Anda di halaman 1dari 51

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam adalah agama dakwah, yaitu agama yang

menugaskan ummatnya untuk menyebarkan dan menyiarkan Islam

kepada seluruh umat manusia sebagai Rahmatan Lil Alamin. Islam

dapat menjamin terwujudnya kebahagiaan dan kesejahteraan

manakala ajaranya dijadikan sebagai pedoman hidup dan

dilaksanakan secara konsisten serta konsekuen. Usaha

penyebarluasan Islam realisasi terhadap ajaran adalah melalui

dakwah.1 Dalam kehidupan sosial dikenal bentuk tata aturan yang

disebut norma. Norma dalam kehidupan sosial merupakan nilai-

nilai luhur yang menjadi tolak ukur tingkah laku sosial. Jika tingkah

laku yang diperlihatkan sesuai dengan norma yang berlaku, maka

tingkah laku tersebut dinilai baik dan diterima, sebaliknya, jika

tingkah laku tersebut tidak sesuai atau bertentangan dengan norma

yang berlaku, maka tingkah laku tersebut dinilai buruk dan ditolak.

Tingkah laku yang menyalahi norma yang berlaku ini disebut

dengan tingkah laku atau perilaku (akhlak) yang menyimpang. 2

Akhlak merupakan salah satu aspek yang sangat penting

dalam kehidupan beragama, yang keberadaannya dirasakan

1
Siti Muriah, metodologi Dakwah Kontemporer, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2000),
hal. 12.
2
Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014), hlm. 259-
260.

1
sangat penting dalam pembinaan dan terbentuknya mentalitas

manusia, yaitu bagaimana cara berperilaku yang baik dan benar,

baik di dalam keluarga maupun dalam masyarakat di

lingkungannya masing-masing.

Akhlak merupakan ukuran kemanusiaan yang membedakan

dari sifat- sifat hewan atau binatang. Oleh karena itu, pembinaan

akhlak di dalam ajaran agama Islam adalah merupakan bagian

yang integral dari keseluruhan ajaran agama Islam, yang tidak

hanya sekedar dilakukan secara lisan, tetapi hendaknya dibuktikan

dengan amal perbuatan secara nyata. Bila dilihat dan diperhatikan

prinsip pokok yang ditegaskan oleh Islam, maka dapat dirasakan

bahwa tujuannya adalah untuk mencapai suatu tata krama dan budi

pekerti yang luhur dengan penghayatan dan pengalaman yang

nyata.3

Maka untuk mencapai itu semua perlu adanya pendidikan

Islami untuk pembinaan akhlak tersebut Majeis taklim

diselenggarakan dengan tujuan ialah untuk menyebarkan dakwah

Islam dan menghindarkan individu dari malapetaka, yang mana

majelis taklim berkembang pesat di Indonesia. Awal mula

penyelenggaraan majelis taklim ini merupakan upaya umat Islam

untuk menyebarkan dakwah Islam melalui masjid-masjid. Tetapi

tidak hanya di masjid, saat ini dakwh telah dilakukan di beberapa

3
Abdi Robbihim, skripsi: peran majlis ta’lim Annur dalam pembinaan akhlak remaja,
hlm. 17

2
tempat, tidak memang secara lisan melainkan melalui media sosial

seperti YouTube, Facebook, WhatsApp dan sebagainya.

Dakwah ialah sebuah persiapan gigih yang digarap oleh

para pengemban dakwah untuk mengubah tujuan dakwah agar

mereka rela memasuki jalan Allah, dan perlahan-lahan menuju

kehidupan yang islami. Suatu proses yang berkesinambungan bisa

menjadi proses yang bukan kebetulan, tetapi benar-benar diatur,

dijalankan, dan dinilai secara berkesinambungan oleh para

pembawa dakwah dalam mengatur untuk mengubah perilaku

sasaran dakwah sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan

Adanya lembaga dakwah sebagai bentuk tindakan berupa

pembinaan, pendidikan serta arahan diberikan harapan baru

sebagai usaha untuk mengajar dan mencerdaskan lapisan

masyarakat, khususnya di lingkungan agama serta sosial. Salah

satu dakwah yang mendidik atau edukatif di sekitar masyarakat

adalah majelis taklim. Oleh karena itu, majelis taklim tidak hanya

berfungsi sebagai lembaga dakwah tetapi lebih berperan dalam

menciptakan dan membudayakan informasi keislaman serta

mencerdaskan kehidupan masyarakat sekitarnya.4

Dakwah akan menghadapi persoalan-persoalan yang

semakin kompleks seiring dengan kemajuan peradaban yang

bergulir, yang muncul dalam karya dakwah yang semakin rumit.

Banyak perspektif da’i yang palang sulit mereka dakwahi adalah


4
Saeful Lukman Dkk, Ibid Hlm 67

3
remaja, karena pemikaranya yang masih labil dan cendrung keras

kepala. Peran pemimpin dakwah akan sangat menentukan warna

aktivitas yang akan dilaksanakan, dengan demikian seorang

pemimpin dakwah harus mampu memberikan inspirasi bagi para

remaja agar mereka mau berfikir panjang dan religious. 5

Jika dilihat masa sekarang ini para remaja sudah tidak

menunjukkan nilai-nilai Islam. Hal ini dapat dilihat dari pergaulan

dan perilaku remaja yang menyimpang. Remaja tidak merasa

berdosa atau malu berpacaran dan berdua-duaan di tempat yang

jauh dari keramaian. Dengan prilaku remaja yang tidak sesuai

dengan ajaran Islam perlu adanya arahan dan nasehat yang

diberikan oleh keluarga mapun kerabat.

Pada sekarang ini dunia remaja sedang dilanda

kemerosotan moral, baik yang terlihat dari akhlak, gaya berfikir,

kebiasaan, cara bicara dan gaya hidup dehari-hari. Semakin hari

kemersotan moral ini bukan semakin berkurang malah semakin

menjadi. Setiap hari ada saja pemberitaan remaja yang

menyimpang mulai dari narkoba, minuman keras,pemerkosaan,

balap liar, bahkan pembunuhan.

Menurut hasil pengamatan peneliti di Desa Montong Are

Kecamatan Kediri Kabupaten Lmbok Barat, masih banyak terjadi

hal-hal yang dipaparkan diatas. Hal ini bisa terjadi karena minimnya

5
Didin Hafidhuddin, Dakwah Aktual (Jakarta, Pt Gema Insani Press, 1998) Hlm
77-78

4
pemahaman agama dan kurangnya arahan dari orang tua, kerabat

dan sahabat terdekat.

Majlis Madhul Mustafa adalah sebagai wadah pembinaan

akhlak khususnya remaja di desa Montng Are Kecamatan Kediri

Kabupaten Lombok Barat adalah sebuah lembaga non formal yang

memiliki visi dan misi untuk melakukan pembinaan kepada jamaah

khususnya remja agar menjadi pribadi yang baik dan religius.

Majlis madhul musthafa yang bernuansa sholawat, zikir dan

taklim sekarang sudah memiliki anggota lebih dari 30 orang yang

rata-rata lulus SMA dan putus sekolah. Melihat dari kehidupan

mereka, kebanyakan dari anggota sebelum mengikuti majlis

memiliki kebiasaan yang buruk mulai dari mabuk, narkoba, dan

kenakalan lainya. Beberapa bulan mengikuti majlis, dengan

hidayah allah pelan-pelan mereka sadar bahwa perbuatan mereka

salah dan mulai berubah menuju yang lebih baik. 6

Menurut observasi dikalangan masyarakat, Majlis Madhul

Musthafa sangat berpengaruh positif bagi kaum muda di Desa

Montong Are karena melalui majlis ini remaja dapat menumbuhkan

rasa cinta kepada rasulallah, remaja terhindar dari kegiatan-

kegiatan yang tidak bermanfaat dan bersifat foya-foya, menjadi

sarana berkumpul dengan orang-orang sholeh, mengajak remaja

mencintai dan melestarikan seni hadrah.7

6
Observasi awal, 25 Juli 2022
7
Observasi, Majlis Madhul Musthofa, Montong Are, 20 Agustus 2022

5
Berdasarkan keadaan dan situasi remaja di Desa Montong

Are Kecamatan Kediri Ksbupaten Lombok Barat penulis tertarik

melakukan penelitian dengan judul “EFEKTIVITAS DAKWAH

MAJLIS MADHUL MUSTHAFA DALAM MERUBAH PRILAKU

REMAJA DI DESA MNTONG ARE KECAMATAN KEDIRI

KABUPATEN LOMBOK BARAT”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diambilnya judul ini maka dapat

dirumuskan masalah dalam proposal ini sebagai berikut:

1. Apakah Efektivitas Dakwah Majlis Madhul Mushafa dalam

merubah prilaku Remaja di desa Mntong Are Kecamatan Kediri

Kabupaten Lombok Barat ?

