Anda di halaman 1dari 86

ABSTRAK

Peran Remaja Masjid Dalam Meningkatkan Dakwah Di Desa Plososharjo


kecamatan Pace kabupaten Nganjuk, Program Studi Manajemen Dakwah,
Fakultas Dakwah dan Komunikasi Islam

Penelitian ini berjudul “Peran Remaja Masjid Baitul Mustofa Qauman


Dalam Meningkatkan Dakwah Di Desa Plosoharjo” ,merupakan penelitian yang
meneliti tentang Perjuangan REMAS di dalam memajukan Dakwah Desa
Plosoharjo, Kec. Pace, Kab. Nganjuk. Penelitian ini berusaha mengetahui : 1)
Bagaimana Peran remaja masjid Baitul Mustofa Qouman dalam kemajuan dakwah
di desa plosoharjo? 2) Bagaimana Peran Remas Baitul Mustofa Qouman dalam
memakmurkan Masjid ? 3) Bagaimana dampak setelah terbentuknya Remas di
desa Plosoharjo?

Metode Penelitian : Berdasarkan Sumber datanya penelitian ini termasuk


penelitian lapangan, dan ditinjau dari segi sifat-sifat data termasuk dalam
penelitian kualitatif, berdasarkan pembahasannya termasuk penelitian deskriptif
dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Data dikumpulkan dengan
metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisa data dilakukan mulai dari
reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian : Menunjukkan bahwa keberadaan remaja masjid memiliki


fungsi dan peranan yang sangat penting di dalam komunitas tersendiri. Dalam
menjalankan peranannya, aktivitas kegiatan yang dilakukan oleh remaja masjid
yang ada di Desa Plosoharjo tidak hanya fokus pada bidang keremajaan,
melainkan bidang kemasjidan untuk memperluas jangkauan aktivitas dan
pelayanannya dalam mencapai kemakmuran masjid yang dicita-citakan. Adanya
Remas dalam memakmurkan masjid yaitu dengan cara Melakukan Shalat
berjamaah di Masjid, dan Melakukan Peringatan hari-haribesar di Masjid ,
Dampak adanya Remas ini dari pengurus dan anggota aktif sendiri juga
menunjukkan kepada masyarakat kalau organisasi mereka ini adalah organisasi
yang positif. Sampai saat ini pun masyarakat juga sangat antusias dalam
mendukung organisasi remaja masjid ini, dan ini pun juga berdampak positif bagi
anggota yaitu, menjadikan banyak nya anggota baru.

Kata Kunci : Peran remaja masjid, Kemajuan Dakwah.

i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Konteks Penelitian

Masjid pada awalnya merupakan tempat pusat segala kegiatan, bukan

saja sebagai pusat ibadah khusus, seperti shalat dan i'tikaf. Akan tetapi, masjid

merupakan pusat kebudayaan dan muamalat. Masjid merupakan tempat

dimana lahir kebudayaan Islam yang demikian kaya dan berkah. 1 Kejayaan

umat Islam yang telah tertulis di dalam lembaran-lembaran sejarah peradaban

Islam tidak bisa dilepaskan dari proses pendidikan Islam yang dilakukan di

masjid.

Masjid memiliki fungsi edukasi diantaranya adalah berfungsi untuk

pengembangan nilai-nilai humanis dan kesejahteraan umum. Fungsi tersebut

bisa disebut sebagai fungsi edukasi. Fungsi edukasi ini seringkali terlewatkan

dari perhatian umat meski tetap disadari bahwa fungsi tersebut penting untuk

dikembangkan. Mengembangkan fungsi edukasi masjid dimulai dari

pemahaman tentang konsep pendidikan Islam secara benar dan tidak dimaknai

secara sempit. Pendidikan Islam merupakan pendidikan yang secara

komprehensif-integratif mengembangkan potensi manusia baik fisik-material,

emosi, dan juga spiritualnya.2

Jika berbicara tentang masjid, maka tidak terlepas dengan peran remaja

masjid. Pada masa dahulu, Peran remaja masjid sangatlah penting terutama

1
Sofan Safri Harahap, Manajemen Masjid, Yogyakarta: Dhana Bhakti Prima, 1996,5.
2
Moh. Roqib, Menggugat Fungsi Edukasi Masjid, Yogyakarta: Grafindo Litera
Media,2005, v.

1
dalam membentuk generasi islam serta pembentukan karakter.Dakwah yang

dilakukan untuk menyebarkan islam di Nusantara sangatlah terencana dan

tidak spontanitas. Sehingga berhasil mengubah masyarakat yang dulu

mayoritas Hindu menjadi mayoritas Muslim tanpa harus merusak nilai-nilai

budaya.

Melalui peran remaja masjid, masjid mampu menjadi wadah

pembentukan karakter serta pendidikan karakter bagi masyarakat sekitar

khususnya remaja-remaja yang dalam dunia nyata pergaulannya kini sangat

rawan. Dimana banyak kita jumpai pergaulan para remaja di luar sana yang

memprihatinkan dan layak untuk diberikan bimbingan serta arahan-arahan.

Hal itu bisa terjadi karena adanya beberapa faktor seperti tidak adanya

upaya yang dilakukan oleh anggota masyarakat sekitar dalam mengembalikan

moral dan karakter anak serta peran masyarakat itu sendiri dalam memberikan

sentuhan pendidikan karakter.

Remaja masjid merupakan organisasi dakwah Islam anak organisasi

(underbouw) takmir masjid, yang mengambil spesialisasi pembinaan remaja

muslim melalui masjid. Disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan Remaja

masjid adalah pekumpulan para remaja dalam suatu organisasi yang diadakan

dimasjid dan mempunyai tujuan untuk menumbuhkan akhlak yang baik, budi

pekerti luhur dan menjadi teladan bagi remaja lainnya.3

Dalam kemajuan dakwah di lingkungan pedesaan tidak cukup hanya

dengan mengandalkan kegiatan keagamaan yang sudah menjadi rutinitas

dalam suatu wilayah tersebut. Apalagi dengan bertambah canggih dan


3
Hurima, dkk. laporan penelitian Pelaksanaan Kegiatan Remaja masjid Al Mustaqim
Kelurahan Sail Kecamatan Tenayan Raya, Universitas Riau, 2-3

2
majunya teknologi dan informasi di era globalisasi seperti zaman ini, dakwah

agama juga harus di sebar luaskan serta dikembangkan juga. Dan jika hanya

mengandalkan pemuka agama di suatu wilayah saja maka dakwah itu pun

tidak akan bisa disampaikan secara maksimal. Selain itu dengan adanya

organisasi yang bernama REMAS (Remaja Masjid) ini bisa menjadi suatu

wadah untuk mengembangkan bakat-bakat keagamaan di lingkungan tersebut,

selain itu REMAS sendiri juga bisa menjadi oraganisasi yang bisa

mengembalikan fungsional masjid.

Seperti halnya yang dilakukan remaja masjid Baitul Mustofa Qouman ,

dalam rangka mengembalikan nilai religius serta pendidikan karakter bagi

masyarakat sekitar khususnya anak-anak remaja. Sebagaimana mestinya,

remaja masjid berupaya melakukan berbagai macam kegiatan penunjang serta

strategi secara rutin kepada masyarakat sekitar, seperti halnya ustadz yang

menggandeng beberapa santri atau aktivis masjid yang akan menjadi penerus

generasi di desa tersebut mengadakan suatu kegiatan yang bisa mengajak para

remaja-remaja sekitar untuk mau ikut serta dalam kegiatan keagamaan di desa

tersebut. Harapannya adalah melalui berbagai macam kegiatan tersebut akan

timbul kesadaran pentingnya menjaga moral serta katrakter dalam diri masing-

masing individu. Dari sini lah nanti nya bisa ternilai oleh masayarakat betapa

pentingnya peran REMAS ini terhadap kemajuan dakwah.

Remas sebagai wadah pembinaan remaja islam memiliki peran yang

sangat penting dalam mewujudkan remaja islam yang beriman, dan bertaqwa

kepada Allah SWT.

3
Menurut Ayub, pembinaan remaja islam dapat dilakukan dengan

berbagai cara yaitu:4

a. Melakukan bimbingan agama dan moral secara rasional.

b. Melakukan bimbingan, berdiskusi dan bermusayawarah.

c. Menyediakan buku bacaan tentang agama, moral, dan ilmu pengetahuan.

d. Memberikan kesempatan untuk berperan dan bertanggung jawab sebagai

orang dewasa melalui wahana organisasi.

e. Memberikan perlindungan terhadap pengaruh negatif dari lingkungan dan

media massa.

f. Membimbing dan mengawasi pergaulan muda-mudi.

g. Menyalurkan hobi yang sehat dan bermanfaat.

h. Memberikan kesempatan berolahraga.

i. Memberikan kesempatan berpiknik.

Remas memiliki berbagai kegiatan yang semuanya mengandung unsur

pembinaan terhadap remaja dalam membina pengamalan ibadah baik kegiatan

yang bersifat pengajian dan kegiatan yang bersifat keagamaan atau kegiatan

bersifat sosial.Kegiatan-kegitan pengajian sebagai salah satu kegiatan bersifat

keagamaan yang membahas masalah-masalah yang berkaitan denga ibadah ,

muamalah akhlak dan masalah-masalah remaja. Sehingga diharapkan setelah

mengikuti pengajian ini pengetahuan agama remaja akan bertambah dan

pengamalan ibadah mereka lebih baik. Kegiatan olah raga dan kesenian

dilaksanakan untuk mengetahui bakat dan mengembangkan kreativitas

4
Tim ICMI, Pedoman Manajemen Masjid, Jakarta: ICMI Orsa Cempaka Putih,
2004.145.

4
mereka. Dan bertujuan untuk semakin memper erat tali sillaturahmi antar

anggota Remas.

Mengadakan Kegiatan peringatan hari besar islam atau PHBI dapat

menambahkan semangat mereka untuk rajin ke masjid meneladani perjalanan

hidup dan akhlak rasul, mengetahui sejarah islam dan lebih mempererat tali

persaudaraan antar sesama muslim. Kegiatan pengajian silaturahmi antar

Remas diadakan setiap 1 bulan sekali bertujuan untuk salah satunya yakni

evaluasi baik bagi pengurus maupun anggota REMAS, selain itu juga

bertujuan untuk menjalin tali siilaturrahim antar remaja masjid dengan Remas

yang lain.

Mengenai kegiatan untuk remaja masjid Baitul Mustofa Qouman ini

sangat lah unik, kita ambil dari salah satu narasumber yang telah kita

wawancarai. Mulai dari awal pembentukan remaja masjid ini dulu diadakan

semacam arisan, dengan harapan semua remaja di desa tersebut bisa

terkumpulkan dan mengenal satu sama lain, serta peresmian organisasi

REMAJA MASJID disitu ustadz langsung mengundang kepala desa untuk

menyetujui serta meresmikan organisasi ini. Setelah itu agenda arisan kita

adakan seminggu sekali di tempat yang sama dengan harapan yang masih

sama yaitu mengumpulkan dan mengenal kan satu sama lain,disetiap

pertemuan itu kita masih baru membahas tentang kegiatan-kegiatan yang akan

kita jalani seperti halnya gotong royong membersihkan mushola-mushola

yang ada di desa itu dengan cara gilir hari dan mengikuti semua kegiatan

keagamaan yang ada di desa itu, misalkan harus ikut serta jika ada rutinan

khotmil qur'an di salah satu mushola. Dan kegiatan itu berjalan seterus nya.

5
Ditengah-tengah perjuangan pembentukan REMAS juga ada yang pro

dan kontra. Ada yang merasa terganggu dengan adanya organisasi ini karena

merasa terbebani dengan adanya arisan tersebut. Ada juga yang merasa senang

dengan adanya organisasi ini masjid jadi kelihatan hidup dan masyarakat pun

jadi merasa terbantu dengan adanya oraganisasi REMAS ini karena sudah

menjadi niat awal para aktivis masjid atau REMAS ini untuk membantu dan

mengajak semua kalangan anak remaja untuk selalu mau belajar kebaikan dan

meramaikan masjid dengan berbagai kegiatan keagamaan.

Karena adanya banyak masalah-masalah yang selalu timbul di awal

pembentukan organisasi ini tidak membuat para aktivis masjid ini menjadi

lemah, namun menjadikan mereka tambah semangat untuk maju meneruskan

organisasi remaja masjid ini. Semua masukan pun diterima dan dijadikan

evaluasi oleh aktivis-aktivis masjid sehingga bisa menjadikan lebih kokohnya

oraganisasi remaja masjid ini. Dengan ini peneliti mengajukan judul “PERAN

REMAJA MASJID BAITUL MUSTOFA QOUMAN DALAM

MENINGKATKAN DAKWAH DI DESA PLOSOHARJO” karena

peneliti ingin tau seberapa susah perjuangan membentuk organisasi baru

dengan latat belakang masalah-masalah yang ada.

B. Fokus masalah

1. Bagaimana Peran remaja masjid Baitul Mustofa Qouman dalam kemajuan

dakwah di desa plosoharjo?

2. Bagaimana Peran Remas Baitul Mustofa Qouman dalam memakmurkan

Masjid ?

6
3. Bagaimana dampak setelah terbentuknya Remas di desa Plosoharjo

C. Tujuan Penelitian

Untuk lebih meyakinkan pembaca tentang kajian pustaka yang

dilakukan penulis yang erat kaitannya dengan judul yang dibahas, maka

akan dikemukakan tujuan penelitian yaitu:

1. Untuk Mengetahui Peran remaja masjid Baitul Mustofa Qouman dalam

meningkatkan dakwah di Desa Plosoharjo.

2. Untuk Mengetahui peran Baitul Mustofa Qouman dalam memakmurkan

Masjid.

3. Untuk Mengetahui dampak setelah terbentuknya Remas di Desa

Plosoharjo.

D. Kegunaan Penelitian

Adapun manfaat dan Kegunaan dari penelitian ini adalah:

1. Bagi Masyarakat

a. Dapat meningkatkan ajaran Islam dalam realita kehidupan, yang bisa

mewujudkan nilai dan prinsip Islam dalam menambah keimanan.

b. Dapat mendorong umat untuk menjalankan nilai-nilai Islam, baik

secara individu atau kelompok. Supaya lebih baik dalam melaksanakan

amar ma’ruf nahi munkar.

c. Dapat meningkatkan kualitas jiwa dan keimanan.

