Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Konteks Penelitian

Kehidupan manusia dari masa kemasa semakin berkembang seiring

dengan lajunya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Berbagai

kemudahan dalam memenuhi kebutuhan manusia sebagai dampak positif dari

kemajuan. Akan tetapi di zaman yang semakin transparan ini, bukan saja

memiliki dampak yang menguntungkan bagi manusia, melainkan juga dampak

negatif yang terkadang kurang disadari oleh manusia. Akibat positif

perkembangan zaman adalah semakin mudahnya manusia dalam memenuhi

kebutuhan sehari–hari, baik dari segi komunikasi, trasportasi, serta fasilitas

kehidupan lainnya. Disamping itu kehidupan manusia juga sangat mudah

dipengaruhinya. Dengan semakin mudahnya dipenuhi kehidupan manusia,

seharusnya perilaku semakin baik, sopan santun yang tinggi serta tata krama

yang sesuai dengan etika dan estetika tertentu. Kondisi ini akan menunjukana

bahwa tujuan pembangunanan sudah tercapai baik secara material maupun

spiritual. Apalagi tujuan pendidikan nasional salah satunya hendak

mewujudkan manusia yang berbudi pekerti yang luhur. Akan Tetapi

kenyataan dilapanagan terdapat kondisi yang sebaliknya dan jauh

menyimpang dari apa yang diharapkan.

Selain sekolah rumah merupakan tempat pertama seorang anak

mendapatkan suatu pendidikan baik pendidikan umum maupun agama. Orang

tua pun dibuat kebingungan bagaimana mendidik putra-putrinya agar pada

1
2

masa pubertasnya ini tidak tercoreng dengan perbuatan-perbuatan yang tidak

baik.

“Pendidik pertama dan utama adalah orang tua sendiri. Mereka berdua yang

bertanggung jawab penuh atas kemajuan perkembangan anak kandungnya.

Karena sukses tidaknya anak sangat tergantung pegasuhan, perhatian, dan

pendidikannya”.1

Sebagai pendidik pertama dan utama terhadap anak-anaknya, orang tua

tidak selamannya memiliki waktu yang leluasa dalam mendidik anak-anaknya.

Tidak semua tugas mendidik dapat dilaksanakan oleh orang tua dalam

keluarga terutama dalam hal ilmu pengetahuan dan berbagai macam ilmu

pengetahuan. Maka hadirlah pihak kedua setelah orang tua dan keluarga yang

paling banyak berinteraksi dengan murid adalah seorang guru. Oleh karena

itu, dikirimlah anak ke sekolah. Dengan demikian sebenarnya pendidikan di

sekolah adalah bagian dari pendidikan dalam keluarga yang sekaligus

merupakan lanjutan dari pendidikan keluarga. Dengan masuknya anak

kesekolahan, maka terbentuklah hubungan antara rumah dan sekolah karena

antara kedua lingkungan itu terdapat objek dan tujuan yang sama, yakni

mendidik anak-anak. Meskipun keluarga kehilangan sejumlah fungsi yang

semula menjadi tanggung jawabnya, namun keluarga masih tetap merupakan

lembaga yang paling penting dalam proses sosialisasi anak, karena keluarga

yang memberikan tuntunan dan contoh-contoh semenjak masa anak sampai

dewasa dan berdiri sendiri.2

1
Abdul mujib dan jusuf mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam,( jakarta: kencana Prenada
Media Group, 2006), hlm. 88
2
Umar Tirtarahardja dan S. L. La Sulo, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: PT Asdi
Mahasatya, 2015), hlm. 167
3

Dengan demikian betapa pentingnya kerjasama antara hubungan

lingkungan itu. Kerjasama itu hanya tercapai, apabila kedua belah pihak saling

mengenal. Dengan adanya kerja sama itu, orang tua akan dapat memperoleh

pengetahuan dan pengalaman dari guru dalam hal mendidik anak-anaknya.