2. Bagaimana Faktor-Faktor Masyarakat Dalam Merubah Prilaku

Remaja Di Desa Montong Are Kecamatan Kediri Kabupaten

Lombok Barat ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui apakah efektivitas Majlis Madhul Mushafa

dalam berdakwah dikalangan remaja di Desa Montong are

Kecamatan Kediri Kabupaten Lombok Barat ?

2. Untuk mengetahui Bagaimana fakto-faktor masyarakat dalam

merubah prilaku remaja di Desa Montong Are Kecamatan Kediri

Kabupaten lombok barat ?

D. Manfaat

6
1. Secara akademis

Hasil dari penelitian ini semoga dapat bermanfaat bagi

mahasiswa STID Musthafa Ibrahim khususnya bagi jurusan

Komunikasi Penyiaran Islam penelitian diharapkan bisa

bermanfaat pada citra pengembangan ilmu pengetahuan

2. Secara praktis

Penulis mengharapkan penelitian ini kesan pesan positif dan

motivasi serta bisa melestarikan agama islam.

3. Secara teoritis

Penelitian ini akan memberikan sumbangan pemekiran dan

dapat memperkenalkan wajah baru efektifitas dakwah majlis

madhul musthafa dikalanagn remaja Desa Montong Are

kecamatan kediri kabupaten lombok barat.

E. Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang diajukan dalam penilaian adalah:

1. efektivitas dakwah majlis Madhul Musthafa dapat merubah

perilaku remaja Desa Montong Are kecamatan kediri kabupaten

lombok barat.

2. efektivitas dakwah majlis Madhul Musthafa tidak dapat merubah

perilaku remaja Desa Montong Are kecamatan kediri kabupaten

lombok barat.

F. Kajian Terdahulu

Kajian terdahulu bertujuan untuk mendapatkan bahan

7
perbandingan dan acuan.Selain itu,untuk menghindari kesamaan

dengan penelitian ini.Maka dalam kajian terdahulu ini peneliti

mencantumkan hasil-hasil kajian terdahulu sebagai berikut:

1. Skripsi Muhammad Syarif “Efektivitas dakwaah melalui majlis

taklim di Desa Ladumpi Kecamatan Rorowatu Kabupaten

Bombana Sulawesi Tenggara”8 Penelitian ini merupakan

penelitian yang menggunakan metode kualitatif.

2. Skripsi Anita Pujianti Nasution “Efektivitas Dakwah Islamiyah

Dalam Pembentukan Akhlak Remaja di Desa Gunungtua Julu

Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailin” 9

3. Skripsi Nurhikmah “Efektivitas Dakwah Islamiyah Dalam

Membina Akhlak Masyarakat Di Kecamatan Mengkendek

Kabupaten Tana Toraja”10 Penelitian ini merupakan penelitian

yang menggunakan metode kualitatif dan skripsi ini meneliti

tentang pembinaan akhlak masyarakat Di Kecamatan

Mengkendek Kabupaten Tana Toraja.

G. Sistematika Pembahasan

8
Muhammad Syarif “Efektifitas dakwaah melalui majlis taklim di Desa Ladumpi
Kecamatan Rorowatu Kabupaten Bombana Sulawesi Tenggara” (skripsi.2020 Fakultas
Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassa)
9
Anita Pujianti Nasution “Efektivitas Dakwah Islamiyah Dalam Pembentukan Akhlak
Remaja di Desa Gunungtua Julu Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailin”(IAIN
Padang sidimpuan,.2016)
10
Nurhikmah “Efektivitas Dakwah Islamiyah Dalam Membina Akhlak Masyarakat Di
Kecamatan Mengkendek Kabupaten Tana Toraja”( Runiversitas Muhammadiyah Makassa: 2020)

8
Untuk memudahkan didalam pembahasan, penulis mencoba

menyusun dengan sistematis. Pembahasan dalam penelitian ini

terdiri dari 3 bab, masing-masing bab terdiri dari sub bab dengan

sistematika sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan, menjelaskan tentang latar belakang

masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

hipotesis, kajian terdahulu, serta sistematika pembahasan.

Bab II Deskripsi Teori, dalam bab ini akan dibahas

Pengertian dan teori efektivitas, pengertian dakwah, majlis taklim,

penjelasan tentang akhlak, penjelasan tentang remaja dan

kerangka berfikir peneliti.

Bab III. Metode Penelitian, pada bab ini akan dipaparkan

mengenai jenis dan pendekatan penelitian, populasi sample/teknik

sampling, variable/sub variabel, desain penelitian,

instrument/bahan penelitian, tekhnik validitas dan tehnik analisis

data.

BAB II

9
LANDASAN TEORI

A. Deskripsi Teori

1. Efektivitas

Pada dasarnya pengertian efektivitas yang umum

menunjukkan pada taraf tercapainya hasil. Senantiasa dikaitkan

dengan pengertian efisien, meskipun sebenarnya ada perbedaan

diantara keduanya. Efektivitas menekankan pada hal yang

dicapai, sedangkan efisiensi lebih melihat pada bagaimana cara

mencapai hasil yang dicapai itu dengan membandingkan antara

input dan outputnya. Istilah efektife (effective) dan efisien

(efficient) merupakan dua istilah yang saling berkaitan dan patut

dihayati dalam upaya untuk mencapai tujuan. Efektivitas adalah

tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan atau sasaran.

Efektivitas ini sesungguhnya merupakan suatu konsep

yang lebih luas mencakup berbagai faktor didalam maupun di

luar diri seorang. Dengan demikian efektivitas tidak hanya dapat

dilihat dari sisi produktivitas, tetapi juga dapat dilihat dari sisi

persepsi atau sikap individu.11

Efektivitas mempuyai berapa arti, dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia menyebutkan tiga arti efektivitas, arti pertama

adalah adanya suatu efek. Akibatnya, pengaruhnya, dan

11
Ns Roymond H. Simamora. M.Kep, Buku Ajar Pendidikan Dalam
Keperawatan,(Jakarta, Buku Kedokteran EGC, 2008), h.31

10
pesanya. Arti kedua ialah manjur atau mujarab, dan artiketiga

dapat membawa hasil atau hasil guna. Kata efektif juga di ambil

dari kata efek yang artinya akibat atau pengaruh dan kata efek

yang berarti adanya pengaruh akibat dari sesuatu. Sehingga

efektivitas adalah keberpengaruhan atau keberhasilan setelah

melakukan sesuatu.12

Menurut Chester I Barner didalam kebijakan kinerja

karyawan menjelaskan bahwa arti efektif dan efisien adalah bila

suatu tujuan tertentu akhirnya dapat dicapai, kita boleh

mengatakan bahwa kegiatan tersebut adalah efektif. Tetapi bila

akibat-akibat yang tidak dicapai dari kegiatan mempunyai nilai

yang lebih penting dibandingkan dengan hasil yang dicapai,

sehingga mengakibatkan ketidak puasan walaupun efektif, hal ini

disebut tidak efisien. Sebaliknya bila akibat yang tidak dicari-cari,

tidak penting atau remeh, maka kegiatan tersebut efisien.

Sehubungan dengan itu, kita dapat mengatakan sesuatu efektif

bila mencapai tujuan tertentu.

Efektivitas dapat diukur melalui berhasil tidaknya suatu

organisasi mencapai tujuan-tujuannya. Apabila suatu organisasi

berhasil mencapai tujuan, maka organisasi tersebut dapat

dikatakan telah berjalan dengan efektif. Hal terpenting adalah

efektivitas tidak menyatakan tentang berapa besar biaya yang

12
Tim penyusun kamus pusat pembinaan dan pengembangan bahasa(p3b)
Depertemen, pendidikan dan kebudayaan,(Jakarta Balai Pustaka 1995),h, 250.

11
dikeluarkan untuk mencapai tujuan tersebut. Efektivitas hanya

melihat apakah proses program atau kegiatan tersebut telah

mencapai tujuan yang telah ditetapkan.13

2. Dakwah

Dakwah secara etimologi adalah mengajak, menyeruh,

berdoa, dan mengundang. Dalam ilmu tata bahasa Arab, kata

dakwah berbentuk sebagai isemmasdar yang berasal dari kata

Fi’el yang artinya memanggil, mengajak ataumenyeru.

