Anda di halaman 1dari 34

1

a. Pendahuluan

1) Latar Belakang Masalah

Pendidikan agama memiliki peranan penting dalam kehidupan. Hal ini

harus benar-benar disadari oleh guru agama khususnya guru bidang studi pada

umumnya. Dalam tugasnya sehari-hari, guru agama harus dapat memahami

benar-benar tujuan akhir pengajaran adalah agar siswa terampil menyimak,

memahami dan mengetahui pentingnya agama Islam dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut pakar pendidikan nasional Ki Hajar Dewantara fungsi utama

pendidikan adalah: untuk mewujudkan pertumbuhan budi pekerti (kekuatan

batin, karakter), pikiran (intellect) dari tubuh anak yang satu dengan yang lainnya

saling berhubungan, agar dapat memajukan kesempurnaan yakni anak yang kita

didik di dunianya.1

Akan tetapi sekarang diera milenial 4.0 sekolah hanya mengedepankan ilmu

umum dari pada ilmu agama. Seharusmya dalam kehidupan sehari-hari anak didik

perlu dibekali dengan ilmu agama yang cukup serta ibadah yang baik salah

satunya pembiasaan shalat berjamaah. Dalam Islam, shalat merupakan tiang

agama oleh karena itu shalat memiliki kedudukan yang tertinggi, dikarenakan

shalat memiliki beberapa keutamaan.

Ibadah merupakan segala puncak kepatuhan. Ibadah sebagai media

komunikasi langsung dan integral antara makluk dan Tuhannya. Ibadah bagi
2

seorang muslim berfungsi sebagai peringatan pada saat dirinya lalai,

membangkitkan ingatan disaat lupa, menumbuhkan naluri giat melakukan 2

kebaikan, dan menambahnya, mengangkat derajat dan membebaskan dari

perbuatan syahwat dan hawa nafsu dirinya sendiri.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh salah satu problematika yang kini sering

dihadapi oleh remaja khususnya tingkah sekolah menengah, yakni sulitnya

mendisiplinkan diri untuk beribadah. Hal tersebut dapat disebabkan kurangnya

waktu yang mereka miliki, mereka menganggap dengan disiplin beribadah maka

waktu mereka untuk bermain akan berkurang, mereka juga berpikir bahwa masa

muda mereka kurang menarik dan waktu mereka tersisa jika mereka

menggunakan waktunya untuk mendisiplinkan ibadah. Padahal sebenarnya yang

terjadi adalah mereka yang kurang memilki waktu bahkan tidak bisa mengatur

waktunya untuk mendisiplinkan beribadah, waktu yang mereka miliki terlalu

banyak mereka gunakan untuk bersenang-senang.

Dalam mewujudkan generasi muda yang disiplin beribadah, pastinya

memerlukan beberapa upaya. Apabila tidak ada, dikhawatirkan pada masa

dewasanya akan cenderung malas, apatis, bahkan menjadi anti agama, atau

sekurang-kurangnya tidak memperdulikan kewajiban sebagai abd’ (hamba).

Madrasah diniyah sebagai lembaga pendidikan memiliki peran penting dalam

meningkatkan disiplin ibadah generasi muda, khususnya yang sedikit


3

mendapatkan pendidikan agama di sekolah-sekolah umum.1

Mengingat bahwa lembaga pendidikan tidak dapat melepaskan diri dari

tanggung jawab sosialnya sebagai sebuah pelaku yang akan mempersiapkan

individu memasuki kehidupan dewasa di dalam masyarakat, integrasi kedua

pendekatan sangatlah diperlukan. sebab penanaman nilai moral dalam diri

individu tidaklah mencukupi jika sekedar melalui proses klarifikasi nilai.

Upaya membimbing kedisiplinan siswa merupakan tanggung jawab seluruh

elemen sekolah. Namun sering image hukuman kedisiplinan ini muncul tidak

konstruktif (membangun kepribadian siswa) dan edukatif (mendidik jiwa), yang

seharusnya dapat dilakukan dengan cara memberikan sikap nilai edukasi yang

dapat membentuk perilaku baik pada siswa2.

Dalam hal ini sekolah sangat berperan penting dalam membentuk karakter

yang baik bagi anak didik. Salah satunya yaitu menerapkan kedisiplinan

beribadah. Dan ibadah disini tidak hanya sholat saja, yakni mencakup segala hal

yang baik yang berupa perkataan, perbuatan yang dilakukan atas dasar niat dan

mengharap Ridho Allah SWT serta mengharapkan pahala diakhirat kelak. Dengan

Arvian Indarmawan,dkk, 2014, Upaya Peningkatan Disiplin Ibadah Bagi Murid


1

Madrasah, Jurnal Tarbawy, No.1, Vol.1, hal 14


2
Ikhwani, dkk, 2019, Program Kedisplinan di Lingkungan Sekolah Studi Kasus di Dayah
Terpadu (Boarding School) SMA Babul Maghfirah Aceh Besar. Jurnal Pendidikan Islam, Vol:
08/No. 02 Agustus 2019.
4

diterapkannya kedisiplinan beribadah ini maka diharapkan dapat menumbuhkan

karakter peserta didik yang kuat dan berkualitas khususnya karakter islami.

Islam merupakan salah satu agama yang identik dengan kedisiplinan

terutama kedisplinan beribadah seperti sholat, puasa, zakat dan haji. Bahwa

semua perbuatan itu secara psikologis merupakan kondisioning yang bersifat

kejiwaan maupun lahir yang dapat dilandasi atau memberikan corak kepada

semua perilaku lainnya. Bahkan akan dapat menghindari perbuatan jahat dan

mungkar baik terhadap diri sendiri, masyarakat maupun lingkungannya.