7
2. Bagi Lembaga

a. Dapat menambah khasanah keilmuan khususnya dalam

mempraktekkan bidang manajemen dakwah dan keilmuan yang terkait.

b. Diharapkan menjadi sarana dalam mempraktekkan teori-teori yang

pernah peneliti dapatkan di bangku kuliah.

c. Dapat memotivasi dan mendongkrak aspek syi’ar Islam dalam

berdakwah.

d. Untuk menentukan langkah dan program agar berjalan secara

sistematis.

3. Bagi Perpustakaan

a. Dapat menambah referensi kepustakaan di IAI Pangeran Diponegoro

Nganjuk

b. Dapat dijadikan acuan/tinjauan pustaka peneliti selanjutnya dalam

melakukan penelitian objek yang sama.

c. Dapat menjadi wadah bagi pembaca untuk menambah keilmuan yang

terkait dengan bahasan penelitian ini

d. Sebagai bahan evaluasi dari model manajemen dakwah yang pernah

diterapkan di lembaga.

E. Penegasan Istilah

1. Penegasan Konseptual

Adapun penjabaran secara mendetail penegasan konseptual dari

“PERAN REMAJA MASJID BAITUL MUSTOFA QOUMAN DALAM

MENINGKATKAN DAKWAH DI DESA PLOSOHARJO” antara lain :

8
a. Peran : menurut Soekanto,menjelaskan bahwa role (peran) merupakan

aspek dinamis dari kedudukan, yaitu seseorang yang melaksanakan

hak-hak dan kewajibannya.5

b. Remaja Masjid : suatu organisasi yang anggotannya terdiri dari para

remaja yang berumur antara 13 sampai 25 tahun dan menjadikan pusat

kegiatan baik yang bersifat keagamaan mapun yang bersifat sosial

kemasyarakatan dalam rangka membina para remaja agar dapat

mencegah kenakalan remaja. Melalui organisasi ini pula para pengurus

dan anggotanya mendapatkan pembinaan agar beriman, berilmu, dan

beramal, shalih, dalam rangka mencapai keridhaan Allah SWT.

c. Dakwah : mengajak, menyeru, memanggil, menggerakkan manusia

agar taat terhadap ajaran-ajaran Islam, untuk kebaikan dan mencegah

mereka dari perbuatan munkar agar memperoleh kebahagiaan dunia

dan akhirat. Definisi ini sesuai dengan Firman Allah dal surat ali imron

ayat 104.

2. Penegasan Operasional

Penegasan ini merupakan hal penting dalam penelitian untuk

memberi batasan kajian pada penelitian. Adapun penegasan secara

operasional dari judul “PERAN REMAJA MASJID BAITUL MUSTOFA

QOUMAN DALAM MENINGKATKAN DAKWAH DI DESA

PLOSOHARJO” yaitu kegiatan operasional remaja masjid yang terjadi

dan dilaksanakan pada tahun 2019-2020. Penegasan ini sangat diperlukan

sebagai tolok ukur dari keberhasilan remaja masjid dalam kemajuan

5
Soekanto, Soerjono. 2015. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : Rajawali Pers.h.215

9
dakwah di desa Plosoharjo sehingga terwujudnya tatanan Islam Khairu

Ummah.

Maka berdasarkan pembahasan ini peneliti mengajukan sebuah

judul yang terkait erat hubungannya dengan dakwah yang diaplikasikan

oleh remaja masjid, dengan mengambil judul “PERAN REMAJA

MASJID BAITUL MUSTOFA QOUMAN DALAM MENINGKATKAN

DAKWAH DI DESA PLOSOHARJO”

3. Lokasi penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Masjid Baitul Mustofa Qouman

yang terletak di dusun Mojorejo desa Plosoharjo kecamatan Pace

kabupaten Nganjuk.

Alasan mendasar melakukan penelitian di masjid ini adalah masjid

yang dekat dengan tempat tinggal. Selai itu remaja masjid baitul mustofa

qouman ini juga baru berdiri dan diresmikan tahun 2017 sehingga sangat

membutuhkan kontribusi dari pihak luar yang meliputi kritik dan saran

untuk kemajuan organisasi ini supaya lebih baik kedepannya. Belum

adanya peneliti di masjid ini menggugah semangat peneliti untuk

melaksanakan penelitian di bidang dakwah yang dilaksanakan oleh kaum

remaja.

F. Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah dalam pembuatan skripsi, penulis akan

menjelaskan mengenai sistematika pembahasan yang terdirir dari beberapa

bab, antara lain:

10
Bab I. adalah pendahuluan, terdiri dari Latar Belakang masalah, Fokus

penelitian, tujuan dan kegunaan penelitian, penegasan istilah, metode

penelitian dan sistematika pembahasan

Bab II. Bab ini menjelaskan landasan teori tentang Remaja masjid dan

dakwah

Bab III. Bab ini menjelaskan metode penelitian yang memaparkan

tentang jenis dan pendekatan penelitian, teknik pengumpulan dan pengolahan

data

Bab IV. Bab ini berisi tentang hasil penelitian yang telah dilakukan

yaitu : Peran Remaja Masjid Baitul Mustofa Qouman untuk kemajuan dakwah

di desa Plosoharjo

Bab V. Bab ini berisi tentang pembahasan yang sesuai dengan hasil

penelitian.

Bab VI. Bab ini berisi penutup yang terdiri dari kesimpulan, kritik dan

saran dan kata penutup. Bagian akhir dalam pembahasan skripsi ini juga

dilengkapi Daftar Pustaka.

11
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Remaja Masjid

1. Pengertian remaja masjid

Remaja masjid merupakan suatu organisasi atau wadah perkumpulan

remaja Islam yang menggunakan masjid sebagai pusat aktivitasnya.6

Dalam buku panduan remaja masjid dijelaskan “Bahwa remaja masjid

adalah sekelompok remaja atau pemuda yang berkumpul di masjid dan

melakukan kegiatan-kegiatan yang ditujukan untuk memakmurkan

masjid”.7 Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa remaja masjid

adalah organisasi remaja yang menjadikan masjid sebagai wadah untuk

melakukan kegiatan islami.

Remaja masjid juga merupakan bagian yang tak terpisahkan dari

jamaah masjid. Mereka merupakan bagian dari jamaah itu sendiri.8 Remaja

masjid umumnya memiliki semangat yang tinggi dan dinamis. Mereka

belum mempunyai beban pribadi dan keluarga dalam hidupnya. Mereka

memiliki waktu yang lebih banyak, sehingga lebih berpeluang terlihat di

dalam kegiatan-kegiatan di masjid.

Remaja masjid sendiri dalam menjalankan tugas-tugasnya harus

memiliki beberapa bagian ini :

6
Siswanto, Panduan Praktis Organisasi Remaja Masjid, Jakarta : Pustaka Al-
Kautsar,2005.58.
7
Umar Jaeni, Panduan Remaja Masjid Surabaya: CV. Alfa Surya Grafika, 2003, 4.
8
Mohammad E. Ayub. Manajemen masjid:petunjuk praktis bagi para pengurus
jakarta: Gema Insani Press, 1996, 150.

12
a. Pemikiran

Pemikiran dan pertimbangan remaja masjid yang masih

tergolong muda usianya yang tentu masih kurang wawasan dan masih

belum matang, maka kaum remaja masjid harus lebih banyak mencari

pengalaman dari para kyai, jamaah masjid dan masyarakat sekitar

masjid, agar mempunyai banyak wawasan.9 Apalagi di zaman yang

modern ini remaja masjid harus bisa mencari wawasan menggunakan

teknologi modern juga agar tidak tertinggal dalam menjalan kan tugas-

tugas mereka.

b. Bimbingan

Lantaran mereka masih belum banyak pengalaman dalam

melaksanakan kegiatan yang ada di dalan masjid maupun luar masjid

mereka perlu dibimbing oleh kyai,pengurus dan jamaah masjid yang

lebih berpengalaman.10

Adapun bimbingan yang perlu di berikan kepada remaja masjid

ini adalah :

1. Nasihat

Nasihat atau petunjuk-petunjuk langsung dari jamaah kepada

remaja masjid dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan mereka akan

dirasa sangat berguna.11 Nasihat itu sendiri bisa datang dari para

kyai, pengurus, jamaah masjid atau masyarakat sekitar.

9
Ibid. : 151
10
Ibid. : 151 – 152
11
Ibid.:152

13
2. Pelatihan (training)

Pelatihan (training) dapat diberikan kepada remaja masjid

dalam pelaksanaan tugas-tugas mereka. Contoh pelatihan yang

dapat siberikan adalah cara membuat proposal kegiatan, cara

menbuat dan mengatur suaty kegiatan di masjid misal pengajian,

lomba-lomba TPQ dll.

c. Kontrol

Sebagai anak remaja yang belum matang dan dewasa, anak

remaja masjid terkadang masih belum bisa mengatur atau mengontrol

emosi mereka.12 Mereka tetap butuh pengontrolan diri dari para kyai,

pengurus dan jamaah masjid, agar mereka tidak terjerumus kedalam

perilaku menyimpang.

2. Tanggung jawab remaja masjid

Ditahun-tahun terakhir ini kegiatan agama seperti pengajian Al-

Qur'an dikalangan usia dini semakin lengang .13 Mereka seakan-akan

sudah tidak tertarik lagi dengan mengaji Al-Qur'an dan belajar tentang

syariat-syariat islam kepada kyai. Mereka lebih tertarik bermain dengan

gedget mereka dan menonton tv serta jalan-jalan dan nongkrong.14 Disini

lah peran remaja masjid untuk mengembalikan mental agamis para

remaja-remaja sekitar masjid terlebih pada anak-anak diusia dini ( 7-12

thn) untuk mengikuti kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh masjid.

12
Ibid.:152
13
Ibid.:152
14
Ibid.:154

14
Dengan seperti itu pula para remaja masjid ini juga sudah tergolong salah

satu orang yang memperjuangkan agama Allah SWT

Seperti yang Allah sebutkan di dalam Al-Qur'an :


‫هّٰلل‬ ‫هّٰللا‬ ۡ ‫هّٰللا‬ ۤ ‫ص‬ ۡ ۡ ۤ
ِ‌ۚ ‫صا ُر ۚ‌ِ ٰا َمنَّا بِا‬ َ ‫اري ُّۡونَ ن َۡحنُ اَ ۡن‬ ِ َ ‫فَلَ َّما اَ َحسَّ ِع ۡي ٰسى ِم ۡنهُ ُم ال ُكف َر قَا َل َم ۡن اَ ۡن‬
ِ ‫ار ۡى اِلَى قَا َل ال َحـ َو‬
ۡ ‫َو‬
َ‫اشهَ ۡد بِاَنَّا ُم ۡسلِ ُم ۡون‬

Artinya: “Maka tatkala Isa mengetahui keingkaran mereka (Bani lsrail)

berkatalah dia: “Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku untuk

(menegakkan agama) Allah?” Para hawariyyin (sahabat-sahabat setia)

menjawab: “Kamilah penolong-penolong (agama) Allah, kami beriman

kepada Allah; dan saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah orang-

orang yang berserah diri.” (QS Ali-Imran [3] : 52) .

3. Peran dan Fungsi Remaja Masjid

Memakmurkan masjid merupakan salah satu bentuk taqarrub (upaya

mendekatkan diri) kepada Allah yang paling utama. 15Memakmurkan

masjid merupakan salah satu bentuk taqarrub (upaya mendekatkan diri)

kepada Allah yang paling utama.16

Memakmurkan masjid mempunyai arti yang sangat luas, yaitu

penyelenggaraan berbagai kegiatan yang bersifat ibadah mahdhah

(perbuatan yang sudah ditentukan syarat dan rukunnya) hubungan dengan

Allah (hablumminallah), maupun hubungan sesama manusia

(hablumminannass) yang bertujuan untuk meningkatkan iman dan takwa,

15
Mustofa Budiman, Manajemen Masjid Gerakan Meraih Kembali Kekuatan Masjid dan
Potensi Masjid Solo: Ziyad Visi Media, 2007, 18.
16
Mustofa Budiman, Manajemen Masjid Gerakan Meraih Kembali Kekuatan Masjid dan
Potensi Masjid Solo: Ziyad Visi Media, 2007,.18.

15
kecerdasan dan kesejahteraan jasmani, rohani, ekonomi maupun

sosial.17Adapun peran dan fungsi remaja masjid sebagi berikut:

a. Memakmurkan Masjid

Remaja masjid adalah organisasi yang memiliki keterkaitan dengan

masjid.

Diharapkan anggotanya aktif datang ke masjid, untuk melaksanakan

salat berjamaah bersama dengan umat Islam yang lain, karena salat

berjamaah adalah merupakan indikator utama dalam memakmurkan

masjid. Selain itu, kedatangan mereka ke masjid akan memudahkan

pengurus dalam memberikan informasi, melakukan koordinasi dan

mengatur strategi organisasi untuk melaksanakan aktivitas pembinaan

akhlak santri yang telah dibuat. Dalam mengajak anggota untuk

memakmurkan masjid tentu diperlukan kesabaran, seperti:

1) Pengurus memberi contoh dengan sering datang ke masjid.

2) Menyelenggarakan kegiatan dengan menggunakan masjid sebagai

tempat pelaksanaannya.

3) Dalam menyelenggarakan kegiatan diselipkan acara salat

berjamaah.

4) Pengurus menyusun piket jaga kantor kesekretariatan di masjid.

5) Melakukan anjuran-anjuran untuk datang ke masjid.

6) Pembinaan remaja muslim.18

17
Ahmad Muhsin Kamaludiningrat, Meningkatkan Peran dan Fungsi Masjid dalam Dakwah
dan Pembinaan Masyarakat Madani Beriman dan Bertaqwa Jogjakarta: Jurnal Ulama, 2010, 16
18
Ahmad Muhsin Kamaludiningrat, Meningkatkan Peran dan Fungsi Masjiddalam Dakwah
dan Pembinaan Masyarakat Madani Beriman dan Bertaqwa, 27.