Sedangkan dakwah menurut epistemologi ialah suatu bentuk

kegiatan yang bertujuan agar orang lain mau bertingkah laku

sesuai dengan syariat Islam. Definisi dakwah juga digambarkan

dalam al qur’an Allah Ta’ala berfirman;

‫ بلتى هي احسن ان‬R‫ادع الى سبيل ربك بالحكمة والموعظة الحسنة وجادلهم‬

‫ربك هو اعلم بمن ضل عن سبيله وهو اعلم بالمهتدين‬

Terjemahannya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu

dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka

dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang

lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan

Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat

petunjuk”14

13
Ulum. Ihyaul MD, 2004, Akuntansi Sektor Publi. Malang,UMM Press, h. 294
14
Departemen Agama, Al Qur`an Terjemahan, h. 281

12
Sementara itu, para ulama memberikan definisi yang

bervariasi, antara lain adalah:

a) Muhammad Khidr Husain dalam bukunya “Al-Dakwah Ila Al

Ishlah” mengatakan dakwah adalah upaya untuk memotivasi

orang agar berbuat baik dan mengikuti jalan petunjuk, dan

melakukan amr ma’ruf nahi munkar dengan tujuan

mendapatkan kejayaan dan kebahagiaan di dunia dan di

akhirat.

b) AhmatGhalwasy dalam bukunya “Al-Dakwah Al Islamiyyah”

ada mengatakan bahwa ilmu dakwah adalah ilmu yang di

pakai untuk mengetahui berbagai seni menyampaikan

kandungan ajaran Islam, baik ilmu aqidah, syariah, maupun

akhlak.

c) Quraish Shihab mendefisinikan dakwah sebagai seruan atau

ajakan kepada keinsafan, atau usaha mengubah situasi yang

tidak baik kepada situasi yang lebih baik dan sempurna baik

terhadap pribadi maupun masyarakat. Secara konseptual

banyak pendapat tentang definisi dakwah, antara lain:

d) Menurut Malik Idris, dakwah proses penyampaian ajaran

agama Islam kepada umat manusia dengan asas, cara, serta

tujuan yang dapat dibenarkan oleh ajaran agama Islam itu

sendiri.

e) Menurut Arifuddin dakwah adalah mengajak umat manusia

13
agar mengikuti jalan-jalan Allah (sistem Islam) secara

menyeluruh, baik dengan lisan, tulisan maupun dengan

perbuatan sebagai ikhtiar muslim mewujudkan ajaran Islam

menjadi kenyataan dalam kehidupan individu, rumah tangga,

jamaah, dan umat dalam semua segi kehidupan secara

berjamaah (terorganisir) sehingga terwujud khair al ummah. 15

f) Menurut Umar dikutip oleh Sayyid Muhammad Alwi, dakwah

adalah mengajak manusia dengan cara bijaksana menuju

pada jalan yang benar sesuai denganperintah Tuhan, untuk

kemaslahatan dan kebahagiaan mereka di dunia dan di

akhirat.

g) Definisi lainnya dikemukakan Muhammad Munir, dakwah

adalah mengajak, mendorong, dan memotivasiorang lain

berdasarkan bashirah untuk meniti jalan Allah dan istiqomah

di jalan-nya serta berjuang bersama meninggikan Allah.

Berdasarkan pendapat-pendapat para tokoh tersebut

dapat disimpulkan bahwa dakwah pada dasarnya adalah usaha

dan aktifitas yang dilakukan secara sadar dalam rangka

menyampaikan nilai-nilai ajaran Islam baik dilakukan secara

lisan, tertulis maupun perbuatan sebagai realisasi amar ma’ruf

nahi munkar guna mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.

15
Arifuddin, Metode Dakwah Dalam Masyarakat Plural, (Rabbani Press,
2012), h.

14
Adapun tujuan Dakwah adalah agar memperoleh hasil

tertentu atas usaha yang dilakukan, artinya ada nilai tertentu

yang diharapkan dapat tercapai. Sebenarnya tujuan dakwah itu

adalah sama halnya diturunkannya ajaran Islam bagi umat

manusia itu sendiri, yaitu untuk membuat manusia memiliki

kualitas akidah, ibadah, serta akhlak yang tinggi. Senada dengan

itu, H. M. Arifin, menyatakan bahwa tujuan program kegiatan

dakwah adalah untuk menumbuhkan pengertian, kesadaran,

penghayatan dan pengamalan ajaran agama yang dibawakan

oleh aparat dakwah.16

Dengan demikian, tujuan dakwah ditekankan untuk sikap-

sikap mental dan tingkah laku manusia yang kurang baik menjadi

lebih baik atau meningkatkan kualitas iman dan Islam tanpa ada

tekanan dan paksaan dari siapapun. Begitu pentingnya tujuan

dalam setiap aktivitas, maka tujuan itu harus dirumuskan dengan

baik sehingga tujuan itu dapat dijadikan sebagai suatu ukuran

keberhasilan atau kegagalan.

Adapun mengenai sumber-sumber metode dakwah

sebagai berikut:

a. Al-Qur‟an

Di dalam Al-Qur‟an banyak sekali ayat yang

16
H.M. Arifin, Psikologi Dakwah; Suatu Pengantar Studi (Jakarta: Bumi
Aksara, 1994),cet ke III h. 4.

15
membahas tentang masalah dakwah. Di antara ayat-ayat

tersebut ada yang berhubungan dengan kisah para rasul

dalam menghadapi umatnya. Selain itu, ada ayat-ayat yang

ditujukan kepada Nabi Muhammad ketika beliau

melancarkan dakwahnya. Semua ayat-ayat tersebut

menunjukkan metode yang harus dipahami dan dipelajari

oleh umat muslim.

b. Sunnah Rasul

Di dalam sunnah rasul banyak kita temui hadits-hadits

yang berkaitan dengan dakwah. Begitu juga sejarah hidup

dan perjuangannya dan cara-cara yang beliau pakai dalam

menyiarkan dakwahnya baik ketika beliau berjuang di

Makkah maupun di Madinah. Semua ini memberikan contoh

dalam metode dakwahnya. Karena setidaknya kondisi yang

dihadapi Rasulullah SAW ketika itu dialami juga oleh juru

dakwah yang sekarang ini.

c. Sejarah Hidup para Sahabat dan Fuqaha

Dalam sejarah hidup para sahabat-sahabat besar dan

para fuqaha cukuplah memberikan contoh baik yang sangat

berguna bagi juru dakwah. Karena mereka adalah orang

yang expert dalam bidang agama. Muadz bin Jabal dan para

sahabat lainnya merupakan figur yang patut dicontoh

sebagai kerangka acuan dalam mengembangkan misi

16
dakwah.

Unsur-unsur dakwah adalah hal-hal yang tedapat dalam

setiap kegiatan dakwah, yakni subjek dakwah (dai), objek

dakwah (mad‟u), materi dakwah, metode dakwah, media

dakwah, dan logistik dakwah. Oleh karena itu, terdapat syarat-

syarat psikologis yang sangat kompleks bagi pelaksana yang

sekaligus menjadi penentu dan pengendali sasaran dakwah.

Salah satu syarat yang paling penting bagi seorang da’i adalah

masalah moral atau akhlak, budi pekerti.17

Dalam rangka menyusun strategi dakwah dewasa ini di

tengah kehidupan remaja yang kompleksitas dalam arus

perubahan sosial sebagai akibat kemajuan IPTEK tersebut,

maka da’i sebagai pelaku dakwah tidak bisa jalan sendiri-

sendiri jika yang diharapkan hasil yang memada’i.

Akan tetapi da’i sebagai subyek dakwah, secara kolektif

melalui lembaga dakwah melakukan tugas-tugas keumatan

dalam bidang dakwah secara proporsional, sehingga dengan

demikian ada istilah "ulama sarjana" yang artinya seorang ahli

dalam bidang agama yang juga memiliki pengetahuan dalam

bidang keilmuan tertentu. Begitu juga sebaliknya, dikenal pula

istilah sarjana ulama, yakni sebagai seorang ahli dalam bidang

tertentu, tetapi melekat dalam dirinya suatu prinsip agama.