Dalam ajaran agama islam, guru adalah orang yang bertanggungjawab

terhadap perkembangan anak didikdengan menupayakan seluruh potensinya, baik

potensi afektif, potensi kognitif, maupun potensi psikomotorik. Guru yang berarti

orang dewasayang memberikan pertolongan pada anak didik dalam

perkembangan jasmaninya dan rohani agar tercapai tingkat kedewasaan serta

mampu berdiri sendiri dalam memenuhi tugas-tugasnya sebagai hamba Allah dan

khalifah dan mampu sebagai makluk sosial dan makluk individu yang mandiri.3

Menumbuhkan kebiasaan peserta didik dalam beribadah merupakan salah

satu benteng dalam menyelamatkan moral dan akhlak mereka dari perilaku buruk

yang ada di masyarakat seperti sekarang ini, seperti pengaruh pornografi yang

3
Siti Rukhayati, Strategi Guru PAI Dalam Membina Karakter Peserta Didik SMK Al?
Falah Salatiga, (Salatiga: LP2M IAIN Salatiga, 2020), hal 20
5

terus mengintai generasi muda, tawuran remaja, narkoba, pencurian, mabuk-

mabukan dan sebagainya, yang mana hal tersebut tidak hanya berdampak pada

diri mereka saja, namun juga berdampak pada keluarga maupun masyarakat

disekitarnya. Oleh karena itu sangat penting bagi para pendidik seperti guru yang

berperan dalam mengontrol kebiasaan anak didik mereka yaitu melalui cara

mendidiplinkan beribadah. Karena dengan disiplin beribadah maka akan timbul

kesadaran untuk berbuat kebaikan.

Berdasarakan penjabaran di atas dapat dikatakan bahwa kedisiplinan belajar

yang dimiliki siswa kurang terlihat dari sikap yang ditunjukkan saat proses

pembelajaran.Melihat kenyataan yang terjadi, peneliti melakukan untuk

mengetahui upaya guru Pendidikan Agama Islam dalam menciptakan kedisplinan

belajar siswa SMP Negeri 2 Malangke. Oleh karena itu, berangkat dari

latarbelakang diatas, Penulis meneliti lebih mendalam tentang ”Upaya Guru

Pendidikan Agama Islam Dalam Menanamkan Kedisiplinan Beribadah Peserta

Didik di SMP Negeri 2 Malangke.

2) Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang serta permasalahan yang ada cukup luas,

sehingga perlu adanya pembatasan masalah yang akan diteliti. Maka penelitian

ini akan dibatasi pada Upaya Guru Pendidikan Agama Islam Dalam
6

Menanamkan Kedisiplinan Beribadah Peserta Didik di SMP Negeri 2

Malangke.

3) Rumusan Masalah

a) Bagaimana Problematika kedisiplinan beribadah peserta didik di SMP

Negeri 2 Malangke ?

b) Bagaimana upaya yang dilakukan oleh guru pendidikan agama islam untuk

meningkatkan kedisiplinan beribadah siswa di SMP Negeri 2 Malangke ?

c) Apa faktor-faktor penghambat dan pendukung mendukung serta solusi dari

kedisiplinan beribadah peserta didik siswa di SMP Negeri 2 Malangke?

4) Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :


a) Untuk mengetahui bagaimana Problematika kedisiplinan beribadah

peserta didik di SMP Negeri 2 Malangke.

b) Untuk mengetahui bagaimana upaya yang dilakukan oleh guru pendidikan

agama islam untuk meningkatkan kedisiplinan beribadah siswa di SMP

Negeri 2 Malangke.

c) Mengetahui faktor-faktor penghambat dan pendukung mendukung serta

solusi dari kedisiplinan beribadah peserta didik siswa di SMP Negeri 2


7

Malangke.

5) Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian dibagi menjadi dua manfaat

a) Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan pemikiran

pendidikan agama Islam terutama mengenai upaya yang dilakukan oleh

guru pendidikan agama Islam dalam menanamkan kedisiplinan beribadah

siswa.

b) Manfaat praktis
1) Bagi penulis, dapat menambah pengetahuan yang luas sebagai bekal

dalam menerapkan ilmu yang telah diperoleh di bangku kuliah apabila

nanti berkecimpung dalam dunia pendidikan yang sesungguhnya.

2) Bagi pembaca, dapat menambah wawasan tentang upaya guru dalam

menanamkan kedisplinan beribadah di sekolah.

3) Bagi lembaga, dapat dijadikan rujukan dan pertimbangan dalam

pelaksanaan pembelajaran Agama islam terlebih dalam manenamkan

kedisplinan beribadah peserta didik.

4) Bagi Guru Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi

guru dalam upaya menanamkan kedisiplinan peserta didik khususnya

pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam khususnya bidang


8

keterampilan ibadah

b. Kajian Teori

1) Kajian Terdahulu Yang Relevan

a) Upaya Guru PAI dalam Meningkatkan Ketaatan Ibadah Siswa di SMP

Negeri 2 Kecamatan Seputih Agung Kabupaten Lampung Tengah Tahun

Pelajaran 2017/2018 oleh Dian Susanti. 4 Hasil penelitian, bahwa upaya yang

dilakukan oleh Guru Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan ketaatan

ibadah siswa di SMP Negeri 2 Seputih Agung, melalui 2 cara yaitu: 1)

