Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


SMP Negeri 5 Sawoo merupakan satu dari lima Sekolah Menengah
Pertama Negeri yang ada di Kecamatan Sawoo yang terletak di Desa Kori
Kecamatan Sawoo. Rata-rata mata pencaharian orang tua siswa di SMP
Negeri 5 Sawoo adalah Petani dengan latar belakang pendidikan sebagian
besar SD.
Dengan latar belakang tersebut, saya selaku kepala sekolah merasakan
betapa pentingnya karakter religius bagi peserta didik. Mengingat di sekolah
sikap dan karakter peserta didik belum memenuhi harapan seperti yang
diinginkan. Kondisi dan kendala yang dihadapi di dalam keluarga maupun
dalam lingkungan masyarakat terlihat dari penyimpangan berbagai norma
kehidupan agama dan sosial kemasyarakatan yang terwujud dalam bentuk
kurang dalam pelaksanaan ibadah, kurang hormat kepada orang tua, guru dan
pegawai sekolah serta masyarakat di sekitarnya, kurang disiplin terhadap
waktu dan tidak mengindahkan peraturan, kurang memelihara keindahan dan
kebersihan lingkungan serta perilaku yang mengarah pada penyimpangan
seksual.
Proses pembelajaran pada hakikatnya merupakan pelayanan yang
khusus diperuntukkan bagi peserta didik. Pada tingkat SMP rata-rata peserta
didik berusia antara 12 hingga 15 tahun dan termasuk dalam golongan pra
remaja yang ditandai dengan semakin meningkatnya perilaku yang tidak
sesuai pada peserta didik.
Pada periode ini ada kesempatan yang sangat baik untuk membantu
peserta didik, disamping menguasai ilmu dan teknologi yang sesuai dengan
tingkat perkembangan intelektualnya juga menumbuhkan sikap tanggung
jawab dan menghargai nilai-nilai, terutama yang bersumber dari agama
Islam. Pendidikan kita dewasa ini menghadapi berbagai masalah yang sangat
kompleks untuk mendapatkan perhatian kita semua. Salah satu masalah
tersebut adalah menurunnya tata krama kehidupan sosial dan etika moral
dalam praktek kehidupan sekolah yang mengakibatkan sejumlah ekses
negatif yang sangat merisaukan masyarakat.
Untuk meningkatkan pendidikan karakter dan nilai-nilai keimanan dan
ketakwaan siswa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, penulis berupaya untuk
Best Practice 2018 Page 1
meningkatkan karakter religius peserta didik melalui Program PAI Unggulan
di SMP Negeri 5 Sawoo, sehingga keimanan dan ketakwaan di sekolah dapat
membudaya demi keutuhan pribadi peserta didik, serta melahirkan siswa
yang teguh imannya, berkarakter baik dan unggul dalam penguasaan
teknologi.

1.2 Permasalahan
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis mengangkat suatu
permasalahan yaitu :
“ Bagaimana Upaya yang dilakukan Kepala Sekolah dalam meningkatkan
karakter religius peserta didik melalui Program PAI Unggulan di SMP
Negeri 5 Sawoo ?”

1.3 Tujuan
Adapun tujuan utama dari penulisan Best Practice ini adalah Untuk
mengetahui Hasil dari Program PAI Unggulan dalam meningkatkan karakter
Religius peserta didik khususnya di SMP Negeri 5 Sawoo.

1.4 Manfaat
Manfaat dari best practice ini adalah meningkatkan iman dan taqwa
peserta didik dan seluruh warga sekolah yang ada di SMP Negeri 5 Sawoo
kepada Allah SWT.

Best Practice 2018 Page 2


BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Hakekat kepala Sekolah
Kepala sekolah adalah pemimpin yang mengatur, menggerakkan dan
memberdayakan organisasi sekolah. Tugas kepala sekolah bukan hanya
dalam bidang adaministrasi saja namun juga meliputi pemeberdayaan
sumber daya, baik manusia dan materi untuk meraih tujuan yang ditetapkan
oleh kepala sekolah. Sebagaimana dikemukakan oleh Wahjosumijo
(2010:203) menyatakan bahwa “kepala sekolah bertanggung jawab atas
penyelenggaraan pendidikan dengan kewajiban mengadakan pembinaan
dalam arti berusaha agar pengelolaan, penilaian, bimbingan, pengawasan dan
pengembangan pendidikan dapat dilaksanakan dengan baik”.
Kepribadian kepala sekolah akan tercermin dalam sifat-sifat jujur,
percaya diri, tanggung jawab, berani mengambil resiko dan keputusan,
berjiwa besar, emosi yang stabil, teladan. Pengetahuan kepala sekolah
terhadap tenaga kependidikan akan tercermin dalam kemampuan diantaranya
yaitu memahami kondisi tenaga kependidikan (guru dan non guru),
memahami kondisi dan karakteristik peserta didik, menyusun program
pengembangan tenaga kependidikan, menerima masukan dan saran serta
kritikan dari berbagai pihak untuk meningkatkan kepemimpinannya.