16
Remaja masjid merupakan sumber daya manusia (SDM) yang sangat

mendukung bagi kegiatan organisasi, sekaligus juga merupakan objek

dakwah (mad’u) yang paling utama. Oleh karena itu, mereka harus

dibina secara bertahap dan berkesinambungan, agar mampu beriman,

berilmu, dan beramal saleh dengan baik. Selain itu, mendidik mereka

untuk berilmu pengetahuan yang luas serta memiliki keterampilan

yang dapat diandalkan, seperti pengajian remaja masjid, bimbingan

membaca dan tafsir al-Qur’an, kajian buku, pelatihan (training),

ceramah umum, keterampilan berorganisasi dan lain sebagainya.

b. Kaderisasi Umat

Pengkaderan adalah suatu proses pembentukan kader yang dilakukan

sedemikian rupa sehingga diperoleh kader yang siap mengemban

amanah organisasi. Pengkaderan anggota remaja masjid dapat

dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengkaderan

langsung dapat dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan yang

terstruktur, secara tidak langsung dapat dilakukan melalui

kepengurusan, kepanitiaan dan aktivitas organisasi lainnya. Sebagai

wadah generasi muda Islam, remaja masjid berusaha untuk mengkader

anggotanya dengan membekali mereka dengan berbagai kemampuan

yang memadai, baik kemampuan teknis operasional (technical skill),

kemampuan mengatur orang (human skill), maupun dalam menyusun

konsep (conseptual skill), sehingga manfaat yang diperoleh dari

pengkaderan dapat menjadi kader-kader organisasi remaja masjid yang

“siap pakai” yaitu kader-kader yang beriman, profesional, aktivis Islam

17
yang terampil, anggota yang bermotivasi tinggi, memiliki kader yang

berpengetahuan dan tingkat intelektualitas yang baik serta

menghadirkan calon pemimpin yang memiliki kemauan dan

kemampuan dalam meneruskan misi organisasi.19

Melakukan pengkaderan terhadap anggota remaja masjid, dapat

memperoleh kader yang tangguh dan siap mengemban tugas organisasi

khusunya dalam mengemban dakwah Islam.

c. Pembinaan Remaja Muslim

Remaja muslim di sekitar lingkungan masjid merupakan sumber daya

manusia (SDM) yang sangat mendukung bagi kegiatan organisasi,

sekaligus juga merupakan objek dakwah (mad”u) yang paling utama.

Oleh karena itu, mereka harus dibina secara bertahap dan

berkesinambungan, agar mampu beriman, berilmu dan beramal saleh

dengan baik. Selain itu, juga mendidik mereka untuk berilmu

pengetahuan yang luas serta memiliki keterampilan yang dapat

diandalkan. Dengan pengajian remaja, mentoring, malam bina iman

dan takwa (MABIT), bimbingan membaca dan tafsir al Qur’an, kajian

buku, pelatihan (training), ceramah umum, keterampilan berorganisasi

dan lain sebagainya.20

Remaja muslim merupakan sumber daya manusia yang sangat penting

dalam sebuah organisasi maka penting untuk dilakukan pembinaan

secara berkesinambungan agar mereka memiliki keterampilan yang

dapat diandalkan.
19
Siswanto, Panduan Praktis Organisasi Remaja Masjid, 69.
20
Siswanto, Panduan Praktis Organisasi Remaja Masjid, 69.

18
d. Pendukung Kegiatan Takmir Masjid

Sebagai anak organisasi takmir masjid, remaja masjid harus

mendukung program dan kegiatan induknya. Dalam pelaksanaan

kegiatan-kegiatan tertentu, seperti salat jum’at, penyelenggaraan

kegiatan Ramadan, Idul Fitri dan Idul Adha dan lain sebagainya. Di

samping bersifat membantu, kegiatan tersebut juga merupakan

aktivitas yang sangat diperlukan dalam bermasyarakat secara

nyata.Secara umum, remaja masjid dapat memberi dukungan dalam

berbagai kegiatan yang menjadi tanggung jawab takmir masjid,

diantaranya:

1) Mempersiapkan sarana salat berjamaah dan salat-salat khusus,

seperti salat gerhana matahari, gerhana bulan, minta hujan, Idul

Fitri dan Idul Adha.

2) Menyusun jadwal dan menghubungi khatib jum’at, Idul Fitri, dan

Idul Adha.

3) Menjadi panitia kegiatan-kegiatan kemasjidan.

4) Melaksanakan pengumpulan dan pembagian zakat.

5) Menjadi pelaksana penggalangan dana.

6) Memberikan masukan yang dipandang perlu kepada takmir masjid

dan lain sebagainya.21

Uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa fungsi remaja masjid

bukan hanya memakmurkan masjid tapi juga ikut serta sebagai

pendukung kegiatan kegiatan yang dilakukan oleh pengurus masjid.

21
Siswanto, Panduan Praktis Organisasi Remaja Masjid, 70.

19
e. Dakwah dan Sosial

Remaja masjid adalah organisai dakwah Islam yang mengambil

spesialisasi remaja muslim melalui masjid. Organisasi ini

berpartisipasi secara aktif dalam mendakwahkan Islam secara luas,

disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang melingkupinya. Aktivitas

dakwah bil lisan, bil hal, bil qalam dan lain sebagainya dapat

diselenggarakan dengan baik oleh pengurus maupun anggotanya.

Remaja masjid dalam menyelenggarakan aktivitas tersebut tidak hanya

membatasi pada bidang keremajaan saja tetapi juga melaksanakan

aktivitas yang menyentuh masyarakat luas, seperti bakti sosial,

kebersihan lingkungan, membantu korban bencana alam dan lain-lain,

semuanya adalah merupakan contoh dari aktivitas dakwah yang

dilakukan oleh remaja masjid dan mereka dapat bekerja sama dengan

takmir masjid dalam merealisasikan kegiatan kemasyarakatan

tersebut.22

Remaja masjid dalam menjalankan fungsinya bukan hanya berdakwah

dengan lisan tetapi mengajak masyarakat dengan cara memberikan

contoh yang baik seperti membantu korban bencana, bakti sosial dan

lain sebagainnya dan dakwah ini disebut dakwah bil hal (dengan

perbuatan). Seperti hadist dibawah ini:

‫ص ـ َحابٌ يَأْ ُخــ ُذوْ نَ بِ ُســنَّتِ ِه‬


ْ َ‫اريُّوْ نَ َوأ‬ ُ
ِ ‫ْلي إِالَّ َكــانَ لَ ـهُ ِم ْن أ َّمتِ ـ ِه َح َو‬
ُ
ِ ‫َمــا ِم ْن نَبِ ٍّي بَ َعثَ ـهُ هللاُ فِي أ َّم ٍة قَب‬
ٌ ْ‫َويَ ْقتَ ُدوْ نَ بِأ َ ْم ِر ِه ثُ َّم إِنَّهَا ت َْخلُفُ ِم ْن بَ ْع ِد ِه ْم ُخلُو‬
َ‫ف يَقُوْ لُوْ نَ مـا َ الَ يَ ْف َعلُــوْ نَ َويَ ْف َعلُــوْ نَ مـا َ الَ يُـ ْـؤ َمرُوْ ن‬

22
Siswanto, Panduan Praktis Organisasi Remaja Masjid, 71

20
‫ـان َحبَّةُ َخـ رْ د ََل (رواه مســلم من بــاب‬
ِ ‫ك ِمنَ ا ِإل ْي َمـ‬ َ ‫ـؤ ِم ٌن َولَي‬
َ ‫ْس َو َرا َء ذلِـ‬ ْ ‫فَ َم ْن َجاهَ َدهُ ْم بِيَ ِد ِه فَهُـ َو ُمـ‬

)‫اإليمان‬.

“Tidaklah seorang nabi yang diutus Allah dari umat sebelumku,

kecuali dari umatnya terdapat orang-orang hawariyun (para pembela

dan pengikut) yang melaksanakan sunnahnya serta melaksanakan

perintah-perintahnya. Kemudian, datang generasi setelah mereka;

mereka mengatakan sesuatu yang tidak mereka kerjakan dan mereka

mengerjakan sesuatu yang tidak diperintahkan. Oleh karena itu, siapa

yang berjihad terhadap mereka dengan tangannya, maka ia adalah

orang mukmin, siapa yang berjihad melawan mereka dengan lisannya,

maka ia adalah orang mukmin. Dan siapa yang berjihad melawan

mereka dengan hatinya, maka ia adalah orang mukmin. sedangkan di

bawah itu semua tidak ada keimanan meskipun hanya sebesar biji sawi

(H. R. Muslim)”.

Kegiatan-kegiatan remaja masjid bermanfaat tidak hanya untuk

kepentingan mereka sendiri, tetapi juga untuk kepentingan remaja

umumnya dan masyarakat luas. Di dalam masyarakat, remaja masjid

mempunyai kedudukan yang khas, berbeda dengan remaja

kebanyakan. Sebuah status dengan harapan mereka mampu menjaga

citra masjid dan nama baik umat Islam. Mereka hendaknya menjadi

teladan yang baik bagi remaja-remaja lainnya, dan ikut membantu

memecahkan berbagai problematika remaja di lingkungan masyarakat.

Ketika remaja menghadapi problem, dari tingkat kenakalan hingga

akhlak sekalipun, remaja masjid dapat menunjukkan kiprahnya melalui

21
berbagai kegiatan. Jika kegiatan yang ditawarkan menarik perhatian

dan simpatik, mereka bisa diajak mendatangi masjid, mengikuti

kegiatan-kegiatan di masjid, jika perlu mengajak mereka menjadi

anggota remaja masjid. Dengan demikian, kiprah remaja masjid akan

dirasakan manfaat dan hasilnya ketika para pengurus dan anggota

bersungguh-sungguh dan aktif dalam melakukan berbagai kegiatan,

baik di masjid maupun di dalam masyarakatnya. Hal ini membuktikan

bahwa remaja masjid tidak pasif dan eksklusif, peka terhadap

problematika masyarakatnya, sehingga keberadaannya benar-benar

memberi arti dan manfaat bagi dirinya sendiri, kelompoknya dan

masyarakat. Di samping itu, citra masjid pun akan menjadi baik dan

akan semakin makmur.23 Kehadiran remaja masjid menjadi solusi bagi

pengurus masjid dalam memakmurkan masjid karena dapat

meringankan beban tugas yang diembannya.

4. Dasar Hukum Pembentukan Remaja Masjid

Dengan adanya remaja masjid yang turut berjuang menyumbang

tenaga dan pikirannya untuk memajukan kualitas agama Islam yang

dimiliki masyarakat dengan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang bersifat

islami, seperti: yasin tahlil, pengajian rutin, santunan anak yatim, wisata

qolbu, dan khotmil qur’an. Maka, lama kelamaan masyarakat akan

merasakan dalam dirinya butuh dengan kegiatan tersebut untuk

meningkatkan keimanannya kepada Allah. Semua kegiatan yang dilakukan

oleh remaja masjid masuk dalam jenis pendidikan non formal yang dapat
23
Moh. Ayub. Manajemen Masjid Petunjuk Praktis Bagi Para Pengurus Jakarta: Gema Insani,
1996, 156-157.

22
mengarah pada pembinaan kehidupan beragama di masyarakat.Dalam UU

No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, tercantum pengertian

pendidikan: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik

secara aktif mengembangkan potensi dirinya sehingga memiliki kekuatan

spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

mulia, serta keterampilan diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa dan

negara.24 Dalam UU No. 2/2003 bab VI pasal 13 yang berisi tentang

Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa jalur pendidikan terdiri

atas: pendidikan formal, pendidikan informal, pendidikan non

formal.25Maksud dari pendidikan formal adalah pendidikan yang

diselenggarakan di sekolah melalui kegiatan belajar-mengajar secara

berjenjang dan berkesinambungan. Pendidikan informal adalah jalur

pendidikan keluarga dan lingkungan. Sedangkan pendidikan non formal

adalah bentuk pendidikan yang diselenggarakan dengan sengaja, tertib,

terarah dan berencana di luar kegiatan persekolahan, serta pembina,

peserta, cara penyampaian, dan waktu yang dipakai disesuaikan dengan

keadaan yang ada.

Dalam pendidikan non formal terdiri atas pendidikan umum,

pendidikan keagamaan, pendidikan jabatan kerja, pendidikan kedinasan,

dan pendidikan kedinasan kejuruan.

24
Republik Indonesia, Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Bandung: Citra Umbara,
2010, 2.
25
Republik Indonesia, Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, 9.

23
Organisasi remaja masjid dapat dikategorikan sebagai pendidikan

keagamaan yang bersifat di luar sekolah yang senantiasa menanamkan

akhlak yang luhur dan mulia, meningkatkan kualitas ilmu pengetahuan

keagamaan. Menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional

No.6/2003 bab VI pasal 30 menjelaskan bahwa Pendidikan Keagamaan

berfungsi mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang

dapat memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya atau

menjadi ahli ilmu.26 Maka dari itu pendidikan keagamaan merupakan

faktor terpenting yang harus ada dalam tatanan kehidupan masyarakat.

B. Dakwah

1. Pengertian Dakwah

Secara etimologis, dakwah berasal dari bahasa Arab, yaitu da’a,

yad’u, da’watan,27 yang diartikan sebagai mengajak, menyeru,

memanggil, seruan, permohonan, dan permintaan. Istilah ini sering diberi

arti yang sama dengan istilah tabligh, amr ma’ruf dan munkar,

mau’iddzhoh, hasanah, tabsyir, indzhar washiyah, tarbiyah, ta’lim, dan

khotbah.28

Pada prakteknya dakwah harus mengandung dan melibatkan tiga

unsur, yaitu penyampaian pesan, informasi yang disampaikan, dan

penerima pesan. Dakwah sesungguhnya mengandung pengertian yang

lebih luas dari istilah-istilah tersebut, karena istilah dakwah mengandung

26
Republik Indonesia, Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, 14.
27
Majma’ al-Lughah al-‘Arabiyah, 1972: 286.
28
Muhammad Munir dan Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah Jakarta: Prenada Media Grup,
2009, 17.

24
makna sebagai aktivitas menyampaikan ajaran Islam, menyuruh berbuat

baik dan mencegah perbuatan munkar, serta memberi kabar gembira dan

peringatan bagi manusia.

Kata “mengajak, mendorong, dan memotivasi” adalah kegiatan

dakwah yang berada dalam ruang lingkup tabligh.29 Kata “bashirah”

untukmenunjukkan bahwa dakwah harus dengan ilmu dan perencanaan

yang baik. Kalimat “meniti jalan Allah” untuk menunjukkan tujuan

dakwah, yaitu mardhotillah.30 Kalimat “istiqomah di jalan-Nya” untuk

menunjukkan bahwa dakwah dilakukan secara bersinambungan.