17
Ibid., h. 77

17
3. Majelis Taklim

Menurut bahasa Majelis Taklim berasal dari kata bahasa

Arab yaitu dari kata majlis yang artinya tempat duduk. dan

Taklim yang artinya pengajaran. Jadi Majelis Taklim adalah

tempat untuk mengadakan pengajaran dan pengajian agama

Islam. Pengertian Majelis lainnya adalah tempat berkumpulnya

sekelompok orang untuk melakukan semua kegiatan, sehingga

dikenal sebagai Majelis semua Majelis syuro, Majelis hakim dan

sebagainya.18

Sedangkan kata Taklim berasal dari akar - ‫علم – يعلم‬

‫ تعليم‬berarti mengajar. 19Dari beberapa pendapat tentang definisi

Taklim, maka dapat disimpulkan bahwa Taklim adalah suatu

bentuk aktif yang dilakukan oleh orang yang ahli dengan

memberikan atau mengajarkan ilmu kepada orang lain. 20

Taklim diartikan sebagai proses pengajaran yang

memperkuat tingkat pemahaman masyarakat, sedangkan

tarbiyah selain mengandung pengajaran, juga mendorong

manusia untuk melaksanakanya dalam kehidupan sehari-hari. 21

Dari beberapa definisi Taklim, maka dapat disimpulkan bahwa


18
Koordinasi Dakwah Islam (KODI) DKI Jakarta: Pedoman Majelis Taklim,
(cet. ke-2 1990) hal.5
19
Asad M. Kalali, Kamus Arab Indonesia, (cet. Ke; 2 Jakarta: Bulan Bintang,
1987), hal. 8
20
Koordinasi Dakwah Islam (KODI) DKI Jakarta: Pedoman Majelis Taklim,
hal. 6
21
Sayyid Muhammad Nuh, penyebab gagalnya dakwah, (cet. V, Mesir:
Daarul Wafa 1993), hal. 50.

18
Taklim adalah bentuk aktif yang dilakukan oleh orang yang ahli

dalam memberikan atau mengajarkan ilmu kepada orang lain. 22

Pengertian Majelis yang lainnya adalah tempat

berkumpulnya sekelompok orang untuk melakukan suatu

kegiatan, sehingga dikenal sebagai Majelis, seperti Majelis

syuro, Majelis hakim dan lain sebagainya sedangkan secara

istilah pengertian Majelis Taklim adalah, Organisasi pendidikan

luar sekolah (non formal) yang bercirikan keagamaan Islam. 23

Sedangkan yang dimaksud lembaga pendidikan Islam itu

sendiri adalah wadah atau sarana yang mengarahkan,

membimbing, dan meningkatkan pendidikan peserta didik

melalui sistem pendidikan yang bernuansa Islam yang

mengarah kepada manusia berilmu serta berakhlak dan

berkepribadian yang beriman dan bertaqwa. Adapun lembaga-

lembaga pendidikan Islam yang ada di Indonesia cukup

banyak, diantaranya:

a) Masjid (surau, langgar, mushalla, dan muanasah)

b) Madrasah dan pondok pesantren

c) Pengajian dan penerangan Islam (Majelis Taklim)

d) Kursus-kursus keIslaman (training)

e) Badan-badan pembinaan rohani


22
Muzayyin A. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan, (cet. Ke; 1 Jakarta: Bumi
Aksara, 1991) hal. 118 4
23
Zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam, (cet. Ke; 2 Jakarta: Bumi Aksara,
1995), hal. 76

19
f) Badan-badan konsultasi keIslaman

g) Musabaqoh tilawatil qur‟an.24

Majelis Taklim adalah wadah dimana sekumpulan

jama‟ah yang didalamnya terdapat tua dan muda untuk belajar

ilmu, sipatnya tidak formal atau tidak memakai kurikulum akan

tetapi orang-orang yang berada di majelis taklim belajar juga

untuk menuntut pengetahuan yang bersifat nonformal, tidak

terukur umur, katakanlah umumnya terbatas dan tidak pakai

tingkatan akan tetapi pelajaran dalamnya baik tua sama

maupun yang muda, yang jelas menuntut ilmu untuk kebutuhan

hidup guna meningkatkan ketakwaan kepada Allah Swt.

Majelis Taklim wadahnya potensial yang bisa digunakan

untuk umat islam mengembangkan kretivitas kerohanian

mereka dalam hidup bermasyarakat. majelis taklim melalui

berbagai macam program kegitannya salah satunya

menciptakan manusia yang berkualitas secara rohani, Hal ini

disebabkan majelis Taklim berisikan ajaran islam yg harus

dilaksanakan setiap umatnya.

Peran majelis taklim sebagai lembaga pendidikan

nonformal adalah sebagai berikut:

a) Majelis Taklim sebagai wadah pembimbing umat menuju

iman taqwa kepada allah Swt, dan tempat bertanya

24
Zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam, (cet. Ke; 2 Jakarta: Bumi Aksara,
1995), hal. 76

20
berbagai masalah agama dan social yang berkembang.

b) Majelis Taklim sebagai wadah panutan atau contoh yang

baik bagi umat, di harapkan menjadi tauladan baik

perbuatan maupun ucapan semua majelis Talim itu

ditengah-tengah masyarakat.

c) Majelis Taklim sebagai penyambung tugas penting bidang

pendidikan agama islam pada masyarakat pemberdayaan

masjid ditengah-tengah masyarakat baik yang berada

dikota maupun didesa serta dapat memberikan informasi

tentang agama islam dengan hikmah dan kebijaksanaan.

d) Majelis Taklim sebagai sosial control yg berfungsi

memberikan informasi dan masukan kepada semua pihak

terkait kepada amar ma‟rup nahi mungkar

4. Pengertian akhlak/Prilaku

Ada dua pendekatan yang digunakan untuk mendefinisikan

akhlak, yaitu pendekatan linguistik (kebahasaan), dan

pendekatan terminologik(peristilahan). Dari sudut kebahasaan,

akhlak berasal dari bahasa Arab, yaitu isimmasdar (bentuk

infinitif) dari kata akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan, sesuai dengan

timbangan (wazan) tsulasimazidaf’ala, yuf’ilu, if’alan yang berarti

al-sayijah (perangai), ath-thabiah (kelakuan, tabiat, watak dasar),

al-‘adat (kebiasaan, kelaziman), al-maru’ah(peradaban yang

baik), dan al-din (agama).25


25
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, h. 1

21
Kata akhlaq adalahjamak dari kata khilqunatau

khuluqunyang artinya sama dengan kata akhlaq sebagaimana

yang telah disebutkan diatas. Baik kata akhlaq atau

khuluqkedua-duanya dapat dijumpai pemakaiannya baik dalam

al-Qur’an

‫وانك لعلى خلق عظيم‬

Terjemahannya; “Dan sesungguhnya kamu benar-benar

berbudi pekerti yang agung”26

Allah telah menjadikan engka u mempunyai rasa malu,

mulia hati, pemberani, pemberi maaf, dan segala akhlak yang

mulia.27 Tafsir ayat tersebut jelas bahwa Allah SWT telah

memberikan sifat-sifat akhlak pada diri manusia. Hanya saja

manusia tidak menggunakan akhlak yang telah diberi oleh

Allah, malah manusia cenderung mengikuti langkah syetan

yakni berakhlak tercela.

Di dalam ayat tersebut terdapat isyarat bahwa akhlak

yang mulia tidak akan berada bersama kegilaan. Semakin baik

akhlak manusia, maka akan semakin jauh ia dari kegilaan.28

‫ان هذا اال خلق االولين‬

Terjemahannya; “(agama kami) ini tidak lain hanyalah adat

26
Al-Qur’an Terjemah, Q.S. al-Qalaam, 68: 4 (Kudus: Menara Kudus, 1997),
hlm. 565.
27
Ahmad Mustafa Al-Maragi, Tafsir Al-Maragi, (Semarang: PT Karya Toha
Putra Semarang, 1974), hlm. 48
28
Ahmad Mustafa Al-Maragi, hlm. 49

22
kebiasaan orang dahulu.29

Sedangkan menurut aspek terminologi, akhlak

dikemukakan oleh beberapa pakar, diantaranya:

a) Ibnu Miskawaih

Akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang

mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa

melalui pertimbangan pikiran.

b) Imam Ghazali

Akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa

yang dari padanya timbul perbuatan-perbuatan dengan

mudah, dengan tidak memerlukan pertimbangan pemikiran.

c) Prof. Dr. Ahmad Amin

Akhlak adalah kehendak yang dibiasakan. Artinya,

kehendak itu bila membiasakan sesuatu, kebiasaan itu

dinamakan akhlak.30

5. Remaja

Masa remaja selalu dikenal dengan istilah masa yang

unik dari rangkaian tahapan perkembangan individu. Merupakan

masa peralihan dari masa anak menuju masa dewasa dimana

terjadi perkembangan pada semua aspek dan fungsi untuk

memasuki masa dewasa.