pemberian motivasi, 2) pemberian bimbingan. Faktor pendukung upaya

Guru pendidikan agama Islam dalam meningkatkan ketaatan ibadah di SMP

Negeri 2 Seputih Agung terdiri dari: dukungan orangtua dan sarana

prasarana yang lengkap dan memadahi. Sedangkan faktor penghambat

upaya guru pendidikan agama Islam dalam meningkatkan ketaatan ibadah di

SMP Negeri 2 Seputih Agung terdiri dari: media massa khususnya media

elektronik serta lingkungan sosial seperti salah memilih teman dalam

bergaul. Upaya yang dilakukan oleh Guru PAI dalam meningkatkan

ketaatan ibadah siswa di SMP Negeri 2 Seputih Agung, telah berjalan

dengan baik dan bisa dikatakan cukup berhasil dalam perubahan

4
Dian Susanti, Upaya Guru PAI dalam Meningkatkan Ketaatan Ibadah Siswa di SMP
Negeri 2 Kecamatan Seputih Agung Kabupaten Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2017/2018,
Skripsi.
9

pelaksanaan ibadah siswa. Hal ini terbukti bahwa sebagian siswa sudah

mampu melaksanakan sholat lima waktu dan dapat membaca Al-Qur’an

dengan baik dan benar seperti dapat mengenal huruf hijaiyah, mengetahui

hukum bacaan tajwid, dan membiasakan membaca Al-Qur’an.

b) Peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam Meningkatkan Kedisplinan

Siswa Melaksanakan Shalat Berjamaah di SMA Negeri 07 Kota Bengkulu,

oleh Yuni Lianis.5 Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa peran guru

pendidikan agama islam di SMA N 7 Kota Bengkulu ini dalam

meningkatkan kedisiplinan siswa melaksanakan shalat sudah cukup baik

dengan mengupayakan berbagai cara dengan melakukan pembinaan agar

siswanya mempunyai kesadaran terusmenerus melaksnakan shalat

berjamaah khususnya di sekolah walaupun hanya ada beberapa siswa yang

kurang disiplin dalam melaksanakan shalat berjamaah.

c) Peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam Mendisplinkan Shalat

Berjama’ah Peserta Didik di SMK Muhammdiyah 3 Gresik, oleh Nurullia

Anggraini dan Noor Amiruddin6. Hasil penelitian ditemukan menunjukkan

bahwa: (1) Guru memberikan contoh (sebagai teladan yang baik),

5
Yuni Lianis, Peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam Meningkatkan Kedisplinan
Siswa Melaksanakan Shalat Berjamaah di SMA Negeri 07 Kota Bengkulu. Skripsi.
6
Nurullia, A dan Noor, A. “Peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam Mendisplinkan
Shalat Berjama’ah Peserta Didik di SMK Muhammadiyah 3 Gresik . Jurnal TAMADDUN ±
FAI UMG. Vol. XX. No.2 / Juli 2019.
10

memberikan nasihat yang baik, memberikan hukuman, (2) kerja sama yang

baik antara guru PAI dan guru yang lain.

2) Landasan Teori

a) Guru

Guru adalah pengajar profesional dengan tugas yang utama yaitu

mengajar, mendidik, mengarahkan, membimbing, menilai, melatih, dan

mengevaluasi para siswa dari pendidikan anak usia dini sampai pendidikan

menengah atas.7 Sedangkan pengertian guru sendiri dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia adalah orang yang pekerjaannya mendidik. Dalam bahasa

Inggris dijumpai kata teacher yang artinya mendidik. Sedangkan dalam

bahasa Arab pengertian guru adalah al-alim (yang mengetahui), al-mudarris

(yang memberi pelajaran), al- muaddib (mengajar), al-ustad (guru agama

Islam),8 guru juga merupakan seorang pelatih, pembimbing, dan manajer

belajar, seorang guru melakukan pendidikan di tempat-tempat tertentu,

tidak hanya di lembaga pendidikan formal, tapi bisa juga di masjid atau

tempat lain semisalnya.9 Tugas seorang pendidik yaitu menyampaikan

dengan segenap kemampuannya yang dia ketahui. Yang dimaksud


7
Hosnan,M. (2016). Etika Profesi Pendidik Pembinaan dan Pemantapan Kinerja
Guru,Kepala Sekolah, Serta Pengawas Sekolah. Bogor:Ghalia Indonesia. hlm. 1.
8
Ismail Darimi. (2015). Peningkatan Kompetensi Pedagogik Guru PAI dalam
Pembelajaran. Jurnal Mudarrisuna: Media Kajian Pendidikan Agama Islam. hlm. 704.
9
Rahendra Maya. (2017. Karakter (Adab) Guru dan Murid Perspektif Ibn Jamâ’ah
Al-Syâf’î. Edukasi Islami: Jurnal Pendidikan Islam, 06(12). hlm. 28.
11

menyampaikan disini tentu bukan hanya sekedar berbicara di depan para

siswa, tetapi berupaya untuk menyampaikan dengan jelas apa yang

diajarkannya, sehingga dapat diterima dengan baik oleh para siswa.10

Seorang pendidik semestinya bukan hanya mengajar dengan

perkataannya saja, tetapi juga harus dengan perbuatannya. Contoh

perbuatan akhlak yang mulia dari seorang pendidik bisa menjadi contoh

bagi peserta didiknya, sekaligus menjadi teladan bagi semua peserta didik.11

Seorang guru memiliki peran yang sangat penting sebab

keberadaannya sangat berkaitan dengan keberhasilan dan kesuksesan

pendidikan. Guru merupakan pribadi yang harus mampu mengartikan dan

menjabarkan nilai tersebut kepada para siswa melalui proses pendidikan di

sekolah. Seorang guru tidaklah membuat atau menyusun kurikulum, tetapi

dia menggunakan kurikulum, menjabarkanya, dan melaksanakannya

melalui proses pembelajaran bagi para siswa di sekolah.

b) Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam dibangun oleh dua makna esesnsial yakni

“pendidikan” dan “agama Islam”. Salah satu pengertian pendidikan

10
Ali Maulida. (2018). Kompetensi Pendidik dalam Perspektif M. Natsir (Studi
Analitis Pemikiran Pendidikan M. Natsir dalam “Fiqhud Dakwah”). Al-Fikri: Jurnal Studi
dan Penelitian Pendidikan Islam, 01 (02). hlm. 42.
11
Ali Maulida. (2018). hlm. 45.
12

menurut Plato adalah mengembangkan potensi siswa, sehingga moral dan

intelektual mereka berkembang sehingga menemukan kebenaran sejati,

dan guru menempati posisi penting dalam memotivasi dan menciptakan

lingkungannya.12

Pendidikan Agama Islam di sekolah pada dasarnya lebih diorientasikan

pada tataran moral action, yakni agar peserta didik tidak hanya berhenti

pada tataran kompeten (competence) tetapi sampai memiliki kemauan

(will), dan kebiasaan (habit) dalam mewujudkan ajaran dan nilai-nilai

agama tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Lickona sebagaimana dikutip oleh Muhaimin, bahwa untuk

mendidik karakter dan nilai-nilai yang baik kepada peserta didikdi

perlukan pendekatan terpadu antara ketiga komponen sebagai berikut.13

a. Moral Knowing, yang meliputi:

1. Moral awareness (pengetahuan tentang moral atau baik dan buruk)

2. Knowing moral values (pengetahuan tentang nilai-nilai moral)

b. Prespective taking (memanfaatkan pandangan orang/ulama tentang

moral)

12
Firmansyah, Pendidikan Agama Islam Pengertian, Tujuan Dasar dan Fungsi.
Jurnal Pendidikan Agama Islam -Ta’lim Vol. 17 No. 2 - 2019
13
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah,
Madrasah dan Perguruan Tinggi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Perseda, 2010), hal. 161
13

1. Moral reasoning (pertimbangan moral)

2. Decision making (membuat keputusan moral)

3. Self knowledge (pengetahuan atau pemahaman tentang dirinya)

c. Moral Feeling, terdiri atas:

1. Consiciense (kesadaran akan moral atau baik-buruk)

2. Self esteem (rasa harga diri)

3. Empathy (rasa empati)

4. Loving the good (cinta kebaikan)

5. Self-control (kontrol atau pengendalian diri)

6. Humality (rendah hati)

c) Guru PAI Dalam Penanaman Kediplinan Beribadah

Upaya untuk menanamkan disiplin ibadah siswa tidak terlepas dari

peran guru dalam membiasakan kedisiplinan siswa dengan bimbingan

sejak dini untuk tekun, bergairah, dan tertib melaksanakan ibadah secara

ikhlas terhadap Allah SWT dalam sepanjang hidupnya. Peran guru

penting untuk menerapkan secara langsung beberapa aksi guna

membangun keberagaman siswa, karena guru merupakan faktor penting

dalam mengimplementasikan nilai-nilai keberagaman di sekolah untuk

membangun kesadaran kepada peserta didik agar mampu melihat secara

postif tentang keberagaman yang ada. Namun kenyataannya


14

problematika yang dihadapi guru khususnya guru Pendidikan Agama

Islam di Indonesia di saat ini di antaranya kurangnya tenaga pengajar

Pendidikan Agama Islam14.

Dalam proses belajar-mengajar, guru mempunyai tugas untuk

mendorong, membimbing, dan memberi fasilitas belajar siswa untuk

mencapai tujuan. Guru mempunyai tanggung jawab untuk melihat segala

sesuatu yang terjadi dalam kelas untuk mebantu proses perkembangan

siswa. Penyampaian materi pelajajaran hanyalah merupakan salah satu

berbagai kegiatan dalam belajar sebagai suatu proses yang dinamis dalam

segala fase dan proses perkembangan siswa.15

Menurut Sanjaya, kinerja guru berkaitan dengan tugas perencanaan,

pengelolaan pembelajaran dan penilaian hasil belajar siswa. Sebagai

perencanaan, maka guru harus mampu mendesain pembelajaran yang

sesuai dengan kondisi di lapangan, sebagai pengelola maka guru harus

mampu menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif sehingga siswa

dapat belajar dengan baik, dan sebagai evaluator maka guru harus mampu

melaksanakan penilaian proses dan hasil belajar siswa.

Peran guru selaku pendidik berbeda dengan pengajar. Pengajar


14
Rokhmah,D. Upaya Peningkatan Disiplin Beribadah Siswa di SMP Islam Al Azhar 3
Bintaro. Jurnal Pendidikan Madrasah, Volume 6, Nomor 1, Mei 2021.
15
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi, (Asdi Mahasatya, Jakarta,
2010), hlm 97.
15