Sedangkan kalimat “berjuang bersama meninggikan agama Allah” untuk

menunjukkan bahwa dakwah bukan hanya untuk menciptakan kesalehan

pribadi, tetapi juga harus menciptakan kesalehan sosial. Untuk

mewujudkan masyarakat yang saleh tidak bisa dilakukan secara sendiri-

sendiri, tetapi harus dilakukan secara bersama-sama.

Secara terminologis pengertian dakwah dimaknai dari aspek positif

ajaran tersebut, yaitu ajaran kepada kebaikan dan keselamatan dunia

akhirat. Sementara itu,para ulama memberikan definisi yang bervariasi,

antara lain:

a. Ali Makhfuz dalam kitabnya “Hidayahtul Mursyidi” menyatakan,

dakwah adalah mendorong manusia untuk berbuat kebajikan dan

mengikuti petunjuk (agama), menyeru mereka kepada kebaikan dan

29
Muhammad Munir dan Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah, 19.
30
Muhammad Munir dan Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah, 19.

25
mencegah mereka dari perbuatan munkar agar memperoleh

kebahagiaan dunia dan akhirat.31

b. Muhammad Khidr Husain dalam bukunya “al-Dakwah ila al Ishlah”

mengatakan, dakwah adalah upaya untuk memotivasi orang agar

berbuat baik dan mengikuti jalan petunjuk, dan melakukan amr ma’ruf

nahi munkar dengan tujuan mendapatkan kesuksesan dan kebahagiaan

di dunia dan di akhirat.32

c. Nasaruddin Latif menyatakan, bahwa dakwah adalah setiap usaha

aktivitas dengan lisan maupun tulisan yang bersifat menyeru,

mengajak, memanggil manusia lainnya untuk beriman dan menaati

Allah swt. sesuai dengan garis-garis akidah dan syariat serta akhlak

islamiah.33

d. Masdar Helmi mengatakan bahwa dakwah adalah mengajak dan

menggerakkan manusia agar menaati ajaran-ajaran Allah (Islam)

termasuk amr ma’ruf nahi munkar untuk bisa memperoleh

kebahagiaan di dunia dan akhirat.34

e. Quraish Shihab mendefinisikannya sebagai seruan atau ajakan kepada

keinsafan, atau usaha mengubah situasi yang tidak baik kepada situasi

yang lebih baik dan sempurna baik terhadap pribadi maupun

masyarakat.35

31
Ali Mahfuz, Hidayat al-Mursyidin ila Thuruq al-Wa’ziwa al-Khitabath Beirut: Dar al
Ma’arif, tt, 17.
32
Muhammad Munir dan Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah, 19
33
H. M. S. Nasaruddin Latief, Teori dan Praktek Dakwah Islamiah (Jakarta: PT Firma Dara,
tt), h. 11.
34
Masdar Helmi, Dakwah dalam Alam Pembangunan, Bandung: Mizan, 1992, 194.
35
Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur‟an Bandung: mizan, 1992, 194.

26
Definisi di atas dapat disimpulkan bahwa dakwah adalah mengajak,

menyeru, memanggil, menggerakkan manusia agar taat terhadap ajaran-

ajaran Islam, untuk kebaikan dan mencegah mereka dari perbuatan munkar

agar memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat.

2. Subjek dan Objek Dakwah

a. Subjek Dakwah

Subjek dakwah adalah pelaku dakwah atau biasanya disebut

dengan da'i. Faktor subjek dakwah sangat menentukan keberhasilan

aktivitas dakwah. Maka, subjek dakwah dalam hal ini dai atau

lembaga dakwah hendaklah menjadi penggerak dakwah yang

profesional. Baik gerakan dakwah yang dilakukan individual maupun

kolektif. Di samping itu,kesiapan subjek dakwah baik penguasaan

terhadap materi maupun metode, media dan psikologi sangat

menentukan gerakan dakwah untuk mencapai keberhasilan.36Subjek

dakwah dituntut memiliki keterampilan khusus dalam menyampaikan

dakwah agar memudahkan tercapainya tujuan dakwah.

b. Objek Dakwah

Objek dakwah yaitu masyarakat sebagai penerima dakwah atau

mad'u. Sebagai objek dakwah, masyarakat baik individu maupun

kelompok memiliki strata dan tingkatan yang berbeda-beda.

36
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah Cet I; Jakarta : Amzah, 2009, 13

27
Dalam hal ini seorang dai hendaklah memahami karakter

siapapun yang menjadi objek dakwahnya agar pesan-pesan dakwah

dapat diterima dengan baik oleh mad’u.37

Objek dakwah adalah lapisan masyarakat yang memiliki strata

yang berbeda-beda.

3. Tujuan Dakwah

Secara umum tujuan dakwah adalah terwujudnya kebahagiaan dan

kesejahteraan hidup manusia di dunia dan di akhirat yang diridai Allah

SWT. Adapun tujuan dakwah, pada dasarnya dapat dibedakan dalam dua

macam:

a. Tujuan Umum Dakwah

Tujuan umum dakwah merupakan sesuatu yang hendak dicapai

dalam seluruh aktivitas dakwah. Ini berarti tujuan dakwah yang

bersifat umum dan utama, di mana seluruh gerak langkahnya proses

dakwah harus ditujukan dan di arahkan kepadanya.

Tujuan utama adalah nilai-nilai atau hasil akhir yang ingin

dicapai atau diperoleh oleh keseluruhan aktivitas dakwah. Untuk

tercapainya tujuan utama maka semua penyusunan rencana dan

tindakan dakwah harus mengarah kesana.38

Tujuan dakwah di atas masih bersifat umum atau global, oleh

karena itu masih juga memerlukan perumusan-perumusan secara

terperinci pada bagian lain. Sebab menurut anggapan sementara


37
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, 89.
38
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, 60.

28
tujuan dakwah yang utama itu menunjukkan pengertian bahwa

dakwah kepada seluruh umat baik yang sudah memeluk agama Islam

maupun masih dalam keadaan kafir atau musyrik.

b. Tujuan Khusus Dakwah

Tujuan khusus dakwah merupakan perumusan tujuan dan

penjabaran, dari tujuan umum dakwah. Tujuan ini dimaksudkan agar

dalam pelaksanaan seluruh aktivitas dakwah dapat jelas diketahui

kemana arahnya, ataupun jenis kegiatan yang hendak dikerjakan,

kepada siapa berdakwah, dengan cara apa, bagaimana, dan

sebagainya secara terperinci. Sehingga tidak terjadi overlapping

(tumpang tindih) antar juru dakwah yang satu dengan yang lainnya

hanya karena masih umumnya tujuan yang hendak tercapai.

Tujuan khusus dakwah sebagai terjemah dari tujuan umum

dakwah dapat disebutkan antara lain:

1) Mengajak umat manusia yang telah memeluk agama Islam untuk

selalu meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT.

2) Membina mental agama Islam bagi kaum yang masih muallaf.

3) Mengajak manusia agar beriman kepada Allah (memeluk agama

Islam).

4) Mendidik dan mengajak anak-anak agar tidak menyimpang dari

fitrahnya.

4. Metode Dakwah

29
Dalam segi bahasa metode berasal dari dua kata yaitu “meta”

(melalui) dan “hodos” (jalan, cara).39Dengan demikian dapat diartikan

bahwa metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai

suatu tujuan. Sumber yang lain menyebutkan bahwa metode berasal dari

bahasa Jerman methodica, artinya ajaran tentang metode.

Dalam bahasa Yunani metode berasal dari kata metodos artinya

jalan yang dalam bahasa Arab disebut tariq.40 Jadi, metode dakwah

adalah jalan atau cara untuk mencapai tujuan dakwah yang dilaksanakan

secara efektif dan efisien,41 atau metode berarti cara yang telah diatur dan

melalui proses pemikiran untuk mencapai suatu maksud.

Sedangkan arti dakwah menurut pandangan beberapa pakar atau

ilmuan adalah sebagai berikut:

a. Bakhial Khauli, dakwah adalah suatu proses menghidupkan

peraturan-peraturan Islam dengan maksud memindahkan umat dari

suatu keadaan kepada keadaan lain.42

b. Syekh Ali Mahfudz, dakwah adalah mengajak manusia untuk

mengerjakan kebaikan dan mengikuti petunjuk, menyuruh mereka

berbuat baik dan melarang mereka dari perbuatan buruk agar mereka

mendapat kebahagiaan di dunia dan di akhirat.43 Pendapat ini juga

selaras dengan pendapat Al-Gazhali bahwa amr ma’ruf nahi munkar,

adalah inti gerakan dakwah dan penggerak dalam dinamika

masyarakat Islam.
39
M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam Cet.I; Jakarta: Bumi Aksara, 1991, 61.
40
Hasanuddin, Hukum Dakwah Cet. I; Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996, 35.
41
Masdar Helmy, Dakwah Dalam Alam Pembangunan Semarang: CV. Toha Putra, 1973,
42
Ghazali Darussalam, Dinamika Ilmu Dakwah Islamiyah Cet. I; Malaysia: Nur Niaga SDN.
BHD, 1996, 5.
43
Abdul Kadir Sayid Abd. Rauf, Dirasah Fid Dakwah Al Islamiyah Cet. I; Kairoh: Dar, El
Tiba’ahal al-Mahmadiyah, 1987, 10.

30
Dari pendapat di atas dapat diambil pengertian bahwa, metode

dakwah adalah cara tertentu yang dilakukan seorang dai (komunikator)

kepada mad’u untuk mencapai suatu tujuan atas dasar hikmah dan kasih

sayang.44

Hal ini mengandung arti bahwa pendekatan dakwah harus bertumpu

pada suatu pandangan human oriented menempatkan penghargaan yang

mulia atas diri manusia.Dalam rangka dakwah islamiyah agar masyarakat

dapat menerima dakwah dengan lapang dada, tulus dan ikhlas. Maka

penyampaian dakwah harus melihat situasi dan kondisi masyarakat objek

dakwah. Kalau tidak, maka dakwah tidak dapat berhasil dan tidak tepat

pada sasaran.Di sini diperlukan metode yang efektif dan efisien untuk

diterapkan dalam tugas dakwah.

Landasan umum mengenai metode dakwah ada pada QS. an-Nahl/16:

125 sebagai berikut:

‫ك بِ ْٱل ِح ْك َم ِة َو ْٱل َموْ ِعظَ ِة ْٱل َح َسنَ ِة ۖ َو ٰ َج ِد ْلهُم بِــٱلَّتِى ِه َى أَحْ َس ـنُ ۚ إِ َّن َربَّكَ هُ ـ َو أَ ْعلَ ُم بِ َمن‬
َ ِّ‫ع إِلَ ٰى َسبِي ِل َرب‬
ُ ‫ٱ ْد‬

َ‫ض َّل عَن َسبِيلِ ِهۦ ۖ َوه َُو أَ ْعلَ ُم بِ ْٱل ُم ْهتَ ِدين‬
َ

Terjemahnya:Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah

dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.

Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa

yang tersesat dari jalan Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-

orang yang mendapat petunjuk.45

44
Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997, 43
45
Kementerian Agama RI, al-Qur‟an dan Terjemahnya Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka
Mandiri, 2014, 281

31
Pada ayat di atas terdapat metode dakwah yang akurat. Kerangka dasar

tentang metode dakwah yang terdapat pada ayat tersebut adalah :

a. Metode Al-Hikmah

Kata hikmah sering diterjemahkan dalam pengertian bijaksana, yaitu

suatu pendekatan sedemikian rupa hingga pihak objek dakwah

mampu melaksanakan dakwah atas kemauannya sendiri, tidak merasa

ada paksaan, konflik, maupun terasa tertekan.

Metode bi-al-Hikmah mengandung pengertian yang luas. Kata al-

Hikmah sendiri di dalam al-Qur’an dalam berbagai bentuk

derivasinya ditemukan sebanyak 280 kali. Secara harfiah kata

tersebut mengandung makna kebijaksanaan. Bila dilihat dari sudut

pemakaiannya, kata tersebut mengandung arti yang bermacam-

macam, seperti:

1) Kenabian (Nubuwwah).

2) Pengetahuan tentang al-Qur’an.

3) Kebijaksanaan pembicaraan dan perbuatan.

4) Pengetahuan tentang hakikat kebenaran dan perwujudan dalam

kehidupan.

5) Ilmu yang bermanfaat, ilmu amaliyah dan aktivitas yang

membawa kepada kemaslahatan umat.

6) Meletakkan suatu urusan pada tempat yang benar.

7) Sunnah Nabi.

32
8) Sikap adil sehingga pemikiran dapat menempatkan sesuatu pada

tempatnya.46

Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa metode Al-Hikmah

mengandung banyak arti namun pada hakekatnya dakwah harus

disampaikan secara bijaksana agar mudah diterima oleh mad’u.

b. Metode Mau’izah Hasanah

Terminologi mau’izhah hasanah dalam persfektif dakwah sangat

popular, bahkan dalam acara-acara seremonial keagamaan seperti

Maulid Nabi dan Isra’ Mi’raj, istilah mau’izhah hasanah mendapat

porsi khusus dengan sebutan “acara yang ditunggu-tunggu” yang

merupakan inti acara dan biasanya menjadi salah satu target

keberhasilan sebuah acara. Namun demikian agar tidak menjadi

kesalahpahaman, maka akan dijelaskan pengertian mau‟izhah

hasanah.

Secara bahasa, mau’izhah hasanah terdiri dari dua kata, yaitu

mau’izhah dan hasanah. Kata mau’izhah berasal dari kata wa’adza-

ya’idzu-wa’dzan-‘izatan yang berarti nasehat, bimbingan, pendidikan

dan peringatan47,sementara hasanah merupakan kebaikan dari

sayyi’ah yang artinya kebaikan lawannya kejelekan.

Mau’izhah hasanah atau nasehat yang baik, maksudnya adalah

memberikan nasehat kepada orang lain dengan cara yang baik, yaitu

petunjuk-petunjuk kearah kebaikan dengan bahasa yang baik, dapat

46
Said Ali Bin Wakaf Al-Qahatahani, Al-Hikmah Fi Al-Dawa Ila Allah Ta‟ala, Beirut:
Muassasah, 2
47
Hasanuddin, Hukum Dakwah, 37

33
diterima, berkenaan di hati, menyentuh perasaan, lurus pikiran,

menghindari sikap kasar, dan tidak mencari atau menyebut kesalahan

audiens sehingga pihak objek dakwah dengan rela hati dan atas

kesadarannya dapat mengikuti ajarannya yang disampaikan oleh

pihak objek dakwah jadi, dakwah bukan propaganda.

c. Metode Mujadalah

Dari segi etimologi (bahasa) lafaz mujadalah terambil dari kata

“jadala” yang bermakna memintal, melilit. Apabila ditambahkan alif

pada huruf jim yang mengikuti wazan Faala, “jaa dala” dapat

bermakna berdebat, dan “mujaadalah” perdebatan.48Kata “Jadala”

dapat bermakna menarik tali dan mengikatnya guna menguatkan

sesuatu. Orang yang berdebat bagaikan menarik ucapan untuk

meyakinkan lawannya dengan menguatkan pendapatnya melalui

argumentasi yang disampaikan.49

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa metode dakwah

dengan mujadalah adalah perdebatan dengan argumentasi untuk

meyakinkan orang dengan cara yang lemah lembut.