2.1.2 Pengertian Karakter


Menurut Doni Koesoema A (2007:80) memahami bahwa karakter
sama dengan kepribadian. Kepribadian dianggap sebagai ”ciri, atau
karakteristik, atau gaya, atau sifat khas dari diri seseorang yang bersumber
dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan, misalnya lingkungan
keluarga pada masa kecil dan juga bawaan seseorang sejak lahir.” Hal yang
selaras disampaikan dalam Buku Refleksi Karakter Bangsa (2008:233) yang
mengartikan karakter bangsa sebagai kondisi watak yang merupakan
identitas bangsa.
Dari pendapat di atas difahami bahwa karakter itu berkaitan dengan
kekuatan moral, berkonotasi “positif”, bukan netral. Jadi, “orang

Best Practice 2018 Page 3


berkarakter” adalah orang yang mempunyai kualitas moral (tertentu) positif.
Dengan demikian, pendidikan membangun karakter, secara implisit
mengandung arti membangun sifat atau pola perilaku yang didasari atau
berkaitan dengan dimensi moral yang positif atau baik, bukan yang negatif
atau buruk. Hal ini didukung oleh Peterson dan Seligman (Gedhe Raka,
2007:5) yang mengaitkan secara langsung “character strength” dengan
kebajikan. Character strength dipandang sebagai unsur-unsur psikologis
yang membangun kebajikan (virtues). Salah satu kriteria utama dari
“character strength” adalah bahwa karakter tersebut berkontribusi besar
dalam mewujudkan sepenuhnya potensi dan cita-cita seseorang dalam
membangun kehidupan yang baik, yang bermanfaat bagi dirinya, orang lain,
dan bangsanya.

2.1.3 Perkembangan Pendidikan Agama Islam di Sekolah


Pengembangan PAI pada sekolah mengacu kepada Peraturan
Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP)
terutama pada Standar Isi, Standar Proses Pembelajaran, Standar Pendidik
dan Tenaga Kependidikan serta Sarana dan Prasarana Pendidikan.
Pengembangan kurikulum pendidikan agama Islam di sekolah
diarahkan pada peningkatan mutu dan relevansi pendidikan agama Islam di
sekolah dengan perkembangan kondisi lingkungan lokal, nasional dan global
serta kebutuhan peserta didik.
Penyelenggaraan Pendidikan Agama Islam di sekolah penuh tantangan,
karena secara formal penyelenggaraan pendidikan Islam di sekolah hanya 2
jam pelajaran per minggu. Jika sebatas hanya memberikan pengajaran agama
Islam yang lebih menekankan aspek kognitif, mungkin guru bisa
melakukannya, tetapi kalau memberikan pendidikan yang meliputi sikap dan
keterampilan, guru akan mengalami kesulitan. Kita tahu bahwa sekarang di
kota-kota pada umumnya mengandalkan pendidikan Islam di sekolah saja,
jadi guru dipercaya sepenuhnya untuk memberikan pendidikan Agama Islam
di sekolah, dari sinilah akan lebih baik apabila menciptakan berbagai
kegiatan ekstra kurikuler yang memungkinkan mereka bisa belajar agama
Islam lebih banyak lagi.

Best Practice 2018 Page 4


2.2 Kondisi Awal SMP Negeri 5 Sawoo
SMP Negeri 5 Sawoo memiliki 49 peserta didik yang dibagi dalam 3
rombel. Penyelenggaraan Pendidikan Islam di sekolah hanya 2 jam pelajaran
perminggu yang hanya memberikan pengajaran agama Islam yang lebih
menekankan aspek kognitif.
Visi SMP Negeri 5 Sawoo adalah “ Sekolah Religius, Berbudaya, Trampil
dan berprestasi”. Dan Misi adalah sebagai berikut :
1. Menanamkan keimanan dan ketaqwaan melalui pengamalan ajaran agama.
2. Menanamkan perilaku berbasis budaya lokal.
3. Menanamkan cinta seni dan budaya bangsa.
4. Menanamkan ketrampilan hidup berdasarkan minat, bakat dan potensi
peserta didik.
5. Mengoptimalkan proses belajar mengajar dan bimbingan.
6. Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi berdasarkan minat,
bakat dan potensi peserta didik.

