Anda di halaman 1dari 17

BAB IV

A. Paparan Data

Peneliti mengumpulkan data observasi, data wawancara, dan dokumentasi

dari lapangan. Dalam hal ini, pencarian peneliti untuk informasi berjalan tanpa

masalah. Peneliti melakukan wawancara dengan wawancara tidak terstruktur, atau

bisa dibilang wawancara biasa, dilakukan dalam kegiatan sehari-hari tanpa

mengganggu rutinitas subjek.

Berikut informasi yang dikumpulkan oleh peneliti melalui observasi,

wawancara, dan dokumentasi:

1. “Peran Guru Akidah Akhlak Sebagai Supervisor Dalam Mengembangkan

Sikap Religius Peserta Didik MTsN 4 Tulungagung.

Keberhasilan seorang siswa tidak dapat dipisahkan dari peran guru dalam

memberikan bimbingan. tidak hanya terfokus pada bagaimana murid harus

cerdas, harus mempelajari materi yang menarik, harus menjadi juara atau

pangkat, dll. Serta bagaimana mereka diajarkan untuk memiliki akhlak yang

baik, termasuk disiplin, jujur, bertanggung jawab, dan santun untuk mereka

yang lebih tua dari mereka.

Karena siswa hanya belajar melalui internet dan hanya menghasilkan siswa

terpelajar yang bangkrut secara moral, peran guru tidak dapat digantikan oleh

media lain seperti internet. Selain itu, ia memiliki kecenderungan untuk tidak

peduli, egois, dan tidak percaya pada orang lain, yang berarti kepribadiannya

akan didominasi oleh sikapnya.

Dengan tantangan di era sekarang tidak hanya sekolah umum tetapi juga

sekolah dengan kurikulum Islam. Tentunya sekolah menyiapkan berbagai


strategi pengajaran dengan tujuan untuk mengembangkan kecerdasan sekaligus

kepribadian siswa.

Untuk mengumpulkan data, penulis menggunakan sampel yaitu pengajar

aqidah akhlak,. Menanggapi pertanyaan seputar keregiliusan siswa MTsN 4

Tulungagung, Bapak Hadi Sutrisno S.pd., sebagai Guru Akidah Akhlak MTsN

4 Tulungagung menjelaskan bahwa:

“Ya, praktik keagamaan siswa tampaknya cocok dengan suasana MTsN 4


Tulungagung. Dengan siswa yang berasal dari Madrasah Ibtidaiyah,
penyesuaiannya tentu lebih lambat, terutama bagi siswa baru yang sebelumnya
dari Sekolah Dasar. Akibatnya, saya bekerja keras untuk membantu anak-anak
beradaptasi dengan praktik keagamaan setempat, seperti yang dilakukan rekan-
rekan pendidik saya. Dalam hal moral ya, Alhamdulillah murid-muridnya sopan
kepada kami. Selain itu, para pendidik khususnya di bidang agama mengajarkan
3S: Salam Senyum, Sapa, sehingga dengan itu siswa menjadi terbiasa.1”

Ketika peneliti mewawancarai Bapak Hadi Sutrisno dalam lampiran, klaim

tersebut didukung oleh dokumentasi. Adaptasi siswa terhadap lingkungan

barunya, termasuk Pak Hadi Sutrisno yang berdampak pada perkembangan

karakter siswa menjelaskan. Siswa pasti akan berusaha menyelaraskan praktik

keagamaan mereka dengan kurikulum dan ekstrakurikuler sekolah. Oleh karena

itu, sangat penting bagi guru untuk membantu tumbuh kembang siswa yang

beragama, khususnya Guru Aqidah Akhlak yang tidak hanya mengajarkan

agama tetapi juga berfungsi sebagai pendidik karakter bagi generasi muda.

