sudah sampai umur untuk
kawin. Remaja berasal dari bahasa latinadolesence yang berarti
tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolasence mempunyai
arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental,
emosional sosial, dan fisik. Syamsu LN menuturkan bahwa remaja
adalah segmen perkembangan individu yang sangat penting, yang
diawali dengan matangnya organ-organ fisik (seksual) sehingga
mampu bereproduksi. Berdasarkan beberapa uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa remaja adalah etape usia mulai dewasa yang
mengalami perkembangan individu, hal ini ditandai dengan
matangnya organ-organ seksual, mental, dan emosional.

2. Tugas Perkembangan Remaja

Tugas-tugas perkembangan remaja adalah sikap dan


perilaku dirinya sendiri dalam menyikapi lingkungan di
sekitarnya. Perubahan yang terjadi pada fisik maupun
psikologisnya menuntut anak untuk dapat menyesuaikan diri
dalam lingkungan dan tantangan hidup yang ada dihadapannya.
Tugas-tugas perkembangan pada masa remaja yang disertai oleh
berkembangnya kapasitas intelektual, stres dan harapan-
harapan baru yang dialami remaja membuat mereka mudah
mengalami gangguan baik berupa gangguan pikiran, perasaan
maupun gangguan perilaku. Stres, kesedihan, kecemasan,
kesepian, keraguan pada diri remaja membuat mereka mengambil
resiko dengan melakukan kenakalan. Tugas-tugas dalam
perkembangan mempunyai tiga macam tujuan yang sangat
berguna. Pertama, sebagai petunjuk bagi individu untuk
mengetahui apa yang iharapkan masyarakat dari mereka pada
usia-usia tertentu. Misalnya, orang tua dapat dibimbing dalam
mengajari anak-anak mereka yang masih kecil untuk menguasai
berbagai keterampilan. Dengan pengertian bahwa masyarakat
mengharapkan anak-anak menguasai keterampilan-keterampilan
tersebut pada usia-usia tertentu dan bahwa penyesuaian diri
mereka akan sangat dipengaruhi oleh seberapa jauh mereka berhasil
melakukannya. Kedua, dalam memberi motivasi kepada setiap
individu untuk melakukan apa yang diharapkan dari mereka oleh
kelompok sosial pada usia tertentu sepanjang kehidupan mereka.
Dan akhirnya, menunjukkan kepada setiap individu tentang apa
yang akan mereka hadapidan tindakan apa yang diharapkan dari
mereka kalau sampai pada tingkat perkembangan berikutnya.14

e) Cinta

Cinta adalah kondisi yang mulia yang telah disaksikan Allah


Swt melalui cinta itu bagi hambanya. Dan Allah telah memaklumkan
cinta kepada hambanya. Cinta menurut para ulama berarti kehendak.
Tetapi yang dimaksud kaum sufi bukan kehendak, karena kehendak
hamba tidak ada kaitannya dengan yang Qadim, kecuali jika
menggunakan perkataan itu hamba tersebut memaksudkan kehendak
untuk membawa mendekat dan mengagungkan kepada Allah Swt.
Dalam buku Risalah al-Qusyairiyah ada beberapa yang membahas

14
Latifah et al., “Konsep Dasar Pengembangan Kreativitas Anak Dan Remaja Serta
Pengukurannya Dalam Psikologi Perkembangan,” Educurio Yayasan Pendidikan Tanggui
Baimbaian 1, no. 2 (2023): 426–439, http://qjurnal.my.id/index.php/educurio/article/view/275.
tentang cinta yaitu cinta Allah Swt kepada hambanya adalah
kehendaknya untuk melimpahkan Rahmat secara khusus kepada
hambanya, sebagaimana kasih sayangnya bagi hamba adalah
kehendak pelimpahan nikmatnya. Jadi, maksud cinta disini adalah
lebih khusus dari pada rahmat. Kehendak Allah dimaksudkan untuk
menyampaikan pahala dan nikmat kepada hambanya. Ini yang
disebut rahmat. Sedangkan kehendaknya untuk mengkhususkan pada
hamba, suatu kedekatan dan ihwal ruhani yang luhur disebut sebagai
mahabbah.15