29
Al-Qur’an Terjemah, Q.S. al-Syuara, 26: 137(Kudus: Menara Kudus, 1997),
hlm. 374
30
Zahrudin AR dan HasanudinSinaga, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2004), h. 4

23
Fase remaja merupakan periode kehidupan manusia yang

sangat strategis, penting dan berdampak luas bagi

perkembangan berikutnya. Namun individu terkadang banyak

mengalami tantangan dalam melewati masa tersebut sehingga

bisa berdampak buruk bagi perkembangan selanjutnya,

sehingga dengan bimbingan dan arahan yang tepat remaja akan

tumbuh menjadi manusia dewasa yang sempurna.

Istilah Remaja yaitu disebut “puber” dan “adolescent”,

umumnya ahli-ahli Eropa menggunakan istilah “puber” untuk

menyatakan masa di mana kematangan seksual tercapai yang

berlangsung kira-kira dari umur 12-18 tahun. Sedangkan istilah

“adolescent” dipakai untuk menyatakan masa peralihan ke

maturity (kemampuan untuk mengendalikan diri) yang

berlangsung antara umur 18-20 tahun atau lebih, atau disebut

masa transisi dari anak menjadi dewasa yang dimulai dengan

tanda-tanda puberty dan berakhir bila anak telah mencapai

kematangan fisik dan psikis.31

Remaja memiliki tempat di antara anak-anak dan orang

tua karena sudah tidak termasuk golongan anak tetapi belum

juga berada dalam golongan dewasaatau tua. Seperti yang

dikemukakan oleh Calon (dalam Monks, dkk 1994) bahwa masa

remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan

karena remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi


31
Simanjuntak, Psikologi Remaja, (Tarsito: Bandung, 1984), 83

24
memiliki status anak.

Menurut Sri Rumini & Siti Sundarimasa remaja adalah

peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami

perkembangan semua aspek / fungsi untuk memasuki masa

dewasa. Masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai

dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22

tahun bagi pria.

Secara teoritis dan empiris dari segi psikologinya, rentang

usia remaja berada dalam usia 12-21 tahun bagi wanita dan 13-

22 tahun bagi pria. Zakiah Daradjat membagi masa remaja

menjadi dua tahap yaitu: petama, masa remaja (13-16 tahun)

dan kedua, masa remaja akhir (17-21 tahun). Belakangan ini

permasalahanremaja berkembang lebih luas lagi, yakni meliputi

pengertian yuridis, sosiologis, moral, dan sosial. Jadi berarti per

buatan-perbuatan tersebut manyalahi undang-undang yang

berlaku sebagai hukum positif, melawan kehendak masyarakat,

tidak mengindahkan nilai-nilai moral dan anti susila. Akibatnya

perbuatan-perbuatan tersebut sering menimbulkan keresahan di

dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat. 32

Pembentukan akhlak remaja dapat diartikan sebagai

usaha sungguh-sungguh dalam rangka membentuk remaja

dengan menggunakan sarana pendidikan dan pembinaan yang

32
Sudarsono. Etika Islam Tentang Kenakalan Remaja, (Jakarta: Rineke Cipta,
1990), hlm. 5.

25
terprogram dengan baik dan dilaksanakan dengan sungguh-

sungguh. Artinya pembentukan akhlak dilakukan berdasarkan

asumsi bahwa akhlak hasil usaha pembinaan bukan terjadi

dengan sendirinya.33

Akhlak mempunyai objek yang luas karena berkaitan

dengan perbuatan dengan tingkah laku manusia, yang setiap

perbuatan dan tingkah lakunya akan masuk kedalam bagian-

bagiannya, karena manusia dalam hidupnya tidak lepas dengan

aktivitas hubungan sesama manusia.

Masa remaja adalah masa bergejolaknya bermacam

perasaan yang kadang- kadang bertentangan satu sama lain.

Misalnya rasa ketergantungan kepada Orangtua, belum dapat

dihindari. Mereka tidak ingin Orang tua terlalau banyak campur

tangan dalam urusan pribadinya.

Remaja terombang-ambing dalam gejolak emosi yang

tidak terbendung itu, yang kadang-kadang bisa membawa

pengaruh terhadap kesehatan jasmaninya.34

B. Kerangka Berfikir

Evektivitas Remaja Dakwah


Majlis

variabel X

33
Abuddin Nata, Op.Cit, hlm. 158.
Penerima pesan Prilaku
34
Zakiah Daradjat, Remaja Harapan dan Tantangan, (Bandung: Remaja
Rosdakarya Offisct, 1994), hlm. 40-41

26
Variabel Y

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif, dengan

metode pendekatan yang digunakan adalah survey dengan teknik

pengumpulan data menggunaka angket (kuesioner) yang disebarkan

27
kepada Remaja di Desa Montong Are Kecamatan Kediri Lombok

Barat. Untuk mengetahui apakah adanya efektifitas dakwah majlis

madhul musthafa dalam merubah perilaku remaja, data yang

terkumpul akan dianalisis menggunakan metode statistik dengan

bantuan aplikasi IBM Statistical Program For Social Science (SPSS).

Disini peneliti menggunaka aplikasi SPSS versi 24.

Dalam penelitian ini menggunakan desain korelasional adalah

penelitian untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau

lebih.

B. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian harus ditentukan terlebih dahulu karena

tanpa adanya lokasi penelitian akan mempersulit peneliti dalam

mengumpulkan data. Adapun lokasi penelitian ini bertempat di Desa

Montong Are Kecamatan Kediri Kabupaten Lombok.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah semua bagian atau anggota dari objek yang

akan diamati. Populasi bisa berupa orang, benda, objek, peristiwa,

atau apa pun yang menjadi objek dari survey kita. 35

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah remaja di

Desa Montong Are Kecamatan Kediri Kabupaten Lombok Barat.

35
Eriyanto, Teknik Sampling Analisis Opini Publik (Yogyakarta: PT. LKiS Pelangi
Aksara Yogyakarta, 2007), h.61

28
Disini peneliti hanya mengambil populasi dari remaja-remaja Di

Desa Montong Are Kecamatan Kediri.

Berdasarkan data yang diperoleh oleh peneliti dari remaja

Montong Are Kecamatan Kediri Kabupaten Lombok Barat, jumlah

remaja di Desa Montong Are yaitu 40 orang dan yang menonton

dakwah majlis madhul musthafa 15 orang.

2. Sampel

Teknik penarikan sampel yang digunakan oleh peneliti

adalah pengambilan sampel probabilitas (Probability Sampling)

atau random. Rancangan sampel probabilitas, artinya penarikan

sampel didasarkan atas pemikiran bahwa keseluruhan unit

populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel.

Dengan demikian, dalam rancangan ini tidak terdapat diskriminasi

unit populasi yang satu dengan yang lainnya. Karena semua

memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi sampel, maka

untuk menjadi sampel, unit-unit populasi harus di random. Oleh

karenanya, rancangan ini juga disebut sebagai sampling acakan

karena cara kerjanya yang acakan itu. Kendatipun secara acakan,

karena sifat populasi yang begitu homogeny, maka sampel yang

dihasilkan dari rancangan ini tetap merupakan sampel yang

representative.36

Dari 15 orang yang mengikuti dakwah majlis madhul

36
Burhan Bungi, Metode Penelitian Kuantitatif (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2008), h. 106

29
musthafa akan dipilih secara acak untuk menjadi responden. Dan

jumlah sampel pada penelitian ini dirumuskan berdasarkan rumus

Yamane sebagai berikut :

N
n=
Nd 2+ 1

Keterangan:

N=¿ Jumlah Populasi

d 2=¿ Sampling Error

n=¿ Jumlah Sampel

Sebelum menggunakan rumus tersebut pertama tentukan

batas toleransi kesalahan atau sampling error. Dalam penelitian ini

menggunakan batas toleransi 10% atau 0,1. Adapun pemilihan

sampel kepada 15 responden yang dakwah majlis madhul

musthafa di Desa Montong Are Kecamatan Kediri Kaabupaten

Lombok Barat, sebagai responde penelitian yaitu :

15
n= 2
15.0,1 +1

15
¿
1,15

n=13

Berdasarkan hasil pengukuran sampel di atas maka jumlah

sampel yang dibutuhkan sebanyak 13 responden.

D. Teknik Penumpulan Data

Pengumpulan data dapat digolongkan menjadi dua sumber, yaitu:

30
1. Data Sekunder yaitu, data yang diperoleh dari sumber yang sudah

ada atau data yang diperoleh dari lembaga, institute, dan lain-lain.