Makna penting dari pengajar Aqidah Akhlak tidak dapat dipisahkan dari

pemahaman siswa terhadap pelajaran yang di ampu oleh siswa. Siswa belajar

akidah akhlak hanya untuk satu alasan: untuk memperbaiki akhlaknya dan

1
Wawancara dengan Bapak Hadi Sutrisno selaku Guru Aqidah Akhlak Kelas 8,
Tanggal 15 Desember 2022, Pukul 09.38 WIB
mendapatkan wawasan tentang perilaku akhlak yang baik dan buruk. Menurut

Pak Hadi Sutrisno, pendidikan karakter bertujuan untuk mengajarkan siswa

bagaimana memperlakukan orang lain dengan hormat dan rendah hati, terutama

kepada orang tuanya sendiri. Ini atau prakarsa lain yang ditujukan untuk

membantu siswa mengembangkan karakter religius mereka harus dipraktikkan

untuk ini.

Dari hasil wawancara peneliti dengan Bapak Hadi Sutrisno yang ditanya

tentang kegiatan sebelum pembelajaran berlangsung sebagai berikut:

“Proses persiapan diawali dengan mengumpulkan materi yang akan


diberikan, dilanjutkan dengan pembuatan pertanyaan dan jawaban untuk
membantu peningkatan daya ingat. Sebagai bagian dari persiapan penilaian
saya, saya juga mengajukan pertanyaan kepada siswa tentang materi yang akan
kita bahas hari ini sebelum saya mulai mengajar. Ya untuk memancing,
seberapa siap dan berpengetahuan siswa, serta seberapa bersedia mereka
menerima instruksi yang akan kami sampaikan selanjutnya”2.

Peneliti melampirkan Dokumentasi saat mewawancarai Bapak Hadi

Sutrisno dalam lampiran.

Pengalaman belajar sangat mempengaruhi seberapa siap siswa untuk

memahami penjelasan materi guru. sama dengan hasil wawancara peneliti

dengan Bapak Hadi Sutrisno. Latihan pertama adalah sesi tanya jawab untuk

mengukur seberapa siap dan seberapa banyak siswa telah mengalami pelajaran

yang akan diberikan selanjutnya. Pertanyaan guru untuk tujuan bertanya dapat

membantu siswa untuk mengingat apa yang sebelumnya mereka ketahui,

dengar, atau tidak pahami.

2
Wawancara dengan Bapak Hadi Sutrisno selaku Guru Aqidah Akhlak Kelas 8,
Tanggal 15 Desember 2022, Pukul 10.46 WIB
Siswa juga membutuhkan pembinaan sepanjang tahap perkembangan ini

agar kepribadian dapat dibentuk sesuai dengan tujuan pembelajaran. Karena

siswa masih membutuhkan banyak pengalaman keagamaan, seperti mengikuti

ibadah, dan kegiatan keagamaan lainnya, peran guru Aqidah Akhlak sangat

penting dalam situasi ini.

Menurut penjelasan dari hasil wawancara, peran lebih dari guru Aqidah

Akhlak guna mempengaruhi bagaimana kecenderungan minat siswa di MTsN

4 Tulungagung sangat dibutuhkan. Oleh karena itu, kerjasama diperlukan untuk

implementasi inisiatif siswa untuk mencapai hasil yang diinginkan secara

merata. Guru, yang membantu pelaksanaan apa pun, tidak diragukan lagi

mengalami sejumlah kesulitan. Tidak hanya dalam program keagamaan, tetapi

juga bagaimana karakter siswa itu sendiri berkembang.

Tak lupa juga peran orang tua jauh lebih penting daripada fungsi guru

Aqidah Akhlak yang hanya sebagai fasilitator. Namun, mengingat betapa

cepatnya hal-hal berubah, ada banyak hambatan berbeda yang seringkali

menyulitkan seorang guru agama untuk memenuhi fungsinya sebagai

pembimbing. Ini mungkin dipengaruhi oleh teman, lingkungan dan sejarah

keluarga. Jadi, sebagai seorang guru, bukan berarti guru dapat melaksanakan

pekerjaannya sebagai mentor mandiri, penting untuk berkolaborasi dan

mendapatkan bantuan dari sekolah lain, keluarga, dan masyarakat.