2.3 Rencana Program PAI Unggulan


Adapun program PAI unggulan yang penulis lakukan dalam
membangun karakter religius untuk menghasilkan peserta didik yang
berakidah akhlak sesuai dengan norma moral yang ada, antara lain sebagai
berikut :
1. Sholat Dhuha berjamaah dilanjutkan kuliah tujuh menit (Kultum)
Dilaksanakan sebelum jam pertama di mulai. Hari Selasa – Jumat.
2. Sholat dhuhur berjamaah.
Dilaksanakan setiap jam 12.00 – 12.30 WIB. Hari Senin-Kamis.
3. Shalat Jumat
Dilaksanakan pada hari Jum’at jam 11.30 -12.15 WIB diikuti siswa laki-
laki.
4. Pembinaan Baca Tulis Quran
Dilaksanakan seminggu sekali sebagai kegiatan ekstra kurikuler
5. Lomba Keagamaan
Dilaksanakan untuk memperingati hari besar keagamaan
6. Pesantren Kilat dan Buka Puasa Bersama pada bulan Ramadhan
Dilaksanakan pada saat bulan puasa.

Best Practice 2018 Page 5


2.4 Alasan Pengembangan Program PAI Unggulan
Alasan dilaksanakannya program PAI unggulan adalah untuk
mewujudkan visi sekolah yang religius.

2.5 Sasaran dan Pelaksana Program PAI Unggulan


Adapun yang menjadi sasaran program PAI unggulan adalah seluruh
peserta didik SMP Negeri 5 Sawoo. Sedangkan pelaksana/pelaku dari
Program PAI unggulan terdiri dari :
1. Suwardi, S.Pd sebagai penanggung jawab
2. Guru-guru Pembina Kesiswaan dan Pendidikan Agama Islam
- Siti Nurhidayati , S.Ag
- Teguh Prayitno, S.Pd
- Suyatno, S.Pd
- Sunyoto, S.Pd
- Nur Faizin, S.Pd
- Elok Lukitasari, S.Pd
- Endratwati, S.Pd
- Nita F. Priwulandari,S.Pd
3. Nur Hadi ( Pembina Ekstra Baca Tulis Al-qur’an)

2.6 Kendala-Kendala yang dihadapi


Kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan meningkatkan
karakter religius di sekolah, diantaranya:
1. Kurangnya komitmen para pendidik dalam melaksanakan pendidikan
karakter, khususnya karakter religius peserta didik.
2. Minimnya dana yang di alokasikan untuk kegiatan tersebut.
3. Lingkungan pergaulan peserta didik yang kurang kondusif
4. Minimnya sarana dan prasarana (belum memiliki masjid)
5. Kurangnya penataran atau pelatihan pendidikan karakter bagi para
pendidik, pengelola pendidikan serta peserta didik.
6. Kurangnya dukungan masyarakat tentang pentingnya pendidikan karakter,
terutama karakter religius dalam kehidupan sehari-hari.
7. Waktu yang sangat terbatas dalam pembelajaran PAI di sekolah.

Best Practice 2018 Page 6


2.7 Hasil yang dicapai
Dari rencana program yang telah diuraikan diatas, maka berikut
akan dipaparkan hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut:

1. Shalat berjamaah dilakukan secara rutin baik waktu sholat dhuha maupun
sholat dzuhur.
2. Kuliah tujuh menit (Kultum) diberikan setelah sholat duha oleh guru
secara bergantian.
3. Peserta didik dibiasakan untuk melantunkan adzan setiap tiba waktunya
shalat dzuhur sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan.
4. Peserta didik dilatih untuk memperingati hari-hari besar dalam agama
Islam, seperti Isra Mi’raj dan Maulid Nabi Muhammad SAW
5. Pembinaan baca tulis Quran dilaksanakan diluar jam pembelajaran sesuai
jadwal yang sudah ditentukan.
6. Setiap bulan suci Ramadhan, SMP Negeri 5 Sawoo melakukan suatu
kegiatan yang rutin setiap tahunnya, yakni Pesantren kilat yang wajib di
ikuti oleh semua peserta didik yang beragama muslim. Kemudian dari
kegiatan tersebut akan dijadwalkan untuk berbuka puasa bersama di
halaman sekolah.