48
Ahmad Warson al-Munawwir, al-Munawwir Cet. XIV; Jakarta: Pustaka Progresif, 1997,.
175.
49
Quraisy Shihab, Tafsir al-Misbah Cet. I; Lentera hati, 2000, 553

34
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Dipandang dari segi prosedur yang ditempuh penulis dalam aktifitas

penelitian, skiripsi ini menggunakan metode kualitatif. Metode kualitatif

adalah “prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-

kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati”. 50

Berdasarkan pada jenis permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini, maka

peneliti menggunakan pola penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif

merupakan metode penelitian yang berusaha mengembangkan dan

menginterpretasi obyek sesuai apa adanya.51 Penelitian deskriptif yang baik

sebenarnya memiliki proses dan dasar yang sama seperti penelitian kualitatif

lainnya. Disamping itu, penelitian ini juga memerlukan tindakan yang teliti

pada setiap komponennya agar dapat menggambarkan subyek atau obyek yang

diteliti.

Suatu penelitian deskriptif dimaksudkan untuk memberikan data yang

seteliti mungkin tentang manusia, keadaan atau gejala lainnya. Adapun tujuan

penelitian adalah untuk melukiskan variabel atau kondisi “apa yang ada”

dalam suatu kondisi.52

Berdasarkan penelitian di atas, penelitian deskriptif merupakan

penelitian yang berusaha memaparkan suatu gejala ataupun keadaan secara


50
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosda Karya,2010, 4.
51
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Prakteknya, Yogyakarta: Bumi
Aksara, 2003, 157.
52
Arif Furchan, Pengantar Penelitian dalam Pendidikan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2005,
447.

35
sistematis sehingga obyek peneliti menjadi jelas, dalam hal ini berkaitan

dengan peran remaja masjid baitul mustofa qouman dalam kemajuan dakwah

di desa plosoharjo.

B. Kehadiran Peneliti

Seluruh rangkaian dan proses pengumpulan data dilaksanakan oleh

peniliti sendiri sebagai instrumen utama dalam penelitian ini. Penelitian ini

berlangsung pada latar alamiah, yang menuntut kehadiran penliti di lapangan,

maka peneliti mengadakan pengamatan mendatangi subyek penelitian atau

informan dalam hal ini di masjid baitul mustofa qouman yang ada didesa

plosoharjo, sekaligus menghimpun dokumen-dokumen yang diperlukan.

Dalam penelitian kualitatif, penulis bertindak sebagai instrumen sekaligus

pengumpul data. Instrumen selain manusia dapat pula digunakan seperti

pedoman wawancara, pedoman observasi dan kamera. Tetapi fungsinya

terbatas sebagai pendukung tugas peneliti sebagai instrumen. Oleh karena itu,

kehadiran peneliti di lapangan untuk penelitian kualitatif sangat diperluakan.

Dalam proses pengumpulan data yang dilakukan dengan observasi dan

wawancara, peneliti bertindak sebagai pengamat partisipan pasif. Maka untuk

itu peneliti harus bersikap sebaik mungkin, hati-hati dan sungguh-sungguh

dalam menjaring data sesuai dengan kenyataan di lapangan sehingga data

yang terkumpil benar-benar relevan dan terjamin keabsahannya.

36
C. Lokasi Penelitian

Dikaji dari segi tempat, penelitian ini adalah termasuk dalam jenis

penelitian lapangan (field research). Dari data yang dikumpulkan berupa kata-

kata, gambaran dan bukan angka-angka karena dalam penelitian ini

menggunakan penelitian kualitatif. Sehubungan dengan ini penulis memilih

Masjid Baitul Mustofa Qouman di desa Plosoharjo. Hal ini dikarenakan di

desa tersebut remaja masjidnya baru termasuk dalam katagori baru terbentuk

dan sedang berjalan. Ramaja masjid Baitul Mustofa Qouman ini juga tidak

hanya berperan dalam masjid saja,terapi juga berperan dalam masyarakat juga.

Dengan gabungan kegiatan di dalam masjid dan diluar masjid mereka akan

menjadi lebih mengenal lingkungan dengan baik.

D. Data dan Sumber Data

Sumber data dalam penelitian adalah “sumber dari mana data yang

diperoleh.”53 Data-data tersebut terdiri atas dua jenis yaitu data yang

bersumber dari manusia dan data yang bersumber dari non manusia dan data

dikumpulkan berhubungan dengan fokus penelitian. Dalam penelitian

kualitatif, sumber data terdiri dari data utama dalam bentuk kata-kata atau

ucapan atau perilaku orang-orang yang diamati dan diwawancarai.54

Menurut Lofland Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah

kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan

lain-lain. Berkaitan dengan hal itu pada bagian ini jenis datanya antara lain :

53
Suharsimin Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta,
2006, 129.
54
Ahmad Tanzeh dan Suyitno, Dasar-dasar Penelitian, Surabaya: Elkaf, 2006, 6.

37
1. Kata-kata dan Tindakan

Kata-kata dan tindakan orang-orang diamati atau diwawancarai

merupakan sumber data utama. Sumber data utama dicatat melalui catatan

tertulis atau melalui perekaman video/audio taps, pengambilan foto, atau

film. Pencatatan sumber data melalui wawancara atau pengamatan berperan

serta merupakan hasil uasaha gabungan dari kegiatan melihat, mendengar,

dan bertanya.55

Pencatatan data utama ini dilakukan melalui kegiatan wawancara

yaitu mendapatkan keterangan dan informasi di lokasi penelitian.

Dalam hal ini yaitu ketua remaja masjid,kyai,anggota remaja

masjid,dan masyarakat sekitar.

2. Sumber tertulis

Dilihat dari segi dumber data, bahan tambahan yang berasal dari

sumber tertulis dapat dibagi atas sumber buku dan majalah ilmiah, sumber

dari arsip, dokumen pribadi, dan dokumen resmi.

Sumber berupa buku dan majalah ilmiah juga termasuk kategori ini,

buku diperpustakaan terdapat buku riwayat hidup terbitan pemerintah,

majalah ilmiah seperti jurnal tempat menerbitkan penemuan-penemuan

hasil penelitian. Buku, disertasi dan karya ilmiah lainnya, dan majalah

ilmiah sangat berharga sangat berharga bagi peneliti guna menjajaki

keadaan perseorangan atau masyarakat di tempat penelitian dilakukan.

Sumber tertulis lainnya tersedia pula di Lembaga Arsip Nasional atau

di tempat-tempat arsip-arsip penting lainnya. Dari sumber arsip itu peneliti

55
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif..., 157-158.

38
bisa memperoleh informasi tentang lingkaran keluarga subjek yang sedang

diteliti.56

Sumber tertulis lainnya adalah dokumen pribadi, yaitu tulisan tentang

diri seseorang yang ditulisnya sendiri. Dokumen pribadi itu bisa berupa

surat, buku harian, anggaran penerimaan atau pengeluaraan diri atau rumah

tangga, surat-surat, kriteria seseorang tentang keadaan lokal, pepatah, lagu

daerah, drama lokal, dan sebagainya.

Pada instansi-instasi pemerintah biasanya ada dokumen resmi.

Dokumen resmi remaja masjid misalnya berupa laporan rapat, daftar

kemajuan pengurus, daftar kemajuan anggota dan proposal pembuatan

agenda.

3. Foto

Sekarang ini foto sudah lebih banyak dipakai sebagai alat untuk

keperluan penelitian kualitatif karena dapat dipakai dalam berbagai

keperluan. Foto menghasilkan data deskriptif yang cukup berharga dan

sering digunakan untuk menelaah segi-segi subjektif dan hasilnya sering

dianalisis secar induktif. Ada dua kategori foto yang dapat dimanfaatkan

dalam penelitian kualitatif, yaitu foto yang dihasilkan oleh orang dan foto

yang dihasilkan oleh peneliti sendiri.

Foto/ gambar merupakan alat bantu dari sumber benda yang berupa

benda atau peristiwa penting dalam hal tersebut dibawa sebagai barang

bukti penelitian. Dalam penelitian ini foto atau gambar digunakan dalam

56
Ibid., 159.

39
hal sajian data yang berupa benda maupun peristiwa yang terjadi di

lapangan.

Semua yang diuraikan di atas pada umumnya memberikan gambaran

tentang foto sebagai data atau sebagai pendorong ke arah mengahasilkan

data. Pada umumnya foto tidak digunakan secara tunggal untuk

menganalisis data. Dengan kata lain, sebaiknya foto digunakan sebagai

pelengkap pada cara dan teknik lainnya.57

E. Prosedur Pengumpulan Data

Tidak ada penelitian yang tidak melalui proses pengumpulan data.

Dalam proses pengumpulan data tersebut ada banyak metode yang digunakan

dan disesuaikan dengan jenis penelitiannya.

Dalam usaha mengumpulkan data, peneliti berusaha mencari informasi-

informasi yang berkaitan dengan rumusan masalah dalam penelitian ini. Baik

berupa pendapat, fakta-fakta maupun dokumentasi.

Dalam rangka mengupayakan penggalian data sebanyak-banyaknya

yang kemudian disajikan dalam skripsi pendekatan kualitatif yang berisi

kutipan-kutipan data, maka penulis hadir di Masjid Baitul Mustofa Qouman

Plosoharjo yang telah ditentukan dengan mnerapkan teknik-teknik

pengumpulan data sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi adalah metode pengumpulan data yang menggunakan

pengamatan terhadap obyek penelitian.58 Dalam observasi tersebut penulis

memilih jenis observasi berperan serta yaitu penelitian yang bercirikan


57 Ibid., 162.

58
Yatim Rianto, Metodologi Penelitian Pendidikan, Surabaya: SIC, 2001, 96.

40
interaksi sosial yang memakan waktu cukup lama, antara peneliti dan

subyek dalam lingkungan subyek.

Kelebihan teknik ini adalah data yang diperoleh lebih dapat

dipercaya karena dilakukan atas pengamatan sendiri. Sehingga peneliti

mengadakan observasi langsung di lapangan untuk mengetahui kondisi

yang terjadi di lembaga pendidikan. Metode ini digunakan peneliti untuk

mengamati situasi latar alami dan aktivitas Peran Remaja Masjid Dalam

Kemajuan Dakwah di Desa Plosoharjo.

Petunjuk penting yang harus diperhatikan oleh peneliti dalam

menggunakan teknik observasi ini, menurut Rummel adalah :

a. Pemilihan pengetahuan yang cukup mengenai objek yang akan diteliti.

b. Menyelidiki tujuan-tujuan umum dan khusus dari masalah-masalah

penelitian untuk menentukan masalah sesuatu yang harus diobservasi.

c. Menentukan cara dan alat yang dipergunakan dalam observasi.

Melakukan pengamatan dan pencatatan dengan kritis dan detail agar

tidak ada gejala yang lepas dari pengamatan.

d. Pencatatan setiap gejala harus dilakukan secara terpisah agar tidak

saling mempengaruhi.

e. Menyiapkan secara baik alat-alat pencatatan dan cara melakukan

pencatatan terhadap hasil observasi.59

2. Wawancara/ Interview

59
Ahmad Tanzeh dan Suyitno, Dasar-Dasar Penelitian..., 59.

41
Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang melibatkan

seseorang yang ingin memperoleh informan dari seorang lainnya dengan

mengajukan berdasarkan tujuan tertentu.60

Wawancara mendalam (indeep interview) ini dilakukan dengan

maksud untuk memperoleh informasi tentang hal-hal yang tidak dapat

diperoleh dari pengamatan. Peneliti melakukan wawancara dengan

mengajukan pertanyaan kepada subyek secara langsung berhadapan muka

secara bebas menuju fokus penelitian sekaligus mencatat garis besar dari

hasil wawancara.

Metode ini digunakan untuk mewawancarai ketua remaja masjid,

kyai, anggota remaja masjid dan masyarakat untuk memperoleh informan

yang dipergunakan dalam melengkapi data penelitian tersebut.

Pewawancara harus memiliki konsep yang jelas mengenai hal yang

dia butuhkan, kerangka tertulis, daftar pertanyaan, atau daftar check harus

tertuang dalam rencana wawancara untuk mencegah kemungkinan

mengalami kegagalan memperoleh data. Metode ini digunakan peneliti

untuk mewawancarai ketua remaja masjid, kyai,anggota remaja masjid,

dan masyarakat di desa plosoharjo untuk mengetahui hal-hal yang terjadi

di pada peran remaja masjid dalam kemajuan dakwah di desa plosoharjo

sehingga mudah memperoleh informasi untuk melengkapi data penelitian.

3. Dokumentasi

60
Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Rosda Karya,
2006, 180.

42
Dokumentasi dalam setiap bahan tertulis ataupun film. Berbagai

jenis informasi yang dapat diperoleh melalui dokumentasi antara lain;

surat-surat resmi, catatan rapat, artikel media, kliping, proposal, agenda

memoranda, laporan perkembangan yang dianggap relevan dengan

penelitian. Metode ini digunakan peneliti untuk mengetahui data tentang

sejarah terbentuknya remaja masjid Baitul Mustofa Qouman, visi, misi,

dan tujuan remaja masjid Baitul Mustofa Qouman, keadaan anggota,

struktur organisasi, jumlah anggota dan pengurus remaja masjid Baitul

Mustofa Qouman dan dokumen-dokumen lain yang berhubungan dengan

penelitian.