2. Peran Guru Akidah Akhlak Sebagai Motivator dalam Mengembangkan

Karakter Religius Peserta Didik di Madrasah Tsanawiyah Negeri 4

Tulungagung.
Tentunya segala sesuatu dalam mencapai tujuan yang diinginkan

membutuhkan dorongan atau keinginan yang kuat untuk mencapainya.

Motivasi mengacu pada dorongan dan rangsangan yang membantu orang

mencapai tujuan mereka. Salah satu inisiatif untuk mengembangkan akhlakul

karimah siswa adalah motivasi, yang dapat dilakukan baik di dalam maupun di

luar kelas. Dukungan dari orang-orang tersayang, sahabat dan guru yang dapat

membantu siswa dalam pengembangan karakter dapat menjadi motivasi.

Semua jenis motivasi memainkan peran yang luar biasa dalam mendorong

siswa untuk mengejar semua tujuan mereka, terutama akademik.

Sebagai seorang guru, adalah tanggung jawabnya untuk menanamkan

prinsip-prinsip yang baik kepada murid-muridnya dan tidak pernah bosan

mengingatkan mereka untuk melakukan hal-hal yang baik. Hal ini juga

didukung oleh pengamatan bahwa dengan memberikan contoh-contoh jam

istirahat siang dan siang jamaah sholat merupakan salah satu pendekatan untuk

menggairahkan siswa agar mereka merespon dan mengikutinya. Di luar kelas,

motivasi dapat dicapai secara internal maupun eksternal.

Sebagai perantara pembentukan akhlak siswa, motivasi akan membawa,

menggerakkan, membimbing, dan menahan siswa pada tujuan. Metode dan

media yang digunakan memiliki dampak yang besar juga. Banyak cara yang

digunakan oleh para guru akidah akhlak untuk membentuk karakter siswanya

yang religius dengan menggunakan berbagai macam kreativitasnya.

Hal ini diperkuat dengan penjelasan Pak Hadi Sutrisno tentang macam-

macam motivasi dalam sambutannya kepada Aqidah Akhlak kelas VIII,

dimana beliau mengatakan:


“Memotivasi orang lain mungkin adalah hal terbaik yang kita lakukan
ketika mereka siap secara mental. Akibatnya, mereka pertama-tama harus
memperkuat identitas mereka sebagai siswa yang berpendidikan moral. Kami
memberikan nasehat untuk contoh perilaku atau suri tauladan para Nabi,
Sahabat, Wali, dan Ulama' agar mereka termotivasi dan kuat akhlaknya serta
beragama. Belum lagi lulusan SD dan MI sama-sama sekolah di MTsN 4
Tulungagung. Maka bekal dan karakter agamanya lebih dikembangkan lagi
sehingga bisa menyesuaikan budaya di madrasah ini serta agama dan iman
yang kuat. Yang kedua adalah kita membahas secara singkat isu-isu
kontemporer sambil memberikan gambaran yang baik tentang bagaimana
memanfaatkan tren yang muncul’3.

Tidak diragukan lagi, pengembangan dan pembentukan karakter siswa

tergantung pada motivasi. Ada beberapa karakter penting bagi siswa sebelum

mereka memasuki masyarakat. Religius, kedisiplinan, dan tanggung jawab

adalah beberapa ciri sikap yang paling sering dihasilkan atau dipupuk di

sekolah, khususnya di lembaga Madrasah Tsanawiyah. Dalam mempersiapkan,

melaksanakan, dan menilai pelajaran bagi siswa, guru menggunakan ketiga

karakter tersebut sebagai dasar.