Best Practice 2018 Page 7


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Pengembangan kurikulum pendidikan agama Islam di sekolah diarahkan
pada peningkatan mutu dan relevansi pendidikan agama Islam di sekolah
dengan perkembangan kondisi lingkungan lokal, nasional dan global serta
kebutuhan peserta didik.
2. Pendidikan karakter umumnya bertujuan mengembangkan kemampuan
dan mewujudkan peserta didik yang taat dan patuh serta mengamalkan
syariat Islam dalam kehidupan sehari-hari, sehingga melahirkan peserta
didik yang teguh imannya, berkarakter baik dan unggul dalam penguasaan
teknologi.
3. Program PAI Unggulan ini mampu meningkatkan karakter religius
peserta didik.

3.2 Rekomendasi
Dari pengalaman kami sebagai kepala SMP Negeri 5 Sawoo, dalam
meningkatkan karakter religius perserta didik menyampaikan beberapa
rekomendasi kepada pihak yang terkait :
1. Pemerintah Daerah Ponorogo agar memberikan reward terhadap
sekolah-sekolah yang prestasinya bagus dalam mengembangkan
program-program yang ada, sehingga setiap sekolah akan berusaha
menjadi yang terbaik.
2. Dinas Pendidikan Kabupaten Ponorogo agar dapat memberikan
perhatian dan dukungan untuk pengembangan Program PAI Unggulan
terhadap sekolah-sekolah yang ada di Kabupaten Ponorogo baik dalam
bentuk dana maupun peralatan pendukung khususnya di bidang PAI.
3. Pengawas sekolah supaya lebih semangat lagi dalam memberikan
arahan dan motivasi bagi guru-guru sehingga guru akan lebih semangat
dalam menciptakan inovasi-inovasi baru di dunia pendidikan.
4. Orangtua/Masyarakat, hendaknya dapat memberikan
motivasi/dukungan, arahan kepada siswa baik moril maupun materil

Best Practice 2018 Page 8


agar mampu menjadi anak-anak yang berbudi pekerti luhur, berakhlak
mulia sehingga mereka akan bahagia dunia dan akhirat.
5. Semua guru agar dapat meningkatkan peran dan partisipasinya baik
sebagai motivator atau pembimbing siswa dengan memperjelas tujuan
dan manfaat dari pendidikan karakter, khususnya karakter religius dalam
bidang masing-masing sesuai dengan kurikulum yang diberlakukan di
SMP melalui pembelajaran dikelas, karena ilmu tak akan berguna jika
tidak dibarengi dengan akhlak/etika yang mulia.

Best Practice 2018 Page 9


DAFTAR PUSTAKA

Christopher Paterson and Martin E.P. Seligman. (2007). Character Strengths and
Virtues : A Handbook and Classification, Oxford University Press.

Doni Koesoema A. (2007). Pendidikan Karakter, Strategi Mendidik Anak di


Zaman Global. Jakarta: Grasindo.

Gede Raka. (2008). Makalah Seminar Nasional Pendidikan Karakter di


Universitas Negeri Yoyakarta. Pendidikan Membangun karakter. Guru
Besar, Fakultas Teknologi Industri, Institut TeknologI Bandung.

Isna, Aunillah Nurnia. (2011). Panduan Menerapkan Pendidikan Karakter di


Sekolah. Yogyakarta : Laksana

I Wayan As, S.Si. (2012). Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, Edisi


Revisi, Jakarta: CV. Az Zahra

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 28 Tahun 2010 tentang


Penugasan Guru Sebagai Kepala Sekolah/Madrasah.

Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan


Pendidikan Keagamaan.

Wahjosumidjo. (2010). Kepemimpinan Kepala Sekolah (Tinjauan Teoretik dan


Permasalahannya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Zuchdi, Darmiyati. (2008). Humanisasi Pendidikan: Menemukan Kembali


Pendidikan yang Manusiawi. Jakarta: PT. Bumi Aksara

http://akhmadsudrajat.wordpress.com diakses pada tanggal 10 Mei 2015 pukul


12.30 Wib

http://Solehamin.wordpress.com di akses pada tanggal 10 Mei 2015 pukul 14.35


Wib

Best Practice 2018 Page 10

Anda mungkin juga menyukai