F. Analisis Data

Analisis data merupakan upaya mencari dan mendata secara sistematis

catatan hasil observasi, wawancara dan lain-lainnya untuk meningkatkan

pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan menyajikannya sebagai

temuan bagi orang lain.61 Analisis data pada penelitian kualitatif menurut

Zamroni adalah serangkaian kegiatan untuk mengatur transkip interview,

catatan lapangan, dan materi lain yang dapat digunakan untuk meningkatkan

pemahaman peneliti tentang obyek penelitian dan meningkatkan peneliti

dalam menyampaikan data akan dilakukan pengorganisasian data, mencari

pola-pola hubungan dan keterkaitan atau interaksi diantara data, menentukan

61
Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif: Pendekatan Positivistik, Rasionalistik,
Phenomenologik, dan Realisme Metaphisik Telaah Studi Teks dan Penelitian Agama. Yogyakarta: Rake
Sarasin, 1998, 104.

43
nama-nama yang penting yang harus dialami, dan akhirnya menentukan apa

saja yang perlu dilaporkan serta diinformasikan kepada masyarakat.62

Di pihak lain, analisis data kualitatif, prosesnya berjalan sebagai berikut:

1. Mencatat yang menghasilkan catatan lapangan, dengan hal itu diberi kode

agar sumber datanya tetap dapat ditelusuri.

2. Mengumpulkan, memilah-milah, mengklarifikasikan, mensintesiskan,

membuat ikhtisar, dan membuat indeksnya.

3. Berfikir, dengan jalan membuat agar kategori data itu mempunyai makna,

mencari dan menemukan pola dan hubungan-hubungan, dan membuat

temuan-temuan umum.63

Analisis data ini dilakukan setelah data yang diperoleh dari sampel

melalui instrumen yang dipilih akan digunakan untuk menjawab masalah

dalam penelitian yang diajukan melalui penyajian data. Data yang terkumpul

tidak mesti seluruhnya disajikan dalam pelaporan penelitian, penyajian data

ini adalah dalam rangka memperlihatkan data kepada pembaca tentang realitas

yang sebenarnya terjadi sesuai dengan fokus dan tema penelitian, oleh karena

itu data yang disajikan dalam penelitian tentunya adalah data yang terkait

dengan tema bahasan saja yang perlu disajikan.

Dalam pelaporan ada baiknya dipertimbangkan agar data yang disajikan

diringkas terlebih dahulu. Data yang terkumpul tersebut perlu diolah dan

dianalisis agar mempunyai makna dan berguna untuk memecahkan masalah

penelitian. Karena pada tahap analisa ini peneliti harus memilih dan

62
Zamroni, Pengantar Pengembangan Teori Sosial. Yogyakarta: Tiara, 2002, 142.
63
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif . 248.

44
memastikan pola analisis yang digunakan sesuai jenis data yang telah

dikumpulkan.64

G. Pengecekan Keabsahan Data

Keabsahan data merupakan teknik yang digunakan agar penelitian

kualitatif dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Adapun langkah-langkah yang dilakukan peneliti sebagai berikut:

1. Perpanjangan Keikutsertaan

Perpanjangan keikutsertaan berarti peneliti tinggal di lapangan

penelitian sampai kejenuhan pengumpulan data tercapai.65 Keiukutsertaan

peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan data. Perpanjangan

keikutsertaan peneliti akan memungkinkan peningkatan derajat

kepercayaan data yang akan dikumpulkan.

2. Ketekunan/ Keajekan Pengamatan

Ketekunan pengamatan bermaksud menemukan ciri-ciri dan unsur-

unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang

sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara

rinci.66 Kemudian ia menelaahnya secara rinci sampai pada suatu titik

sehingga pada pemeriksaan tahap awal tampak salah satu atau seluruh

faktor yang sudah dipahami dengan cara yang biasa.

3. Triangulasi

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk keperluan

64
Ahmad Tanzeh dan Suyitno, Dasar-dasar Penelitian..., 69.
65
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif ..., 327.
66
Ibid., 329.

45
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.67 Ini merupakan

cara yang paling populer dalam penelitian kualitatif.

Dengan triangulasi ini, penulis mampu menarik kesimpulan yang

mantap tidak hanya dari satu cara pandang, sehingga kebenaran data lebih

bisa di terima.

Dalam praktiknya penulis menggunakan dua macam triangulasi.

Pertama triangulasi sumber. Disini penulis membandingkan data hasil

wawancara dari satu nara sumber dengan nara sumber yang lain dengan

pertanyaan yang sama. Kedua dengan menggunakan triangulasi teknik.

Disini penulis membandingkan data yang diperoleh dari hasil wawancara

dengan data dari hasil observasi dan juga data dari hasil dokumentasi.

4. Pengecekan Sejawat

Teknik ini dilakukan dengan cara mengekpos hasil sementara atau

hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi dengan rekan-rekan

sejawat.68 Usaha ini juga bisa dikatakan sebagai cara untuk mengecek

persamaan dan perbedaan pandangan antara penulis dan rekan melalui

diskusi dan tanya jawab agar dieliminir dan obyektivitas penulis dalam

menghadapi data bisa diperkuat.

H. Tahap-tahap Penelitian

Tahap-tahap penelitian yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah

berkenaan dengan proses pelaksanaan penelitian. Prosedur penelitian yang

dilakukan meliputi tiga tahap, yaitu:

67
Ibid., 329.
68
Ibid., 332.

46
1. Tahap persiapan

Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan antara lain:

a. Menyusun rencana penelitian

b. Menentukan objek penelitian

c. Mengajukan judul kepada ketua Prodi

d. Mengajukan proposal kepada sekretaris Prodi

e. Konsultasi proposal kepada dosen pembimbing

f. Mengadakan seminar proposal

g. Melakukan kajian pustaka sesuai dengan judul penelitian

h. Menyusun metode penelitian

i. Mengurus surat perizinan

j. Menyiapkan bahan perlengkapan penelitian

2. Tahap pelaksanaan

Konsultasi dengan pihak yang berwenang dan yang berkepentingan

a. Mengumpulkan data

b. Menganalisis data

c. Konsultasi dengan dosen pembimbing

3. Tahap penyelesaian

a. Menyusun kerangka laporan hasil penelitian

b. Konsultasi kepada dosen pembimbing.

47
BAB IV

PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Deskripsi Obyek Penelitian

1. Sejarah Terbentuknya Remaja masjid Baitul Mustofa Qouman

Remaja masjid Baitul Mustofa Qouman baru terbentuk dan

diresmikan pada bulan februari 2017. Remaja masjid Baitul Mustofa

Qouman di resmikan oleh Bpk kepala Desa Plosoharjo yang pada waktu

itu dijabat oleh Bpk Kusnadi . Selain itu peresmian Remaja masjid juga

di hadiri oleh Bpk kyai Ahmad Hamzah selaku kyai Masjid Baitul

Mustofa dan para usatad ustadzah yang mengajar ngaji di masjid Baitul

Mustofa Qouman. Organisasi remaja masjid Baitul Mustofa Qouman

sendiri berada di desa plosoharjo, kecamatan pace kabupaten nganjuk-

Jawa Timur.

Pada awalnya remaja masjid ini hanya sekumpulan anak-anak

muda yang notaben nya berjiwa agamis yang selalu bergerombol

dimasjid setelah sholat berjamaah, dan setelah mengaji. Namun setelah

berjalannya waktu dan setelah pergantian imam di masjid Baitul

Mustofa Qouman akhirnya ada salah satu pemuda yang mempunyai ide

untuk membentuk remaja masjid di desa plosoharjo, pemuda tersebut

adalah Ustadz Agus Fauzi tamim yang tidak lain beliau juga menjadi

ketua dari organisasi Remaja masjid tersebut. Beliaulah yang pertama

kali mengajak dan mengumpulkan anak-anak remaja di desa tersebut

untuk diajak berorganisasi bersama.

48
Pada awalnya anak-anak remaja tersebut hanya diundang dan di

ajak untuk berkumpul setiap seminggu sekali dimasjid dengan tujuan

membahas kemajuan organisasi tersebut dan membentuk arisan

mingguan untuk kaum remaja masjid. Dulu awalnya hanya anak-anak

remaja usia 15 thn ke atas yang bergabung di organisasi tersebut, namun

seiring berjalannya waktu banyak anak-anak yang seusia diatas 18thn

yang sudah bekerja diluar kota dan menempuh pendidikan diluar kota

juga. Akhirnya menjadikan berkurangnya anggota dan menyebabkan

ketidak aktifan dari anggota yang tersisa. Setelah itu anggota remaja

masjid di ikuti oleh anak-anak yang sudah masuk sekolah SMP dan

seatasnya, dan dari situ pengurus akhirnya mendidik anak-anak remaja

untuk generasi selanjutnya.

2. Visi dan Misi

Semua lapisan yang terkait dengan organisasi remaja masjid ini

harus ikut dan mendukung kebijakan yang mengacu pada visi dan misi

organisasi, sehingga tumbuh komitmen bersama untuk mengembangkan

organisasi. Adapun visi dan misi remaja masjid Baitul Mustofa Qouman

adalah sebagai berikut:

a. VISI

Membentuk generasi muda yang kreatif, intelektual, bersolidaritas

tinggi, berakhlak mulia dan bertakwa serta melahirkan pemimpin

muda berbasis masjid dalam bingkai persatuan ummat

49
b. MISI

1. Berupaya dengan keras mengembalikan fungsi masjid sebagai

sentral kegiatan ummat.

2. Membina remaja untuk memahami ajaran Islam yang baik dan

benar dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari - hari

3. Memupuk dan memelihara silaturahmi, ukhwah Islamiah dan

kekeluargaan serta mewujudkan kerja sama yang utuh dan jiwa

pengabdian kepada masyarakat

4. Pengadaan kegiatan yang berorientasi pada pembinaan remaja

yang memiliki nilai positif

5. Melahirkan kader-kader muda yang kreatif, mandiri serta

berkarakter pemimpin berbasis masjid.

6. Kaderisasi terencana guna meneruskan kelanjutan organisasi

7. Mendidik para anggota dalam tata cara berorganisasi.

3. Struktur Organisasi

a. Berikut ini struktur organisasi Remaja Masjid Baitul Mustofa

Qouman :

Pelindung : Ky. Ahmad Hamzah

Penasehat : H. Nailal Muna

Ketua : Achmad Agus Fauzi Tamim

Wakil Ketua : Datik Winarti

Sekretaris : Miftahul Jannah

Bendahara : Eva Nur Farida

50
Humas : Bayu Asmoro

b. Tugas-tugas

1. Pelindung

Pelindung mempunyai tugas sebagai berikut :

a. Memberikan perlindungan, pengayoman pada pengurus dan

anggota remaja masjid Baitul Mustofa Qouman dengan.

b. Memberikan dorongan, saran-saran dan bantuan moril

maupun materiil.

2. Penasehat

Penasehat mempunyai tugas sebagai berikut:

a. Memberikan arah kebijakan, masukan, nasehat dan

pertimbangan-pertimbangan dalam suatu ide atau program

dalam pengembangan organisasi remaja masjid ini.

b. Sebagai penampung aspirasi dalam usaha-usaha

pengembangan organisasi remaja masjid sesuai visi misi.

3. Ketua

Ketua mempunya tugas sebagai berikut:

a. Memimpin dan mengendalikan kegiatan para anggota

pengurus

b. Mengatasi dan bertanggung jawab terhadap segala

permasalahan atas pelaksanaan tugas yang dijalankan oleh

para pengurus

c. Mengadakan evaluasi terhadap semua kegiatan yang telah

dilaksanakan oleh pengurus

51
4. Wakil Ketua

Wakil ketua mempunyai tugas sebagai berikut :

a. Mengkoordinasikan dan mewakili kepentingan organisasi di

Seluruh Bidang dalam pengurusan.

b. Mewakili Ketua apabila berhalangan untuk setiap aktifitas

dalam organisasi.

c. Merumuskan segala kebijakan di Seluruh Bidang dalam

pengurusan

d. Mengawasi seluruh penyelenggaraan program kegiatan di

seluruh bidang dalam pengurusan.

5. Sekretaris

Sekretaris mempunyai tugas sebagai berikut:

a. Mencatat dan menyusun notelen dalam rapat atau pertemuan

b. Membuat laporan mingguan atau bulanan

c. Melakukan surat menyurat

d. Membuat bahan presentasi dan proposal

e. Melaporkan dan mempertanggung jawabkan pelaksanaan

tugasnya kepada ketua

6. Bendahara

Bendahara mempunyai tugas sebagai berikut:

a. Memegang dan mengelola harta kekayaan, baik berupa

uang, barang-barang, maupun tagihan

b. Menerima, menyimpan, membukukan keuangan

52
c. Mengeluarkan uang sesuai dengan kebutuhan dan dengan

persetujuan ketua

d. Melaporkan dan mempertanggung-jawabkan tugasnya

kepada ketua

7. Humas

Seksi Humas mempunyai tugas sebagai berikut:

a. Mengadakan koordinasi dengan pihak luar (masyarakat)

dalam pelaksanaan tugas

b. Penghubung antara anggota organisasi dengan masyarakat

c. Melaporkan dan mempertanggung-jawabkan tugasnya

kepada ketua

4. Kegiatan Remaja masjid Baitul Mustofa Qouman

Kegiatan remaja masjid Baitul Mustofa Qouman ini terbagi menjadi 3

yaitu:

a. Kegiatan harian

Kegiatan hari an ini semua anggota diajak untuk mengaji

bersama sesuai kemampuan masing-masing. Ada yang mengaji Al

qur'an beserta tajwid nya saja, ada yang mengaji Al qur'an beserta

kitab tambahan seperti :fiqih,hadist dll. Dan kegiatan ini tidak

memandang usia, sedangkan waktunya sendiri di laksanakan setelah

sholat maghrib.

53
b. Kegiatan mingguan

Kegiatan mingguan ini hanya dilaksanakan seminggu sekali saja,

berikut kegiatannya:

- setiap hari sabtu diadakan arisan dan dilanjut dengan

memebaca tahlil bersama.

- setiap hari minggu diadakan latihan banjari.

- setiap hari minggu wage diadakan istighosah bersama.

- setiap hari rabu,kamis dan jum'at membaca kitab Al berjanji.

c. Kegiatan bulanan

Kegiatan bulananannya adalah membantu pengumpulan koin NU

tingkat ranting(desa), kegiatan ini di adakan setiap jum'at pon saja.

Kegiatan ini tergolong kegiatan yang baru di adakan, terbukti pada

waktu wawancara dengan ketua remaja masjid ( Achmad Agus

Fauzi Tamim )

" Kegiatan ini tergolong kegiatan yang baru saja diadakan

sekitar 2 bln ini. Dulu awalnya hanya jamaah muslimat dan fatayat

ranting saja yang bergerak di kegiatan ini, akhirnya saya berfikir

kegiatan ini jika dialihkan ke remaja masjid pasti akan sedikit

memudahkan anggota fatayat ranting". 69

Dan didalam setiap kegiatan para remaja masjid ini tidak

hanya cukup diberi jadwal dan arahan saja, tetapi juga ada yang

mendampingi mereka dalam setiap kegiatan. Mereka didampingi

oleh para ustadz ustadzah dan pengurus remaja masjid.