3. Peran Guru Kidah Akhlak Sebagai Transmitor Dalam Pengembangan

Sikap Religius Peserta Didik MTsN 4 Tulungagung

Peran guru sebagai Transmitor (penerus) sistem nilai-nilai agama kepada

anak-anak juga tak klah pentingnya dalam pengembangan sikap Religius

peserta didik karena para pendidik guna membangun materi pembelajaran

yang lebih dinamis dan bermanfaat. Guru berfungsi sebagai pembawa

kebijaksanaan instruksional dan informasi.

Dan Kunci dalam perkembangan karakter religius siswa sangat bergantung

pada komunikasi dengan mereka. Akibatnya, jenis komunikasi yang

3
Wawancara dengan Bapak Hadi Sutrisno selaku Guru Aqidah Akhlak Kelas 8,
Tanggal 15 Desember 2022, Pukul 11.00 WIB
ditawarkan kepada siswa oleh guru harus instruktif. Instruktur juga harus

mampu menanamkan rasa percaya diri pada anak-anak dan membangun ikatan

yang kuat dengan mereka baik di dalam maupun di luar kelas.

Berikut hasil wawancara peneliti dengan Guru Aqidah Akhlak BapakHadi

Sutrisno yang diwawancarai peneliti untuk bagaimana belajar membangun

berkomunikasi dengan peserta didik. Beliau menjelaskan bahwa:

“Jika siswa dan guru memiliki ikatan yang erat, sama halnya dengan
seorang anak dan ayah mereka. Seorang guru Aqidah Akhlak harus lebih
mengenal siswanya terlebih dahulu. Alhasil, kami sering mengunjungi setiap
orang dan berbincang dengan mereka tentang hal-hal yang tidak hanya
berkaitan dengan sekolah tetapi juga kehidupan sehari-hari. Kami sering
mengadakan sesi tanya jawab di kelas untuk membantu siswa berkomunikasi
dengan lebih efektif. Untuk mendorong siswa untuk saling menyambut ketika
mereka bertemu satu sama lain di luar, saya juga terlibat dengan mereka. Siswa
akan mengembangkan keterampilan komunikasi yang solid sebagai hasilnya,
dan mereka akan belajar bagaimana memulai seperti salam, menanyakan kabar,
dan mengakhiri percakapan dengan sopan”4.

Awal dari hubungan komunikasi yang baik berdampak pada bagaimana

perkembangannya. Menurut dari hasil wawancara peneliti dengan Bapak Hadi

Aqidah Akhlak selalu berusaha memulai kegiatan dengan salam, menanyakan

kabar, serta memberikan pertanyaan dan tanggapan yang bersifat materi. -

terkait. Di luar kelas, pengajar akidah akhlaq juga mudah untuk selalu menyapa

dan menyapa, serta selalu menghimbau untuk berbuat baik dan selalu berdoa.

Interaksi semacam ini dapat mengajarkan siswa bagaimana bersikap hormat

dan santun, yang tentunya sangat membantu dalam pembentukan karakter

religius mereka.

44
Wawancara dengan Bapak Hadi Sutrisno selaku Guru Aqidah Akhlak Kelas 8,
Tanggal 15 Desember 2022, Pukul 11.30 WIB
Dari temuan wawancara di atas bahwa ada kebutuhan untuk keintiman

antara guru Aqidah Akhlak dan murid. Tidak ada apa pun selain jenis

pembiasaan dan pengenalan yang digunakan untuk berkomunikasi di sini. Guru

tidak boleh mementingkan diri sendiri dan percaya bahwa mereka harus selalu

dihormati, mengabaikan hubungan yang erat antara mereka dan siswanya. Oleh

karena itu, guru harus menjaga sikap rendah hati dan terus berupaya untuk

memulai interaksi atau dialog dengan siswa sehingga siswa tersebut dapat

terbiasa berbicara dengan guru tanpa merasa canggung. Agar hubungan

komunikasi lebih nyaman dan tidak terlalu bosan dengan topik yang diajarkan

di kelas, hiburan atau humor juga dapat ditambahkan.