2. Data Primer yaitu, data yang diperoleh secara langsung dari

responden itu sendiri. Metode yang digunakan dalam

pengumpulan data secara primer yaitu:

a. Metode Angket (Kuesioner)

Sering pula metode angket disebut pula sebagai metode

kuesioner atau dalam bahasa Inggris disebut questionnaire (daftar

pertanyaan). Metode angket merupakan serangkaian atau daftar

pertanyaan uang disusun secara sistematis, kemudian dikirim

untuk diisi oleh responden. Setelah diisi, angket dikirim kembali

atau dikembalikan kepetugas atau peneliti.37

Metode kuesioner adalah suatu daftar yang berisikan

rangkaian pertanyaan mengenai sesuatu masalah atau bidang

yang akan diteliti. Untuk memperoleh data angket disebarkan

kepada responden (orang-orang yang menjawab jadi yang

diselidiki), terutama pada penelitian survey.38

b. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi yaitu mencari data menggenai hal-hal

atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar,

majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, dan agenda. 39


37
Burhan Bungin, Metode Penelitian Kuantitatif, h. 123.
38
Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metode Penelitian (Jakarta: PT Bumi
Akasara, 2007), h. 76.
39
Trianto, Pengantar Penelitian Pendidikan Bagi Pengembangan Profesi
Pendidikan & Tenaga Kependidikan (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010),
h.278

31
E. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang akan

digunakan yaitu variabel terikat (dependent variabel) dan variabel

bebas (independent variabel). Analisis dalam penelitian skripsi,

masalah tercermin dalam variabel dependen. Sedangkan variabel

independen merupakan variabel yang memperngaruhi variabel

dependen, baik dalam pengaruh yang positif maupun pengaruh

negatif. Variabel yang digunakan dalam proses penelitian kali ini

adalah Dakwah Majlis (X) variabel independen, sedangkan Perilaku

(Y) merupakan variabel dependen.

1. Dakwah majlis (X)

Majlis Madhul Musthafa menyajikan perilaku yang pantas

ditiru oleh para remaja karena memberikan pengaruh positif.

Keseringan menyaksikan majlis tidak menutup kemungkinan para

penonton atau para remaja mengikuti atau meniru apa yang

mereka lihat dalam penampilan tersebut.

Dalam majlis tersebut bila diperhatikan secara seksama

hampir menyajikan penampilan-penampilan sholawat yang akan

membuat remaja remaja yang ada Di Desa Montong Are ini

termotifasi ikut bersholawat karena di setiap penampilannya

sangat pantas di contoh

2. Perilaku (Y)

32
Perilaku yang timbul atau perilaku yang ditiru oleh remaja

yang sering menyaksikan penampilan majlis madhul musthafa.

Perilaku disini bisa muncul apabila sering menyaksikan

secara berulang-ulang menyaksikan perilaku yang ada pada

penampilan majlis madhul musthafa sehingga remaja yang

menonton cenderung untuk menyaksikan perilaku yang sering

disaksikan dalam majlis tersebut. Karena salah satu

perkembangan perilaku oleh manusia adalah meniru apa yang

mereka lihat.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan

peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah

dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan

sistematis sehingga lebih mudah diolah. 40 Instrument penelitian

menempati posisi penting dalam proses penelitian karena disini

menjelaskan bagaimana proses pengumpulan data jika peneliti

sudah turun langsung kelapangan. Dalam penyusunan angket

penelitian variabel X dan Variabel Y dibagi berdasarkan beberapa

indikator yaitu :

Instrumen Penelitian

No. Variabel Indikator Item

1 Dakwah Majlis - Durasi 1-6

40
Wiratna Sujarweni, Metodologi Penelitian (Cet. I; Yogyakarta : Pustakabaru
Press, 2014), h. 76

33
- Jumlah 7

2 Perilaku - Kognitif 1-19

- Afektif 20-32

- Konatif 33-44

G. Uji Validtasi dan Realibilitasi Instrumen

Dalam melakukan uji validitas dan realibilitas instrumen,

peneliti melakukan evaluasi terhadap item-item pertanyaan. Hal ini

dilakukan dengan cara mengampil sampel kecil untuk dilakukan

pengujian, dalam pengujian angket ini peneliti mengambil 20

responden diluar dari populasi yang ditentukan. Jika suatu item

pertanyaan dinyatakan tidak valid dalam pengujian ini, maka item

pertanyan tersebut dapat dihapuskan.

1) Uji Validitas

Uji Validitas adalah untuk menunjukkan sejauh mana suatu alat

pengukur itu mampu mengukur apa yang mau diukur, maka

kuesioner yang disusun harus mengukur apa yang ingin diukur

perhitungan uji validitas dengan bantuan SPSS. 41 Suatu instrumen

yang valid mempunyai validitas yang tinggi, sebaliknya instrumen

yang kurang valid memiliki validitas yang rendah. Sebuah

instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang

diinginkan. Prosedur pengujian validitas instrumen dilakukan


41
Husein Umar, Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen (Jakarta : PT
Gramedia Pustaka Utama dan JBRC, 2002), h. 179

34
dengan menghitung skor variabel dari skor butir, menghitung

koefisien korelasi sederhana antara skor butir (X) dengan variabel

(Y).42

Uji Validitas Variabel Dakwah Majlis (X)

Item Pertanyaan r hitung r tabel Keterangan

X1 0,477 0,444 Valid

X2 0,534 0,444 Valid

X3 0,736 0,444 Valid

X4 0,649 0,444 Valid

X5 0,787 0,444 Valid

X6 0,590 0,444 Valid

X7 0,574 0,444 Valid

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa semua

item pertanyaan pada variabel X dinyatakan valid dilihat dari nilai

rhitung > rtabel pada nilai signifikansi 5% . sehingga item

pertanyaan diatas dapat dijadikan alat ukur dan layak disebarkan.

2) Uji Realibilitas

Uji reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana

suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. 43

Alat ukur dapat dikatakan mantap apabila mengukur atau

menguji secara berulang kali dan memberikan hasil yang sama


42
Sugiono, Metode Penelitian Bisnis (Bandung : CV Alfabeta, 2003), h. 124
43
Masri Singarimbun & Soffian Effendi, Metode Penelitian dan Survey
(Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 1989), h.140

35
dan kondisi saat melakukan pengukur sama tanpa adanya

perubahan. Dan menberikan hasil yang konsisten walaupun

dilakukan pengukuran secara berulang-ulang. Rumus yang

digunakan untuk menentukan realible instrumen. 44

[ ][ ∑ ab
]
2
k
r 11= 1− 2
k −1 σ1

Keterangan:

r 11=¿ relliabilitas instrument

k =¿ banyaknya butir pertanyaan

∑ ab2=¿ jumlah varianbutir


2
σ 1=¿ varian total

Variabel dapat dinyatakan reliable apabila nilai Cronbach’s

Alpha > nilai Alpha, untuk ketentuan nilai Alpha = 0,60. Untuk

mengetahui hasil uji realibilitas pada variabel dakwah majlis dan

perilaku, dapat dilihat pada tabel berikut:

Uji Realibilitas Frekuensi Menonton dan Perilaku

Variable N Cronbach’s ketentuan Status

Alpha

Dakwah Majlis 20 0,840 0,60 Reliable

Perilaku 20 0,962 0,60 Reliable

44
Syofian Siregar,Statistik Deskriptif Untuk Penelitian Dilengkapi Perhitungan
Manual dan Aplikakasi SPSS, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), h.176

36
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa

cronbach’s Alpha lebih besar dari 0,60 berarti pada variabel

dakwah majlis dan perilaku dinyatakan reliable.

H. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

1) Teknik Pengolahan

Data Teknik pengolahan data pada penelitian ini

menggunakan metode statistik dengan menggunakan bantuan

aplikasi IBM SPSS for windows versi 24.