Sebaliknya, para guru dapat memperoleh keterangan-keterangan dari orang tua

tentang kehidupan dan sifat-sifat anak-anaknya.3

Permasalahan yang muncul di masyarakat saat ini, sering kali terlihat

perilaku anak yang menyimpang dari aturan Islam. Seperti meningkatnya

kekerasan di kalangan remaja, semakin kaburnya pedoman moral baik dan

buruk, semakin rendahnya rasa hormat kepada orang tua dan guru, rendahnya

rasa tanggung jawab individu dan kelompok, budaya ketidakjujuran.4

Dan juga kenyataan telah menunjukkan bahwa perubahan zaman yang

ditandai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi selalu

mengakibatkan perubahan sosial. Dalam menghadapi situasi yang demikian

remaja sering kali memiliki jiwa yang sensitif, yang pada akhirnya tidak

sedikit para remaja pada masa pubertas yang terjerumus kehal-hal yang

bertentangan dengan nilai-nilai moral, norma agama, norma sosial dan norma

hidup di masyarakat yang akhirnya anak cenderung melakukan tindakan yang

tidak pantas.

Dilihat saat ini siswa di Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Ngeni

khususnya Kelas IX sudah banyak siswanya yang melanggar dalam peraturan

antara lain: memakai sepatu yang tidak sesuai dengan ketentuan sekolah,

3
M. Ngalim purwanto, Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2011), hlm. 126
4
Barnawi dan M. Arifin, Strategi dan Kebijakan Pembelajaran Pendidikan Karakter,
(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), hlm. 13
4

siswa laki-laki memiliki rambut panjang, membuat gaduh kelas, memakai

atribut tidak lengkap atau kelengkapan seragam kurang, kurang

memperhatikan dalam pelajaran, ketahuan pacaran, tidak mengerjakan tugas

sekolah, dan dalam belajar siswa sering melamun, pada masa inilah sangat

dituntut peran guru untuk mengarahkan dan membimbing siswa dalam

menjaga diri dalam pergaulan.

Berdasarkan observasi awal yang dilakukan bahwa di Madrasah

Tsanawiyah Miftahul Huda Ngeni penulis lihat saat ini guru Pendidikan

Agama Islam serta guru-guru yang lain telah melaksanakan bimbingan

terhadap siswa yang sudah memasuki masa pubertas, bimbingan yang

diberikan oleh guru adalah mengarahkan, memberi nasehat serta guru

mengontrol shalat berjamaah para siswa agar para siswa bisa lebih patuh dan

disiplin dalam menjalankan ibadah.

Berangkat dari situlah peneliti menjadikan guru Pendidikan Agama

Islam sebagai objek penelitian, dimana guru Pendidikan Agama Islam

memiliki peranan yang strategis dan mampu melakukan proses pembentukan

akhlak terpuji siswa pada masa pubertas.

Dan dari permasalan yang sudah dijelaskan seperti diatas penulis terdorong

untuk meneliti sebagaimana penulis mengambil judul “Upaya Guru Pendidikan

Agama Islam (PAI) Dalam Peningkatan Budi Pekerti Di Madrasah

Tsanawiyah Miftahul Huda Ngeni Kecamatan Wonotirto Kabupaten Blitar”.


5

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan konteks penelitian yang sudah dipaparkan diatas, maka

dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana kondisi budi pekerti keseharian siswa di Madrasah Tsanawiyah

Miftahul Huda Ngeni Kecamatan Wonotirto Kabupaten Blitar?

2. Bagaimana upaya guru pendidikan agama islam dalam peningkatan budi

pekerti siswa di Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Ngeni Kecamatan

Wonotirto Kabupaten Blitar?

3. Apakah faktor pendukung dan penghambat dalam peningkatan budi

pekerti siswa di Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Ngeni Kecamatan

Wonotirto Kabupaten Blitar?

C. Tujuan Penelitian

Dalam penelitian ini tujuan yang ingin dicapai adalah:

1. Untuk mengetahui kondisi budi pekerti keseharian siswa di Madrasah

Tsanawiyah Miftahul Huda Ngeni Kecamatan Wonotirto Kabupaten

Blitar.