4. Implikasi Peran Guru Akidah Akhlak Sebagai Mengembangkan Sikap

Religius Peserta Didik MTsN 4 Tulungagung

Kegiatan pembelajaran dapat digunakan untuk mengetahui keberhasilan

dan efisiensi pembelajaran. Oleh karena itu, seorang guru yang melaksanakan

keitai pembelajaran tersebut harus mengetahui bagaimana agar kegiatan

tersebut berjalan dengan lancar dan mampu mencapai tujuan pembelajaran

yang diinginkan. Prinsip-prinsip pembelajaran merupakan komponen penting

yang harus diketahui oleh setiap guru. Dengan demikian, guru dapat

menggunakan prinsip-prinsip pembelajaran sebagai pedoman untuk

memastikan bahwa kegiatan pembelajaran berhasil dan memenuhi tujuan

pembelajaran yang diinginkan.

Seperti hasil wawancara peneliti dengan Bapak Hadi Sutrisno selaku Guru

Aqidah Akhlak memberikan tanggapan sebagai berikut:

“Ya, karakter memang sangat penting, karena untuk menghadapi persoalan-


persoalan kehidupan. Misalnya, ketika waktunya sudah habis untuk menahan
diri dari melakukan sesuatu yang bertentangan dengan hukum agama, serta
ketika hal tersebut tidak adil terhadap orang lain. Tujuan pendidikan karakter
adalah menanamkan pada diri anak rasa tawadhu dan menghargai orang lain”5.

Tujuan pengajaran moral siswa bukanlah lain adalah untuk memperkuat

moralitasnya, menawarkan pengetahuan tentang bagaimana orang bermoral,

baik dan buruk. Pak Hadi membahas tentang apa itu tujuan pendidikan. bagi

siswa untuk mendekati orang lain dengan kerendahan hati dan kesopanan,

khususnya orang tuanya sendiri. Siswa juga membutuhkan arahan selama

proses ini sehingga arah kepribadian dapat diarahakan sesuai tujuan yang

diinginkan.

Bimbingan diberikan dalam berbagai cara, termasuk bahan ajar, tetapi juga

berupa kegiatan keagamaan yang dipraktikkan secara teratur. Siswa harus

melakukan atau mengikuti terjadwal di sekolah. Tujuannya adalah selain

memberikan kontribusi untuk pemeriksaan sikap, mereka harus melakukan

pengendalian diri sedemikian rupa bahkan ketika mereka telah lulus, menjadi

terbiasa untuk melakukannya di rumah atau di lingkungan mereka.

5
Wawancara dengan Bapak Hadi Sutrisno selaku Guru Aqidah Akhlak Kelas 8,
Tanggal 15 Desember 2022, Pukul 11.40 WIB
B. Temuan Penelitian

Temuan penelitian ini memberikan informasi tentang peran Guru Aqidah

Akhlak dalam pembinaan karakter religius siswa di Madrasah Tsanawiyah Negeri

4 Tulungagung. Pengumpulan informasi dilakukan dengan teknik observasi,

wawancara mendalam dan dokumentasi.

1. Peran Guru Akidah Akhlak Sebagai Supervisor Dalam Mengembangkan

Sikap Religius Peserta Didik MTsN 4 Tulungagung.

Dari uraian data lapangan dengan fokus penelitian pertama diatas dapat

diketahui, bahwa peran Guru Akhlak Aqidah adalah sebagai Supervisor dalam

mengembangkan karakter religius siswa di Madrasah Tsanawiyah Negeri 4

Tulungagung sebagai berikut:

a. Signifikansi Fungsi peran guru Akidah Akhlak sebagai supervisor yang

berperan memberikan bimbingan, pengawasan, dan pengendalian peserta

didik untuk terus menambah semangat dan hasil belajar peserta didik guna

mengembangkan karakter religius siswa melalui kegiatan keagamaan.

b. Signifikansi Fungsi guru Akidah Akhlak sebagai sebagai supervisor yang

berperan memberikan bimbingan, pengawasan, dan pengendalian peserta

didik ketika di kelas yaitu dengan membiasakan siswa melalui disiplin

waktu masuk kelas dan pengumpulan tugas, bertanggung jawab serta jujur

dengan tugasnya sendiri.

c. Nilai karakter religius yang didapat siswa ketika guru Akidah Akhlak

berperan sebagai supervisor yang memberikan bimbingan, pengawasan, dan

pengendalian peserta didik adalah kedisiplinan, tanggung jawab, dan jujur.