lebih kepada orientasinya transfer of knowledge. Tetapi sebagai pendidik

lebih dari pengajar, ini berkenaan dengan bagaimana guru memberikan

bimbingan, membina, memberikan motivasi, jadi tidak hanya sekedar

pentranfer ilmu pengetahuan saja. Salah satu contoh adalah, ketika anak

ada yang mengalami permasalahan dalam belajar, sebagai pendidik, guru

harus mampu mencari tahu apa penyebab permasalahan anak tersebut,

sehingga bias dicarikan permasalahannya. Contoh lain adalah ketika

seorang anak tidak termotivasi dalam mengikuti pembelajaran, guru yang

berperan sebagai pendidik, akan berupaya untuk senantiasa memberian

support atau dorongan, agar ia termotivasi dalam mengikuti

pembelajaran. Karena itu, maka guru yang berperan sebagai pendidik,

memang lebih besar pengaruhnya dalam membentuk kepribadian dan

mental anak, tidak hanya sekedar orang yang berfungsi menyampaikan

materi pembelajaran saja.Tugas pertama guru adalah mendidik anak didik

sesuai dengan materi pelajaran yang diberikan kepadanya. Sebagai

educator, ilmu adalh sangat utama. Membaca, menulis, berdiskusi,

mengikuti inormasi dan responsive terhadap masalah kekinian sangat

menunjang peningkatan kualitas ilmu guru.16

16
Ridha, dkk. Peran dan Tugas Guru dalam Melaksanakan 4 Fungsi Manajemen
EMASLIM dalam Pembelajaran di Workshop. Jurnal Islamika: Jurnal Ilmu-Ilmu Keislaman p-
ISSN:1693-8712|e-ISSN: 2502-7565 Vol. 19, No. 02, Desember 2019, 79 – 88
16

Oleh karena itu, kinerja guru dapat dinyatakan sebagai tingkat

keberhasilan seorang guru secara keseluruhan dalam periode waktu tetentu

yang dapat diukur berdasarkan tiga indikator yaitu: penguasaan bahan ajar,

kemampuan mengelola pembelajaran dan komitmen menjalankan tugas.

d) Kediplinan

Kedisplinan kata dasarnya adalah disiplin secara luas dapat diartikan

sebagai pengaruh yang dirancang untuk membantu anak agar mampu

menghadapi tuntutan dari lingkungan. Disiplin tumbuh dari kebutuhan

untuk menjaga keseimbangan antara kecenderungan dan keinginan

individu untuk berbuat sesuatu yang dapat dan ingin diperoleh dari orang

lain atau karena situasi dan kondisi tertentu, dengan pembatasan yang

diperlukan oleh lingkungan.

Disiplin adalah kepatuhan untuk menghormati dan melaksanakan

suatu sistem yang mengharuskan orang untuk tunduk kepada keputusan,

perintah, dan peraturan yang berlaku. Dengan kata lain, disiplin adalah

sikap menaati peraturan dan ketentuan yang telah diterapkan tanpa pamrih.

Di samping mengandung arti taat dan patuh pada peraturan, disiplin juga

mengandung arti kepatuhan kepada perintah pemimpin, perhatian kontrol

yang kuat terhadap penggunaan waktu, tanggug jawab atas tugas yang
17

diamanahkan.

Kedisiplinan menjadi salah satu faktor yang sangat penting dalam

kehidupan bermasyarakat. Disiplin yang diterapkan pada masing-masing

lingkungan memberikan dampak bagi pertumbuhan kepribadian anak.

Anak yang sejak dini telah dibiasakan untuk berdisiplin, maka setelah

dewasa pun anak akan tetap berdisiplin.17

Islam mengajarkan agar benar-benar memperhatikan dan

mengaplikasikan nilai-nilai kedisiplinan dalam kehidupan sehari-hari

untuk membangun kualitas kehidupan masyarakat yang lebih baik.18

Kedisplinan Ibadah

Merujuk pada bahasa latin bahwa disiplin (discere) berarti belajar. dari

frase tersebut maka timbulah kalimat disciplina yang berarti pengajaran

atau pelatihan. Sekarang, frase disiplin mengalami perkembangan makna

dalam beberapa pengertian. Pertama, disiplin diartikan sebagai ketaatan

terhadap peraturan atau tunduk pada pengawasan, dan pengendalian.

Kedua, disiplin sebagai perilaku latihan yang bertujuan mengembangkan


17
Fardani, dkk. Pelaksanaan Pendidikan Karakter Disiplin Anak di Lingkungan
Keluarga Buruh Konveksi di Desa Guwosobokerto. Jurnal Inovasi Penelitian. Vol.2 No.4
September 2021
18
Affandi, dkk. Peran Guru Fiqih Dalam Meningkatkan Kedisiplinan Beribadah
Siswa Madrasah Tsanawiyah (MTs) Yatamu Pasawahan Kecamatan Susukan Lebak
Kabupaten Cirebon Tahun Pelajaran 2019/2020. Jurnal Pendidikan Agama Islam ISSN:
9-7772407-68000 Vol. 6, No. 2, September 2020.
18

diri agar dapat berperilaku tertib.

Mendisiplinkan dapat berarti langsung menanamkan norma sebagai

input, biasanya melalui instruksi. Menanamkan norma dengan cara itu

akan menuai anak, remaja atau orang dewasa yang patuh, tetapi tanpa

kesadaran akan tanggung jawab. Berbeda halnya jika pendisiplinaan

tersebut dilakukan secara bertahap, nilai terlebih dahulu untuk membuka

kesadaran. Kemudian menanamkan norma yang telah disepakati bersama.

Pendisiplinan seperti ini menuai perilaku yang taat dan juga betanggung

jawab.19

Dalam Al Qur’an  Surat An-Nisa ayat 59

Yang artinya:

Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah


19
Elthin John, “Upaya Meningkatkan Kedisiplinan Anak Di Kelas Melalui
Cerita”, dalam Jurnal Pendidikan Penabur, Vol.16. (Juni 2010), hal.14.
19

Rasul (Muhammad), dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan) di antara

kamu. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu,

maka kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur'an) dan Rasul

(sunnahnya), jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian.

Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.20

Selain itu, juga terdapat dua faktor yang dapat mempengaruhi

kedisiplinan seseorang. Pertama, faktor kepribadian dimana sistem

yang dianut adalah faktor terpenting di dalamnya. Kedua, faktor

lingkungan dimana disiplin tidak akan muncul dengan begitu saja.

melainkan merupakan suatu proses belajar yang terus menerus dan

konsisten dalam menjalankannya.