69
Hasil wawancara dengan ustadz Achmad Agus Fauzi Tamim selaku ketua remas Baitul
Mustofa Qouman.

54
B. Peran Remaja Masjid Dalam Kemajuan Dakwah

Di dalam organisasi remaja masjid ini, para anggota dan aktivis masjid

diharapkan bisa mengembangkan ilmu agama nya, mengembalikan fungsi

masjid dan memakmurkan masjid kembali. Karena itu harus ada nya

hubungan yang baik antara anggota remaja masjid dengan masyarakat

sekitar, karena itu nantinya akan berkesinambungan antara satu sama lain.

Dan diharap kan para remaja ini menjadi tombak utama dalam penyaluran

dakwah agama nantinya, menjadi pengembang dan menjadi salah satu

organisasi yang bernilai tinggi ditengah-tengah masyarakat.

Remaja Masjid merupakan bagian dari generasi muda yang ada di

Desa Plosoharjo, yang sadar akan hak dan kewajiban kepada masyarakat,

bangsa dan agama sehingga bertekad untuk mendharma bhaktikan segenap

potensi yang dimilikinya. Niat suci tersebut kemudian terikat dalam sebuah

wadah perjuangan yang terorganisir dengan senantiasa mengedepankan

semangat kekeluargaan dalam pembangunan pribadi-pribadi yang tangguh,

mandiri, bertanggung jawab dengan tetap menjadikan al-Qur’an dan As

sunnah sebagai pedoman hidup.

Banyak hal yang telah dilakukan oleh remaja masjid Desa Plosoharjo

sebagai pengemban dakwah. Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan remaja

masjid memiliki fungsi dan peranan yang sangat penting di dalam komunitas

tersendiri. Dalam menjalankan peranannya, aktivitas kegiatan yang

dilakukan oleh remaja masjid yang ada di Desa Plosoharjo tidak hanya fokus

pada bidang keremajaan, melainkan bidang kemasjidan untuk memperluas

55
jangkauan aktivitas dan pelayanannya dalam mencapai kemakmuran masjid

yang dicita-citakan.Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan di

lapangan menemukan bahwa fungsi remaja masjid yang ada di Desa

Plosoharjo dapat terlihat dari beberapa aktivitas kegiatannya di lingkungan

masjid antara lain:

a. Partisipasi dalam Memakmurkan MasjidMemakmurkan masjid

merupakan salah satu bentuk taqarub (mendekatkan diri) kepada Allah

swt. Banyak hal yang bisa dilakukan dalam rangka memakmurkan

masjid. Hal yang paling sederhana, namun memiliki nilai yang sangat

besar adalah memakmurkan masjid dengan menunaikan salat berjamaah

secara rutin. Dengan salat berjamaah, tak sebatas pahala yang diperoleh,

tetapi juga keterikatan secara emosional terhadap masjid menjadikan kita

semakin mencintainya. Rasa cinta inilah yang kemudian akan

menjadikan semangat semakin mantap, sehingga muncul keinginan

untuk menghidupkan dan memajukan masjid dari ranah ibadah hingga

efektifitas dakwah. Dalam hal ini, ustadz Agus mengemukakan

langkah-langkah yang dilakukan Remaja Masjid dalam memakmurkan

masjid; 70

1. Melakukan Salat Berjamaah di Masjid

Setiap memasuki waktu salat tiba, maka seluruh kegiatan apapun yang

sedang berlangsung diistirahatkan (tunda) sejenak, kemudian kegiatan

tersebut dilanjutkan kembali setelah selesai salat berjamaah. Biasanya

70
ustadz Ahcmad Agus Fauzi Tamim selaku ketua remas Baitul Mustofa Qouman.

56
kegiatan ini dilakukan ketika agenda bersama, atau berada di lingkungan

masjid.

2. Peringatan Hari-hari Besar Islam

Peringatan hari-hari besar Islam di Desa Plosoharjo tidak berbeda

dengan yang dilaksanakan di daerah-daerah lain nya dan tujuannya pun

sama yakni mengenang kembali peristiwa tersebut dan mengambil

hikmah dan pelajaran untuk memupuk keteguhan sikap dan pendirian

terhadap agama Islam.

Ketika saya menjumpai kyai masjid Baitul Mustofa Qouman saya

sempatkan diri untuk bertanya kepada beliau," Bagaimana dampak

setelah adanya remaja masjid di masjid ini?

Beliau menjawab, " lebih rame dalam artian masjid menjadi

makmur, jadi lebih banyak yang ikut sholat jamaah, anak-anak jadi

lebih semangat dalam mengaji dan kegiata agama pun juga lebih

banyak terealisasikan".71

Dalam hal ini para pengurus remaja masjid juga mengadakan

koordinasi dengan pemerintah desa maupun takmir masjid agar semua

peringatan bisa terlaksana dengan sukses.

Sedangkan peran remaja masjid sendirk dalam kemajauan

dakwah dan kelancaran disetiap agenda itu tergantung pada ke aktifan

para ranggota remja masjid itu sendiri.

71
wawancara dengan ky. Ahmad Hamzah selaku kyai masjid Baitul Mustofa.

57
C. Kemajuan Remaja Masjid Setelah Mendapatkan Dukungan Dari

Masyarakat

Ketika remaja masjid di resmikan dulu banyak pro dan kontra dari

masyarakat sekitar masjid dan menjadikan banyak ketidak aktifnya para

anggota masjid. Masyarakat banyak yang tidak setuju dengan adanya

organisasi remaja masjid ini karena dulu awalnya hanya ada agenda arisn dan

ngaji bareng saja. Sedangkan profokasi sendiri juga terdapat dari anggota

yang tidak suka datang ke masjid, sehingga menyebabkan banyak anggota

yang tidak aktif. Namun, dengan semangat dan kegigihan para pengurus

semua itu bisa teratasi, semua bisa menjadi suka dengan adanya organisasi

ini karena dari pengurus dan anggota aktif sendiri juga menunjukkan kepada

masyarakat kalo organisasi mereka ini adalah organisasi yang positif. Sampai

saat ini pun masyarakat juga sangat antusias dalam mendukung organisasi

remaja masjid ini, dan ini pun juga berdampak positif bagi anggota yaitu,

menjadikan banyak nya anggota baru dan para orang tua juga menjadi

mempercayakan anak-anak nya untuk dididik oleh para pengurus remaja

masjid untuk di jadikan kader selanjutnya. "Sekarang masyarakat sudah

sangat mendukung dengan kegiatan-kegiatan yang kami buat, sampai-

sampai masyarakat mendukung bukan hanya dengan dukungan moril tapi

juga dukungan materi juga ".72

72
Hasil wawancara dengan ustadz Achmad Agus Fauzi Tamim selaku ketua remas Baitul
Mustofa Qouman.

58
BAB V

PEMBAHASAN

A. Peran Remaja Masjid Baitul Mustofa Qouman

Dalam bab ini akan disajikan beberapa uraian pembahasan yang sesuai

dengan hasil penelitian, sehingga pada uraian pembahasan ini peneliti akan

menjelaskan hasil penelitian dengan teori yang telah di jelaskan pada bab

sebelumnya. Data-data diperoleh dari pengamatan wawancara mendalam

serta dokumentasi sebagaimana telah peneliti deskripsikan pada analisis data

kualitatif yang kemudian diidentifikasi agar sesuai dengan tujuan yang

diharapkan. Pengamatan wawancara yang telah dilaksanakan yaitu

mengumpulkan data mengenai peran remaja masjid dalam meningkatkan

dakwah di desa plosoharjo.

Di dalam organisasi remaja masjid ini, para anggota dan aktivis masjid

diharapkan bisa mengembangkan ilmu agama nya, mengembalikan fungsi

masjid dan memakmurkan masjid kembali. Karena itu harus ada nya

hubungan yang baik antara anggota remaja masjid dengan masyarakat

sekitar, karena itu nantinya akan berkesinambungan antara satu sama lain.

Dan diharap kan para remaja ini menjadi tombak utama dalam penyaluran

dakwah agama nantinya, menjadi pengembang dan menjadi salah satu

organisasi yang bernilai tinggi ditengah-tengah masyarakat.

Remaja Masjid merupakan bagian dari generasi muda yang ada di

Desa Plosoharjo, yang sadar akan hak dan kewajiban kepada masyarakat,

bangsa dan agama sehingga bertekad untuk mendharma bhaktikan segenap

59
potensi yang dimilikinya. Niat suci tersebut kemudian terikat dalam sebuah

wadah perjuangan yang terorganisir dengan senantiasa mengedepankan

semangat kekeluargaan dalam pembangunan pribadi-pribadi yang tangguh,

mandiri, bertanggung jawab dengan tetap menjadikan al-Qur’an dan As

sunnah sebagai pedoman hidup.

Memakmurkan masjid merupakan salah satu bentuk taqarrub


73
(upaya mendekatkan diri) kepada Allah yang paling utama.

Memakmurkan masjid merupakan salah satu bentuk taqarrub (upaya

mendekatkan diri) kepada Allah yang paling utama. 74

Memakmurkan masjid mempunyai arti yang sangat luas, yaitu

penyelenggaraan berbagai kegiatan yang bersifat ibadah mahdhah

(perbuatan yang sudah ditentukan syarat dan rukunnya) hubungan dengan

Allah (hablumminallah), maupun hubungan sesama manusia

(hablumminannass) yang bertujuan untuk meningkatkan iman dan takwa,

kecerdasan dan kesejahteraan jasmani, rohani, ekonomi maupun sosial. 75

Adapun peran dan fungsi remaja masjid sebagi berikut:

a. Memakmurkan Masjid

Remaja masjid adalah organisasi yang memiliki keterkaitan

dengan masjid. Diharapkan anggotanya aktif datang ke masjid, untuk

melaksanakan salat berjamaah bersama dengan umat Islam yang lain,

karena salat berjamaah adalah merupakan indikator utama dalam

73
Mustofa Budiman, Manajemen Masjid Gerakan Meraih Kembali Kekuatan Masjid dan
Potensi Masjid Solo: Ziyad Visi Media, 2007, 18.
74
Mustofa Budiman, Manajemen Masjid Gerakan Meraih Kembali Kekuatan Masjid dan
Potensi Masjid Solo: Ziyad Visi Media, 2007, 18.
75
Ahmad Muhsin Kamaludiningrat, Meningkatkan Peran dan Fungsi Masjid dalam Dakwah
dan Pembinaan Masyarakat Madani Beriman dan Bertaqwa Jogjakarta: Jurnal Ulama, 2010, 16

60
memakmurkan masjid. Selain itu, kedatangan mereka ke masjid akan

memudahkan pengurus dalam memberikan informasi, melakukan

koordinasi dan mengatur strategi organisasi untuk melaksanakan

aktivitas pembinaan akhlak santri yang telah dibuat.

b. Kaderisasi Umat

Pengkaderan adalah suatu proses pembentukan kader yang

dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh kader yang siap

mengemban amanah organisasi. Pengkaderan anggota remaja masjid

dapat dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung.

Pengkaderan langsung dapat dilakukan melalui pendidikan dan

pelatihan yang terstruktur, secara tidak langsung dapat dilakukan

melalui kepengurusan, kepanitiaan dan aktivitas organisasi lainnya.

Sebagai wadah generasi muda Islam, remaja masjid berusaha untuk

mengkader anggotanya dengan membekali mereka dengan berbagai

kemampuan yang memadai, baik kemampuan teknis operasional

(technical skill), kemampuan mengatur orang (human skill), maupun

dalam menyusun konsep (conseptual skill), sehingga manfaat yang

diperoleh dari pengkaderan dapat menjadi kader-kader organisasi

remaja masjid yang “siap pakai” yaitu kader-kader yang beriman,

profesional, aktivis Islam yang terampil, anggota yang bermotivasi

tinggi, memiliki kader yang berpengetahuan dan tingkat intelektualitas

yang baik serta menghadirkan calon pemimpin yang memiliki

kemauan dan kemampuan dalam meneruskan misi organisasi. 76

76
Siswanto, Panduan Praktis Organisasi Remaja Masjid, 69.

61
Melakukan pengkaderan terhadap anggota remaja masjid, dapat

memperoleh kader yang tangguh dan siap mengemban tugas

organisasi khusunya dalam mengemban dakwah Islam.

c. Pembinaan Remaja Muslim

Remaja muslim di sekitar lingkungan masjid merupakan sumber

daya manusia (SDM) yang sangat mendukung bagi kegiatan

organisasi, sekaligus juga merupakan objek dakwah (madu) yang

paling utama. Oleh karena itu, mereka harus dibina secara bertahap

dan berkesinambungan, agar mampu beriman, berilmu dan beramal

saleh dengan baik. Selain itu, juga mendidik mereka untuk berilmu

pengetahuan yang luas serta memiliki keterampilan yang dapat

diandalkan. Dengan pengajian remaja, mentoring, malam bina iman

dan takwa (MABIT), bimbingan membaca dan tafsir al Qu’an, kajian

buku, pelatihan (training), ceramah umum, keterampilan berorganisasi

dan lain sebagainya. 77

Remaja muslim merupakan sumber daya manusia yang sangat

penting dalam sebuah organisasi maka penting untuk dilakukan

pembinaan secara berkesinambungan agar mereka memiliki

keterampilan yang dapat diandalkan.

77
Siswanto, Panduan Praktis Organisasi Remaja Masjid, 69.

62
d. Pendukung Kegiatan Takmir Masjid

Sebagai anak organisasi takmir masjid, remaja masjid harus

mendukung program dan kegiatan induknya. Dalam pelaksanaan

kegiatan-kegiatan tertentu, seperti salat jum’at, penyelenggaraan

kegiatan Ramadan, Idul Fitri dan Idul Adha dan lain sebagainya. Di

samping bersifat membantu, kegiatan tersebut juga merupakan

aktivitas yang sangat diperlukan dalam bermasyarakat secara nyata.

Secara umum, remaja masjid dapat memberi dukungan dalam

berbagai kegiatan yang menjadi tanggung jawab takmir masjid,

diantaranya:

1) Mempersiapkan sarana salat berjamaah dan salat-salat khusus,

seperti salat gerhana matahari, gerhana bulan, minta hujan, Idul

Fitri dan Idul Adha.