2. Untuk mengetahui upaya guru Pendidikan agama islam dalam peningkatan

budi pekerti siswa di Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Ngeni

Kecamatan Wonotirto Kabupaten Blitar.

3. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam peningkatan

budi pekerti siswa di Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Ngeni

Kecamatan Wonotirto Kabupaten Blitar.


6

D. Kegunaan Penelitian

Dalam penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi :

1. Bagi Peneliti

Untuk menambah pengetahuan, pengalaman dan wawasan berfikir

kritis guna melatih kemampuan, memahami dan menganalisis masalah-

masalah pendidikan.

2. Bagi Lembaga

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi sekolah yang

bersangkutan atau instansi lain yang terkait untuk meningkatkan mutu

pendidikan, khususnya pendidikan budi pekerti serta sebagai masukan dan

bahan pertimbangan mengambil kebijakan dalam rangka mengantisipasi

adanya perilaku siswa yang tercela.

3. Bagi Almamater STIT Al-Muslihuun Tlogo Kanigoro Blitar

Untuk dapat menambah kepustakaan dan informasi, terutama bagi

Pendidikan Agama Islam.

E. Penegasan Istilah

Agar tidak terjadi kesalahan dalam memahami judul disamping itu

juga sebagai penjelasan secara redaksional agar mudah dipahami dan diterima

oleh akal sehingga tidak terjadi kerancuan antara judul dengan pembahasan

dalam skripsi ini, definisi operasional ini merupakan suatu bentuk kerangka

pembahasan yang lebih mengarah dan relevan dengan permasalahan yang ada

hubungannya dengan penelitian. Sesuai dengan judul “Upaya guru pendidikan

agama islam dalam peningkatan budi pekerti siswa di Madrasah Tsanawiyah


7

Miftahul Huda Ngeni Kecamatan Wonotirto Kabupaten Blitar”. Maka batas

pengertian diatas meliputi:

1. Upaya adalah “Suatu usaha untuk mencapai suatu maksud, memecahkan

persoalan, mencari jalan keluar dan sebagainya”.5

2. Guru adalah “Pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,

mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi

peserta didik pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah”. 6

Pendidikan Islam adalah pengembangan pikiran manusia dan penataan

tingkah laku serta emosinya berdasarkan agama islam, dengan maksud

merealisasikan tujuan islam di dalam kehidupan inndividu dan

masyarakat, yakni dalam seluruh lapangan kehidupan.7

Guru Pendidikan Agama Islam yaitu orang yang pekerjaannya

(mata pencahariannya, profesinya) mengajar mata pelajaran PAI.

3. Pembentukan Budi pekerti, Pembentukan berasal dari akar kata bentuk

yang mempunyai makna proses, perbuatan, cara membentuk.

Istilah budi pekerti dalam kajian Islam lebih dikenal dengan

akhlak. Dalam Bahasa Indonesia istilah akhlak disepadankan dengan budi

pekerti. Dalam bahasa Arab akhlak artinya tabiat, perangai, kebiasaan.

Dalam pembahasan mengenai pendidikan budi pekerti kiranya belum

begitu banyak yang membahas secara spesifik. Biarpun ada dengan

menggunakan istilah moral atau akhlak. Hal itu karena akhlak sangat

berkaitan dengan moral. Jika pengertian agama dan moral tersebut

5
Pusat pembinaan dan pengembangan bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 1991), hlm. 681
6
Peraturan Pemerintah RI, No. 74 tahun 2008, tentang guru, pasal. 1
7
Kemas Badarudin, Filsafat Pendidikan Islam, (Bengkulu: Pustaka Pelajar Offset, 2006),
hlm. 38
8

dihubungkan satu dengan lainnya tampak saling berkaitan dengan erat.

Dalam konteks hubungan ini jika diambil ajaran agama, maka moral

adalah sangat penting bahkan yang terpenting, dimana kejujuran,

kebenaran, keadilan, dan pengabdian adalah diantara sifat-sifat yang

terpenting dalam agama.