- Kedisplinan Beribadah Siswa di SMP

Upaya menanamkan kedisiplinan dalam beribadah di sekolah

mencakup setiap macam pengaruh yang ditujukan kepada peserta

didik untuk membantu memahami dan menyesuaikan diri dengan

tuntutan lingkungan. Disamping itu disiplin juga penting sebagai

cara dalam menyelesaikan tuntutan yang mungkin ingin

ditunjukkan peserta didik terhadap lingkungannya. Disiplin

merupakan cara yang tepat untuk membantu peserta didik belajar

20
https://Quran.Kemenag.go.id
20

hidup dengan pembiasaan yang baik, dan bermanfaat bagi dirinya

maupun lingkungannya. Ibadah selain sebagai bentuk penghambaan

terhadap Allah SWT juga mengandung makna instrumental,

karenanya ibadah dilihat sebagai usaha pendidikan pribadi dan

kelompok kearah pengikatan batin kepada tingkah laku bermoral.

Asumsinya adalah melalui ibadah seorang yang beriman memupuk

dan menumbuhkan kesadaran individu dan sekaligus kolektifnya

akan tugas-tugas pribadi dan sosialnya mewujudkan kehidupan

sosial bersama dengan sebaik-baiknya.21

Sebagaimana hadist mengenai kedisplinan, sebagai berikut:

‫صلَّى اللَّ ُه‬ ِ َّ‫ول الل‬


‫ه‬ ُ ‫س‬ ‫ر‬ ‫ذ‬
َ ‫َأخ‬ ‫ال‬
َ ‫ق‬
َ ‫ا‬ ‫م‬ ‫ه‬‫ن‬ْ ‫ع‬ ‫ه‬َّ
‫ل‬ ‫ال‬ ‫ي‬ ِ ‫عن عب ِد اللَّ ِه ب ِن عمر ر‬
‫ض‬
َ َُ َ َ ُ ُ َ َ ََ ُ ْ
َ َْ ْ َ
‫يب َْأو َعابُِر َسبِ ٍيل‬
ٌ ‫ك َغ ِر‬ ُّ ‫ال ُك ْن يِف‬
َ َّ‫الد ْنيَا َكَأن‬ َ ‫َعلَْي ِه َو َسلَّ َم مِب َْن ِكيِب َف َق‬
‫ت فَاَل‬
َ ‫َأصبَ ْح‬ْ ‫اح َوِإ َذا‬ َّ ‫ت فَاَل َتْنتَ ِظ ْر‬
َ َ‫الصب‬ َ ‫ول ِإ َذا َْأم َسْي‬
ُ ‫َو َكا َن ابْ ُن عُ َمَر َي ُق‬
ِ ِ‫َتْنت ِظر الْمساء وخ ْذ ِمن ِص َّحتِك لِمر ِضك و ِمن حيات‬
‫ك‬َ ِ‫ك ل َم ْوت‬
َ ََ ْ َ َ ََ َ ْ ُ ََ ََ ْ َ

Yang artinya

21
Dewi Rokhmah (2020). Upaya Peningkatan Disiplin Beribadah Siswa di SMP Islam Al
Azhar 3 Bintaro. Jurnal Pendidikan Madrasah, Volume 6, Nomor 1, Mei 2021 P-ISSN: 2527-4287
- E-ISSN: 2527-6794
21

Dari Ibnu Umar Radhiallahu Anhuma, ia berkata: “Rasulullah


Shallallahu Alaihi Wasallam memegang pundakku, lalu bersabda:
Jadilah engkau di dunia ini seakan-akan sebagai orang asing atau
pengembara. Lalu Ibnu Umar Radhiallahu Anhuma berkata: “Jika
engkau di waktu sore, maka janganlah engkau menunggu pagi dan
jika engkau di waktu pagi, maka janganlah menunggu sore dan
pergunakanlah waktu sehatmu sebelum kamu sakit dan waktu
hidupmu sebelum kamu mati”.22 
Salah satu usaha untuk mencapai tujuan tersebut, adalah

dengan program keagamaan. Sebelum KBM dimulai seluruh siswa

bertadarus bersama selama kurang lebih 15 menit sehingga

diharapkan siswa khatam Al-Quran dalam jangka waktu satu tahun.

Selanjutnya, siswa juga diwajibkan melaksakan shalat dhuha, dzuhur,

dan ashar secara berjama’ah di Masjid. Selain itu, siswa juga

diberikan program one day one ayat yang merupakan program tahfidz

sehingga siswa dapat menghafal Al-Quran. Program tersebut

diharapkan pihak sekolah selain mendidik siswa disiplin

melaksanakan ibadah, juga diharapkan dengan ibadah siswa

mencerminkan sikap selalu taat dan patuh. Sehingga menjadikan diri

peserta didik memperoleh rangsangan positif untuk melaksanakan

tuntutan ibadah dengan penuh kesadaran dan keyakinan dalam upaya

22
HR. Bukhari, Kitab Ar Riqaq
22

untuk membentuk manusia yang berakhlak.

Adapun faktor-faktor yang mendukung dalam peningkatan

kedisiplinan beribadah siswa, sebagai berikut:23

1. Tersedianya fasilitas ibadah seperti masjid sekolah yang sudahcukup

bagus, tempat wudhu yang sudah mencukupi, Al-Qur’an sudah

tersedia, dampar Al-Qur’an sudah tersedia.