2. Peran Guru Akidah Akhlak Sebagai Motivator dalam Mengembangkan

Karakter ReligiusPeserta Didik di Madrasah Tsanawiyah Negeri 4

Tulungagung.

Dari uraian data lapangan dengan fokus penelitian kedua diatas dapat

diketahui, bahwa peran Guru Akhlak Aqidah adalah sebagai motivator dalam

mengembangkan karakter religius siswa di Madrasah Tsanawiyah Negeri 4

Tulungagung sebagai berikut:

a. Signifikansi Fungsi peran guru Akidah Akhlak sebagai motivator

sebagai pendorong siswa dalam rangka meningkatkan minat dan

pengembangan kegiatan belajar siswa dalam mengembangkan karakter

religius siswa dengan cara menjadi teladan yang baik bagi siswanya.

b. Guru Akidah Akhlak sebagai seorang motivator pendorong siswa dalam

rangka meningkatkan minat dan pengembangan kegiatan belajar siswa

untuk menjadikan dirinya sebagai sosok yang layak menjadi teladan

yang baik bagi siswanya yaitu melalui sikap yang dicontohkan seperti,

datang tepat waktu dan berpakaian yang sopan dan rapi.

c. Disiplin, percaya diri, dan santun adalah karakter religius yang diperoleh

siswa ketika guru Akidah Akhlak bertindak sebagai motivator.

3. Peran Guru Akidah Akhlak Sebagai Transmitor Dalam Pengembangan

Sikap Religius Peserta Didik MTsN 4 Tulungagung

Dari uraian data lapangan dengan fokus penelitian ketiga diatas dapat

diketahui, bahwa peran Guru Akhlak Aqidah adalah sebagai Transmitor dalam

mengembangkan karakter religius siswa di Madrasah Tsanawiyah Negeri 4

Tulungagung sebagai berikut:


a. Signifikansi fungsi guru Akidah Akhlak sebagai Transmitor (Penerus)

dalam membantu peserta didik dalam membangun karakternya dengan

pendekatan santai untuk berkomunikasi secara efektif dengan peserta

didik.

b. Peran guru Akidah Akhlak sebagai Transmitor (Penerus) di kelas

adalah memulai dan mengakhiri pelajaran dengan salam, pertanyaan

tentang bagaimana keadaan siswa, memberi kesempatan kepada siswa

untuk bertanya dan mendapatkan jawaban, serta petunjuk belajar

mengajar bagi siswa.

c. Peserta Didik belajar pentingnya karakter religius ketika guru Akidah

Akhlak berperan sebagai Transmitor adalah santun, patuh, dan percaya

diri.

4. Implikasi Peran Guru Akidah Akhlak Dalam Mengembangkan Sikap

Religius Peserta Didik MTsN 4 Tulungagung

Dari uraian data lapangan dengan fokus penelitian keempat diatas dapat

diketahui, bahwa Implikasi Guru Akhlak Aqidah adalah dalam mengembangkan

karakter religius siswa di Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Tulungagung sebagai

berikut:

a. Pentingnya peran GuruAkidah Akhlak dalam meningkatkan Kinerja

Mengajar dalam mengembangkan sikap religious peserta didik.

b. Pentingnya peran GuruAkidah Akhlak dalam meningkatkan Kinerja

Mengajar dalam mengembangkan sikap religious peserta didik adalah

dengan cara Konsep pembelajaran pentingnya berfokus pada keaktifan,


keterlibatan langsung/berpengalaman peserta didik dalam

mengembangkan karakter religious peserta didik.

c. Peran guru akidah akhlak termasuk bertindak sebagai fasilitator, dan

membimbing, yang harus mengelola, menilai, dan memaksimalkan

masalah yang berkaitan dengan prinsip-prinsip pembelajaran untuk

mengembangkan karakter Religius peserta didik.