4. Siswa adalah “anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi

didik melalui proses pendidikan”.8

F. Sistematika Pembahasan

Untuk memperoleh gambaran secara jelas mengenai pokok-pokok

pembahasan skripsi ini di susun dengan sistematika sebagai berikut:

Bab I : Pendahuluan. Bab ini menguraikan tentang gambaran-

gambaran yang menguraikan masalah-masalah yang berkaitan dengan judul

“Upaya guru Pendidikan Agama Islam dalam peningkatan budi pekerti siswa

di Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Ngeni Kecamatan Wonotirto

Kabupaten Blitar” Antara lain, Konteks penelitian, fokus penelitian dan

pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, definisi

operasional, dan sistematika pembahasan.

Bab II : Kajian Pustaka. Dalam kajian Pustaka ini membahas

mengenai: Pertama, Tinjauan tentang budi pekerti meliputi: (1) pengertian

budi pekerti, (2) Dasar budi pekerti, (3) Karakteristik budi pekerti islami, (4)

Tujuan budi pekerti (5) Macam-macam budi pekerti (6) Pentingnya budi

pekerti dalam pergaulan siswa, (7) Faktor-faktor yang mempengaruhi

peningkatan budi pekerti. Kedua, tinjauan tentang siswa meliputi: (1)

8
Arif Rohman, Memahami pendidikan & ilmu pendidikan, (Yogyakarta: Laksbang
Mediatama Yogyakarta, 2008), hlm. 106
9

Pengertian Siswa, (2) Kebutuhan Siswa. Ketiga, kajian tentang perilaku yang

meliputi: (1) Pengertian perilaku, (2) Faktor-faktor yang mempengaruhi

perilaku (3) Bentuk-bentuk perilaku. Keempat, Tinjauan tentang faktor

pendukung dan penghambat. Kelima, tinjauan tentang guru meliputi: (1)

Pengertian guru, (2) Pengertian upaya guru, (3) Syarat–syarat guru, (4) Kode

etik guru, (5) Tugas dan tanggung jawab guru,

Bab III : Metode Penelitian. Dalam bab ini peneliti menjelaskan

tentang rancangan penelitian yang terdiri dari pendekatan dan jenis penelitian

yang akan digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisa data penelitian,

penulis menggunakan metode penelitian kualitatif. Ada beberapa poin yang

akan dijelaskan meliputi jenis penelitian, lokasi penelitian, kehadiran peneliti,

sumber data, prosedur pengumpulan data, teknik analisis data, pengecekan

keabsahan data, tahap-tahap penelitian.

Bab IV : Hasil Penelitian. Dalam bab ini peneliti menyajikan paparan

data penelitian yang terdiri dari : deskripsi data, paparan data dan temuan data

penelitian yang meliputi: (1) kondisi budi pekerti keseharian siswa di

Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Ngeni Kecamatan Wonotirto Kabupaten

Blitar, (2) Upaya guru pendidikan agama islam dalam peningkatan budi

pekerti siswa di Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Ngeni Kecamatan

Wonotirto Kabupaten Blitar, (3) Faktor pendukung dan penghambat guru

dalam peningkatan budi pekerti siswa di Madrasah Tsanawiyah Miftahul

Huda Ngeni Kecamatan Wonotirto Kabupaten Blitar.

Bab V : Pembahasan. Dalam bab ini peneliti membahas tentang

pembahasan yang menjawab beberapa masalah penelitian, keterkaitan


10

penelitian yang dibahas serta menafsirkan temuan penelitian yang dilakukan di

kesimpulan dari hasil penelitian di Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda

Ngeni Kecamatan Wonotirto Kabupaten Blitar. Dari hasil penelitian ini,

penulis akan mengambil kesimpulan.

Bab VI : Penutup. Dalam bab ini peneliti membahas kesimpulan dari

hasil penelitian yang telah dibahas pada bab-bab sebelumnya, dan peneliti juga

akan memberikan saran guna mencapai hasil penelitian yang lebih baik

diwaktu yang akan datang.


11

Anda mungkin juga menyukai