2. Bapak dan Ibu guru sangat perhatian dan peduli terhadap

siswa,karena disini guru bertindak juga sebagai orang tua kepada

parasiswa.

3. Adanya ketelatenan dan kesabaran dari Bapak Ibu guru,

terutamadalam mengingatkan dan mengoprak-oprak siswa dalam hal

shalatberjamaah. Karena setiap anak itu pasti berbedabeda

tingkatkedisiplinannya. Juga selalu telaten dalam memberi contoh

terusmenerus kepada siswa.

4. Adanya kerjasama yang baik dari guru delam menerapkan

strategiyang digunakan untuk meningkatkan kedisiplinan beribadah

siswa.

3) Kerangka Pikir

23
Sutra. Problematika Kedisplinan Beribadah di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2
Kota Bengkulu. Jurnal. al-Bahtsu: Vol. 4, No. 2, Desember 2019
23

Kerangka pikir merupakan sintesa tentang hubungan antar variabel yang

disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan. Berdsarkan teori-teori

yang telah dideskripsikan tersebut, selanjutnya dianalisis secara kritis dan

sistematis sehingga menghasilkan sintesa tentang hubungan antar variabel yang

telah diteliti.

Berdasarkan penelitian ini, maka dapat digambarkan kerangka berfikir

sebagai berikut :

Upaya guru PAI Menanamkan Kedisiplinan

Ibadah Peserta Didik SMP


Negeri 2 Malangke

c. Metode Penelitian

1) Pendekatan dan Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian studi kasus.

Penelitian studi kasus akan kurang kedalamannya bilamana hanya

dipusatkan pada fase tertentu saja atau salah satu aspek tertentu sebelum

memperoleh gambaran umum tentang kasus tersebut. Sebaliknya studi

kasus akan kehilangan artinya kalau hanya ditujukan sekedar untuk


24

memperoleh gambaran umum namun tanpa menemukan sesuatu atau

beberapa aspek khusus yang perlu dipelajari secara intensif dan mendalam.

Studi kasus yang baik harus dilakukan secara langsung dalam kehidupan

sebenarnya dari kasus yang diselidiki. Walaupun demikian, data studi kasus

dapat diperoleh tidak saja dari kasus yang diteliti, tetapi, juga dapat

diperoleh dari semua pihak yang mengetahui dan mengenal kasus tersebut

dengan baik. Dengan kata lain, data dalam studi kasus dapat diperoleh dari

berbagai sumber namun terbatas dalam kasus yang akan diteliti

2) Waktu dan Lokasi Penelitian

a) Waktu Penelitian

Waktu yang digunakan peneliti untuk penelitian ini dilaksanakan sejak

tanggal dikeluarkannya ijin penelitian dalam kurun waktu kurang lebih

2 (dua) bulan, 1 bulan pengumpulan data dan 1 bulan pengolahan data

yang meliputi penyajian dalam bentuk proposal dan proses bimbingan

berlangsung.

b) Tempat Penelitian

Tempat pelaksanaan penelitian ini adalah di lingkungan SMP

Negeri 2 Malangke.

3) Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini dimaksudkan untuk membatasi studi kualitatif


25

sekaligus membatasi penelitian guna memilih mana data yang relevan

dan mana yang tidak relevan24. Pembatasan dalam penelitian kualitatif

ini lebih didasarkan pada tingkat kepentingan/urgensi dari masalah yang

dihadapi dalam penelitian ini. Penelitian ini akan difokuskan pada

“Upaya Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Menanamkan

Kedisiplinan Beribadah Peserta Didik di SMP Negeri 2 Malangke”

4) Definisi Istilah

a) Pendidikan Agama Islam

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “pendidikan”

berasal dari kata dasar didik dan awalan men, menjadi mendidik

yaitu kata kerja yang artinya memelihara dan memberi latihan

(ajaran). Pendidikan sebagai kata benda berarti proses perubahan

sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam

usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan

latihan.25
24
Moleong 2010

25
Elihami E., Syahid, A.(2018).Penerapan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Dalam Membentuk Karakter Pribadi Yang Islam. Jurnal Pendidikan, 2(1), 79-96
32
Wahyu Bagja Sulfemi (2018). Pengaruh Disiplin Ibadah Sholat, Lingkungan
Sekolah dan Intelegensi terhadap Hasil Belajar Peserta Dididk Mata Pelajaran Pendidikan
Agama Islam.Jurnal Penelitian Pendidikan Agama dan Keagamaan, p-ISSN: 1693-6418,
e-ISSN: 2580-247X
26

b) Kedisplinan ibadah

Disiplin berasal dan bahasa dalam Latin disciplina yang

berarti pengajaran atau latihan. Ada juga yang mengatakan berasal

dari kata disciple yang berarti pengikut setia, penganut terhadap

paham seorang guru, dan ajaran atasi aliran seni.26 Ibadah dari

bahasa Arab abidaya ’budu’, ‘abdan,’ ‘ibaadatan yang berarti taat,

tunduk, patuh dan merendahkan diri. Taimiyah menyampaikan

mencakup segala sesuatu yang dicintai dan diridhai oleh Allah Swt.

Berupa perkataan atau perbuatan baik amalan batin ataupun yang

dhahir (nyata).

5) Data dan Sumber Data

Penelitian ini membutuhkan informasi-informasi yang mendukung dan

mendalam tentang kedisiplinan beribadah peserta didik di SMP Negeri 2

Malangke. Oleh karena itu, penelitian ini membutuhkan beberapa informasi

dari pihak-pihak yang terkait dalam pengumpulan data. Secara garis besar

sumber daya dalam penelitian ini akan dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari lapangan atau

tempat penelitian melalui wawancara, observasi maupun dokumentasi


26
27

terhadap informan penelitian. Sumber data utama dalam penelitian

kualitatif adalah kata-kata dan tindakan. Kata-kata dan tindakan-tindakan

merupakan sumber data yang diperoleh dari lapangan dengan mengamati

atau mewawancarai.