Menurut Ibnu Qayyim, ibadah adalah cinta kepada Allah,


bahkan mengkhususkan hanya cinta kepada Allah semata. Jadi,
hendaklah semua cinta itu hanya kepada Allah, tidak mencintai yang
lain bersamaan mencintainya. Ia mencintai sesuatu itu hanyalah
kerena Allah dan berada di jalan Allah. Cinta sejati adalah apabila
seluruh dirinya diserahkan untuk kekasih (Allah), hingga tidak
tersisa sama sekali untuknya (lantaran seluruhnya sudah diberikan
kepada Allah) dan hendaklah cemburu (ghirah), bila ada orang yang
mencintai kekasihmu melebihi cintamu kepadaNya. Maka dari itu,
setiap cinta yang bukan karena Allah adalah batil. Setiap amalan
yang tidak dimaksudkan karena Allah adalah batil juga. Maka dunia
itu terkutuk dan apa yang ada di dalamnya juga terkutuk, kecuali
untuk Allah dan Rasulnya.16

f) Masjid

1. Definisi Masjid

Masjid bagi kalangan umat Islam mempunyai arti yang besar


dalam kehidupan, baik dari segi fisik maupun spiritual. Kata masjid
yang akar katanya sajada memiliki arti patuh, taat, serta tunduk
15
Abul Qosim Al-Qusyairy An-Naisabury, Risalatul Qusyairiyah, Induk Ilmu Tasawuf
(Surabaya: Risalah Gusti,1996), 399.
16
Ahmad Bangun Nasution, Akhlak Tasawuf Pengenalan Pemahaman Dan
Pengaplikasiannya Disertai Biografi dan Tokoh-Tokoh Sufi (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), 110.
dengan penuh hormat dan takzim. Menurut kamus besar bahasa
Indonesia masjid adalah rumah atau bangunan tempat salat orang
Islam. Muh.Anwar menjelaskan bahwa bumi yang ditempati ini
adalah masjid bagi kaum muslimin. Setiap muslim boleh melakukan
salat di wilayah mana pun di bumi ini, terkecuali di atas kuburan dan
di tempat yang bernajis, dan di tempat-tempat yang menurut ukuran
syariat Islam tidak sesuai untuk dijadikan tempat salat. Dalam
perkembangannya, kata masjid sudah mempunyai pengertian khusus
yaitu suatu bangunan yang dipergunakan sebagai tempat
mengerjakan salat, baik untuk salat lima waktu, salat Jumat, atau pun
Hari Raya. Sidi Gazalba menjelaskan sebagaimana yang dikutip
Badruzzaman Ismail dalam buku Manajemen Masjid dan Adat
Kebiasaan di Aceh bahwa masjid selain menjelma sebagai tempat
salat, apa pun jenisnya, masjid juga memiliki peran sebagai wadah
untuk berkumpulnya umat muslim, wadah untuk memupuk
keyakinan dan manifestasi ikatan masusia dengan Allah, dan sebagai
sumber ijtihad. Masjid pun menjadi sumber ikatan-ikatan masyarakat
dengan kebudayaan, politik, ekonomi, iptek, seni, dan filsafat.
Dengan demikian, masjid dalam hal ini tidak hanya diartikan sebagai
pusat peribadatan umat Islam, tetapi juga mencakup sebagai pusat
pembinaan kehidupan, kebudayaan, dan sumber peradaban Islam.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa masjid adalah pusat
kegiatan peribatan umat Islam. Baik itu ibadah yang mencakup
hubungan manusia dengan Allah Swt., hubungan manusia dengan
sesama manusia, ataupun hubungan manusia dengan alam.

2. Fungsi Masjid

Masjid pada awalnya merupakan tempat pusat segala


kegiatan, bukan saja sebagai pusat ibadah khusus, seperti salat dan
itikaf. Akan tetapi masjid merupakan pusat kebudayaan dan muamat.
Masjid merupakan tempat lahir kebudayaan Islam yang demikian
kaya dan berkah. Kejayaan umat Islam yang telah tertulis dalam
lembaran- lembaran. Badruzzaman Ismail, Manajemen Masjid dan
Adat Kebiasaan di Aceh. Lembaran sejarah peradaban Islam tidak
bisa dilepaskan dari proses pendidikan Islam yang dilakukan di
masjid. Eman Suherman dalam buku Manajemen Masjid menuliskan
beberapa fungsi masjid, yaitu:

a. Tempat melakukan ibadah

b. Tempat untuk melakukan kegiatan opendidikan keagamaan

c. Tempat bermusyawarah kaum muslimin

d. Tempat konsultasi kaum muslim

e. Tempat kegiatan remaja Islam

f. Tempat penyelenggaraan pernikahan

Berbagai fungsi masjid di atas tentu semakin mengerucutkan


pemahaman bahwa keberadaan masjid di tengah-tengah umat atau
masyarakat Islam adalah hal yang sangat urgen. Keberadaan masjid
memberikan fungsi yang sangat inti dalam kehidupan insan muslim.
Fungsi masjid di atas menunjukkan bahwa pada hakikatnya masjid
merupakan salah satu bagian terpenting bagi kelangsungan hidup
umat Islam, pun dari masjidlah pusat tumbuh dan berkembangnya
peradaban Islam.17

g) Masjid Agung Baitussalam Purwokerto

Masjid Agung Baitussalam Purwokerto terletak dipusat kota


Purwokerto yang berdekatan dengan Alun-alun Purwokerto. Masjid
Agung Baitussalam Purwokerto dibangun pada tahun 1910 dengan

17
Nurhidayat. 2021. STRATEGI DAKWAH REMAJA MASJID ALHIDAYAH DALAM
MENINGKATKAN PEMAHAMAN KEAGAMAAN DI DESA BONTOBIRAENG SELATAN KECAMATAN
BONTONOMPO KABUPATEN GOWA. (Skripsi, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Alaudin
Makassar)
luas 3073 m2. Dimana masyarakat muslim diberikan tanah wakaf
oleh Bapak R. Mochamad Dirdjo (Landrad penghulu) suami dari
RA. Soemartini Putri dari KPA Mertadiredja III dari garwo Mas
Adjeng Taloeki Soemarsih. Masjid Agung Baitussalam Purwokerto
merupakan masjid besar dan terletak di tengah kota tepatnya di Jl.
Masjid No.1, Purwokerto, Sokanegara, Kec. Purwokerto Tim.,
Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah 53115. Masjid ini punya
program rutinan harian, mingguan dan tahunan untuk memakmurkan
masjid. Program-program tersebut dihadiri sampai sekitar 100
jama’ah setiap programnya bahkan ribuan untuk program
tahunannya yaitu Banyumas mengaji.

G. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

a) Pendekatan Penelitian

Untuk memperoleh data, fakta, dan informasi yang akan


mengungkap dan menejelaskan permasalahan, penulis menggunakan
pendekatan kualitatif yaitu pendekatan yang bersifat deskriptif kualitatif .

Penulis menerapkan pendekatan deskriptif kualitatif karena


penulis ingin mendeskripsikan keadaan yang akan diteliti di lapangan
secara spesifik, transparan dan mendalam.

b) Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang bersifat


kualitatif, pengumpulan datanya menggunakan metode deskriptif dan
menggunakan analisis dengan pendekatan induktif. Penelitian kualitatif
yaitu suatu penelitian kontekstual yang menjadikan manusia sebagai
instrument, dan disesuaikan dengan pengumpulan data yang pada
umumnya bersifat kualitatif. Metode penelitian kualitatif merupakan
metode yang menekankan objek penelitiannya terhadap keunikan
manusia atau gejala sosial yang tidak dapat dianalisis dengan metode
statistik.

2. Lokasi Penelitian

Lokasi Penelitian dilakukan di Masjid Agung Baitussalam


Purwokerto beralamat di Jl. Masjid No.1, Purwokerto, Sokanegara, Kec.
Purwokerto Tim., Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah 53115.

3. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan di laksanakan pada November-Desember 2023

4. Subyek dan Obyek Penelitian

a) Subyek Penelitian

Subyek Peneltian ini adalah Takmir Masjid Agung Baitussalam


Purwokerto.

b) Obyek Penelitian

Obyek penelitian ini adalah Strategi Takmir Masjid Agung


Baitussalam Purwokerto untuk meningkatkan antusias remaja agar cinta
terhadap masjid.

5. Sumber Data Penelitian

Berdasarkan sumbernya, data dibedakan menjadi dua yaitu data


primer dan sekunder

a) Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari


informan di lapangan yang erat kaitannya dengan masalah yang akan
diteliti. Dalam penelitian ini, data primer yang dikumpulkan adalah
ketua takmir dan Yayasan Masjid Agung Baitussalam Purwokerto dan
sejumlah responden yang memiliki pengetahuan tentang strategi takmir
Masjid Agung Baitussalam Purwokerto untuk meningkatkan antusias
remaja agar cinta terhadap masjid.

b) Data Sekunder

Data sekunder yaitu pustaka-pustaka yang memiliki kaitan dan


bisa menunjang penelitian ini. Yaitu dapat berupa buku, jurnal, majalah,
surat kabar, internet, serta sumber data lain dapat dijadikan sebagai data
pelengkap.

6. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, penulis menerapkan beberapa metode


dalam pengumpulan data yaitu:

a) Observasi

Metode observasi adalah metode pengumpulan pengamatan


dan pencatatan data yang sistematis terhadap gejala-gejala yang
diselidiki yang tampak pada objek penelitian yang pelaksanaannya
langsung pada tempat yang diselidiki. Observasi menjadi salah satu
teknik pengumpulan data apabila sesuai dengan tujuan penelitian,
direncanakan, dan dicatat secara sistematis, dapat dikontrol
keandalan (reabilitas) dan kesahihannya (validitasnya).

Dalam penelitian ini penulis terjun langsung untuk melihat


dan mengamati takmir Masjid Agung Baitussalam Purwokerto
melalui strateginya dapat meningkatkan antusias remaja untuk
cinta terhadap masjid.

b) Wawancara

Metode wawancara yaitu suatu metode dalam penelitian


yang memiliki tujuan untuk mengumpulkan keterangan verbal dari
seorang responden secara langsung atau bertatapan muka untuk
menggali informasi dari responden dan untuk mendapatkan
keterangan masalah penelitian. Jenis wawancara yang digunakan
dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam yaitu suatu cara
pengumpulan data atau informasi dengan cara bertatap muka
langsung dengan informan agar mendapatkan data lengkap dan
mendalam.

c) Dokumentasi

Dokementasi yaitu data-data pendukung lain melalui


dokumen-dokumen penting seperti dokumen lembaga yang diteliti.
Foto dan sumber tertulis lain pun mendukung digunakan untuk
penelitian.

7. Teknik Analisis Data

Langkah-langkah analisis data sebagai berikut:

a) Reduksi Data

Reduksi data yang dimaksud adalah proses pemilihan,


pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan
transformasi data yang sifatnya masih terkesan belum ilmiah yang
bersumber dari catatan tertulis dan hasil rekaman di lapangan.
Dengan reduksi ini, pembaca tidak akan kesulitan sehingga dalam
menyimpulkan isi penelitian tidak lebih dan tidak terdapat
penafsiran yang salah dengan penulis.

b) Penyajian Penyajian data

Penyajian data adalah pendeksripsian sekumpulan


informasi tersusun yang memberikan kemungkinan adanya
penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data
kualitatif disajikan dalam bentuk teks narasi, dirancang dngan
tujuan menggabungkan informasi yang tersusun dalam bentuk
padu serta mudah dipahami. Dalam penyajian data, peneliti
kemudian mengurai setiap permasalahan dalam pembahasan
penelitian dengan cara memaparkan secara umum kemudian
menjelaskan dalam pembahasan yang lebih spesifik.

c) Penarikan Kesimpulan

Penariakan kesimpulan atau verifikasi merupakan kegiatan


akhir dalam analisis data kualitatif. Peneliti harus sampai pada
kesimpulan dan melakukan verifikasi. Penarikan kesimpulan
sebenarnya adalah sebagian dari satu kegiatan yang utuh.
Kesimpulan yang diperoleh selama di lapangan diverifikasi selama
penelitian berlangsung dengan cara memikirkan kembali dan
meninjau ulang catatan lapangan sehingga terbentuk penegasan
kesimpulan.

H. SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika adalah struktur penelitian yang akan mengarahkan


pada pokok-pokok pembahasan yang akan menjadi panduan saat dikaji dalam
penelitian. Terdapat lima Langkah sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab pendahuluan merupakan awal melakukan penelitian. Bab ini


berisikan latar belakang, penegasan istilah, rumusan masalah, tujuan, manfaat
penelitian, kajian Pustaka, dan system penulisan.

BAB II KAJIAN TEORI :

Bab ini menjelaskan kajia-kajian teori yang terdapat pada penelitian.


Pertama, teori strategi. Kedua, teori takmir masjid. Ketiga, teori antusias,
Keempat, teori remaja. Kelima, teori cinta. Keenam, teori masjid dan ketujuh,
teori Masjid Agung Baitusssalam Purwokerto.