C. Analisis Data

Setelah peneliti mengemukakan beberapa temuan penelitian di atas,

selanjutnya peneliti akan menganalisis temuan tersebut diantaranya:

1. Peran Guru Akidah Akhlak Sebagai Supervisor dalam Mengembangkan

Karakter Reigius Peserta Didik di Madrasah Tsanawiyah Negeri 4

Tulungagung.

a) Pentingnya peran guru Akidah Akhlak sebagai Supervisor dalam

mengembangkan karakter religius siswa dengan cara melaksanakan dan

mentertibkan pembiasaan-pembiasaan kegiatan keagamaan yang sudah

diprogramkan oleh sekolah. Guru Akidah Akhlak dalam mensukseskan

kegiatan-kegiatan keagamaan bekerja sama dengan guru-guru lain.

b) Guru Akidah Akhlak sebagai seorang Supervisor dalam mengupayakan

terlaksananya pembiasaan-pembiasaan kegiatan keagamaan di MTsN 4

Tulungagung yaitu sholat dhuha dan dzuhur berjamaah secara bergantian

karena jumlah siswa per jenjang terdapat 7-8 kelas. Selain itu, siswa

dibiasakan membaca Al-Qur’an setiap pagi yang diinformasikan oleh guru

melalui speaker di masing-masing kelas. Untuk kegiatan rutin mingguan,


guru Akidah Akhlak mengagendakan Tahlil atau Istighotsah bersama setiap

hari Jum’at yang dilaksanakan secara bergiliran oleh masing-masing kelas.

c) Pembiasaan-pembiasaan kegiatan keagamaan tersebut, dapat

mengembangkan nilai karakter religius siswa. Dengan

pembiasaanpembiasaan keagamaan yang sudah dijelaskan di atas,

kedisiplinan siswa dapat berkembang dan meningkat dari yang semula

sholatnya tidak tepat waktu menjadi tepat waktu sehingga mempengaruhi

terhadap. Selain itu, siswa diwajibkan melaksankan kegiatan-kegiatan rutin

keagamaan agar siswa terlatih memiliki tanggung jawab. Dan yang terakhir,

siswa dilatih dan dibiasakan jujur untuk mengerjakan tugasnya tanpa

menyontek meski hasilnya kurang, tetapi karena kejujuran siswa, maka nilai

yang kurang dapat dikatrol. Sehingga siswa merasa bahwa jujur lebih

penting daripada sebatas penilaian angka.

2. Peran Guru Akidah Akhlak Sebagai Motivator dalam Mengembangkan

Karakter ReligiusPeserta Didik di Madrasah Tsanawiyah Negeri 4

Tulungagung.

a) Pentingnya peran guru Akidah Akhlak sebagai motivator dalam

mengembangkan karakter religius siswa dengan cara mengupayakan

menjadi sosok uswatun hasanah bagi para siswa sehingga layak menjadi

panutan atau contoh bagi mereka.

b) Guru Akidah Akhlak sebagai seorang motivator mengupayakan untuk

menjadikan dirinya sebagai sosok yang layak menjadi teladan yang baik

bagi siswanya yaitu melalui datang tepat waktu sebelum jam masuk sekolah.

