Anda di halaman 1dari 2

PERAN DAN FUNGSI MASJID DALAM PENGEMBANGAN

BUDAYA/PERADABAN ISLAM

Nama: Azra Fahriyah Indrasta

NIM: 102111233084

Fakultas: Kesehatan Masyarakat

Program Studi: Gizi

1. Masjid merupakan tonggak ibadah bagi umat muslim di dunia. Bahkan pada zaman
Rasulullah SAW masjid merupakan pusat peradaban. Namun, saat ini masjid
mengalami penurunan, dan terlihat ramai pada saat tertentu saja. Apabila dikelola
dengan baik, masjid dapat menjadi sebuah institusi yang dapat membawa manfaat
lebih bagi masyarakat. Sebagaimana yang telah dituliskan dalam Al-Qur’an Q.S At
Taubah ayat 8 yang memiliki arti :
“Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Allah, mereka adalah orang-orang
yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir (Kiamat), serta tetap mendirikan shalat,
menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka
merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang
mendapat petunjuk.”. Untuk memakmurkan masjid, terdapat beberapa hal yang
dapat dilakukan. seperti melibatkan semua unsur masyarakat dalam pengelolaan
masjid. Tidak hanya sebatas di kalangan orang tua saja. Melainkan juga melibatkan
para pemuda. Selain itu, dapat membuat program-program kajian keagamaan yang
menarik ataupun kegiatan sosial kegamaan yang dilaksanakan secara rutin.
Memakmurkan masjid dapat pula dilakukan dengan memanfaatkan media sosial.
Seperti kajian di youtube, infografis atau poster berupa materi-materi fiqih,akhlak,
ibadah, dll. Pembangunan dan pengembangan fasilitas masjid juga sangat penting
dalam upaya memakmurkan masjid. Tujuannya tidak lain untuk membuat para
jamaah menjadi nyaman saat melakukan ibadah. Misalnya dengan membangun
tempat wudhu atau fasilitas ibadah yang nyaman dan dapat diakses oleh semua
orang. Termasuk penyandang disabilitas. Begitu juga dengan menjaga kebersihan
masjid sebagai salah satu keutamaan dan menjaga kesucian.
2. Menurut saya masjid radikal adalah masjid yang memegangi dan mengikuti
pandangan atau prinsip yang bersifat radikal dan ekstrem serta ajaran tidak sesuai
dengan syariat islam. Juru Bicara BIN Wawan Hari Purwanto mencatat, sekitar 50
khatib atau penceramah yang masuk kategori sebagai penyebar dan penyeru
radikalisme di masjid-masjid di lingkungan pemerintahan. BIN mendata dari 41
masjid yang terindikasi telah terpapar radikalisme, ada 17 masjid kondisinya sudah
masuk kategori parah. Juru Bicara BIN mengungkapkan, khotbah salat Jumat yang
disampaikan khatib di sejumlah masjid itu berisi ajakan dan seruan untuk ikut
berperang ke Suriah atau Marawi (Filipina Selatan) bergabung dengan kelompok
radikal Islamic State of Suriah and Iraq (ISIS). Kata Wawan, para khatib penyeru
radikalisme itu "memelintir" ayat-ayat Alquran untuk melegitimasi ajakan dan
seruan mereka. Para khatib itu memelintir ayat-ayat Alquran tanpa memahami
sebab-sebab ayat itu diturunkan, misalnya, ayat-ayat perang disampaikan dengan
"dipelintir" untuk kepentingan agitasi massa. Penyebaran radikalisme lewat mimbar
masjid, ajakan serta seruan menganut radikalisme, berpaham, dan bertindak radikal
adalah sangat bertentangan dengan visi dan misi suci yang harus dibangun, dibina,
dan ditegakkan di masjid. Segala bentuk ekstremisme dan radikalisme di mana saja
dan dari mana saja, termasuk di dan dari masjid yang terpapar harus ditangkal.

Sumber refrensi: https://nasional.sindonews.com/berita/1358824/18/masjid-


terpapar-radikalisme/10

Anda mungkin juga menyukai