BAB III METODE PENELITIAN :

Bab ini penulis menjelaskan jenis penelitian dan pendekatan, lokasi


penelitian, waktu penelitian, subyek dan obyek penelitian, sumber data, Teknik
pengumpulan data, dan metode pengumpulan data.

BAB IV : PENYAJIAN ANALISIS DATA

Bab ini, penulis memaparkan hasil data yang diperoleh pada bagian ini,
meliputi: gambaran umum lokasi, pemaparan pokok bahasan secara global,
penyajian data, analisis data dan kajian.

BAB V : PENUTUP

Bab ini akan disajikan poin penting dari hasil penelitian berupa
kesimpulan dan saran. Selain itu, mencakup daftar Pustaka dan lampiran-
lampiran.

I. DAFTAR PUSTAKA

Aziz Muslim. “Manajemen Pengelolaan Masjid.” Jurnal Aplikasi llmu-ilmu


Agama 5, no. 2 (2005): 105–114. http://digilib.uin-suka.ac.id/8309/1/AZIZ
MUSLIM MANAJEMEN PENGELOLAAN MASJID.pdf.

Basit, Abdul. “Strategi Pengembangan Masjid Bagi Generasi Muda.”


KOMUNIKA: Jurnal Dakwah dan Komunikasi 3, no. 2 (1970): 270–286.

Fandy Tjiptono. “Fandy Tjiptono, Strategi Pemasaran , (Yogyakarta: ANDI,


2008), h. 3. 19” (n.d.): 19–39.

Jannah, Miftahul. “Remaja Dan Tugas-Tugas Perkembangannya Dalam Islam.”


Psikoislamedia : Jurnal Psikologi 1, no. 1 (2017): 243–256.

Junaidah. “Strategi Pembelajaran Dalam Perspektif Islam.” Jurnal Pendidikan


Islam 6 (2015): 127.

JUPRI. “STRATEGI PEMBINAAN UNTUK MEMBENTUK


RELIGIUSITAS REMAJA DI MASJID AL-HIDAYAH PUCANGAN
KARTASURA.” STRATEGI PEMBINAAN UNTUK MEMBENTUK
RELIGIUSITAS REMAJA DI MASJID AL-HIDAYAH PUCANGAN
KARTASURA 4, no. 1 (2023): 88–100.

Latifah, Rika Vira Zwagery, Esty Aryani Safithry, and Ngalimun. “Konsep
Dasar Pengembangan Kreativitas Anak Dan Remaja Serta Pengukurannya
Dalam Psikologi Perkembangan.” Educurio Yayasan Pendidikan Tanggui
Baimbaian 1, no. 2 (2023): 426–439.
http://qjurnal.my.id/index.php/educurio/article/view/275.

Loka, Melati Puspita, and Erba Rozalina Yulianti. “KONSEP CINTA (STUDI
BANDING PEMIKIRAN IBNU QAYYIM AL-JAUZIYYAH DAN ERICH
FROMM) Melati Puspita Loka Erba Rozalina Yulianti.” Syifa Al-Qulub 3, 1,
no. Januari (2019): 72–84. https://scholar.google.com/citations?
view_op=view_citation&hl=id&user=IMwRodQAAAAJ&citation_for_view=I
MwRodQAAAAJ:zYLM7Y9cAGgC.

Mubarak, Ramdanil. “Peran Takmir Masjid Dalam Pelaksanaan Pendidikan


Islam Di Masjid Darus Sakinah Sangatta Utara Ramdanil.” pendidikan Islam
18 (2020): 233–248.
https://ejurnal.iainpare.ac.id/index.php/alislah/article/view/1576/864.

Mujiono, Rahmat. “SEJARAH MASJID AGUNG BAITUSSALAM


PURWOKERTO A.,” no. 4 (2017): 18–26.

Putri, Salsabila Assyifa, and Mukh Nursikin. “Peran Takmir Masjid Suciati
Dalam Menguatkan Karakter Remaja Masjid Melalui Pendidikan Agama
Islam” 8, no. 2 (2023).

Santosa, Donald Samuel Slamet. “Peningkatan Antusiasme Dan Kedalaman


Kajian Belajar Mahasiswa Melalui Peningkatan Antusiasme Dan Kedalaman
Kajian Belajar Mahasiswa Melalui Pembelajaran Berbasis Silabus Individual.”
Universitas Negeri Jakarta 53, no. 9 (2018): 1–9.

Anda mungkin juga menyukai