2) Teknik Analisi Data

Analisis data diartikan sebagai upaya data yang sudah

tersedia kemudian diolah dengan statistik dan dapat digunakan

untuk menjawab rumusan masalah dalam penelitian. Dengan

demikian, teknik analisis data dapat diartikan sebagai cara

melaksanakan analisis terhadap data, dengan tujuan mengolah

data tersebut untuk menjawab rumusan masalah.45

Statistic deskripsi penelitian, mengambarkan data yang ada

untuk memperoleh bentuk nyata dari responden agar mudah

dimengerti oleh peneliti maupun orang lain. Kegiatan

mendeskripsikan data menggunakan pengukuran statistic

deskriptif dan dikatergori kedalam tiga kriteria yaitu, tinggi,

sedang, dan rendah. Analisis tabulasi silang atau analisis crosstab


45
Wiratna Sujarweni, Metodologi Penelitian (Cet. I; Yogyakarta : Pustakabaru
Press, 2014), h. 103

37
digunakan untuk mengambarkan dalam bentuk tabulasi yang

terdiri dari row (baris) dan column (kolom). Data yang ditabulasi

silang yaitu antara variabel X dengan Y, X1 dengan Y1, X1

dengan Y2, X1 dengan Y3, X2 dengan Y1, X2 dengan Y2, dan X2

dengan Y3. Dan dikategorikan dalam tiga kriteria yaitu tinggi,

sedang, dan rendah. Dan analisis koefisien kontigensi untuk

menguji korelasi antara dua variabel yang berskala data nominal

BAB IV
HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Dakwah Majlis

Dakwah atau dalam arti amar ma’ruf nahi mungkar adalah

syarat mutlak bagi kesempurnaan dan keselamatan hidup

bermasyarakat. Ini adalah kewajiban bagi pembawaan fitrah manusia

sebagai social being (mahluk social) dan kewajiban yang ditegakkan

oleh risalah-risalah kitab Allah dan sunnah Rasul. 46 Manusia pada

46
DEPAG, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta : DEPAG, 2002), h 79

38
dasarnya adalah mahluk yang terbaik dibanding mahluk lain.

Menurut Jamaludin Kafie dalam bukunya Psikologi Dakwah

dijelaskan bahwa arti bahasan dakwah itu ialah yang beraneka

ragam.Banyak ahli ilmu dakwah dalam memberikan pengertian

kepada istilah tersebut, sehingga definisi antara ahli satu dengan

yang lainnya senantiasa terdapat perbedaan dan kesamaan. Dakwah

islamiah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW telah berhasil

membentuk masyarakat islami. Oleh karena itu, perjalanan dakwah

yang menuju sebuah masyarakat ideal, mutlak memerlukan proses

dakwah. Hal ini disebabkan karena dakwah akan memberikan

landasan filosofis serta memberikan kerangka dinamika dan

perubahan Islam dalam proses perwujudan masyarakat adil dan

makmur.47 Media yang digunakan dalam ber-dakwah juga banyak,

seperti ceramah, menulis, atau dengan menggunakan media majelis

ta’lim, majelis dzikir, maupun majelis sholawat.

Akhir-akhir ini banyak bermunculan majelis sholawat,

walaupun sebenarnya sejak dahulu sudah ada yang namanya

majelis sholawat, tetapi kemunculan nya tidak begitu tersorot

layaknya saat ini. Entah dari tahun berapa munculnya majelis

sholawat khususnya di Indonesia ini, tapi memang seperti sejarah-

sejarah yang kami baca pada masing-masing majelis, semua

memiliki perjalanan panjang dan berdiri sejak tahunan, puluhan,

47
2 Amrullah Ahmad. (editor), Dakwah Islam dan Perubahan Social,
( Yogyakarta :PWP2M, 1985), h.285

39
bahkan ada yang sampai ratusan tahun yang lalu. Menurut sebagian

ulama’, kata majelis sendiri adalah, suatu tempat dimana ada

sekelompok orang yang duduk berkumpul dan disitu pula di bahas

ilmu-ilmu Allah, dan kegiatan seperti ini sudah ada sejak zaman

Rasulullah SAW masih hidup.Majelis sholawat artinya kumpulan

sekelompok orang yang di dalamnya di bacakan pujian-pujian

kepada Allah SWT dan Rasulnya.48

Majelis sholawat sendiri banyak versinya, ada yang di

dalamnya membaca mauled Diba’ (karangan Habib Abdurrahman Ad

Diba’i) ada yang membaca mauled Simtuddhuror, Ahzab, Barzanji,

dsb. Hal tersebut dimaksudkan untuk, menjalankan perintah Allah

dan mewujudkan rasa mahabbah atau cinta kepada Rasulullah SAW,

sebagaimana Allah SWT berfirman :

َ ‫صلُّونَ َعلَى النَّبِ ِّي يَاَأيُّهَا الَّ ِذينَ َءا َمنُوا‬


‫صلُّوا‬ َ ُ‫ِإ َّن هَّللا َ َو َماَل ِئ َكتَهُ ي‬

‫َعلَ ْي ِه َو َسلِّ ُموا تَ ْسلِي ًما‬

Artinya : sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya

bershalawat untuk Nabi. Wahai orang yang beriman! Bershalawatlah

kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh


49
penghormatan kepadanya. (Qs. Al Ahzab 56).

Dalil di atas pula yang mendasari begitu banyak bermunculan

majelis sholawat, baik di lingkungan kampung, kota, provinsi, hingga

majelis sholawat dengan skala nasional, bahkan ada pula majelis


48
3 Ali Haddad Al Habsy, cucu pengarang “mauled Simtuddhuror”, Hb Ali bin
Muhammad Al Habsy, (Sidoarjo : 2014)
49
4 DEPAG, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta : DEPAG, 2002), h.602

40
sholawat yang berskala internasional yang diikuti oleh jutaan jamaah.

Kali ini peneliti akan mengungkap salah satu dari majelis sholawat

yang ada, yaitu “Majelis Sholawat Dan Forum Silaturrahim”

(MSDFS). MSDFS merupakan salah satu majelis sholawat yang

sudah berdiri sejak tahun 2011, dan terbukti sampai saat ini majelis

ini mampu bertahan dan ber-istiqomah untuk bersholawat memuja

dan memuji nama agung Rasululloh Muhammad SAW. Awal

berdirinya majelis ini adalah ketika Gus Tyan, salah satu pengurus

pondok pesantren yang ada di desa Gunung Anyar merasa prihatin

dengan keadaaan di kampungnya.Ketika pemuda-pemuda mulai

banyak yang meninggalkan kegiatan keagamaan dan memilih

bersenang-senang dengan hal-hal yang tidak ada manfaatnya, maka

tercetuslah sebuah ide untuk mendirikan majelis ini. MSDFS berdiri

pada bulan Juli 2011, dengan nama awal Majelis Sholawat Wilayah

Surabaya Timur karena memang anggotanya ada di hampir

sebagian wilayah Surabaya Timur. Dengan kegiatan membaca

mauled Diba’ dan Simtuddhuror (bergantian) dari satu ranting ke

ranting lain rutin setiap minggu pertama dalam satu bulan (satu bulan

sekali). Hingga pada bulan Oktober 2011, mulai banyak respon dan

dukungan dari ulama’ dan tokoh-tokoh agama setempat bahkan

tokoh agama nasional, misal Ust. Agoes Sun’an Hidayatulloh (paman

gus Tyan, sekaligus pengasuh PP.Watu Kali), KH. Soleh Qosim

(Penasehat NU), Habib Ali Haddad Al-Habsy (cucu pengarang

41
mauled Simtuddhuror), Habib Idrus bin Muhammad Al-Idrus (murid

Habib Umar bin Hafidz,Yaman dan sekarang sebagai pengasuh

majelis Rasulullah SAW wilayah Jawa Timur) dan demi

meningkatkan nilai-nilai kecintaan pada Rasululloh maka kegiatan

Majelis Sholawat Wilayah Surabaya Timur lebih dipadatkan lagi

menjadi setiap hari Kamis malam jum’at, kecuali Kamis malam

Jum’at Legi (dalam hitungan jawa). Dan saat itulah nama “Majelis

Sholawat Wilayah Surabaya Timur” berganti nama menjadi “Majelis

Sholawat dan Forum Silaturrahim” karena tidak ada batasan wilayah

dalam bersholawat, semua kalangan bisa mengikuti, dan hingga saat

ini MSDFS mampu bertahan dan ber-istiqomah bersholawat setiap

minggunya dengan dihadiri kurang lebih 100 orang jamaah yang

berasal dari wilayah di Surabaya dan Sidoarjo, dari kalangan anak-

anak hingga dewasa, semua khusyu’ apabila sedang membaca

mauled di dalam majelis tersebut. Majelis sholawat sebagai media

dakwah, hal ini tidak berlebihan karena pada hakikatnya kegiatan

majelis sholawat adalah kegiatan mengajak kepada kebaikan, dan

mencegah dari pada kemungkaran (definisi dakwah), dan media

dakwahnya adalah majelis itu sendiri. Di dalam kegiatan majelis

sholawat dan forum silaturrohim ada beberapa susunan acara yakni :

membaca mauled simtuddhuror ( semacam kitab yang di dalamnya

tertulis sejarah Rosululloh SAW sejak beliau di lahirkan hingga beliau

wafat, karangan Al Habib Ali bin Muhammad Al Habsy) di pimpin

42
oleh salah satu tokoh MSDFS secara bergantian ).