Selain itu, guru Akidah Akhlak mengupayakan untuk selalu berpakaian


yang sopan dan rapi, sehingga siswa dapat mencontoh dari gurunya agar

mau berpakaian yang baik dan rapi.

c) Peran guru Akidah Akhlak sebagai motivator ketika di kelas yaitu dengan

memberikan apresiasi baik berupa jajan, uang, tepuk tangan, maupun pujian

ketika siswa menjawab pertanyaan dengan benar. Selain itu upaya yang

dilakukan guru Akidah Akhlak dengan memberikan kisah-kisah teladan

berupa kisah para Nabi, Sahabat, Wali, dan kisah keseharian yang dapat

memotivasi siswa. Dan yang terakhir dengan pemberian nasehat serta kata-

kata mutiara yang kesemuanya dapat memotivasi siswa agar terdorong

untuk menjadi pribadi yang berakhlakul karimah.

3. Peran Guru Akidah Akhlak Sebagai Transmitor Dalam Pengembangan Sikap

Religius Peserta Didik MTsN 4 Tulungagung

a) Pentingnya peran guru Akidah Akhlak sebagai komunikator dalam

mengembangkan karakter religius siswa dengan cara membiasakan

berkomunikasi yang baik dengan siswa, sehinga dengan pembiasaan

komunikasi yang baik, menghasilkan siswa yang mampu berkomunikasi

dengan bahasa sopan dan santun serta menjadikan siswa terbuka kepada

siapa.

b) Guru Akidah Akhlak sebagai seorang komunikator mengupayakan untuk

berkomunikasi yang baik melalui interaksi sederhana seperti

membiasakan bersalaman ketika datang dan pulang sekolah serta tegur

sapa kepada siswa baik ketika di dalam maupun di luar sekolah saat

bertemu. Hal ini dapat membantu siswa menjadi sosok yang percaya diri
untuk mau dan mampu berkomunikasi kepada siapa saja dengan bahasa

yang baik.

c) Peran guru Akidah Akhlak sebagai komunikator ketika di kelas yaitu

dengan pembiasaan mengawali dan mengakhiri pembelajaran dengan

salam dan berdoa. Pembiasaan ini berpengaruh terhadap cara siswa 122

menyapa seseorang ketika bertemu atau mendatangi rumah seseorang

ketika berkunjung. Selain itu, guru Akidah Akhlak juga berusaha

menanyakan kabar mereka agar mereka terbuka dan terbiasa dengan

gurunya. Ketika pembelajaran sedang berlangsung, guru Akidah Akhlak

juga memberikan kesempatan tanya jawab kepada siswa agar terlatih

komunikasi yang baik dan lancar, serta mengajari dan membiasakan siswa

untuk berbahasa dan bersikap sopan santun kepada siapa saja.

4. Implikasi Peran Guru Akidah Akhlak Dalam Mengembangkan Sikap

Religius Peserta Didik MTsN 4 Tulungagung

a) Pembiasaan menjalin hubungan komunikasi yang baik antara guru Akidah

Akhlak dengan siswa dapat mengembangkan nilai karakter religius siswa.

Diantaranya adalah dengan membiasakan berbicara santun terhadap

bapak/ibu guru dampaknya akan terbiasa berbicara yang santun kepada

orang tua dan orang lain.

b) Pemberian motivasi-motivasi tersebut dapat mengembangkan nilai

karakter religius siswa. Peran Guru Akidah Akhlak sebagai motivator

dapat memotivasi siswa menjadi disiplin melalui pemberian contoh datang

tepat waktu. Selain itu, melalui kisah-kisah teladan dan inspiratif, dapat
memotivasi siswa agar tumbuh rasa percaya diri menjadi sosok yang

berkahlakul karimah.

c) Pembiasaan-pembiasaan kegiatan keagamaan dapat mengembangkan nilai

karakter religius siswa. Dengan pembiasaanpembiasaan keagamaan yang

sudah dijelaskan di atas, kedisiplinan siswa dapat berkembang dan

meningkat dari yang semula sholatnya tidak tepat waktu menjadi tepat

waktu sehingga mempengaruhi terhadap. Selain itu, siswa diwajibkan

melaksankan kegiatan-kegiatan rutin keagamaan agar siswa terlatih

memiliki tanggung jawab.

Anda mungkin juga menyukai