2) Menyusun jadwal dan menghubungi khatib jum’at, Idul Fitri, dan

Idul Adha.

3) Menjadi panitia kegiatan-kegiatan kemasjidan.

4) Melaksanakan pengumpulan dan pembagian zakat.

5) Menjadi pelaksana penggalangan dana.

6) Memberikan masukan yang dipandang perlu kepada takmir

masjid dan lain sebagainya. 78

Uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa fungsi remaja

masjid bukan hanya memakmurkan masjid tapi juga ikut serta sebagai

pendukung kegiatan kegiatan yang dilakukan oleh pengurus masjid.

78
Siswanto, Panduan Praktis Organisasi Remaja Masjid, 70.

63
Dakwah dan Sosial Remaja masjid adalah organisai dakwah Islam

yang mengambil spesialisasi remaja muslim melalui masjid.

Organisasi ini berpartisipasi secara aktif dalam mendakwahkan Islam

secara luas, disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang

melingkupinya. Aktivitas dakwah bil lisan, bil hal, bil qalam dan lain

sebagainya dapat diselenggarakan dengan baik oleh pengurus maupun

anggotanya.Remaja masjid dalam menyelenggarakan aktivitas

tersebut tidak hanya membatasi pada bidang keremajaan saja tetapi

juga melaksanakan aktivitas yang menyentuh masyarakat luas, seperti

bakti sosial, kebersihan lingkungan, membantu korban bencana alam

dan lain-lain, semuanya adalah merupakan contoh dari aktivitas

dakwah yang dilakukan oleh remaja masjid dan mereka dapat bekerja

sama dengan takmir masjid dalam merealisasikan kegiatan


79
kemasyarakatan tersebut. Remaja masjid dalam menjalankan

fungsinya bukan hanya berdakwah dengan lisan tetapi mengajak

masyarakat dengan cara memberikan contoh yang baik seperti

membantu korban bencana, bakti sosial dan lain sebagainnya dan

dakwah ini disebut dakwah bil hal (dengan perbuatan). Seperti hadist

dibawah ini:

.‫اريُّوْ نَ َوأَصْ َحابٌ يَأْ ُخ ُذوْ نَ بِ ُسنَّتِ ِه‬ ُ


ِ ‫ْلي إِالَّ َكانَ لَهُ ِم ْن أ َّمتِ ِه َح َو‬
ُ
ِ ‫َما ِم ْن نَبِ ٍّي بَ َعثَهُ هللاُ فِي أ َّم ٍة قَب‬
ٌ ْ‫َويَ ْقتَ ُدوْ نَ بِأ َ ْم ِر ِه ثُ َّم إِنَّهَا ت َْخلُفُ ِم ْن بَ ْع ِد ِه ْم ُخلُو‬
َ‫ف يَقُوْ لُوْ نَ ما َ الَ يَ ْف َعلُوْ نَ َويَ ْف َعلُوْ نَ ما َ الَ ي ُْؤ َمرُوْ ن‬

‫ان َحبَّةُ خَ رْ َد َل (رواه مسلم من باب‬


ِ ‫ك ِمنَ ا ِإل ْي َم‬ َ ‫فَ َم ْن َجاهَ َدهُ ْم بِيَ ِد ِه فَهُ َو ُم ْؤ ِم ٌن َولَي‬
َ ِ‫ْس َو َرا َء ذل‬

)‫اإليمان‬.

79
Siswanto, Panduan Praktis Organisasi Remaja Masjid, 71

64
“Tidaklah seorang nabi yang diutus Allah dari umat sebelumku,

kecuali dari umatnya terdapat orang-orang hawariyun (para pembela

dan pengikut) yang melaksanakan sunnahnya serta melaksanakan

perintah-perintahnya. Kemudian, datang generasi setelah mereka;

mereka mengatakan sesuatu yang tidak mereka kerjakan dan mereka

mengerjakan sesuatu yang tidak diperintahkan.

Oleh karena itu, siapa yang berjihad terhadap mereka dengan

tangannya, maka ia adalah orang mukmin, siapa yang berjihad

melawan mereka dengan lisannya, maka ia adalah orang mukmin.

Dan siapa yang berjihad melawan mereka dengan hatinya, maka ia

adalah orang mukmin. sedangkan di bawah itu semua tidak ada

keimanan meskipun hanya sebesar biji sawi (H. R. Muslim)”.

Dan seperti yang sudah dijelaskan di atas, peran remaja masjid

Baitul Mustofa Qouman adalah mengembalikan fungsi masjid seperti

yang di harapkan oleh kyai, dan masyarakat sekitar yaitu

memakmurkan masjid kembali .

B. Kegiatan Dakwah Remaja Masjid Baitul Mustofa Qouman Di desa

Plosoharjo

Kegiatan yang diadakan termasuk salah satu cara agar para remaja

masjid ini terbiasa dengan bersosialisasi kepada masyarakat sekitar yang

akhirnya dapat menyampaikan ilmu agama dengan baik atau berdakwah di

masyarakat. Kegiatan remaja masjid Baitul Mustofa Qouman ini terbagi

menjadi 3 yaitu:

65
a. Kegiatan harian

Kegiatan hari an ini semua anggota diajak untuk mengaji bersama sesuai

kemampuan masing-masing. Ada yang mengaji Al qur'an beserta tajwid

nya saja, ada yang mengaji Al qur'an beserta kitab tambahan seperti :

fiqih, hadist dll. Dan kegiatan ini tidak memandang usia, sedangkan

waktunya sendiri di laksanakan setelah sholat maghrib.

b. Kegiatan mingguan

Kegiatan mingguan ini hanya dilaksanakan seminggu sekali saja, berikut

kegiatannya:

- setiap hari sabtu diadakan arisan dan dilanjut dengan membaca tahlil

bersama.

- setiap hari minggu diadakan latihan banjari.

- setiap hari minggu wage diadakan istighosah bersama.

- setiap hari rabu,kamis dan jum'at membaca kitab Al berjanji.

c. Kegiatan bulanan

Kegiatan bulananannya adalah membantu pengumpulan koin NU tingkat

ranting(desa), kegiatan ini di adakan setiap jum'at pon saja.

Dengan ada nya kegiatan-kegiatan tersebut para anggota menjadi lebih

semangat dan lebih bisa beradaptasi dengan masyarakay sekitar.

66
BAB VI

PENUTUTP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai Peran Remaja Masjid Baitul


Mustofa Dalam Meningkatkan Dakwah Di desa Plosoharjo dapat
disimpulkan bahwa:
1. Menunjukkan bahwa keberadaan remaja masjid memiliki fungsi dan
peranan yang sangat penting di dalam komunitas tersendiri. Dalam
menjalankan perannya, aktivitas kegiatan yang dilakukan oleh remaja
masjid yang ada di Desa Plosoharjo tidak hanya fokus pada bidang
keremajaan, melainkan bidang kemasjidan untuk memperluas
jangkauan aktivitas dan pelayanannya dalam mencapai kemakmuran
masjid yang dicita-citakan
2. Adanya Remas dalam memakmurkan masjid yaitu dengan cara
Melakukan Shalat berjamaah di Masjid,dan Melakukan Peringatan hari-
haribesar di Masjid
3. Dampak adanya Remas ini dari pengurus dan anggota aktif sendiri juga
menunjukkan kepada masyarakat kalau organisasi mereka ini adalah
organisasi yang positif. Sampai saat ini pun masyarakat juga sangat
antusias dalam mendukung organisasi remaja masjid ini, dan ini pun
juga berdampak positif bagi anggota yaitu, menjadikan banyak nya
anggota baru

B. Saran

1. Selalu melakukan pengkaderan terhadap remaja-remaja lain, tidak


hanya dengan remaja-remaja yang suka datang ke masjid saja tetapi
juga kepada remaja yang tidak suka datang ke masjid dengan cara
mengajak atau melibatkan remaja-remaja yang notaben nya tidak suka
datang ke masjid untuk ikut serta dalam kegiatan remaja masjid. Yang

67
diharap kan nantinya bisa menjadi aktif datang ke masjid dan
mengikuti sendiri kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh masjid.
2. Karena remaja masjid ini keberadaannya sudah diakui oleh masyarakat
sekitar alangkah baiknya jika remaja masjid ini juga berkumpul jadi
satu dengan organisasi karang taruna agar kegiatan PHBN di desa
plosoharjo ini bisa di tambahi dengan kegiatan islami. Agar tujuan
menjadikan desa sebagai desa muslim bisa terealisasikan.

68
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Kadir Sayid Abd. Rauf, Dirasah Fid Dakwah Al Islamiyah Cet. I; Kairoh:
Dar, El Tiba’ahal al-Mahmadiyah, 1987

Ahmad Muhsin Kamaludiningrat, Meningkatkan Peran dan Fungsi Masjid dalam


Dakwah dan Pembinaan Masyarakat Madani Beriman dan Bertaqwa
Jogjakarta: Jurnal Ulama, 2010

Ahmad Tanzeh dan Suyitno, Dasar-dasar Penelitian, Elkaf, Surabaya: 2006,

Ahmad Warson al-Munawwir, al-Munawwir Cet. XIV; Pustaka Progresif,


Jakarta: 1997

Arif Furchan, Pengantar Penelitian dalam Pendidikan, Pustaka Pelajar,


Yogyakarta: 2005,

Burhan Bunging, Penelitian kualitatif Edisi Kedua; Kencana, Jakarta: 2007

Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, PT Rosda Karya, Bandung:


2006,

Ghazali Darussalam, Dinamika Ilmu Dakwah Islamiyah Cet. I; Nur Niaga SDN.
BHD, Malaysia: 1996

H. M. S. Nasaruddin Latief, Teori dan Praktek Dakwah Islamiah Firma Dara, tt,
Jakarta: PT

Hasanuddin, Hukum Dakwah Cet. I; Pedoman Ilmu Jaya, Jakarta: 1996

Hurima, dkk. dalam laporan penelitian Pelaksanaan Kegiatan Remaja masjid Al


Mustaqim Kelurahan Sail Kecamatan Tenayan Raya, Universitas Riau, pdf

http://repository.radenintan.ac.id/4116/1/SKRIPSI%20IMAM%20MUSTOFA.pdf
diakses pada tanggal 11 februari 2020 pukul 20.00 WIB

http://repositori.uin-alauddin.ac.id/5111/1/SKRIPSI%20A.%20SITI%20
AISYAH_opt.pdf diakses pada tanggal 12 februari pukul 21.05 WIB

Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya PT Tiga Serangkai Pustaka


Mandiri, Solo: 2014

Lexy. J. Moleong, Metodologi Penelitian kualitatif Rosdakarya, Bandung: 2001

M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam Cet.I; Bumi Aksara, Jakarta: 1991

Majma’ al-Lughah al-‘Arabiyah, 1972: 286.

69
Masdar Helmi, Dakwah dalam Alam Pembangunan, Mizan, Bandung: 1992

Moh. Roqib, Menggugat Fungsi Edukasi Masjid, Grafindo Litera Media,


Yogyakarta: 2005

Mohammad E. Ayub. Manajemen masjid : petunjuk praktis bagi para pengurus


Gema Insani Press, Jakarta: 1996

Muhammad Munir dan Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah Prenada Media Grup,
Jakarta: 2009

Mustofa Budiman, Manajemen Masjid Gerakan Meraih Kembali Kekuatan


Masjid dan Potensi Masjid Ziyad Visi Media, Solo: 2007

Noen Muhajirin, Metode Penelitian Kualitatif Rake Sarasin, Yogyakarta: 1998

Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an mizan, Bandung: 1992

Quraisy Shihab, Tafsir al-Misbah Lentera hati, Cet. I; 2000

Republik Indonesia, Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Citra Umbara,


Bandung: 2010

Said Ali Bin Wakaf Al-Qahatahani, Al-Hikmah Fi Al-Dawa Ila Allah Ta’ala,
Muassasah, Beirut:

Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah ,Cet. I; Amzah, Jakarta: 2009.

Siswanto, Panduan Praktis Organisasi Remaja Masjid, Pustaka Al-Kautsar,


Jakarta : 2005.

Soekanto, Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar. Rajawali Pers, Jakarta : 2015.

Sofan Safri Harahap, Manajemen Masjid, Dhana Bhakti Prima, Yogyakarta:


1996.

Suharsimin Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Rineka


Cipta, Jakarta: 2006.

Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Prakteknya, Bumi


Aksara, Yogyakarta: 2003.

Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, Gaya Media Pratama, Jakarta: 1997.

Umar Jaeni, Panduan Remaja Masjid, CV. Alfa Surya Grafika, Surabaya: 2003.

Yatim Rianto, Metodologi Penelitian Pendidikan, SIC, Surabaya: 2001, 96

70
Zamroni, Pengantar Pengembangan Teori Sosial. Tiara, Yogyakarta: 2002,

71
PEDOMAN WAWANCARA

Wawancara dengan ketua remaja masjid Baitul Mustofa Qouman

1. Apa visi Misi remaja masjid Baitul Mustofa Qouman ?

2. Kapan remaja masjid Baitul Mustofa Qouman dibentuk ?

3. Apa saja kegiata remaja masjid Baitul Mustofa Qouman ?

4. Bagaimana strategi remaja masjid Baitul Mustofa Qouman dalam memajukan

dakwah?

5. Bagaimana peran remaja masjid Baitul Mustofa Qouman dalam kemajuan

dakwah ?

6. Bagaimana dampak kemajuan organisasi remaja masjid setelah mendapat

dukungan dari masyarakat ?

7. Apa kendala yang dihadapi saat pembentukan remaja masjid ?

Wawancara dengan kyai masjid Baitul Mustofa Qouman

1. Apa pendapat tentang remaja masjid ?

2. Adakah perbedaan antara sebelum dibentuknya remaja masjid dan sesudah

dibentuknya remaja masjid ?

Wawancara dengan masyarakat sekitar remaja masjid

1. Bagaimana dengan adanya remaja masjid ?

2. Apa dampak yang dirasakan oleh para orang tua setelah anak-anaknya

mengikuti organisasi remaja masjid ?

72
LAMPIRAN

KEGIATAN ARISAN

BANJARI
RUTINAN BERJANJI
RUTINAN ISTIGHOSAH

WAWANCARA DENGAN UST. AGUS FAUZI TAMIM


SELAKU KETUA REMAS

Anda mungkin juga menyukai