Kemudianmembaca dzikir sholawat (di pimpin oleh salah satu tokoh

MSDFS secara bergantian).Dilanjutkan mauidotul hasanah (ceramah

agama yang kebanyakan tema nya berkaitan dengan mahabbah

atau rasa cinta kepada Rosululloh SAW, di sampaikan oleh salah

satu tokoh MSDFS secara bergantian).Dan ditutup dengan do’a

(yang dibaca adalah doa yang ada di dalam mauled dan doa-doa

yang biasa Di baca sehari-hari, dan di pimpin oleh salah satu tokoh

MSDFS secara bergantian).

B. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Propil Singkat Desa Montong Are

Desa Montong Are Kecamatan Kediri Kabupaten Lombok

Barat, Nusa Tenggara Barat. Nama desa Montong Are diambil

dari salah satu nama Dusun ketika masih bergabung dengan

Desa Kediri yang merupakan Dusun terujung/Dusun paling

timur di Wilayah Desa Montong Are dan merupakan pintu

masuk pedagang-pedagang.

Pimpinan atau Struktur Organisasi

43
C. Hasil Peenelitian

1. Analisis Data Responden

Dari jumlah remaja yang ada di Montong Are Kecamatan

Kediri Kabupaten Lombok Barat sebanyak 40 orang dan yang

mengaku menonton Dakwah Majlis madhul musthafa berjumlah

15 orang. Dari15 responden tersebut yang yang diambil sebagai

responden 13 orang yang dipilih secara random.

a. Usia responden

Dari data yang di peroleh dari angket yang telah diisi

oleh responden dapat diketahui jumlah presentasi dari

responden berdasarkan usia dapat dijelaskan pada table

berikut:

Usia Responden

No Usia Jumlah Presentasi

44
1 16 tahun 4 11,8 %

2 17 tahun 2 5,9 %

3 18 tahun 2 5,9 %

5 19 tahun 2 5,9 %

6 20 tahun 3 8,8 %

7 21 tahun 2 5,9 %

Total 15 44,2 %

Berdasarkan table di atas dapat dijelaskan bahwa dari segi usia

yang menonton dakwah majlis madhul musthafa lebih dominant

aitu pada usia 16 tahun, berjumlah 4 orang yaitu 11,8 %.

Sedangkan jumlah tersendah yaitu pada usia 17, 18, 19 dan 21

tahun dengan jumlah 2 orang yaitu 5,9 % usia 20 tahun dengan

jumlah 3 orang dengan presentasi 8,8 % .adapun data tersebut

dapat dilihat pada grafik di bawah ini:

Usia Responden

45
16 tahun 17 tahun 18 tahun 19 tahun 20 tahun 21 tahun

3
2

2
1

2. Deskripsi Dakwah Majlis Madhul Musthafa dalammerubah

Prilaku Remajadi Desa Montong Are Kecamatan Kediri

Kabupaten Lombok Barat Pengolahan data dilakukkan

dengan bantuan Microsoft Excell dalampenelitian ini terdiri

dari dua variabel yaitu variabel X (Dakwah Majlis) atau

variabel Y (Perilaku)atau variabel terikat. Berikut akan

duraikan secara singkat dari hasil perhitungan deskriftif:

a. (Dakwah Majlis)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dakwah

majlis dengan nilai rata-rata (mean) sebesar ... dengan

standar devisiasi sebesar .... berdasarkan dengan nilai

tersebut maka dapat dijelaskan kriteria dakwah majlis

dengankategori sebagai berikut:

≤ 16 Rendah

17−20 Sedang

≥ 21 Tinggi

46
Jika hasil tersebut dikelompokkan dalam distribusi

Frekuensi, maka hasil pengelompokkan ini secara jelas

dapat dilihat pada table berikut:

DAFTAR PUSTAKA

47
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, h. 1

Al-Qur’an Terjemah, Q.S. al-Qalaam, 68: 4 (Kudus: Menara Kudus,


1997), hlm. 565.

Ahmad Mustafa Al-Maragi, Tafsir Al-Maragi, Semarang: PT Karya Toha


Putra Semarang, 1974, hlm. 48

Ahmad Mustafa Al-Maragi, hlm. 49

Al-Qur’an Terjemah, Q.S. al-Syuara, 26: 137Kudus: Menara Kudus,


1997, hlm. 374
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, h. 149

Abdulllah Salim, Akhlak Islam Membina Rumah Tangga dan

Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, hlm. 152

Abuddin Nata, Op.Cit, hlm. 158.

Basrowi Sukidin Metode Penelitian kualitatif Perspektif Mikro dan


insane cendikia, Bandung: Rosdakarya, 2002, hlm. 1

Ibid., hlm. 146.


Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung:
Rosdakarya, 2002, hlm.119
Lexy Moleong, Metodologi …, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002,
hlm. 121.
Lexy J. Meoleong. Op.Cit., hlm. 157.
Lexy Moleong, Metodologi…, hlm. 248
M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, cet. Ke; 4 Jakarta: Bumi Aksara,
1994, hal. 83-87

M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, hal. 89-91


Muzayyin A. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan, cet. Ke; 1
Jakarta: Bumi Aksara, 1991 hal. 118 4

Masyarakat, Jakarta: Seri Media Da’wah, 1994, cet. IV, h. 155

Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, Jakarta: Bumi


aksara, 2003, hlm. 641.

48
Rosady Ruslan, Metodolongi Penelitian Publik Relation dn Komunikasi,
Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008, hlm. 138.

Simanjuntak, Psikologi Remaja, Tarsito: Bandung, 1984, 83

Sugiyono, Metodologi Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D Bandung:


Alfabeta, 2010, hlm. 197
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,
Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006, hlm. 107.
Sugiono, metodologi penelitian pendekatan penelitian kualitatif, dan
R&D (Bandung alphabet: 2009). hlm. 171
Sudarsono. Etika Islam Tentang Kenakalan Remaja, Jakarta: Rineke
Cipta, 1990, hlm. 5.

Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja, Bandung:


Remaja Rosdakarya, 2004, hlm. 38

Zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam, cet. Ke; 2 Jakarta: Bumi Aksara,


1995, hal. 76

Zakiah Daradjat, Remaja Harapan dan Tantangan, Bandung: Remaja


Rosdakarya Offisct, 1994, hlm. 40-41

Zakiah Daradjat, Op. Cit., hlm. 51.

Zahrudin AR dan HasanudinSinaga, Pengantar Studi Akhlak, Jakarta:


PT. Raja Grafindo Persada, 2004, h. 4

Zakiah Daradjat, Op.Cit., hlm. 114

LAMPIRAN

49
Pedoman Wawancara
Pertanyaan
1. Bagaimana efektivitas Majlis Madhul Mushafa dalam murubah

prilaku Remaja di desa Mntong Are?

2. Apa saja faktor-faktor pendukung dan penghambat Majlis Madhul

Musthafa dalam berdakwah dikalangan remaja?

3. Bagaimana perspektif masyarakat dengan adanya Majlis Madhul

Musthofa di Desa Montong Are?

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

50
A. Identitas Diri

Nama : Muhammad Iskandar

Tempat, Tanggal Lahir : Banyu Urip 23 April 2001

Alamat Rumah : Dusun Pepekat, Desa Banyu Urip,

Kec. Praya Barat Lombok Tengah

Nama Ayah : Selamat

Nama Ibu : Nurmiati

B. Riwayat Pendidikan

1. Pendidikan Formal

a. SD/MI : SDN Pepekat, Banyu Urip ,Praya Barat

Lombok Tengah, tahun lulus : 2013

b. SMP/MTs : SMPN9 PRABAR, Banyu Urip Lombok

Tengah, tahun lulus : 2016

c. SMA/SMK/MA : MA Al-Ishlahuddiny, Kediri

LomboBarat, tahun lulus : 2019

2. Pendidikan Nonformal

a. Pondok Asrama Diniyah Putra Al-Ishlahuddiny, Kediri,

Lombok Barat

b. Pondok Pesantren Thfizhul Qur’an Nurul Hamdalah Al-

Mubarakah, Ombe Bebae, KediriLombok Barat

51

Anda mungkin juga menyukai