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi,

sudah dikumpulkan, dan telah diperoleh oleh pihak lain, biasanya dalam

bentuk publikasi.

6) Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur

fenomena alam maupun sosial yang diamati. 27 Pada penelitian kualitatif

instrumen penelitian paling utama adalah orang atau human instrument, yaitu

peneliti sendiri, artinya penelitilah yang mengumpulkan data, menyajikan

data, mereduksi data, memaknai data dan mengumpulkan hasil penelitian.

Untuk menjadi instrumen, peneliti harus memiliki bekal teori dan wawasan

yang luas, sehingga mampu bertanya, menganalisis, memotret, dan

mengkonstruksi situasi sosial yang diteliti menjadi lebih jelas dan bermakna.

Pada instrumen yang paling efisien dan efektif adalah dengan menggunakan

27
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2010), hlm 102.
28

lembar observasi, pedoman wawancara dan catatan lapangan.

7) Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam

penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mengumpulkan data.

Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan

mendapat data yang memenuhi standar yang ditetapkan.

Dalam penelitian kali ini wawancara akan ditujukan kepada guru sebagai

responden untuk mendapatkan informasi atau berita yang dinginkan oleh

peneliti yaitu mengenai upaya guru Pendidikan Agama Islam dalam

menciptakan kedisiplinan belajar siswa, dan juga akan dilakukan juga

wawancara atau interview kepada siswa untuk mengetahui kedisiplinan yang

ada pada diri siswa. Sehingga hasil yang diperoleh dari kedua responden

tersebut benar-benar akurat dan dapat dijadikan sebagai informasi yang bisa di

gunakan sebagai penelitian di SMP Negeri 2 Malangke.

Dalam rangka untuk memperoleh data yang alami dan obyektif dilokasi

penelitian, hendaklah seorang penulis menggunakan bermacammacam metode

pengumpulan data untuk mencapai tujuan penelitian tersebut. Untuk

mengumpulkan data yang diperlukan maka penulis menggunakan metode

sebagai berikut:

1. Metode Wawancara
29

2. Metode Observasi

3. Metode Dokumentasi

8) Pemeriksaan Keabsahan Data

Penulis dalam memeriksa keabsahan dan kevaliditasan data,

menggunakan triangulasi data, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkansesuatu yang lain. dimana data tersebut digunakan untuk

pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.28 Pada penelitian ini

peneliti menggunakan triangulasi teknik sumber. Triangulasi dengan sumber

berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu

informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode

kualitatif. Adapun teknik triangulasi yang peneliti gunakan dalam penelitian

ini adalah:

a) Triangulasi Sumber

Tringulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek kembali

derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat

yang berbeda dalam penelitian kualitatif. 29 Peneliti menggunakan dengan

28
Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2013). hal. 330.
29
Ibid, hlm 330-33
30

cara menmbandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil

wawancara, membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum

dengan apa yang dikatakan secara pribadi.

b) Triangulasi Teknik

Triangulasi teknik adalah untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan

dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang

berbeda.30 Peneliti menggunakan triangulasi teknik ini untuk mengetahui

dan mengecek hasil data yang diperoleh dari ketiga teknik pengumpulan

data di atas sama atau berbeda. Jika sama maka data tersebut sudah

kredibel dan jika berbeda, maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut

kepada sumber data yang bersangkutan, untuk memastikan data mana

yang dianggap benar.

9) Teknik Analisis Data

Teknik Analisis adalah suatu usaha untuk mengurai suatu masalah atau

fokus kajian menjadi bagian-bagian (decomposition) sehingga susunan atau

tatanan bentuk sesuatu yang diurai itu tampak dengan jelas dan karenanya bisa

secara lebih terang ditangkap maknanya atau lebih jernih dimengerti duduk

perkaranya.31

30
Ibid.,hlm 248
31
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 373
31

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan tiga tahapan yaitu sebagai berikut:

a) Reduksi Data

Dalam penelitian tentu saja akan mendapatkan data yang banyak dan

relatif beragam dan bahkan sangat rumit. Untuk itu maka perlu dicatat

secara teliti dan rinci. Makin lama peneliti kelapangan maka jumlah data

akan makin banyak, komplek dan rumit. Untuk itu perlu segera dilakukan

analisis data melalui reduksi data. Reduksi data berarti merangkum,

memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting,

dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu32. Berdasarkan

keterangan di atas maka dalam penelitian ini peneliti akan mencatat dan

merangkum data, kemudian akan memilih hal-hal pokok dan penting

kemudian akan membuang hal yang tidak penting.

b) Data Display

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah

mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa

dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori,

Penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif33.

Berdasarkan keterangan di atas maka peneliti akan menyajikan data yang

32
Ibid., hlm. 338.
33
Ibid., hlm. 341.
32

berbentuk uraian dalam bentuk teks naratif.

c) Conclusion Drawing/Verification

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif adalah penarikan

kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah

merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan

dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih

belum jelas atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa

hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori. 34 Untuk memperjelas,

berikut gambar analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman:

Pengumpulan Data

Penyajian Data

Reduksi Data

Kesimpulan-
kesimpulan
penarikan/verifikasi
34
Aan Komariah dan Djama’an Satori, Metodologi Penelitian., hal. 220.
33

Gambar 3.1. Bagan Analisis Data Kualitatif


34

Anda mungkin juga menyukai